Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KOMPARATIF PENGGUNAAN CANTING

ELEKTRIK DAN CANTING MANUAL TERHADAP HASIL


PENCANTINGAN BATIK MOTIF MELAYU PUCUK REBUNG
DI ARDHINA BATIK MEDAN

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Tata Busana

Oleh :

Wan Aras

5173143025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA

JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN PERNYATAAN

KATA PENGANTAR

ABSTRAK

ABSTRACT

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Batik adalah salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang mana telah
di resmikan UNESCO pada tahun 2009. Batik merupakan karya seni dua dimensi
yang dituangkan kedalam kaindan objek lain untuk berbagai kegunaan mulai dari
pakaian, lenan rumah rangga, dan hiasan. Dalam perkembangannya, kain batik bukan
hanya dipakai dalam upacara tertentu. Kain batik dikreasikan dan dimodifikasi
menjadi pakaian yang indah. Kain batik digunakan sebagai seragam sekolah, seragam
kantor, bahkan pakaian-pakaian modern berkelas internasional. Batik merupakan
karya seni kebanggan Indonesia selain karena memiliki warna yang khas dimana
setiap daerah di Indonesia sekarang telah memiliki batik kebanggaannya masing-
masing.
Batik merupakan salah satu karya kesenian yang dapat digunakan sebagai ciri
identitas Indonesia yang sudah turun menurun. Batik dinilai sebagai ikon budaya
yang memiliki keunikan dan filosofi mendalam, serta mencakup siklus kehidupan
manusia, sehingga ditetapkan sebagai warisan budaya dari kemanusiaan (Magh’firoh,
2019 : 31).
Batik di setiap daerah Indonesia sangat beragam mulai dari warna, bentuk,
dan motif nya masing masing. Motif dan warna dari kain batik tentu saja memiliki
makna dan cerita kiasan yang terlukis di dalamnya. Motif yang terpopuler dapat di
mulai dari jawa. Daerah jawa memiliki motif batik parang yang tersusun rapi
layaknya gelombang ombak yang bermakna semangat yang pantang menyerah, mptif
parang besar melambangkansesuatu yang agung seperti raja dan motif parang yang
kecil melambangkan putri kerajaan yang anggun. Batik motif trutum yang terlihat
seperti bitang yang bermakna cinta tulus tanpa syarat. Batik motif mega mendung
mega berarti awan mendung berarti gelap maka motif ini bermakna kesabaran yang
tidakmudah marah saat menghadapi masalah. Batik motif kawung yang sejenis
kolang kaling disusun geometris yang bermakna kerja keras akan membuahkan hasil.
Batik motif sekar jagat memiliki bentuk seperti peta dunia harapan yang yang ingin di
sampaikan dalam motif ini yaitu agar keelokan pemakainya kan terpancar melalui
batik yang dikenakan. Batik ghurdaa latar kembang digambarkan ornament mahkota
dengan dikelilingi bunga yang bermakna kedudukan tinggi yang pantas dan baik.
Daerah Bali memiliki batik motif ulam sari mas berbentukikan dan udang yang
menggambarkan kekayaan alam bali. Daerah Papua memiliki motif cendrawasih yang
merupakan hewan khas papua yang bermakna kekayaan, keindahan, dan keanggunan.

1
Batik Sulawesi yaitu memili motif lontara yang berbentuk kasara lontara yang
menuliskan empat etnis di Sulawesi yaitu bugis, makasar, toraja, dan mandar. Batik
Kalimantan memiliki motif batik dayak, dayak berarti sungai sehingga batik motif ini
menggambarkan aktifitas masyarakat di sungai. Batik Aceh memiliki motif Pintu
Aceh yang bermakna kerendahan hati dan lapang dada. Batik Sumatera Utara sangat
beragam di karenakan Sumatera Utara memiliki banyak suku seperti Melayu, Batak
karo, Batak Toba, Mandailing, Fak-fak/Dairi, Simalungun, Pesisir dan Nias dan
setiap sukunya memiliki batik khasnya masing masing.
Batik Suku Melayu dari Sumatera Utara memiliki beberapa motif salah
satunya motif pucuk rebung yang berbentuk yang berbentuk tunas bambu, makna
yang terkandung di dalamnya yaitu kekuatan yang muncul dari dalam. Motif pucuk
rebung dapat kita jumpai dalam beberapa jenis sesuai bentuknya. Kendati demikian
motif ini memiliki kesamaan satu dan lainnya yaitu bentuk segitiga tunas yang
dikelilingi daun.
Dalam pembuatan batik dari sabang sampai merauke memiliki alat, teknik,
dan bahan yang sama serta banyak menggunakan istilah penamaan jawa karena kiblat
batik dari pulau Jawa tepatnya Pekalongan, Jawa Tengah. Proses penciptaan karya
batik tidak terlepas dari bahan dan alat yang telah disempurnakan terus menerus
hingga saat. Salah satu alat dalam proses pembuatan karya batik adalah canting yang
berfungsi untuk melekatkan lilin atau malam di atas permukaan kain. Keberadaan
canting dalam proses penciptaan batik tak tergantikan oleh alat lain, dikarenakan
menurut beberapa ahli bahwa kata batik berasal dari kata “tik” yang berarti kecil dan
rumit, dan alat yang bisa menghasilkan efek kecil dan rumit adalah canting.
Dalam proses pembuatan batik, langkah awal yang dapat dilakukan adalah
melakukan proses penempelan bahan perintang pada lembar kain yang akan dijadikan
batik atau alat melukis batik. Langkah tersebut menjadi langkah awal yang dapat
dilakukan oleh pengrajin batik. Adapun cara membubuhkan malam batik pada lembar
kain tersebut, dikenal dengan beberapa cara antara lain dituliskan dengan
menggunakan canting, dituliskan dengan menggunakan kuas dan dicapkan dengan
menggunakan cap logam (tembaga) (Alamsyah, 2018:138).
Canting adalah alat pokok dalam membatik yang menentukan apakah hasil
pekerjaan itu disebut batik atau bukan batik Teknik pembuatan batik sebelum
detemukan canting, nenek moyang kita menggunakan batang bambu yang dibentuk
menyerupai pensil digunakan untuk menorehkan zat perintang yang dibuat dari bahan
bubur ketan, dan seni menghias kain ini dahulu banyak dibuat di daerah Jawa Barat
yang disebut dengan kain simbut. , teknik pembuatan batik yang mulamula
menggunakan batang bambu kemudian berkembang menggunakan canting tulis dari
tembaga.

2
Bentuk canting telah mengalami perkembangan dan penyempurnaan seiring
dengan kepandaian akal manusia, hal ini didasarkan pada keinginan untuk terus
menyempurnakan hasil batik yang diciptakan. Pada awalnya canting memiliki bentuk
yang sangat sederhana yaitu berupa batang kayu atau bambu yang ujungnya dililiti
logam dan bagian ujung ditempeli pipa kecil untuk tempat keluarnya lilin. Untuk
menampung lilin pada canting diberikan lilitan benang yang membentuk seperti
lingkaran.
Canting dibuat dari bahan tembaga karena tembaga mempunyai sifat ringan,
mudah dilenturkan dan kuat. Bentuk canting telah mengalami perkembangan dan
penyempurnaan seiring dengan kepandaian akal manusia, hal ini didasarkan pada
keinginan untuk terus menyempurnakan hasil batik yang diciptakan. Pada awalnya
canting memiliki bentuk yang sangat sederhana yaitu berupa batang kayu atau bambu
yang ujungnya dililiti logam dan bagian ujung ditempeli pipa kecil untuk tempat
keluarnya lilin. Untuk menampung lilin pada canting diberikan lilitan benang yang
membentuk seperti lingkaran Bentuk-bentuk canting sangat beragam, hal ini
disebabkan setiap daerah memiliki ragam motif batik yang berbeda-beda, sehingga
diperlukan juga spesifikasi tersendiri baik bahan atau alat yang akan digunakan dalam
pembuatan batik. Perbedaan itu juga terjadi pada macammacam bentuk canting yang
digunakan oleh pembatik daerah keraton (Vorstenlanden) dan pembatik yang berada
di pantai utara Pulau Jawa (Pesisiran). Bentuk canting yang ada di daerah keraton
(Vorstenlanden) ada 7 macam bentuk canting yaitu; (1) canting klowong; (2) canting
isen; (3) canting pemanggoeng; (4) canting penorong; (5) canting carat loro; (6)
canting nitik; dan (7) canting byok. Sedangkan macam-macam bentuk canting yang
ada di daerah pesisiran adalah (1) canting rengreng; (2) canting seret; (3) canting
cecek; (4) canting prapatan; (5) canting perliman; (6) canting cecek pitu; dan (7)
canting popokan. Secara umum canting gaya Yogyakarta memiliki bentuk
nyamplungan dengan garis sisi lurus dan bentuk cucuk pendek, sedangkan canting
gaya pesisiran bentuk nyamplungan atau badan canting memiliki sisi yang lengkung
sehingga mendekati bentuk bulat dan memiliki cucuk yang lebih panjang. Dengan
bentuk tersebut pada bagian lubang atas canting gaya pesisiran menjadi lebih kecil
dibandingkan dengan canting gaya Yogyakarta.
Pengembangan canting batik secara modern sudah memasuki ranah kolaborasi
dengan ilmu dan teknologi, dengan cara menghasilkan sebuah produk baru saat ini
sudah mencapai perkembangan motif dan teknik. tetapi selain itu ada juga
perkembangan lain yaitu metode dan alat. Salah satu perkembangan alat membatik
adalah adanya canting elektrik. Perkembangan ini terjadi pada tahun 2007 yaitu
diciptakannya bentuk lain dari canting yang dikenal dengan canting listrik. Penemuan
ini bertujuan untuk menciptakan sebuah bentuk dari canting yang bisa memudahkan
serta menjadikan membatik bisa dilakukan oleh siapapun. Secara bentuk canting ini

3
sama dengan canting tulis, namun pengencer lilin menggunakan enaga listrik 40 watt,
220 V 50 Hz yang disambungkan dengan kabel pada ujung belakang tangkai canting.
Sejauh ini pembuatan batik di wilayah Sumatera Utara masih menggunakan
canting lama atau canting manual bahkan di tempat galeri batik yang menjadi produk
UMKM unggulan Sumatera Utara. Dalam penelitian ini motif yang akan di gunakan
adalah motif pucuk rebung dari suku Melayu Sumatera Utara. peneliti akan
menganalisa apa perbedaan hasil batik motif melayu yaitu disini digunakan motif
pucuk rebung yang menggunakan cantik elektrik dengan menggunakan canting
manual.
Ardhina Batik Medan merupakan UMKM yang sudah Berdiri sejak Oktober
2010. Didirian oleh Bapak Rohayat Edy Gunawan. Ardhina Batik Medan memiliki
dua jenis batik yang dikembangkan adalah batik tulis dengan motif khas Sumatera
Utara serta batik cap atau cetak dengan motif Sumatera Utara. Produksi batik dari
sentra ini sering dipamerkan pada acara-acara pameran yang diadakan di Sumatera
Utara dan beberapa sudah mendapat pesanan dari beberapa instansi pemerintah untuk
pakaian seragam. Kini usaha Ardhina Batik Medan semakin berkembang dalam hal
pengembangan motif Sumaera Utara.Usaha Ardhina Batik Motif memiiki 10 anggota
pekerja dan terdiri dari beberapa pembagian tugas.
Dalam pembuatan batik di Ardhina Batik Medan para pekerjan masih
menggunakan canting manual yang mana canting manual ini memiliki beberapa jenis
ukuran maka dari itu saat membatik sau pekerja memerlukan beberapa canting sangat
berbeda jika menggunakan canting eletrik yang hanya memerlukan satu canting
dengan ujung tembaga canting berbagai ukuran, kita hanya perlu mengganti ujung
tembaganya saja. Membatik dengan canting manual memiliki masalah lain yaitu
sering menetes terlalu cepat karena lilin malam terlalu panas sehingga sering
meninggalkan noda lilin yang bukan termasuk kedalam motif yang di inginkan.
Canting manual saat di pakai harus menggunakan alat lain seperti kompor listrik
yang mana harga dan daya listrik yang digunakan lebih besar dari canting elektrik,
memerlukan wajah untuk mencairkan lilin malam, dan kain lap untuk menampung
lilin yang terjatuh karena terlalu panas. Membatik menggunakan canting manual saat
memulainya perlu memanaskan komor listrik dan menunggu lilin malam mencair
dengan waktu tunggu lima belas menit jika menggunakan canting elektrik memiliki
potensi waktu pencairan malam yang lebih cepat.
Melihat adanya perkembangan teknologi alat canting ini pastinya akan
mengubah cara membatik dan memiliki potensi mempengaruhi hasil mencanting
motif yang akan di batik. Namun harapannya hasil dari pencantingan batik motif
melayu pucuk rebung dengan menggunakan canting elektrik dengan hasil
pencantingan menggunakan canting manual akan tetap pada kualitas yang sebanding.

4
Berdasarkan topik tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Analisis Komparatif Penggunaan Canting Elektrik Dan Canting Manual
Terhadap Hasil Pencantingan Batik Motif Melayu Pucuk Rebung Dengan Di Ardhina
Batik Medan”.
Penelitian ini akan dilaksanakan di Ardhina Batik Medan, penelitian ini di
harapkan dapat menjadi bahan untuk menambah wawasan kepada masyarakat
sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan dan meningkatkan ketertarikan mencoba
sesuatu yang baru sesuai teknologi yang terbaharukan. Pemikiran yang selalu
berkembang kreatif dan ingin mencoba hal baru diharapkan akan memunculkan
sebuah perubahan yang positif. Maka dari itu penelitian mengenai komparasi hasil
mencanting menggunakan canting elektrik dengan canting manual diharapkan dapat
menjadi dasar penelitian berikutnya mengenai perkembangan teknologi alat
membatik canting elektrik.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Pencantingan batik motif melayu pucuk rebung yang menggunakan canting
elektrik hasilnya lebih rapi.
2. Pencantingan batik motif melayu pucuk rebung yang menggunakan canting
manual memakan waktu lama.
3. Pencantingan batik motif melayu pucuk rebung yang menggunakan canting
manual memiliki perbedaan langkah dalam proses membatik.
4. Pencantingan batik motif melayu pucuk rebung yang menggunakan canting
manual lebih ergonomis.
5. Pencantingan batik motif melayu pucuk rebung yang menggunakan canting
elektrik lebih mudah untuk di bersihkan.
6. Pencantingan batik motif melayu pucuk rebung yang menggunakan canting
manual lebih mudah di lakukan.

1.3 Pembatasan Masalah

Penelitian mengenai canting elektrik dan canting manual memiliki ruang


lingkup yang cukup luas sehingga penelitian ini di batasi yaitu :

Pencantingan batik motif melayu pucuk rebung yang menggunakan canting elektrik
hasilnya lebih rapi dibandingkan yang menggunakan canting manual.

5
1.4 Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah hasil kerapian pencantingan batik motif melayu pucuk rebung
menggunakan canting elektrik di Ardhina Batik Medan?
2. Bagaimanakah hasil kerapian pencantingan batik motif melayu pucuk rebung
menggunakan canting manual di Ardhina Batik Medan?
3. Bagaimanakah keuntungan dan kerugian menggunakan canting manual dan
canting elektrik dalam pencantingan batik motif melayu pucuk rebung
4. Bagaimanakah perbandingan hasil kerapian pencantingan batik motif melayu
pucuk rebung menggunakan canting elektrik dengan canting manual di
Ardhina Batik Medan?

1.5 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui hasil kerapian pencantingan menggunakan canting elektrik dalam
pencantingan batik motif melayu pucuk rebung di Ardhina Batik Medan.
2. Mengetahui hasil kerapian pencantingan menggunakan canting elektrik dalam
pencantingan batik motif melayu pucuk rebung di Ardhina Batik Medan.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan penggunaan canting eletrik dan canting
manual dalam pencantingan batik motif melayu pucuk di Ardhina Batik
Medan .
4. Mengetahui perbandingan hasil kerapian dalam pencantingan batik motif
melayu pucuk rebung di Ardhina Batik Medan.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang di harapkan dari penelitian ini adalah :

a. Manfaat Teoristis
1. Mengembangkan ilmu dan wawasan pengetahuan mengenai teknologi
canting elektrik.
2. Sebagai bahan masukan dan menambah informasi tentang perbedaan
canting elektrik dan canting manual.
b. Manfaat Praktis
1. Menjadi bagian dari gerakan uji coba teknologi terbaharukan sehingga
dapat di jadikan pilihan alat baru dalam berkreasi membuat batik.
2. Penggunaan canting elektrik akan mengurangi alat baik lainnya sehingga
lebih hemat.
3. Menjadi sebuah upaya untuk mengembangkan teknologi membatik kearah
yang lebih modern.

6
BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

Anda mungkin juga menyukai