Anda di halaman 1dari 10

WARISAN BUDAYA INDONESIA: BATIK GRINGSING SEBAGAI TRADISI KHAS

DI PULAU JAWA

Disusun Oleh:
Ananda Zetty Zara Mujiono_XI-II_21

SMAN 1 KEPANJEN
TAHUN
2024
WARISAN BUDAYA INDONESIA: BATIK GRINGSING SEBAGAI TRADISI KHAS
DI PULAU JAWA
Ananda Zetty Zara Mujiono_XI-11_21
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman seni dan
budaya hasil warisan nenek moyang, keanekaragaman tersebut dipengaruhi oleh adanya
suku bangsa yang terbentang dari Sabang sampai Merauke yang tersebar diseluruh
Nusantara. Hal ini mempengaruhi terbentuknya seni dan budaya yang berbeda-beda
(Taufiqoh, et al., 2018). Indonesia juga merupakan wisata budaya yang paling banyak
diminati oleh negara-negara di belahan dunia salah satunya daerah Jawa Timur yang kaya
akan tradisi, dan budaya yang unik dan menarik. Dalam bahasa Sansekerta kata
kebudayaan berasal dari kata budh yang berarti akal, yang kemudian menjadi kata budhi
atau bhudaya sehingga kebudayaan dapat diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal
manusia. Budaya adalah salah satu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya merupakan
bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis (Yoga, 2018). Terdapat beberapa unsur
kebudayaan seperti bahasa, pengetahuan, sosial, peralatan hidup dan teknologi, mata
pencaharian hidup, religi, serta kesenian. Banyak budaya Indonesia yang berhasil terkenal
hingga mancanegara terutama dalam bidang kesenian salah satu warisan Indonesia yang
mendunia adalah batik.
Batik merupakan salah satu warisan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, sejak
tanggal 2 Oktober 2009 lalu, batik Indonesia telah ditetapkan sebagai karya agung warisan
kemanusiaan untuk budaya lisan dan non bendawi (Masterpiece of The Oral and
Intangible Heritage of Humanitiy) oleh United Nation Educational, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO) (Yudhil & William, 2019). Menurut Hamzuri dalam bukunya
yang berjudul Batik Klasik, batik merupakan suatu cara untuk memberi hiasan pada kain
dengan cara menutupi bagian-bagian tertentu dengan menggunakan perintang. Zat
perintang yang sering digunakan ialah lilin atau malam, kain yang sudah digambar dengan
menggunakan malam kemudian diberi narna dengan cara pencelupan.setelah itu malam
dihilangkan dengan cara merebus kain. Akhirnya dihasilkan sehelai kain yang disebut
batik berupa beragam motif yang mempunyai sifat-sifat khusus. Secara etimologi kata
batik berasal dari bahasa berarti titik & matik 'kata kerja, membuat titik yang kemudian
berkembang menjadi istilah batik (Taufiqoh, et al., 2018). Adapun pendapat lain bahwa
Batik berasal dari Bahasa Jawa yaitu amba yang artinya menulis serta titik yang artinya
titik. Teknik membatik sendiri telah dikenal sejak ribuan silam, tidak ada keterangan
Sejarah yang cukup jelas tentang asal-usul batik. Ada yang menduga teknik ini berasal dari
Sumeria dan dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh pedagang India (Nurainun, et al.,
2008).
Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi yang terletak dibagian timur pulau Jawa,
memiliki jumlah kabupaten dan kota terbanyak di Indonesia, yaitu 29 kabupaten dan 9
kota, menjadi Provinsi yang memiliki kabupaten dan kota terbanyak di Indonesia (Rani,
2014) tentunya menjadikan Provinsi Jawa Timur menjadi provinsi yang memiliki banyak
kebudayaan dan tradisi di dalamnya yang khas, salah satunya Batik khas dari Jawa Timur,
Jawa Timur memiliki beberapa daerah penghasil batik yang khas dari setiap daerahnya
seperti Batik Tuban yang identik dengan warna merah dan biru tua, batik Pacitan yang
kerap disebut batik lorok, batik Madura dengan warna merah pada setiap motif Bungan,
tangkai, atau daunnya, dan lain sebagainya (Ningrum, 2020). Adapun batik yang khas dari
Jawa Timur tetapi persebarannya tidak hanya di Jawa Timur, batik gringsing tersebar di
sejumlah wilayah Pulau Jawa, batik jenis ini memiliki beragam motif penyusun masing-
masing memiliki makna yang berbeda sesusai dengan ornamen yang menyusun polanya,
masing-masing daerah memiliki motif yang berbeda sesuai dengan kepercayaan yang
berkembang di daerah setempat.
Batik Gringsing merupakan salah satu batik klasik telah ada semenjak abad XIV, batik
ini dipercaya menjadi salah satu batik tertua menurut buku Paraton (Purbasari, 2013).
Motif gringsing diartikan sebagai tidak sakit atau sehat gring diambil dari kata gering yang
berarti sakit dan sing yang berarti tidak. Adapun kepercayaan yang dipercaya masyarakat
Jawa ketika seseorang memakai batik gringsing diharapkan mereka tidak sakit ataupun
menyembuhkan seseorang yang sedang sakit, beberapa pendapat mengatakan gringsing
diambil dari cerita Panji dan Candrakirana yang sedang hamil dan hendak melahirkan
berniat menyerahkan baju polos, tetapi karena dirasa kurang pantas untuk diserahkan,
akhirnya baju itu diberi motif yang kemudian dinamakan motif gringsing (Dwinanda,
2022). Hal ini lah yang membuat masyarakat jawa menggunakan batik gringsing sebagai
tradisi untuk melestarikan warisan budaya Indonesia.
PEMBAHASAN
Batik di Indonesia merupakan salah satu warisan budaya yang dilestarikan hingga saat
ini (Nugroho, 2020), Batik identik dikaitkan dengan suatu teknik proses dari mulai
penggambaran motif hingga pelorodan. Salah satu yang menjadi ciri khas batik adalah cara
penggambaran motif pada kain melalui proses pemalaman yaitu teknik menggoreskan
cairan lilin yang ditempatkan pada wadah yang bernama canting dan cap di Indonesia
teknik celup rintang dengan canting sebagai alat melukis dan malam sebagai perintang
warna (menahan masuknya warna) disebut membatik, dan hasil pencelupan rintang di
Indonesia ini disebut batik. Batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan
telah menjadi bagian dari budaya Indonesia khususnya Jawa yang merupakan warisan
nenek moyang bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Sejarah pembatikan di Indonesia
berkaitan dengan perkembangan Kerajaan Majapahit dan Kerajaan sesudahnya. Dalam
beberapa catatan perkembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa Kerajaan
Mataram, kemudian pada Kerajaan Solo dan Yogyakarta. Batik sebagai salah satu warisan
Nusantara yang unik, keunikannya ditunjukkan dengan berbagai macam motif yang
memiliki makna sendiri. (Zakiah, 2023).
A. Menurut teknik pembuatan batik dibedakan menjadi 4:
1. Batik Tulis, merupakan kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik
menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang
lebih 2-3 bulan.
2. Batik cap, adalah kain yang dihias dengan dibentuk dengan cap (biasanya
terbuat dari tembaga). Proses ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
3. Batik ecoprinting, atau print, adalah teknik yang memanfaatkan teknologi,
kain di dicetak menggunakan alat yang sudah di hubungkan dengan desain
digital dan dapat dilakukan dengan cara sederhana menggunakan kain yang
di tumpuk dan di beri tumbuhan di sela sela tumpukan kemudian di tumbuk.
4. Batik celup atau jumputan, adalah motif batik yang dibentuk dengan sebuah
ikatan pada kain dan di rendam di pewarna tekstil.
B. Menurut motif batik dibedakan menjadi 8:
1. Motif Batik Sekar Jagad, memiliki motif pulau-pulau yang sangat khas
Indonesia serta berasa dari Yogyakarta
2. Motif Batik Jepara, motif lama berpola warna lung hitam, flora fauna, gajah
coklat serjanulir hijau. Sedangkan motif baru lebih bervariasi dari motif
sebelumnya.
3. Motif Batik Tasik, batik yang berasal dari kota Tasikmalaya ini biasanya
berbentuk rerumputan maupun fauna yang berkaitan dengan alam.
4. Motif Batik Mega Mendung, merupakan motif asli Cirebon yang
menggambarkan pola awan dan berwarna gelap.
5. Motif Batik Keraton, dibuat oleh putri keraton dan pembatik yang ada di
dalam keraton pada masanya dan hanya boleh dipakai oleh Sultan tetapi
peraturan ini lambat laun berubah, Batik Motif Keraton bisa dipakai siapa
saja.
6. Motif Batik Loreng, mempunyai desain baris diagonal diantara motif
parang.
7. Motif Batik Pekalongan, motifnya dpengaruhi budaya luar, dan didominasi
bentuk fauna serta flora.
8. Motif Batik Pesisir, banyak didapatkan didaerah pesisir dengan kombinasi
warna yang cerah.

Setiap daerah di Indonesia Khususnya Jawa terdapat beberapa daerah penghasil batik,
setiap daerah menghasilkan batik dengan ciri khasnya msaing-masing yang memiliki makna
dan filosofinya tersendiri sesuai latar belakang pembuatan di daerahnya. Adapun batik
menurut buku Paraton merupakan salah satu batik tertua, batik ini sudah ada sejak abad XIV,
yaitu batik Gringsing (Permana, et al., n.d.)

Motif Batik Gringsing menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gringsing merupakan
corak kain batik atau kain tenunan, berupa bulatan-bulatan kecil berwarna dasar coklat muda
atau coklat tua. Motif ini merupakan penghargaan yang diberikan oleh Raden Wijaya kepada
perwira, berkaitan dengan kegiatan bela negara. Gringsing merupakan motif latar atau
tanahan, bentuknya berupa isen-isen atau mata deruk yaitu bulatan bergaris Tengah ±½ cm
yang saling bersinggungan dan tertata rapi seperti sisik ikan, ditengahnya terdapat titik hitam
seperti mata. Diartikan sebagai tidak sakit atau sehat, karena berasal dari dua suku kata yakni
gring yang berarti diambil dari kata gering yang berarti sakit dan sing yang berarti tidak.
Dengan demikian, berisi doa atau harapan agar kita selalu dikaruniai kesehatan dan umur
panjang (Sulistyabudi, 2017)

Batik gringsing memiliki dua jenis yaitu:

1. Gringsing Terbuka (GB)


Merupakan motif yang berupa bulatan kecil bergaris tengah ±½ cm, seperti
sisik ikan yang ditengahnya terdapat titik hitam seperti mata. Jenis-jenis GB
antara lain Ceplok Bintang, Kembang, Buketan, dan GB Lung Kembang.
2. Gringsing Tertutup (GT)
Merupakan motif batik yang berupa bulatan-bulatan kecil bergaris Tengah
±½ cm tanpa berisi titik hitam di tengahnya atau polos. Bagian tersebut polos
karena di tutupi oleh malam. GT sering juga disebut dengan dele kecer atau
kedelai.
Gambar 1. Detail Ciri Khas GB

Gambar 2. Detail Ciri Khas GT

Gringsing tersebar di banyak daerah di Pulau Jawa, utamnya di Jawa Timur, Jawa
Tengah dan Yogyakarta. Masing-masing daerah memiliki motif yang berbeda sesuai
dengan kepercayaan yang berkembang di daerah setempat. Adapun beberapa jenis motif
batik gringsing diantaranya:

1. Ceplok Bintang (GB)


Dipercaya berkembang pada tahun 1930, ragam hias yang ada dalam batik ini
berupa burung prenjak, daun kapas, kawung, dan kopi pecah. Batik ini memiliki
makna sebagai keselamatan hidup
2. Lung Kembang (GT)
Motif ini memiliki dua variasi, yakni lung talas dan lung kebang. Lung talas
terinsirasi dari pohon talas, sedangkan lung kembang terinspirasi dari bunga
merambat dengan enam kelopak bunga. Motif lung kembang memiliki makna
kebahagiaan dalam kehidupan dan kemampuan untuk mengalahkan kejahatan.
3. Ceplok Kembang (GB)
Memiliki ragam motif seperti burung perkutut, bunga, dan daun kuncup. Warna
yang biasa digunakan adalah merah, biru, ungu, hijau, dan oranye. Makna dari batik
ini yakni kebaikan akan mampu mengalahkan kejahatan, dengan senantiasa berdoa
dan berlindung kepada Tuhan.
4. Buketan (GB)
Motif buketan merupakan suatu rangkaian jenis bunga lengkap dengan daun dan
ranting menjadi satu rangkaian bunga. Motif ini merupakan asimilasi antar motif
batik Jawa dan motif hias Belanda. Makna dari motif ini adalah bahwa dalam
kehidupan agar terhindar dari kekuatan jahat maka senantiasa menjaga kesucian
hati raga dengan selalu bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. (Nurainun, et al.,
2008)
Batik gringsing merupakan batik Keraton tidak boleh digunakan rakyat biasa, maka
pembatik memodifikasikan dengan gambar-gambar tambahan yang diambil dari alam sekitar,
sehingga seriring berjalannya waktu batik gringsing dapat dipakai kalangan apapun
(Sulistyabudi, 2017). Pada masa Kerajaan batik merupakan symbol eksklusivitas dan hanya
boleh dikenakan oleh keluarga Kerajaan serta orang-orang bangsawan. Namun, seiring
berjalannya waktu batik tidak lagi terbatas pada kalangan keraton. Transformasi ini dimulai
dari perkembangan teknik pembuatan pola batik yang kemudian menjadi lebih terjangkau
bagi masyarakat umum, mulai abad ke 17 batik yang awalnya terkait erat dengan kelas priyayi
dan keraton, seacara perlahan mulai di produksi oleh warga biasa. Bahan baku batik juga
mulai diperoleh dari berbagai tempat. Akibatnya, batik yang sebelumnya merupakan
kerajinan eksklusif keraton dan symbol kewibawaan, kini diproduksi secara luas oleh
masyarakat umum. Kalangan priyayi maupun keraton akhirnya membuat pola khusus untuk
digunakan dalam keraton saja dan warga biasa diwajibkan mengenakannya di hari Senin. Kini
batik adalah pakaian yang umum digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam berbagai acara
dari kegiatan sehari-hari, upacara keagamaan, hingga perayaan budaya. Memakai batik salah
satunya batik gringsing merupakan tradisi yang hingga saat ini masih dilakukan, terdapat
beberapa tradisi memakai batik, dan batik gringsing (Rahmawati, 2023).

Batik merupakan salah satu tradisi di Indonesia yang merupakan hasil perpaduan antara
seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, tradisi membatik mulai ada di Indonesia
sejak zaman Kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga sekarang secara umum tradisi
membatik mulai meluas secara khusus di Pulau Jawa pada abad ke 18 dan abad ke 19.
(Adryamarthanino & Indriawati, 2023). Selain membatik masyarakat Indonesia khususnya
Pulau Jawa memiliki tradisi berbatik atau memakai pakaian batik di acara atau upacara adat
tertetnu. Adapun pakem-pakem penggunaan motif batik untuk upacara adat di pulau Jawa
sebagai berikut:

1. Tradisi memakai batik pada upacara pernikahan adat Jawa


Sejak zaman Kerajaan hingga seakrang, batik digunakan dalam rangkaian
upacara pernikahan adat Jawa, dalam serangkaian prosesi adat pernikahan
tersebut motif kain yang digunakan juga berbeda-beda. (Beauty, 2019)
a. Siraman, mempelai laki-laki dan Perempuan menggunakan motif
grampol, grampol berasal dari Bahasa Jawa yakni dompol yang
artinya bergerombol. Harapannya penggunaan motif ini diberikan
rejeki yang datangnya bergerombol atau banyak.
b. Midodareni, orang tua dan mempelai Perempuan menggunakan
kain batik dengan motif truntum. Dalam Bahasa Jawa truntum
dimaknai sebagai tumaruntun yang artinya siap dituntun. Motif ini
diciptakan oleh Kanjeng Ratu Beruk, selir dari Paku Buwana III.
Sedangkan mempelai laki-laki mennggunakan kain batik dengan
motif wahyu tumurun, motif ini dimaknai sebagai pengharapan
datangnya wahyu dari Tuhan.
c. Akad Nikah
Kain yang digunakan bermotif sidomukti, sidoluhur, atau sidoasih.
sido memiliki arti menjadi, mukti memiliki arti kemakmuran,
luhur artinya mulia, dan asih artinya dicintai.
d. Panggih
Pada umunya menggunakan motif semen ageng untuk busana kain
dodol pada paes ageng.
2. Tradisi memakai batik pada upacara menjelang kelahiran
Pada sesi berganti nyamping, sang calon ibu harus berganti-ganti mengenakan
6 kain batik dan 1 kain lurik. Pergantian batik ini mempunyai aturan, bahwa
batik yang terakhir dipakai adalah yang bermotif sederhana. Motif-motif
umum yang digunakan diantaranya:
a. Motif Wahyu Tumurun, berisi harapan agar si jabang bayi
memiliki kedudukan yang baik.
b. Motif Cakar, diharapkan agar sang anak rajin mencari rezeki.
c. Motif Udan Liris, diharapkan agar sang anak akan mempunyai
sifat tangguh
d. Motif Kesatria, disimbolkan agar anak memiliki sifat ksatria.
e. Motif Sidomukti, diharapkan hidup sang anak akan baiik dan
terhormat.
f. Motif Babon Angrem, menyimbolkan saih sayang ibu kepada
anaknya.
3. Tradisi memakai batik pada upacara keamtian
Biasanya di upacara kematian motif batik yang digunakan adalah motif batik
slobok, dalam Bahasa Jawa berarti longgar, dimaksudkan untuk doa agar
arwah yang meninggal diberi kelonggaran dan ampunan serta di lapangkan
kuburannya.

Penerapan batik gringsing sebagai tradisi yakni batik gringsing di simbolkan dengan
keseimbangan, kemakmuran, dan kesuburan. berasal dari dua suku kata yakni gring yang
berarti diambil dari kata gering yang berarti sakit dan sing yang berarti tidak. Dengan demikian,
berisi doa atau harapan agar kita selalu dikaruniai kesehatan dan umur panjang, sehingga batik
gringsing dipercaya untuk digunakan pada seseorang yang sedang sakit, dan di percaya dapat
mencegah penyakit. Sebelum abad ke-20 kain gringsing lebih sering digunakan untuk acara
peringatan 7 bulan kehamilan, untuk menggendong bayi saat bayi lahir dan tedak siten. Selain
itu juga untuk pakaian (kain panjang) setelah abad ke 20 penggunanya bisa digunakan untuk
pria maupun wanita, baik tua maupun muda, dan balita sebagai pakaian sehari-hari. Dalam
perkembangannya batik gringsing banyak digunakan untuk berbagai hal misalnya seragam
kantor dan dekorasi. Batik gringsing yang semula merupakan bagian dari motif batik keraton
dimana hanya gologan tertentu yang bisa memakainya seiring berjalannya waktu bisa dipakai
gologan manapun sehingga menimbulkan tradisi masyarakat pada era nya masing-masing.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, diketahui bahwa batik merupakan salah satu warisan
budaya Indonesia yang dilestarikan hingga saat ini, adapun beberpa motif batik seperti motif
batik Sekar Jagad, Jepara, Tasik, Mega Mendung, Keraton, Loreng, Pekalongan, dan pesisir
yang dapat dibuat melalui beberapa teknik seperti batik tulis, batik cap, ecoprint/print, dan
batik celup. Jawa Timur merupakan salah satu provinsi penghasil batik, daerah di Jawa Timur
banyak menghasilkan batik yang khas atau identic dengan daerah asalnya. Salah satunya batik
gringsing, batik gringsing ternyata tidak terdapat di Jawa timur saja, persebaran batik gringsing
meliputi hampir keseluruhan pulau Jawa yakni Jawa Tengah dan Yogaykarta, tetapi diantara
ketiganya memiliki karakter tersendiri sehingga membedakan mereka meskipun mereka satu
jenis. Batik gringsing termasuk motif batik keraton yang dimana motif ini tidak bisa
sembarangan di pakai kecuali golongan priyayi dan keraton itu sendiri, tetapi seiring
berjalannya waktu batik ini bisa di pakai oleh golongan manapun karena masyarakat biasa
mendapatkan pasokan bahan dasar pembuatan batik melalui jalur perdagangan. Tetapi
golongan keraton memiliki motif khusus yang hanya bisa dipakai oleh golongan keraton.
Disamping batik sebagai salah satu warisan budaya Indonesia, batik juga merupakan tradisi
bangsa Indonesia khususnya pulau Jawa, tradisi membatik ini telah ada sejak abad ke 18,
seiring berjalannya waktu kain batik memiliki makna dan filosofinya tersendiri sehingga
beberapa motif digunakan untuk melakukan upacara adat, dan kegiatan kebudayaan seperti
serangkaian upacara pernikahan menggunakan adat Jawa, menyambut kelahiran anak, serta
upacara kematian di Jawa.
DAFTAR PUSTAKA
Adryamarthanino, V. & Indriawati, T., 2023. Kapan Mulai Ada Tradisi Membatik di
Indonesia?. 11 April.
Beauty, I., 2019. PAkem-pakem Penggunaan Motif Batik untuk Upacara Adat. 2 October.
Dwinanda, R., 2022. Pemkab Kediri Ajukan Hak Paten Pakaian Khas dengan Motif Gringsing.
3 February.
Hadi, n.d.
Latief, N. D. & Sayatman, 2019. Eksplorasi Desain Motif Baru Batik Kota Malang. Jurnal
Sains dan Seni ITS, Volume VIII, p. 2.
Meditama, R. F. et al., 2022. PELATIHAN GLASS PAINTING UNTUK IBU-IBU PKK KOTA
MALANG DI DEWAN KESENIAN KOTA ALANG. Jurnal Pengabdian kepada
Masyarakat, Volume V, p. 2.
Ningrum, N. S., 2020. Ketahui Ragam Motif Batik Gringsing dan Filosofinya. Jumat Agustus.
Nugroho, H., 2020. Pengertian Motif Batik dan Filosofinya. 28 February.
Nurainun, Heriyana & Rasyimah, 2008. ANALISI INDUSTRI BATIK DI INDONESIA.
Volume VII, p. 125.
Permana, C., Mustikawati, T. & Laksimiwati, T., n.d. KARAKTER WARNA BATIK
MALANGAN SEBAGAI DASAR DESAIN INTERIOR GALERI BATIK
MALANGAN. pp. 2-3.
Purbasari, M., 2013. BATIK GRINGSING BANTULAN DALAM PRESPEKTIF BENTUK
MOTIF WARNA DAN SIMBOLIK RELEVANSINYA DENGAN FUNGSI, Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Rahmawati, M. A., 2023. Perjalanan Batik: Dari Busana Raja hingga Kini Dipakai Masyarakat
Biasa. 24 October.
Rani, D. P. M., 2014. PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA Kabupaten Sumenep,
Madura, Jawa Timur (Studi Kasus: PAntai Lombang). Jurnal Politik Muda, Volume III,
p. 413.
Sulistyabudi, N., 2017. BATIK GRINGSING DAN CEPLOK KEMBANG KATES BANTUL.
Volume XXXIV, pp. 95-99.
Taufiqoh, B. R., Nurdevi, I. & Khotimah, H., 2018. BATIK SEBAGAI WARISAN BUDAYA
INDONESIA. Prosiding SENASBASA, pp. 58-60.
Yoga, S., 2018. PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA DALAM
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI. Jurnal AL-Bayan , p. 32.
Yudhil, L. & William, 2019. BATIK TULIS SEBAGAI SIMBOL RASA CINTA TANAH AIR
GENERASI MUDA INDONESIA. Jurnal Komunikasi dan Media , Volume IV, p. 1.
Zakiah, F., 2023. UMKM BATIK MALANGAN, KABUPATEN MALANG, PROVINSI JAWA
TIMUR PADA MASA PANDEMI COVID-19, s.l.: Istitut Seni Indonesia Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai