Anda di halaman 1dari 21

Makalah

Batik Nusantara “Kalimantan”

Disusun oleh

Muhammad Rifki Nurdiansyah


Ahmad Akbar
Tarsisius lieng
Triya Nafa Nani
Dewy Setya Ningsih

XC

SMAN 1 BATU ENGAU


Kata Pengantar
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa,karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini. Kami juga bersyukur atas berkat rezeki dan kesehatan
yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat mengumpulkan bahan
– bahan materi makalah ini dari internet.

Kami telah berusaha semampu kami untuk mengumpulkan berbagai


macam Batik Nusantara “Kalimantan” ini.Kami sadar bahwa makalah yang kami
buat ini masih jauh dari sempurna, karena itu kami mengharapkan saran dan
kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik
lagi.

Oleh karena itu kami mohon bantuan dari para pembaca,demikianlah


makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan, kami mohon
maaf yang sebesarnya dan sebelumnya kami mengucapkan terima kasih.
Bab I
“Pendahuluan”
A.Latar Belakang

Batik merupakan salah kekayaan seni warisan budaya masa


lampau, yang telah menjadikan Negara Indonesia memiliki ciri yang khas di
mancanegara. Perkembangan batik yang sudah menempuh perjalanan berabad-
abad silam, telah melahirkan berbagai jenis dan corak batik yang khas disetiap
daerahnya.

Kepopuleran batik Indonesia dikancah dunia. Untuk itu sebagai


warga Negara Indonesia kita harus bangga dan ikut mempertahankan warisan
budaya ini agar tidak punah dengan bergantinya zaman. Dengan adanya karya
tulis ini diharapkan dapat menambah pengetahuan teman-teman mengenai
warisan budaya Indonesia khususnya batik dan juga sebagai memenuhi tugas
seni budaya.

B.Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah Batik Nusantara “Kalimantan” adalah


untuk menambah pengetahuan tentang Batik Kalimantan, sejarah Batik
Kalimantan,karakteristik Batik Kalimantan, Proses pembuatan Batik Kalimantan
dan Filosofi Batik Kalimantan.

3
Bab II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Batik Kalimantan

Batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus


dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian
pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan. Batik
Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif
dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan
Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral
and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009.
Secara etimologi, kata batik berasal dari bahasa Jawa, "ambhatik"
dari kata "amba" berarti lebar, luas, kain; dan "titik" berarti titik atau "matik"
(kata kerja dalam bahasa Jawa berarti membuat titik) dan kemudian
berkembang menjadi istilah batik, yang berarti menghubungkan titik-titik
menjadi gambar tertentu pada kain yang luas atau lebar. Batik juga mempunyai
pengertian segala sesuatu yang berhubungan dengan membuat titik-titik
tertentu pada kain mori. Dalam bahasa Jawa, batik ditulis dengan "bathik",
mengacu pada huruf Jawa "tha" yang menunjukan bahwa batik adalah
rangkaian dari titik-titik yang membentuk gambaran tertentu. Batik sangat
identik dengan suatu tehnik (proses) dari mulai penggambaran motif hingga
pelodoran. Salah satu ciri khas batik adalah cara penggambaran motif pada kain
yang menggunakan proses pemalaman, yaitu menggoreskan malam (lilin) yang
ditempatkan pada wadah yang bernama canting dan cap. Menurut KRT.DR. HC.
Kalinggo Hanggopuro (2002, 1-2) dalam buku Bathik sebagai Busana Tatanan
dan Tuntunan menuliskan bahwa, para penulis terdahulu menggunakan istilah
batik yang sebenarnya tidak ditulis dengan kata "Batik" akan tetapi seharusnya
"Bathik". Hal ini mengacu pada huruf Jawa "tha" bukan "ta" dan pemakaiaan
bathik sebagai rangkaian dari titik adalah kurang tepat atau dikatakan salah.

B.Karakteristik Batik Kalimantan

Setiap provinsi di Indonesia memiliki ciri khas corak masing –


masing sehingga dapat dibedakan antara motif batik dari Jawa dengan motif
batik Kalimantan. Batik Kalimantan ternyata juga memiliki corak yang bagus dan
mengandung makna yang cukup dalam. Batik Kalimantan dikenal dengan
sebutan sasirangan. Berdasarkan cerita rakyat yang berkembang, kain
sasirangan pertama kali dibuat pada abad ke 16. Awalnya batik tersebut hanya
digunakan untuk ikat kepala atau ikat pinggang bagi kaum laki – laki dan
digunakan sebagai selendang, kerudung, atau kemben oleh kaum wanita.

Sama seperti motif batik dari Yogyakarta, Sasirangan dulu juga


hanya boleh dikenakan oleh golongan tertentu sehingga sasirangan dapat
menggambarkan suatu golongan atau strata sosial orang yang mengenakannya.
Pada perkembangannya, Sasirangan juga digunakan sebagai pakaian adat untuk
upacara tertentu. Namun, saat ini kain tersebut dapat dikenakan oleh siapa saja.
Bahkan, Sasirangan juga dijadikan sebagai souvenir khas Banjarmasin.

Motif sasirangan yang paling umum dijumpai adalah Mandau dan


Enggang. Mandau adalah senjata khas suku Dayak sedangkan Enggang adalah
burung elang asal Kalimantan. Batik Sasirangan lebih menonjolkan pada warna
– warna yang terang dan ceria seperti warna hijau stabilo, orange, merah, dan
warna cerah lainnya. Hal ini tentu menjadi ciri khas tersen diri bagi batik

5
Kalimantan karena warna – warna batik biasanya selalu identik dengan warna –
warna tua.

Batik Shaho merupakan batik khas Balikpapan, Kalimantan Timur.


Motif yang digunakan dalam batik tersebut mengadopsi motif dayak kenyah
yang lebih banyak menggambarkan motif tumbuh – tumbuhan yang biasa
diaplikasikan pada ukiran kayu khas suku dayak.

Pantangan masyarakat setempat saat membuat motif pada batik


Shaho adalah tidak boleh membuat motif dengan objek bernyama misalnya
manusia dan binatang. Hal ini berhubungan dengan kepercayaan penduduk
setempat. Walaupun batik Shaho tidak sepopuler Sasirangan, batik Shaho
memiliki ciri khas yang unik walaupun motifnya sangat terbatas yaitu hanya
sebatas obyek tumbuhan dan motif ukiran sederhana.

C.Jenis-Jenis Batik Kalimantan

1. Batik Sasirangan
Dari Kalimantan Selatan

Di setiap daerah di Indonesia, kain batik memiliki kekhasan


tersendiri dengan corak dan motif yang berbeda. Nah,di Banjarmasin
kalimantan selatan dikenal dengan kain batik “Sasirangan”. Motif kain khas
Kalimantan Selatan ini kerap dipakai oleh semua lapisan masyarakat, mulai dari
golongan ekonomi menengah kebawah, hingga golongan kelas atas untuk
berbagai kesempatan.

Setidaknya ada belasan macam motif Sasirangan yang populer


digunakan oleh masyarakat lokal. Diantaranya motif Sarigading, Naga Balimbur,
Kambang Raja, Bintang Bahambur, Daun Jaruju, Iris Pudak, Kembang Kacang,
Ombak Sinapur Karang dan Sisik Tanggiling. Motif batik ini disesuaikan dengan
jenis kain yang dipakai, seperti kain katun, mori, polyester dan kain sutera.

Pembuatan batik Sasirangan tidak diperlukan peralatan khusus,


cukup dengan tangan saja untuk mendapatkan motif maupun corak tertentu,
yakni melalui teknik jahitan tangan dan ikatan yang dibuat dengan teknik tusuk
jelujur kemudian diikat tali rafia dan selanjutnya dicelup.

Batik Sasirangan bisa digunakan dalam berbagai kesempatan. Bisa


untuk kegiatan sehari-hari maupun menghadiri pesta perkawinan atau berbagai
acara resmi lainnya. Coraknya yang beragam dan mencolok akan menambah
cantik dan indah pemakainya.Harga kain Sasirangan bervariasi mulai Puluhan
Ribu hingga Ratusan Ribu Rupiah per meter sesuai dengan motif, warna dan
bahan kain yang digunakan.

Batik Sasirangan adalah kain adat suku Banjar Kalimantan Selatan


yang dibuat dengan teknik tusuk jelujur, diikat benang, gelang karet atau tali
rafia, dan kemudian dicelup kedalam air hangat yang diberi pewarna. Pewarna

7
yang digunakan sebagian dari bahan pewarna alam, seprti kulit kayu ulin, jahe,
air kulit pisang dan daun pandan.

Pada zaman Kerajaan Banjar, batik Sasirangan digunakan sebagai


ikat kepala atau “laung”, ikat pinggang untuk kaum lelaki dan selendang atau
kemben untuk kaum perempuan. Bahkan kain Sasirangan dahulu kala juga
dipakai untuk upacara adat dan alat penyembuhan orang sakit. Belakangan ini,
Sasirangan terus berkembang menyebar ke berbagai daerah seiring dengan
perkembangan dunia mode yang sering mengadaptasi pakaian-pakaian adat
tradisional.

Proses Pembuatan:

Menyiapkan Kain Putih


Langkah pertama dalam membuat kain sasirangan yaitu mempersiapkan bahan
kain putih polos sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Pada awal
kemunculannya bahan baku yang digunakan untuk membuat kain sasirangan
yaitu berupa serat kapas (cotton), namun seiring berjalannya waktu saat ini lebih
banyak memanfaatkan material lain seperti santung, balacu, kaci, king, satin,
polyester, rayon, dan sutera.
Sumber : http://amalsafwanah.blogspot.com/
Pembuatan Pola Desain Pada Media Kain

Setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan pola gambar tradisional sesuai


dengan motif yang dikehendaki. Pola-pola inilah yang kemudian dijadikan
patokan dalam menjahit kain tersebut.

Sumber : http://www.indonesia.travel/
Menjahit Jelujur
Selanjutnya pola-pola tersebut dijahit jelujur menggunakan benang atau bahan
perintang lainnya dengan jarak satu sampai dua mili meter atau dua sampai tiga
mili meter. Benang-benang yang terdapat pada setiap jahitan-jahitan pola
tersebut ditarik sampai membentuk kerutan-kerutan.

9
Sumber : http://santidiwyarthi.blogspot.com/
Membersihan Kain
Bila kain yang digunakan mengandung kanji maka harus dibersihkan terlebih
dahulu dengan cara merendamnya dalam air dingin yang telah dicampur dengan
kaporit selama satu malam.
Pewarnaan Kain
Sedikitnya terdapat tiga cara pewarnaan kain sasirangan, diantaranya
pencelupan, pencoletan, serta kombinasi keduanya (pencelupan dan
pencoletan).
a. Teknik pencelupan digunakan untuk memperoleh satu warna saja, yaitu
dengan cara mencelupkan kain ke dalam larutan zat pewarna, kecuali pada
bagian kain yang dijelujur. Bagian yang dijelujur akan tetap berwarna putih.
b. Pewarnaan dengan cara dicolet biasanya dilakukan apabila motif yang dibuat
memerlukan lebih dari satu warna.
c. Pada teknik pencelupan dan pencoletan, untuk memperoleh warna dasar
yang bagus kain dicelup terlebih dahulu kemudian dicolet dengan variasi warna
sebagaimana telah direncanakan.
Sumber : http://www.melayuonline.com/
Melepas Jahitan Jelujur
Selanjutnya benang-benang jahitan atau ikatan pada kain yang digunakan untuk
menjelujur tersebut kemudian dilepaskan seluruhnya, apabila kain dirasa sudah
agak kering. Sehingga akan terlihat motif-motif bekas jahitan yang tampak
diantara kain tersebut.

Sumber : http://ikm.kemenperin.go.id/

11
Pencucian
Setelah seluruh perintang dilepaskan, barulah kemudian dicuci sampai bersih
ditandai dengan air bekas cuciannya yang jernih atau tidak berwarna lagi.

Sumber : http://www.indonesia.travel/
Pengeringan
Tahap selanjutnya, kain dijemur di tempat yang teduh dan tidak terkena
paparan sinar matahari langsung.

Sumber : http://budaya-indonesia.org
Finishing / Disetrika
Sebagai penyempurnaan akhir dari proses pembuatan kainsasirangan, kain
tersebut kemudian di setrika agar menjadi halus, licin dan rapi.

2. Batik Benang Bintik

Dari Kalimantan Tengah

13
Batik Benang Bintik merupakan kain batik khas daerah Kalimantan Tengah.
“Benang” dalam bahasa setempat berarti helaian kain putih, sedangkan “bintik”
berarti desain atau bintik yang diterakan di atas “benang”. Kekhasan pada baik
ini terletak pada jenis motif yang mencerminkan kebudayaan suku Dayak, suku
asli daerah tersebut. Motif-motif yang dituangkan dalam kain batik diambil dari
lukisan-lukisan atau ukiran-ukiran yang biasa digunakan oleh masyarakat Dayak
zaman dahulu dalam berbagai ritual atau upacara adat.

Motif dalam Batik Benang Bintik juga terpengaruh oleh kepercayaan Suku Dayak
yang disebut Kaharingan. Meskipun kini sebagian besar Suku Dayak telah
memeluk agama resmi di Indonesia, seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan
Budha, namun mereka

tidak meninggalkan kepercayaan leluhur yang disebut dengan Kaharingan.


Kepercayaan ini berkembang melalui simbol-simbol, baik yang berwujud benda
alam di ruang angkasa, bumi, maupun dalam diri manusia. Salah satu wujud dari
simbol kepercayaan tersebut adalah Batang Garing atau Pohon Kehidupan yang
melambangkan suatu hubungan vertikal antara manusia dengan sang Penguasa
(Raying Hatala) dan hubungan horizontal antara manusia dengan makhluk lain
yang ada di bumi.

Pohon Kaharingan itulah yang kemudian menjadi ciri khas utama dari
motif Batik Benang Bintik di samping motif khas lainnya, seperti motif kawit
tuyan, guci, tombak, tameng, balain nihing, dan sebagainya. Meskipun
terkadang terdapat motif lain yang menghiasi kain Batik Benang Bintik, namun
motif tersebut hanya merupakan tambahan sebagai bentuk variasi dari para
pengrajin. Sampai saat ini, Batik Benang Bintik telah dipatenkan oleh Badan
Karya Dunia sebagai karya Bangsa Indonesia.
Pemilihan Batik Benang Bintik sebagai ciri khas Kalimantan Tengah
berawal dari keinginan pemerintah setempat, yaitu Gubernur Soeparmanto
(1989-1994), agar daerahnya memiliki cenderamata yang khas sekaligus
menjadi busana formal bercirikan Kalimantan Tengah. Mengingat
pemasarannya masih terbatas pada pasar lokal, maka berbagai upaya pun
dilakukan untuk memperkenalkan Batik Benang Bintik kepada masyarakat luas.
Di antaranya adalah mengikuti pameran-pameran di luar daerah dan
menetapkan kebijakan untuk menggeliatkan penggunaannya seperti
mewajibkan pegawai instansi pemerintah menggunakan Batik Benang Bintik
seminggu sekali.

Tahapan yang pertama dimulai dari menyiapkan peralatan dan bahan


baku berupa kain dobi, rayon kembang, sutra bermotif, sutra polos, pewarna,
lilin, malam dan soda. Bahan-bahan baku ini biasanya didatangkan dari pulau
Jawa.

aska-batik.blogspot.co.id

15
Tahapan selanjutnya adalah pengecapan atau pemberian motif pada kain
yang polos menggunakan canting. Dilanjutkan dengan pencoletan atau
pemberian warna ke dalam motif yang sudah dibuat. Setelah itu, kain yang telah
bermotif diberi warna dasar seperti warna prosen atau warna neptol, biasanya
tahap ini disebut dengan penjegeran.

Tahap berikutnya adalah plorotan atau perebusan kain untuk


membersihkan yang masih melekat pada motif kain. Setelah kain direbus,
kemudian dicuci sampai bersih lalu dijemur.

Khusus kain dengan warna prosen cukup diangin-angikan saja selama 12


jam sambil dibalik-balik agar warnanya tetap merata. Setelah kering, batik
benang bintik siap dipasarkan. mulai dari bentuk kain sampai bentuk pakaian
jadi seperti rok, sarung, selendang, kemeja, maupun daster.

3. Batik Shaho

Dari Kalimantan Timur

Batik Shaho adalah Batik pengembangan dari batik batik yang sudah ada
sebelumnya di Jawa. Tidak seperti batik-batik lain yang diciptakan sejak zaman
kerajaan, batik Shaho diambil dari singkatan nama depan seluruh anggota
keluarga pencipta batik tersebut. Keluarga itu adalah Supratono dan Haryati
selaku orangtua dan ketiga anak mereka, Ardi, Hendri, dan Oki.

Shaho awalnya usaha sablon seragam sekolah yang dirintis Oki dan
orangtua pada 1990. Keterampilan menyablon didapat dari suatu pelatihan yang
diselenggarakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Balikpapan. dan
pada tahun 1993, usaha sablon itu mulai merambah ke batik.

Sepintas lalu, bila motif batik Kalimantan Timur ini dilihat seperti ragam
hias yang terdapat pada tameng atau ornamen pada topi khas Dayak ‘seraung’.
Motifnya cenderung sangat sederhana karena garis dan titik yang menjadi ciri
khas batik pada umumnya jarang ditemukan pada batik ini.

Batik Shaho, sebagian besar motif batik Kaltim (Kalimantan Timur)


mengadopsi motif motif dari suku Dayak, seperti Dayak Kenyah dan Dayak
Shaho. Ciri khas batik dari Kalimantan Timur ini, antara lain mempunyai warna
warna cerah atau ’jreng’, misalnya merah, hitam, hijau, kuning, dan biru.

Bentuk motifnya juga sangat banyak, di antaranya adalah patung dan


tameng. Jenis kainnya untuk batik tulis ini adalah katun dan sutera, sedangkan
untuk jenis kain tissue itu merupakan kain bermotif batik.

Proses pembuatan batik tulis ini seperti halnya pengolahan batik yang
sudah ada, yaitu dipola, dicanting, diwarna sampai pada proses pencelupan dan
sebagainya.

Harga batik batik tersebut bervariasi karena tergantung dari jenis kain dan
proses pembuatannya. Karena itu, ada yang dijual per meter, ada pula yang per
potong, dan ada pula yang dipasarkan siap pakai. Untuk yang jenis kainnya

17
katun dan proses membatiknya menggunakan teknik printing bukan sablon,
harga per meternya bisa Rp 15.000.

Sayangnya, Batik produksi Shaho amat sulit didapat. Produk tidak dijual
bebas di butik atau pusat perbelanjaan seperti batik-batik lainnya. Batik Shaho
cuma bisa didapat di tempat pembuatan di Batu Ampar, Kalimantan timur.

C.Filosofi Batik Kalimantan

1 Batik Sasirangan
 Kain sasirangan warna kuning merupakan tanda simbolik bahwa
pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit kuning
(bahasaBanjar kana wisa)
 Kain sasirangan warna merah merupakan tanda simbolik bahwa
pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit sakit kepala, dan
sulit tidur (imsonia)
 Kain sasirangan warna hijau merupakan tanda simbolik
bahwapemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit lumpuh
(stroke)
 Kain sasirangan warna hitam merupakan tanda simbolik bahwa
pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit demam dan kulit
gatal-gatal
 Kain sasirangan warna ungu merupakan tanda simbolik bahwa
pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit sakit perut
(diare,disentri, dan kolera)
 Kain sasirangan warna coklat merupakan tanda simbolik bahwa
pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit tekanan jiwa
(stress)

2 Batik Benang Bintik

Nilai istimewa batik Benang Bintik terletak pada ragam motif yang
menjadi cermin keunikan kebudayaan dari suku asli Kalimantan Tengah yakni
suku Dayak. Perwujudan coraknya diinspirasi dari lukisan atau ukiran yang sering
digunakan masyarakat Dayak zaman dulu ketika melakukan suatu ritual maupun
upacara adat. Kepercayaan leluhur suku Dayak yang disebut Kaharingan sangat
kental memberi pengaruh terhadap corak batik Benang Bintik.

3 Batik Shaho

Motif batik Kalimantan Timur dikenal dengan nama ‘’Motif Shaho’’ yang
merupakan ciri khas kota Balik Papan. Motif Shaho umumnya berbentuk objek
benda bernyawa seperti manusia dan binatang. Motif yang biasa ditemukan
yaitu Batang Garing, yang memiliki makna sebagai simbol batang kehidupan
masyarakat Suku Dayak. Kedua, ada motif Mandau atau senjata khas Suku
Dayak. Ketiga, motif Burung Enggang (Tinggang) Burung Elang khas Kalimantan
dan yang keempat Balangga. Batik Kalimantan Timur juga memiliki berbagai
macam bahan seperti sutra, semi sutra, serat nanas, katun, dan doby atau lebih
dikenal dengan ulap doyo. Warna yang digunakan warna-warna yang berani
seperti shocking pink, hijau stabilo, merah terang, oranye, dan masih banyak
lagi. Sementara itu Kalimantan Barat memiliki motif yang unik dan juga indah.

19
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan

Di negeri tercinta kita ini,terdapat berbagai macam jenis batik.Salah


satunya adalah Batik kalimantan.Batik Kalimantan ini mempunyai berbagai
macam jenis.

B. Saran
Sebaiknya memakai batik perlu ditingkatkan lagi agar cirri khas kiya
sebagai warga Negara Indonesia tidak hilang. Karena beberapa Negara lainnya
sudah mengakui batik Indonesia. Untuk itu kita harus bangga menjadi anak
Indonesia.
Daftar Pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Batik

https://www.slideshare.net/100000259467670/batik-kalimantan

http://jejetriya.blogspot.co.id/2014/01/batik-shaho-khas-kalimantan-timur.html

https://goresancanting.blogspot.co.id/2015/08/keistimewaan-batik-kalimantan.html

http://www.sirnarasa.online/2013/03/ciri-khas-batik-kalimantan.html

http://www.infobudaya.net/2017/10/batik-cantik-dari-indonesia-timur/

21

Anda mungkin juga menyukai