Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang


kemajuan bangsa dan Negara dimasa depan, sehingga kualitas pendidikan dapat
menentukan kualitas bangsa dan Negara. Tugas dunia pendidikan adalah melahirkan
sumber daya manusia yang berkualiatas dan terhadap berbagai kemajuan. Begitu
juga halnya dengan guru selain membantu siswa memahami konsep-konsep materi
pelajaran yang diberikan dan mengaplikasin konsep-konsep tersebut, tetapi juga
mampu menumbuhkan minat siswa terutama pada pelajaran yang diberikan dan
siswa dapat melihat keterkaitan dalam kehidupan sehari-hari.

SMK ( Sekolah Menegah Kejuruan ) adalah salah satu lembaga pendidikan


nasional memiliki peran yang sangat penting dalam mencerdaskan dan meningkatkan
SDM yang memiliki kemampuan dalam keteknikan. Berdasarkan kurikulum 2013
SMK bertujuan meningkatkan kecerdasan pengetahuan kepribadian akhlak mulia,
serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai
dengan kejuruannya. Salah satu bidang yang dikelola dalam kurikulum SMK adalah
listrik dan elektronika. Berdasarkan kurikulum Departemen Pendidikan Nasional
Depdiknas, 1999) SMK jurusan listrik dan elektronika memiliki tujuan untuk : 1)
Mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap
profesional dalam lingkungan keahlian elektronika, 2) Mampu memilih karir,
berkompetensi dan mampu mengembangkan diri dalam lingkungan keahlian teknik
listrik dan elektronika, 3) menjadi tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi
kebutuhan dunia usaha dan pada saat ini dan masa yang akan datang, 4) Menjadi
warga Negara yang priduktif, adektif, dan kreatif.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong
untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas
diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa

1
untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami
informasi yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.
Akibatnya, ketika anak didik kita lulus dari sekolah mereka pintar secara teoritis,
tetapi mereka miskin aplikasi.

Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran. Mata pelajaran Dasar
Listrik dan Elektronika tidak dapat mengembangkan kemampuan anak untuk berfikir
kritis dan sistematis, karena strategi pembelajaran berfikir tidak digunakan secara
baik dalam setiap proses pembelajaran di dalam kelas. Banyak terdengar keluhan
dari peserta didik bahwa pelajaran Dasar Listrik dan Elektronika tidak menarik,
membosankan, peserta didik tidak tertarik untuk belajar. Seperti halnya yang terjadi
di SMK N 1 Percut Sei Tuan, peserta didik sangat susah untuk memahami pelajaran
khususnya Dasar Listrik dan Elektronika.

Berdasarkan fakta di lapangan menunjukkan bahwa umumnya peserta didik


kurang memberi respons yang positif terhadap pelajaran Dasar Listrik dan
Elektronika sehingga pada akhirnya menimbulkan kesulitan dalam belajar Dasar
Listrik dan Elektronika dan berdampak pada prestasi belajar peserta didik juga
rendah, terlihat dari nilai hasil belajar peserta didik masih rata-rata di bawah KKM.
Berdasarkan hasil observasi pada SMK N 1 Percut Sei Tuan, bahwa kemampuan
peserta didik dalam menguasai materi pembelajaran Dasar Listrik dan Elektronika
belum memuaskan, terbukti dari nilai ulangan peserta didik di kelas X SMK N 1
Percut Sei Tuan, dari 26 orang peserta didik 65% atau 17 peserta didik diantaranya
memperoleh nilai yang masih dibawah nilai KKM. Hal ini diakibatkan oleh
kurangnya perhatian peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, kurangnya
komunikasi peserta didik dengan guru, serta kurangnya motivasi peserta didik untuk
belajar, penguasaan konsep dan prestasi belajar peserta didik pada pelajaran Dasar
Listrik dan Elektronika rendah.

Guru dituntut dapat memilih model pembelajaran yang dapat memacu


semangat setiap peserta didik untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman
belajarnya. Namun, pada kenyataannya yang terjadi di SMK N 1 Percut Sei Tuan
pada kelas X masih cenderung menggunakan model konvensional dengan pendidik

2
menjadi pusat sumber pembelajaran. Salah satu alternatif model yang
memungkinkan dikembangkannya keterampilan berfikir siswa (penalaran,
komunikasi, dan koneksi) adalah pembelajaran berbasis masalah. Boud dan Feletti
mengemukakan bahwa Pembelajaran berbasis masalah adalah inovasi yang paling
signifikan dalam pendidikan. Margetson mengemukakan bahwa kurikulum
pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan Pembelajaran berbasis
masalah membantu untuk meningkatkan perkembanagan keterampilan belajar
sepanjang hayat dalam pola fikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif.
Pembelajaran berbasis masalah memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah,
komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik
dibandingkan dengan pendekatan yang lain.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diduga strategi pembelajaran berbasis


masalah mempengaruhi tingkat keterampilan dan hasil belajara siswa. Sehingga
pengajuan judul skripsi ini berjudul : “Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis
Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Dasar Listrik dan
Elektronika Kelas X di SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka masalah dalam penelitian ini
adalah :

1. Siswa kurang dalam keberanian untuk bertanya, mengeluarkan pendapat


yang dimilikinya.
2. Siswa yang mengikuti mata dasar listrik dan elektronika di SMK N 1
Percut Sei Tuan belum memenuhi KKM yang ditetapkan sekolah
3. Metode pembelajaran berbasis masalah (PBL) dianggap dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam dasar listrik dan elektronika

3
C. Batasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi
pada materi pembelajaran Rangkaian Listrik Seri/Pararel yang dilaksankan pada
semester genap pada K.D 3.12 “Menerapkan hukum-hukum rangkaian listrik arus
bolak-balik” di kelas X SMK N 1Percut Sei Tuan dengan menggunakan Metode
Pembelajaran Berbasisi Masalah (PBL) Terhadap Hasil Belajar Siswa dalam dasar
listrik dan elektronika SMK N 1 Percut Sei Tuan medan.
D. Rumusan masalah
Permasalahan tersebut telah diuraikan dalam identifikasi masalah dan dibatasi
dalam batasan masalah di atas maka rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
dasar listrik dan elektronika kelas XI SMK N 1 Percut Sei Tuan dengan
menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah (PBL) ?
2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
dasar listrik dan elektronika SMK N 1 Percut Sei Tuan dengan
menggunakan metode pembelajaran konvensional terhadap pembalajaran
berbasis masalah ?

E. Tujuan Penelitian
Masalah yang sudah dibatasi dan dirumuskan di atas maka tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas XI SMK N 1
Percut Sei Tuan pada mata pelajaran dasar listrik dan elektronika karena Pengaruh
Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL).

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pendidikan Menengah Kejuruan
Murniarti (2009: 1-5) menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan
yang membekali peserta didik dengan berbagai pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman sehingga mampu menekuni suatu pekerjaan yang dibutuhkan bagi
dirinya sendiri, dunia kerja, maupun bagi pembangunan bangsanya. Tantangan
terberat dalam pendidikan kejuruan adalah pendidikan kejuruan dituntut untuk
menyiapkan tenaga kerja yang terlatih dan siap kerja (ready for use). Orientasi
pendidikan kejuruan adalah pada pembekalan keterampilan dimana lulusan
pendidikan kejuruan dipersiapkan untuk dapat memasuki pasar kerja atau
menciptakan pekerjaan sendiri sehingga bermanfaat bagi pertumbuhan dan
perkembangan perekonomian. Pendidikan kejuruan dapat dikatakan tidak
berorientasi pada pendidikan akademik. Proses pembelajaran yang dilakukan
cenderung kepada aktivitas praktik yang sesuai dengan bidang kejuruan tersebut.
Menurut Suwati (2008: 46) sekolah kejuruan adalah salah satu tingkat satuan
pendidikan yang memberikan pembelajaran, khususnya menekankan pada aspek
kejuruan yang diharapkan dapat membekali kehidupan di masa depan. Sekolah
kejuruan mempunyai kerangka pembelajaran yang mengalokasikan dalam tiga aspek
utama, yaitu aspek normatif, adaptif dan produktif. Ketiga aspek pembelajaran ini
akan memberikan pengaruh terhadap pemahaman anak didik terhadap pembelajaran
pengetahuan kenormalan, materi aplikasi kehidupan sampai pembelajaran tentang
keterampilan terpakai di dalam kehidupan. Alokasi porsi terbesar diberikan pada
aspek produktif dengan pertimbangann bahwa anak didik harus dapat survival
menghadapi kehidupan setelah selesai masa pendidikannya.
Pembelajaran praktik pada pendidikan kejuruan akan sangat membantu peserta
didik agar memiiki tingkat profesional yang lebih tinggi sehingga mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan situasi pasar atau dunia kerja
dan isndustri. Pendidikan diharapkan dapat berkembang secara berkesinambungan,
sehingga pendidikan kejuruan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan kebutuhan masyarakat, khususnya dunia kerja atau industri.

5
Pendidikan kejuruan, akan menghasilkan suatu lulusan yang memiliki
kemampuan dan kesadaran bahwa produktivitas adalah sesuatu yang perlu dan
penting dalam hidup dan kehidupan manusia. Prinsip pendidikan kejuruan yang
tersirat pada teori prosser dalam Singh (2006 : 8): ”Vocational education will be
efficient in proportion as the environment in which the learner is trained is a replica
of the environment in which he must subsequently work.”
Teori ini menyatakan bahwa tipe, jenis, jumlah, penggunaan dan penataan ruang,
bahan, peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk program pendidikan
kejuruan digunakan sebagai persiapan siswa untuk memasuki dunia industri. Dunia
industri yang dimaksud adalah dunia industri yang digunakan siswa untuk
melakukan program praktik industri. Melalui kondisi sekolah yang disesuaikan
dengan kondisi industri, kualitas dan kuantitas siswa diharapkan akan sesuai dengan
kualitas dan kuantitas yang diharapkan oleh industri. Setelah siswa melaksanakan
praktik industri, kondisi sekolah tetap disesuaikan dengan kondisi industri, hal ini
digunakan sebagai persiapan siswa untuk memasuki dunia kerja setelah lulus dari
pendidikan kejuruan.
Berbeda dengan teori prosser butir kedua yang lebih menekankan pada proses
pembelajaran. Teori prosser kedua dalam Singh (2006 : 8): “Effective vocational
education can only be given where the training jobs are carried out in the same way
with the same operations, the same tools and the same machines as in the occupation
itself.”
Implikasi dari pernyataan ini adalah instruktur atau guru praktik dituntut untuk
memiliki pengalaman kerja baru agar terampil dalam menggunakan peralatan baru.
Jenis peralatan yang digunakan juga harus memiliki kesamaan dengan peralatan yang
ada di dunia kerja. Keterampilan yang diajarkan harus mengikuti praktik dasar yang
sama seperti yang diharapkan perusahaan atau industri. Siswa juga dituntut untuk
dapat menyesuaikan diri dengan transisi dari situasi pembelajaran praktik ke situasi
dunia kerja atau praktik industri. Teori prosser ketiga lebih terfokus pada
kemampuan individu siswa.
Teori prosser ketiga dalam Singh (2006 : 8): “Vocational education will be
effective in proportion as it trains the individual directly and the manipulative habits
required in the occupation itself”

6
Terdapat dua faktor penting dalam pendidikan kejuruan yang tersirat dalam teori
prosser ketiga. Faktor pertama adalah kebiasaan siswa untuk memecahkan masalah
ilmiah dengan cara berpikir. Siswa dilatih untuk senantiasa memecahkan masalah
dengan berpikir. Kebiasaan berpikir dibentuk dengan melakukan pengulangan secara
terus menerus. Faktor kedua adalah kebiasaan manipulatif. Kebiasaan manipulatif
yang dimaksudkan adalah kebiasaan siswa untuk melakukan cara yang berbeda
untuk menyelesaikan masalah. Kebiasaan berpikir dan kebiasaan manipulatif sangat
erat kaitannya. Keduanya dapat dilakukan bersama-sama.
2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang
menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara
berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang
diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada
pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum
peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang
harus dipecahkan. Menurut Sheryl (dalam [3]) pembelajaran berbasis masalah
sebagai metode pembelajaran, dibangun dengan ide konstruktivisme dan pendekatan
pembelajaran berpusat pada siswa. Bila menggunakan pembelajaran berbasis
masalah, guru membantu siswa fokus pada pemecahan masalah dalam konteks dunia
nyata yang akan mendorong siswa untuk memikirkan situasi masalah ketika siswa
mencoba untuk memecahkan masalah. Model pembelajaran ini dilakukan melalui
kerjasama siswa dalam kelompok-kelompok kecil, menggunakan pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru bertindak sebagai fasilitator dan
menggunakan situasi kehidupan nyata sebagai fokus pembelajaran. Siswa akan
bekerja dalam kelompok untuk memecahkan masalah nyata dan kompleks yang akan
mengembangkan pemecahan masalah keterampilan, penalaran, komunikasi, dan
keterampilan evaluasi diri melalui pembelajaran berbasis masalah.
Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning Departemen
Pendidikan Nasional (2003), Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa menjadi
pembelajar yang mandiri, artinya ketika siswa belajar, maka siswa dapat memilih
strategi belajar yang sesuai, terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar
dan mampu mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan

7
belajarnya itu. Dari pengertian ini, dikatakan bahwa tujuan utama pembelajaran
berbasis masalah adalah untuk menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan
memotivasi siswa untuk terus belajar. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak
dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada
siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu
siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan
intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang mandiri. Dari
pengertian ini kita dapat mngetahui bahwa pembelajaran berbasis masalah ini
difokuskan untuk perkembangan belajar siswa, bukan untuk membantu guru
mengumpulkan informasi yang nantinya akan diberikan kepada siswa saat proses
pembelajaran.
Karakteristik Problem Based Learning PBL memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1) Belajar dimulai dengan satu masalah,
2) Memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa,
3) Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan seputar disiplin ilmu,
4) Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan
menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri,
5) Menggunakan kelompok kecil,
6) Menuntut siswa untuk mendemonstrasi-kan yang telah mereka pelajari dalam
bentuk produk atau kinerja.
Berdasarkan uraian di atas, tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model PBL
dimulai oleh adanya masalah yang dalam hal ini dapat dimunculkan oleh siswa
ataupun guru, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang
mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memcahkan masalah
tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan
sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar. Kriteria Pemilihan Bahan
Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu :
1) Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang
bisa bersumber dari berita,rekaman,video dan lain sebagainya.

8
2) Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa,
sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.
3) Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan
orang banyak,sehingga terasa manfaatnya.
4) Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi
yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5) Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa
perlu untuk mempelajarinya.
Adapun prinsip-prinsip Pembelajaran Problem Based Learning adalah:
1) Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan. Pembelajaran
tradisional didominasi oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan
pengetahuan ke kepala pembelajar. Kepala pembelajar dipandang sebagai
kotak kosong yang siap diisi melalui repetisi dan penerimaan. Pengajaran
lebih diarahkan untuk penyimpanan informasi oleh pembelajar pada
memorinya seperti menyimpan buku-buku di perpustakaan. Pemanggilan
kembali informasi bergantung pada kualitas nomer panggil(call number) yang
digunakan dalam mengklasifikasikan informasi. Namun, psikologi kognitif
modern menyatakan bahwa memori merupakan struktur asosiatif.
Pengetahuan disusun dalam jaringan antar konsep, mengacu pada jalinan
semantik. Ketika belajar terjadi informasi baru digandengkan pada jaringan
informasi yang telah ada. Jalinan semantik tidak hanya menyangkut
bagaimana menyimpan informasi, tetapi juga bagaimana informasi itu
diinterpretasikan dan dipanggil. Knowing About Knowing (metakognisi)
Mempengaruhi Pembelajaran.
2) Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila
pebelajar mengajukan keterampilan-keterampilan self monitoring, secara
umum mengacu pada metakognisi (Bruer, 1993 dalam Gijselaers, 1996).
Metakognisi dipandang sebagai elemen esensial keterampilan belajar seperti
setting tujuan (what am I going to do), strategi seleksi (how am I doing it?),
dan evaluasi tujuan (did it work?). Keberhasilan pemecahan masalah tidak
hanya bergantung pada pemilikan pengetahuan konten (body of knowledge),
tetapi juga penggunaan metode pemecahan masalah untuk mencapai tujuan.

9
Secara khusus keterampilan metakognitif meliputi kemampuan memonitor
prilaku belajar diri sendiri, yakni menyadari bagaimana suatu masalah
dianalisis dan apakah hasil pemecahan masalah masuk akal?
3) Faktor-faktor Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran. Prinsip
ketiga ini adalah tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan pebelajar
untuk memiliki pengetahuan dan untuk mampu menerapkan proses
pemecahan masalah merupakan tujuan yang sangat ambisius. Pembelajaran
biasanya dimulai dengan penyampaian pengetahuan oleh pembelajar kepada
pebelajar, kemudian disertai dengan pemberian tugas-tugas berupa masalah
untuk meningkatkan penggunaan pengetahuan. Namun studistudi
menunjukkan bahwa pebelajar mengalami kesulitan serius dalam
menggunakan pengetahuan ilmiah (Bruning et al, 1995). Studi juga
menunjukkan bahwa pendidikan tradisional tidak memfasilitasi peningkatan
peman masalah-maslah fisika walaupun secara formal diajarkan teori fisika
( misalnya, Clement, 1990).
Implementasi Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran
yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme. Dalam model PBL,
fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja
mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode
ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, siswa tidak saja harus
memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi
juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan ketrampilan
menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola
berpikir kritis. PBL dapat dimulai dengan mengembangkan masalah yaitu :
1) Menangkap minat siswa dengan menghubungkannya dengan isue di dunia
nyata menggambarkan atau
2) Mendatangkan pengalaman dan belajar siswa sebelumnya
3) Memadukan isi tujuan dengan ketrampilan pemecahan masalah
4) Membutuhkan kerjasama, metode banyak tingkat (multi-staged method)
untuk menyelesaikannya

10
5) Mengharuskan siswa melakukan beberapa penelitian independent untuk
menghimpun atau memperoleh semua informasi yang relevan dengan
masalah tersebut.
Pembelajaran PBL mendasarkan pada masalah, maka pemilihan masalah menjadi
hal yang sangat penting. Masalah untuk PBL seharusnya dipilih sedemikian hingga
menantang minat siswa untuk menyelesaikannya, menghubungkan dengan
pengalaman dan belajar sebelumnya, dan membutuhkan kerjasama dan berbagai
strategi untuk menyelesaikannya. Untuk keperluan ini, masalah open-ended yang
disarankan untuk dijadikan titik awal pembelajaran. Model pembelajaran berbasis
masalah dikembangkan berdasarkankonsep-konsep yang dicetuskan oleh Jerome
Bruner.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Untuk memberikan pengertian tentang hasil belajar maka akan diuraikan
terlebih dahulu dari segi bahasa. Pengertian ini terdiri dari dua kata ‘hasil’ dan
‘belajar’. Dalam KBBI hasil memiliki beberapa arti: 1) Sesuatu yang diadakan oleh
usaha, 2) pendapatan; perolehan; buah. Sedangkan belajar adalah perubahan tingkah
laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Secara umum Abdurrahman menjelaskan bahwa hasil belajar adalah kemampuan
yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.menurutnya juga anak-anak
yang berhasil dalam belajar ialah berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau
tujuan instruksional.
Adapun yang dimaksud dengan belajar Menurut Usman adalah “Perubahan
tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara satu individu dengan
individu lainnya dan antara individu dengan lingkungan.
Lebih luas lagi Subrata mendefenisikan belajar adalah “(1) membawa kepada
perubahan, (2) Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkanya kecakapan
baru, (3) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja.
Untuk lebih memperjelas Mardianto memberikan kesimpulan tentang pengertian
belajar:

11
1) Belajar adalah suatu usaha, yang berarti perbuatan yang dilakukan secara
sungguh-sungguh, sistematis, dengan mendayagunakan semua potensi yang
dimiliki, baik fisik maupun mental
2) Belajar bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam driri antara lain
perubahan tingkah laku diharapkan kearah positif dan kedepan.
3) Belajar juga bertujuan untuk mengadakan perubahan sikap, dari sikap negatif
menjadi positif, dari sikap tidak hormat menjadi hormat dan lain sebagainya.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses
belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik
pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik
dari sebelumnya.6 Hasil belajar merupakan salah satu indikator dari proses belajar.
Hasil belajar adalah perubahan perilaku uyang diperoleh siswa setelah mengalami
aktivitas belajar.7 Salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses
pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Dari beberapa teori di atas tentang pengertian hasil belajar, maka hasil belajar
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar (perubahan tingkah laku:
kognitif, afektif dan psikomotorik) setelah selesai melaksanakan proses pembelajaran
dengan strategi pembelajaran information search dan metode resitasi yang
dibuktikan dengan hasil evaluasi berupa nilai.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang
mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu yang berasal dari dalam peserta didik
yang belajar (faktor internal) dan ada pula yang berasal dari luar peserta didik yang
belajar (faktor eksternal).
Menurut Slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu:
a. Faktor internal terdiri dari:
1) Faktor internal terdiri dari:
a) Faktor jasmaniah
b) Faktor psikologis
2) Faktor eksternal terdiri dari:
a) Faktor keluarga
b) Faktor sekolah

12
c) Faktor masyarakat
Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik
yaitu:
1) Faktor internal meliputi dua aspek yaitu:
a) Aspek fisiologis
b) Aspek psikologis
2) Faktor eksternal meliputi:
a) Faktor lingkungan sosial
b) Faktor lingkungan nonsosial
Faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain:
1) Faktor internal yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani peserta didik.
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar
peserta didik misalnya faktor lingkungan.
3) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan mempelajari
materi-materi pembelajaran
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa secara garis
besar terbagi dua bagian, yaitu factor internal dan eksternal.
1) Faktor internal siswa
a) Faktor fisiologis siswa, seperti kondisi kesehatan dan kebugaran fisik, serta
kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran.
b) Faktor psikologis siswa, seperti minat, bakat, intelegensi, motivasi, dan
kemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi, ingatan,
berpikir dan kemampuan dasar pengetahuan yang dimiliki.
2) Faktor-faktor eksternal siswa
a) Faktor lingkungan siswa
Faktor ini terbagi dua, yaitu pertama, faktor lingkungan alam atau non sosial
seperti keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, sore, malam),
letak madrasah, dan sebagainya. Kedua, faktor lingkungan sosial seperti
manusia dan budayanya.

13
b) Faktor instrumental
Yang termasuk faktor instrumental antara lain gedung atau sarana fisik kelas,
sarana atau alat pembelajaran, media pembelajaran, guru, dan kurikulum atau
materi pelajaran serta strategi pembelajaran.
Tinggi rendahnya hasil belajar peserta didik dipengaruhi banyak faktor-faktor
yang ada, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Faktor-faktor tersebut sangat
mempengaruhi upaya pencapaian hasil belajar siswa dan dapat mendukung
terselenggaranya kegiatan proses pembelajaran, sehingga dapat tercapai tujuan
pembelajaran.
c. Manfaat Hasil Belajar
Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku seseorang yang
mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor setelah mengikuti suatu
proses belajar mengajar tertentu. Pendidikan dan pengajaran dikatakan berhasil
apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa merupakan akibat dari proses
belajar mengajar yang dialaminya yaitu proses yang ditempuhnya melalui program
dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses
pengajarannya. Berdasarkan hasil belajar siswa, dapat diketahui kemampuan dan
perkembangan sekaligus tingkat keberhasilan pendidikan.
Hasil belajar harus menunjukkan perubahan keadaan menjadi lebih baik,
sehingga bermanfaat untuk: (a) menambah pengetahuan, (b) lebih memahami sesuatu
yang belum dipahami sebelumnya, (c) lebih mengembangkan keterampilannya, (d)
memiliki pandangan yang baru atas sesuatu hal, (e) lebih menghargai sesuatu
daripada sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa istilah hasil belajar merupakan
perubahan dari siswa sehingga terdapat perubahan dari segi pegetahuan, sikap, dan
keterampilan.

14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan


penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis kegiatan
penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis terencana dan terstruktur
dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitian.
2. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pre-eksperimenal design, desain ini


belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Karna masih terdapat variabel
luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil
eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata
dipengaruhi oleh variabel independem. Hal ini dapat terjadi, karena tidak
adanya variabel control, dan sampel tidak dipilih secara random.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah One-Group Pretest-posttest Design.


Pada desain ini terdapat pretest, sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil
perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan
keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain ini dapat digambarkan seperti berikut:
O1 X O2

Keterangan:

O1 : nilai pretest (sebelum diajar dengan model embelajaran berbasis masalah)


X : perlakuan (menerapkan model pembelajaran berbasis masalah)
O2 : nilai posttest (setelah diajarkan dengan model pembelajaran berbasis
masalah)

15
C. Desain Perlakuan

Kelompok yang dilibatkan dalam penelitian ini diberi perlakuan sebagai berikut:
(1) Pendidik memberi pretest untuk mengetahui kemampuan peserta
didik(2)Pendidik merumuskan tujuan pembelajaran dengan jelas tentang latihan
yang diberikan. (3) pendidik mempersiapkan sumber belajar yang diperlukan
dalam melaksanakan latihan. (4) peserta didik memulai latihan sesuai arahan
pendidik (5)pendidik memastikan semua peserta didik terlibat dalam setiap
latihan yang diberikan. (6) memberikan umpan balik terhadap latihan yang
diberikan. (7) peserta didik diberi posttest.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang


mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian untuk ditarik kesimpulannya. Populasi
(universe) adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki
karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti (bahan penelitian).
Menurut Arif Tiro, Populasi adalah keseluruhan aspek tertentu dari ciri,
fenomena, atau konsep yang menjadi pusat perhatian dalam suatu studi atau
penelitian.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
keseluruhan objek yang akan diteliti. Adapun yang menjadi populasi pada
penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Percut Sei
Tuan, Kec. Medan Tembung, Kab. Medan.
2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui
cara- cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap
yang dianggap bias mewakili populasi. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sampel jenuh. Sampel jenuh adalah teknik penentuan

16
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering
dilakukan bila jumlah populasi relative kecil, kurang dari 30 orang. Dengan
demikian, sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK
Negeri 1 Percut Sei Tuan, Kec. Medan Tembung, Kab. Medan yang berjumlah
26 orang peserta didik, 21 laki-laki dan 5 perempuan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data yakni
dokumentasi dan tes. Tentang teknik pengumpulan data yang digunakan lebih
lengkapnya berikut akan dijelaskan dibawah ini:
1. Dokumentasi

Dokumentasi dapat digunakan sebagai pengumpulan data apabila


informasi yang dikumpulkan dari dokumen: buku, jurnal, surat kabar, majalah,
laporan kegiatan, notulen rapat, daftar nilai, kartu hasil studi, transkrip,
prasasti, dan yang sejenisnya. Pendapat senada mengatakan bahwa,
dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis,
seperti arsip-arsip dan termasuk buku-buku yang relevan, foto-foto, dan data-
data yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini
dokumentasi yang dimaksud peneliti adalah data tentang peserta didik dan foto-
foto proses pembelajaran peserta didik di SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan, Kec.
Medan Tembung, Kab. Medan.
2. Tes

Dalam penelitian ini instrument pengumpul data berupa serangkaian


pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu/kelompok. Tes juga berfungsi untuk menguji kemahiran matematika
peserta didik setelah memperoleh perlakuan. Bentuk tes yang digunakan adalah
soal cerita.

17
F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian memegang peranan penting dalam upaya mencari tujuan


penelitian. Bobot atau mutu penelitian kerapkali dinilai dari kualitas instrumen yang
digunakan. Hal ini tidaklah mengherankan, karena instrument penelitian itu adalah
alat-alat yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data dalam rangka
memecahkan masalah penelitian atau menggapai tujuan penelitian. Instrument dalam
penelitian ini adalah tes dan dokumentasi.
1. Tes

Tes hasil belajar matematika. Tes (Sebelum adanya Ejaan


yangdisempurnakan dalam bahasa Indonesia ditulis dengan test, tes adalah
merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah
ditentukan.
Tes yang dimaksud dalam penelitian ini berbentuk isian yang terdiri
dari 5 butir soal.
2. Dokumentasi

Dokumentasi mengenai hasil belajar peserta didik yang diperoleh dari


dokumentasi hasil belajar peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan,
Kec. Medan Tembung, Kab. Medan.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data hasil penelitian digunakan dua teknik statistik, yaitu statistik
deskriptif dan statistik inferensial.
1. Statistik Deskriptif

Statistik deskripif adalah suatu teknik pengolahan data yang tujuannya untuk
menuliskan dan menganalisis kelompok data tanpa membuat atau menarik
kesimpulan atas populasi yang diamati. Statistik jenis ini memberikan cara untuk
mengurangi jumlah data ke dalam bentuk yang dapat diolah dan
menggambarkannya dengan tepat mengenai rata-rata, perbedaan, hubungan-

18
hubungan, dan sebagainya. Hasil analisis deskriptif tersebut berfungsi mendapatkan
gambaran yang lebih jelas untuk menjawab permasalahan yang ada dengan
menggunakan statistik deskriptif.
Langkah-langkah dalam penyusunan data hasil penelitian adalah:

a. Membuat tabel Distribusi Frekuensi

Langkah langkah membuat tabel distribusi frekuensi adalah sebagai


berikut:

1) Menghitung rentang nilai (R), yakni data terbesar dikurangi data yang
terkecil

R = Xt – Xr

Keterangan:

R =RentangNilai Xt= Data terbesar Xr= Data terkecil

2) Menghitung jumlah kelas interval (K)

K = 1 + ( 3,3 ) log n

Keterangan:

K = Kelas interval

n = Banyaknya data atau jumlah sampel.47

3) Menghitung panjang kelas interval (P)


P =R/K
Keterangan :

P = Panjang kelas interval

R = Rentang nilai

K = Kelas interval

19
2. Statistik Inferensial

Statistik inferensial, sering juga disebut statistik induktif atau statistik


probalitas, pada statistik inferensial teknik statistik yang digunakan untuk
menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.
a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui bahwa sebaran data penelitian


berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas menggambarkan bahwa sampel
yang diambi berasal dari populasi yang berdistribusi secara normal. 53 Uji normalitas
pada penelitian ini dilakukan untuk mengolah nilai pretest dan postest. Metode yang
digunakan untuk menguji normalitas adalah uji Kolmogrov-Smirnov. Jika nilai
signifikasi dari hasil uji Kolmogrov-Smirnov e” 0,05, maka berdistribusi normal dan
sebaliknya terdistribusi tidak normal.
b. Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini menggunkan uji dua pihak, dengan :

H0 : Tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajarn berbasis masalah


(problem based learning) terhadap hasil hasil belajar mata pelajaran dasar listrik dan
elektronika kelas X SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan, Kec. Medan Tembung, Kab.
Medan.

H1 : terdapat pengaruh penerapan model pembelajarn berbasis masalah


(problem based learning) terhadap hasil belajar mata pelajaran dasar listrik dan
elektronika kelas X SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan, Kec. Medan Tembung, Kab.
Medan.
Untuk meguji hipotesis pada penelitian ini menggunakan bantuan SPSS versi
23. Dengan kriteria pengujinya adalah terima H0 jika Sig > α = 0,05 dan tolak H0
untuk harga yang lain.

20
DAFTAR PUSTAKA
Hutahaean, B.,Silitnoga, M. 2017. Perbedaan Hasil Belajar Instalasi
Penerangan Listrik Antara Siswa Yang Diajarkan Dengan Model Pembelajaran
Berbasisi Masalah Dengan Siswa Yang Diajarkan Dengan Model Pembelajaran
Ekspositori. Jurnal pendidikan teknologi dan kejuruan, 19 (1) : 44-52
Maryati, I. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada
Materi Pola Bilangan Di Kelas VII Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Mosharafa ,
7 (1) : 63-74
Tim Penyusun Pusat Bahasa (Mendikbud), Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, Ed. 3, cet. 4, 2007), h. 408 & 121.
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta:
Rineka Cipta, 1999), h. 38.
Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), h. 5.
Sumadi Surya Subrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo
Persada: 1995), h. 249.

21

Anda mungkin juga menyukai