Anda di halaman 1dari 27

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB III

PERKEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN BATIK DI MAGETAN


SERTA PASANG SURUTNYA 1960-2012

Seni batik merupakan salah satu jenis budaya bangsa yang kaya dengan nilai

estetika dan nilai filosofi yang mencerminkan nafas kehidupan manusia dan alam

lingkungannya. Tradisi membatik pun awalnya diwariskan secara turun temurun

sehingga corak tertentu mudah dikenali dan dikaitkan dengan golongan atau keluarga

tertentu.1

Batik merupakan tradisi penduduk Indonesia yang berkembang sejak masa

praaksara. Kebiasaan membuat ragam hias sudah dikenal sejak masa pelukisan

dinding-dinding gua pada masa praaksara dan berkembang pada masa Hindu-Buddha.

Ragam hias batik merupakan ekspresi yang menyatakan keadaan diri dan lingkungan

penciptanya. Ragam hias menjadi bagian dari proses imajinasi perorangan atau

kelompok, yang dipakai terus menerus akan menjadi sebuah tradisi.2 Istilah batik,

menurut etimologi kata “batik” berasal dari bahasa Jawa, dari kata “tik” yang berarti

kecil dapat diartikan sebagai gambar yang serba rumit. Di dalam Kesusasteraan Jawa

Kuno dan Pertengahan, proses batik diartikan sebagai “Serat Nitik”. Setelah keraton

1
Majalah GONG, 2009, “Yang Menghamba Pada Titik”, Yogyakarta:
Yayasan Tikar Media Budaya Nusantara, hlm. 12.
2
Harmoko,dkk., Batik Keraton dan Pesisiran; Sejarah dan Aspek Sosial
Budaya (Jakarta : Yayasan Harapan Kita, 1995), hlm. 3-5.

44

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45

Kartosuro pindah ke Surakarta, muncul istilah “mbatik” dari kata dasar “ngembat

titik” yang berarti membuat titik.3

Menurut dugaan dari beberapa ahli sejarah, batik yang berasal dari Indonesia,

khususnya di Pulau Jawa, semula berasal dari India. Namun, pendapat lain tentang

asal mula batik di Indonesia, yaitu dari Prof. Dr. R.M. Sutjipto Wirjosaputro yang

menyatakan bahwa asal mula kebudayaan batik di Indonesia sebelum bertemu dengan

kebudayaan India, bangsa Indonesia telah lama mengenal aturan-aturan untuk

menyusun syair, mengenal industri logam, teknik untuk membuat kain batik dan

sebagainya, dan yang mengembangkan kesenian India di Indonesia adalah bangsa

Indonesia.4

Menurut Nian S. Djoemena,5 secara garis besar terdapat 2 golongan ragam

hias batik, yaitu ragam hias geometris dan ragam hias non-geometris. Yang termasuk

golongan geometris adalah:

1. Garis miring atau parang


2. Garis silang atau ceplok
3. Anyaman dan Limar

Yang termasuk golongan non-geometris adalah:

1. Semen, terdiri dari flora, fauna, meru, lar dan sejenis itu yang ditata secara
serasi.
2. Lunglungan
3
Riyanto, dkk., Katalog Batik Indonesia (Yogyakarta: Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik, 1997), hlm. 11.
4
Sewan Susanto, Batik Modern (Yogyakarta: Balai Penelitian Batik dan
Kerajinan, 1975), hlm. 307.
5
Djoemena, Nian S, Ungkapan Sehelai Batik (Jakarta: Djambatan, 1986),
hlm. 7.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

3. Buketan, dari kata bahasa Prancis atau Belanda bonquet jelas merupakan ragam
hias pengaruh dari luar dan termasuk ragam hias pesisir.

Sehubungan dengan ragam hias, seni batik dibagi menjadi dua karakteristik

ragam hias yaitu batik keraton dan batik pesisiran. Batik keraton merupakan batik

yang tumbuh dan berkembang berdasarkan nilai filsafat kebudayaan Jawa yang

mengacu pada nilai-nilai spiritual dan pemurnian diri, serta memandang manusia

dalam konteks harmoni semesta alam yang tertib, serasi dan seimbang (harmonis).

Batik keraton memiliki motif yang pakem dan tidak bisa sembarangan dirubah

motifnya. Sedangkan batik pesisiran merupakan batik yang menyerap pengaruh

budaya asing dan mengalami perpaduan pengembangan motif daerah masing-masing

sertra bersifat fleksibel. Persebaran awalnya berada di wilayah pantai utara Jawa.6

Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan erat dengan perkembangan

Kerajaan Majapahit, penyebaran Islam serta Perang Diponegoro. Tidak hanya

terpusat di wilayah Jawa saja, perkembangan batik kemudian menyebar ke berbagai

daerah. Dari berbagai wilayah kerajaan seperti Solo dan Yogyakarta, tradisi

membatik berkembang ke berbagai wilayah lain. Kerajinan batik, baik corak maupun

teknik pembuatan, menyebar hampir ke seluruh Nusantara, bahkan di luar negeri pun

berkembang pula aneka corak dan tekniknya. Hampir di berbagai kawasan di

Indonesia memiliki corak batik yang khas. Sebut saja Batik Solo, Batik Yogyakarta,

6
Ani Bambang Yudhoyono, Batikku: Pengabdian Cinta Tak Berkata
(Gramedia Pustaka: Jakarta, 2011), hlm. 228.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

Batik Ponorogo, Batik Lasem, Batik Cirebon, Batik Pekalongan, Batik Madura, dan

lain-lain. Salah satu daerah yang juga memiliki batik adalah Kabupaten Magetan.

Di Kabupaten Magetan, daerah penghasil batik terletak di Desa Sidomukti,

Kecamatan Plaosan. Para pengrajin batik di Desa Sidomukti dulunya hanya

merupakan buruh batik dari para pengusaha kain di Magetan, karena mendapatkan

kemajuan ekonomi berkat bantuan dari pemerintah dapat menghimpun faktor-faktor

produksi yang diperlukan sehingga dapat mendirikan industri-industri batik yang

pada akhirnya berkembang menjadi usaha yang lebih besar.

A. Masa Berkembangnya Usaha Membatik dan Industri Batik Sudah Mulai


Dibangun Tahun 1960-1980

Kerajinan batik sudah berkembang lama di Desa Sidomukti, bahkan sebelum

Indonesia merdeka. Keahlian membatik diturunkan secara turun temurun kepada anak

cucu mereka. Awalnya di Desa Sidomukti membatik hanya digunakan untuk

membuat pakaian sendiri dan untuk mengisi waktu luang setelah bekerja. Baru pada

tahun 1960-an mulai berkembang menjadi suatu mata pencaharian dengan adanya

pesanan dari pengusaha-pengusaha pakaian yang berada di kota Magetan.

Keterampilan yang dipunyai oleh masyarakat di Desa Sidomukti, dilirik oleh para

pengusaha yang ada di kota untuk dimanfaatkan. Pembuatan batik pada masa ini

masih berupa motif pada umumnya yaitu motif-motif batik keraton yang berasal dari

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

Surakarta dan Yogyakarta, seperti: Parang Kusumo, Kawung, Sido Luhur, Sido

Mukti, Sido Mulyo, dan lain-lain.7

Salah satu pengusaha yang terkenal yaitu Ibu Joyo. Beliau merupakan salah

satu pengusaha dari Magetan yang memesan batik dari Desa Sidomukti dan

memasarkannya di Pasar Baru, Magetan. Pada saat itu masyarakat Sidomukti hanya

sebagai buruh batik saja. Hal ini dikarenakan pembatik di Sidomukti masih kesulitan

dalam hal peralatan, permodalan, serta masih kurangnya pengetahuan dan

ketrampilan, sehingga di Desa Sidomukti pembuatan batik hanya proses pembatikan

awal saja yaitu sampai proses penggambaran pada lembaran-lembaran kain putih saja

atau hanya sampai proses nyanting (membuat tema). Sedangkan untuk proses

finishing atau penyelesaian dikerjakan di tempat Ibu Joyo di Kota Magetan. Bahan

seperti mori dan lilin juga dibawa oleh para pemesan dari luar Desa Sidomukti.8

Pekerjaan menggambar kain ini didominasi oleh para wanita. Hal ini

dikarenakan mayoritas penduduk Desa Sidomukti petani yang didominasi oleh

penduduk laki-laki. Namun tidak semua memiliki tanah sendiri dan hanya sebagai

buruh tani, sehingga penghasilan mereka sedikit. Oleh karena itu, untuk

kelangsungan kondisi ekonomi keluarga para wanita turut mencari nafkah.

Banyaknya tenaga kerja wanita dalam pekerjaan membatik merupakan peninggalan

pemikiran dimana wanita yang mampu membatik dapat memberikan kebanggaan dan

status sosial. Hal tersebut disebabkan oleh riwayat batik yang berasal dari keraton dan
7
Bejo Haryono, Makna Batik dalam Kosmologi Orang Jawa (Yogyakarta:
Direktorat Permuseuman, 2004), hlm. 15.
8
Wawancara dengan Tikno tanggal 6 Januari 2014 di Desa Sidomukti.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49

hanya dikerjakan wanita priyayi serta aktivitas membatik merupakan keahlian langka

yang membutuhkan keterampilan khusus. Keahlian tersebut harus dipelajari secara

intens dan membutuhkan waktu yang tidak singkat.

Pada akhir tahun 1970, batik di Desa Sidomukti mengalami penurunan. Hal

ini dikarenakan para pengusaha yang ada di Magetan banyak yang mengambil batik

dari wilayah Solo, dengan harga yang lebih murah. Di Solo pembuatan batik sudah

menggunakan teknik printing sementara pembatik di Desa Sidomukti memproduksi

batik tulis, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dan tentunya biaya yang

lebih mahal. Permasalahan tersebut ditambah lagi dengan banyaknya generasi tua

pembatik di Desa Sidomukti Magetan yang meninggal. Sehingga proses regenerasi

dalam hal batik banyak yang hilang.9 Selain itu, batik tulis pada waktu itu sedang

mengalami pasang surut.

Di kurun waktu tahun 1970-an batik tulis dan batik cap mengalami

kemunduran sebagai akibat munculnya teknik printing dalam dunia perbatikan di

Indonesia. Berawal dari perubahan penggunaan bahan baku kain berbahan serat

buatan seperti, polyster, polamyda, dan lycra. Proses pembatikan pada kain berbahan

serat buatan dengan cara menggunakan teknik sablon dan cetak printing. Kain hasil

teknik tersebut biasanya disebut dengan tekstil atau batik printing. Batik printing

adalah batik yang dibuat dengan sistem sablon atau hand print.10

9
Wawancara dengan Umiyati tanggal 25 November 2013 di Desa Sidomukti.
10
Simandjuntak, Edward, S, 1982, ‘Batik Tradisional Makin Terpojok,
Labelisasi untuk apa?’ Dalam Prisma, No. 72, hlm. 73-83.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

Hal ini juga berdampak terhadap industri batik di Sidomukti. Industri batik di

Sidomukti pun sempat menghilang dan tidak memproduksi lagi kain batik karena

sepinya permintaan. Akibatnya masyarakat Sidomukti yang sebelumnya berprofesi

sebagai pengrajin batik, banyak yang beralih profesi ke industri kecil lain seperti

makanan ringan (emping, krupuk kulit), anyaman bambu, caping, dan sebagainya.11.

B. Masa Industri Batik di Desa Sidomukti Mengalami Kemunduran dan


Berhenti Tahun 1980-1990

Pada masa Orde Baru merupakan masa industri kecil di Indonesia mengalami

kemerosotan, hal ini diakibatkan karena kurang adanya perhatian pemerintah untuk

meningkatkan industri kecil dan cenderung memberi perhatian lebih pada industri

besar dan menengah di Indonesia. Perhatian pemerintah yang mengabaikan peranan

industri kecil, mengakibatkan merosotnya kesempatan kerja pada sektor industri dan

melemahnya perekonomian Indonesia pada saat itu.

Pada masa Orde Baru, pemerintah banyak melakukan kebijakan-kebijakan

yang lebih mementingkan pengusaha besar dan investor asing. Banyak produk-

produk asing yang bertebaran di pasaran. Di pasar banyak bermunculan kain-kain

tekstil yang berasal dari luar negeri. Mode produksi pada masa orde baru ini

manufaktur batik printing menghasilkan batik printing secara masal, kualitas halus

dan harga relatif murah dibandingkan dengan batik cap. Persaingan tinggi antara

batik printing dengan batik cap tidak dapat dihindari, terlebih lagi kondisi batik
11
Wawancara dengan Tikno tanggal 6 Januari 2014 di Desa Sidomukti.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

tulis.12 Akibatnya, pada tahun 1980, produk batik cap dan batik tulis terpaksa mundur

dari persaingan ekonomi. Para pengusaha-pengusaha kecil dan industi kecil di

perbatikan banyak yang gulung tikar karena kalah bersaing dengan munculnya batik

printing dan tekstil. Gejala ini menjalar ke berbagai tempat, termasuk daerah yang

terkenal dengan batiknya sekalipun seperti Surakarta. Bahkan tahun 1980 boleh

dikatakan merupakan masa dimana tren batik sempat menghilang. 13

Para pengusaha di Magetan dan Plaosan yang biasanya memesan batik tulis di

wilayah Desa Sidomukti di antaranya adalah Ibu Ndari (Magetan), Ibu Joyo Sukamti

(Magetan), Ibu Imam Kandar (Plaosan) dan Bapak Basuki (Plaosan). 14 Pada tahun

1975-1982, produksi Batik di Desa Sidomukti mengalami penurunan bahkan terhenti.

Hal ini disebabkan karena para pengusaha yang biasa memesan batik di desa

Sidomukti banyak yang meninggal atau keturunannya tidak meneruskan usaha batik

mereka. Ditambah lagi faktor lain berupa mulai munculnya teknik printing dan

naiknya pamor rok sebagai busana wanita pada tahun 1980-an.15

Menanggapi berbagai hal yang dihadapi para pengrajin batik di Desa

Sidomukti, pada tahun 1982 Pemerintah Kabupaten Magetan lewat Dinas

Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) memberikan peralatan, pembinaan,

dan pelatihan membatik pada masyarakat Desa Sidomukti. Program ini memiliki
12
Mahendra Wijaya, Ekonomi Komersial Ganda: Perkembangan
Kompleksitas Jaringan Sosial Ekonomi Perbatikan di Surakarta (Surakarta: UNS
Press, 2011), hlm.64-67.
13
Majalah U, 2008, “Selembar Batik Di Segala Musim”, Tempo Media
Group: Jakarta, hlm. 72.
14
Wawancara dengan Umiyati tanggal 25 November 2013.
15
Wawancara dengan Sulasmi tanggal 25 November 2013.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52

tujuan untuk menggali lagi potensi lokal yang ada di Magetan, khususnya di Desa

Sidomukti. Di samping itu, Disperindag juga bertujuan agar para pembatik tidak

hanya sebagai buruh batik saja, tetapi sudah bisa membuat hingga menjadi pakaian

jadi. Pembinaan dan pelatihan secara teknis yang dilakukan oleh Disperindag ini

dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Pada awalnya program ini

sempat berjalan lancar, namun lambat laun pada prosesnya perkembangan batik di

Sidomukti seperti jalan di tempat. Hal ini dikarenakan masih minimnya keterampilan,

permodalan, dan kesadaran para warga desa di Desa Sidomukti akan potensi daerah.

Selain itu juga dikarenakan tidak adanya sarana penunjang seperti tempat pemasaran,

rendahnya minat masyarakat terhadap batik dan sulitnya sarana prasarana yang

tersedia untuk sampai ke desa ini. Sehingga alur perkembangan industri batik

Sidomukti tidak mengalami peningkatan dan bahkan sempat berhenti. 16

C. Upaya Kembali Menumbuhkan Industri Batik di Desa Sidomukti serta


Munculnya Motif Baru Batik Pring Sedapur sebagai Identitas Batik di
Kabupaten Magetan Tahun 1990-2012

Perkembangan batik semakin meredup keberadaannya di tengah-tengah

pertumbuhan teknologi dan maraknya budaya pop. Kiblat gaya berbusana cenderung

ke arah yang modern seperti celana jeans, t-shirt, jumper menjadi tren di awal tahun

1990-an sebagai akibat dari meningkatnya akses terhadap televisi di masyarakat.

Orang-orang yang memakai batik dianggap orang kuno. Pada tahun 1990-an, pasar

16
Wawancara dengan Umiyati tanggal 25 November 2013 di Desa Sidomukti.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

perbatikan di Desa Sidomukti mengalami kelesuan, sebagai dampak minat terhadap

batik yang menurun. Apalagi kain-kain tekstil banyak yang masuk ke Indonesia,

dengan harga yang lebih murah.17

Di masa-masa menghilangnya tren batik tersebut, beberapa langkah dilakukan

oleh para pegiat mode Indonesia. Sebagai bentuk keprihatinan terhadap karya tradisi

bangsa yang kurang dikenal, batik kembali diperkenalkan kepada publik. Pada tahun

1993, di tingkat nasional, batik diperkenalkan kembali oleh Asosiasi Perancang

Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) lewat berbagai event mode. Awalnya hal

tersebut hanya himbauan kepada anggotanya agar menggunakan tekstil tradisional

untuk membuat baju modern. Belakangan himbauan ini justru menjadi gaya tersendiri

bagi perancang mode di APPMI.18

Krisis ekonomi di tahun 1997 mendorong lahirnya gerakan reformasi pada

tahun 1998 di Indonesia, yang berpengaruh ke berbagai lapisan masyarakat. Keadaan

politik yang kurang stabil sangat mempengaruhi kelangsungan ekonomi suatu negara.

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 juga dirasakan para

pengrajin batik di Desa Sidomukti. Krisis ekonomi dan arus reformasi berpengaruh

pada semakin meredupnya usaha batik ini. Naiknya harga-harga kebutuhan pokok

membuat harga-harga lain ikut melambung. Para pengrajin batik tidak mampu

membeli bahan-bahan membatik seperti malam, kain mori, dan lain-lain. Selain itu

17
Wawancara dengan Wasdiyana tanggal 6 Januari 2014 di Kantor Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Magetan.
18
Majalah U, 2008, “Selembar Batik Di Segala Musim”, Tempo Media
Group: Jakarta, hlm. 70.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

daya jual kain batik juga sedang mengalami penurunan, karena kondisi ekonomi

sebagian besar masyarakat sedang terpuruk. Akibatnya, masyarakat lebih memilih

kebutuhan pokok daripada membeli pakaian. Tingkat pesanan batik di Desa

Sidomukti pun sepi pesanan, kondisi ekonomi di Desa Sidomukti juga semakin

memprihatinkan. Para pengrajin batik banyak yang menganggur dan hanya

mengandalkan ekonomi keluarga dari sektor pertanian.

Melihat kondisi perekonomian Desa Sidomukti yang semakin

memprihatinkan, Tikno yang pada tahun 1999 mencalonkan diri sebagai kepala desa

berujar apabila tepilih akan meningkatkan lagi industri batik yang ada di Desa

Sidomukti.19

Sebelum tahun 2000, pembuatan batik di daerah Sidomukti masih bersifat

individu dengan metode penerimaan pesanan dari dalam dan luar kota. Batik yang

dibuat pun masih merupakan batik setengah jadi, sehingga nilai jualnya pun hanya

sedikit. Hal ini dikarenakan masih minimnya modal serta teknik pembuatan batik,

dari dasar hingga selesai. Para pembatik biasanya menerima pesanan dari luar desa

Sidomukti di rumahnya masing-masing. Tentu saja antar pembatik saling terlibat

persaingan usaha. Secara umum, sarana dan prasarana yang mereka miliki juga sangat

kurang. Bahkan pengerjaan membatik hanya dapat melakukan proses pembatikan

sampai nyanthing (menggambar) saja.20

19
Wawancara dengan Tikno tanggal 25 November 2013 di Desa Sidomukti.
20
Wawancara dengan Umiyati tanggal 25 November 2013 di Desa Sidomukti.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55

Dua tahun setelah reformasi, demi memajukan pendapatan ekonomi daerah,

pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan Otonomi Daerah. Otonomi Daerah adalah

kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan

perundang-undangan. Sehubungan dengan diberlakukannya Undang-Undang

Otonomi Daerah melalui pemberian kewenangan secara penuh, telah mendorong

masing-masing pemerintah daerah dalam meningkatkan kinerja keuangaan daerah.

Kemampuan suatu daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah dapat dilihat pada

kemampuan keuangan daerahnya. Yang dimaksud dengan keuangan daerah di sini

adalah setiap hak yang berhubungan dengan masalah uang, antara lain berupa sumber

pendapatan, jumlah uang yang cukup dan pengelolaan keuangan yang sesuai dengan

tujuan dan peraturan yang berlaku.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Pendapatan Asli Daerah

(PAD) merupakan salah satu unsur penting dalam keuangan daerah. Dengan kinerja

PAD yang terus meningkat akan mendorong kemampuan keuangan daerah yang

optimal, khususnya dalam kaitannya dengan pembiayaan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan di daerah. Lebih lanjut berikut ini akan dijelaskan

perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Magetan pasca diberlakukannya

Otonomi Daerah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56

Tabel 3.
Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Magetan Tahun 2000-2011 (Milyar Rp)

No. Tahun Target Realisasi %


1. 2000 13,594 17,597 129,45
2. 2001 25,980 34,726 133,67
3. 2002 35,837 44,992 125,55
4 2003 47,921 57,267 119,50
5. 2004 23,065 24,202 103,42
6. 2005 57,977 63,369 109,30
7. 2006 71,601 85,512 119,43
8. 2007 81,702 91,192 111,62
9. 2008 38,006 39,559 104,09
10. 2009 43,434 48,832 124,26
11. 2010 46,676 52.307 113,31
12. 2011 58,840 62,010 105,39
Sumber : Dinas Pendapatan Kabupaten Magetan

Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kinerja pemerintah daerah dalam

mengupayakan Pendapatan Asli Daerah yang optimal cukup baik. Hal ini dapat

diketahui dari rata-rata persentase ketercapaian target yang mencapai 117,60 %.

Sedangkan dari perkembangan realisasi PAD sendiri pasca Otonomi Daerah terus

menunjukkan tren yang meningkat. Pada awal diberlakukannya Otonomi Daerah

tahun 2000 besarnya realisasi PAD Kabupaten Magetan adalah 17,597 Milyar

Rupiah, dan terus mengalami kenaikan yang stabil dari tahun ke tahun (nilai tertinggi

terdapat pada tahun 2007 sebesar 91,192 Milyar Rupiah). Kebijakan Otonomi Daerah

ini menaikkan anggaran pendapatan kabupaten Magetan yang salah satunya melalui

sektor pariwisata. Tren pariwisata pun meningkat dan merambah ke segala lini,

termasuk kerajinan Batik Tulis Sidomukti. Dengan tingkat PAD yang semakin tinggi,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57

dukungan pemerintah terhadap industi kerajinan masyarakat (IKM) semakin besar

dengan memberikan modal kepada IKM yang ada di Kabupaten Magetan, salah

satunya industri batik yang ada di Desa Sidomukti.

Pada tahun 2000 Tikno yang baru saja dilantik menjadi Lurah atau Kepala

Desa Sidomukti, merealisasikan janjinya waktu mecalonkan diri sebagai kepala desa

dengan menghidupkan kembali industri batik di Sidomukti. Kondisi ekonomi Desa

Sidomukti pada saat itu cukup memprihatinkan, sebagai dampak dari krisis ekonomi.

Selain itu, masyarakat Desa Sidomukti hanya mengandalkan sektor pertanian sebagai

sumber ekonomi, namun tidak semua memiliki lahan sendiri. Mayoritas laki laki di

Desa Sidomukti bekerja di sektor pertanian sebagai buruh tani, sedangkan

perempuannya hanya menjadi ibu rumah tangga mengurus anak-anak mereka tanpa

mempunyai penghasilan tambahan.21 Padahal untuk mendapatkan hasil panen

membutuhkan waktu beberapa bulan. Otomatis selama masa panen, warga Sidomukti

tidak memiliki penghasilan yang memadai.

Melihat keadaan ini, muncul ide dari Tikno untuk memberikan penghasilan

tambahan tanpa menyita waktu kaum wanita di Desa Sidomukti untuk mengurus

keluarga. Beberapa langkah strategis yang dilakukan untuk menghidupkan

perekonomian Desa Sidomukti, salah satunya adalah dengan menggalakkan kembali

kerajinan batik Sidomukti kepada masyarakat desa. Tikno melihat ada potensi besar

yang ada di Desa Sidomukti, yaitu keahlian membatik, yang memang sudah sejak

dari dulu dimiliki masyarakat Sidomukti. Selain itu Tikno menginginkan agar Desa
21
Wawancara dengan Tikno tanggal 6 Januari 2014 di Desa Sidomukti.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58

Sidomukti menjadi desa batik di Kabupaten Magetan. Tikno beranggapan bahwa

tidak semua masyarakat di desa-desa di Magetan bisa melakukan pekerjaan

membatik. Para pembatik harus memiliki “yoni” atau wahyu, yang diturunkan secara

turun temurun oleh nenek moyang mereka. Hal ini terbukti pada awal tahun 2000-an

Bupati Magetan Saleh Mulyono pada acara hari jadi kota Magetan, menyuruh untuk

semua daerah di Magetan untuk memamerkan industri lokal yang dihasilkan

daerahnya masing-masing agar lebih dikenal masyarakat luas. Namun dalam pameran

tersebut hanya Desa Sidomukti yang mampu membuat batik, meskipun daerah lain

juga memiliki industri-industri unggulan lain, seperti anyaman bambu, kulit, makanan

kecil, gamelan. dan lain-lain.22

Langkah-langkah yang dilakukan Tikno untuk mengembangkan lagi batik

yang ada di Desa Sidomukti salah satunya adalah dengan membentuk KUBE

(Kelompok Usaha Bersama) yaitu KUBE Mukti Rahayu dan KUBE Mukti Lestari.

KUBE dibentuk berdasarkan program pelaksanaan pemberdayaan fakir miskin

melalui mekanisme Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS).23 Pada

perkembangannya, KUBE ini juga menjadi tempat penjualan batik khas Desa

Sidomukti.

KUBE yang pertama kali berdiri adalah KUBE Mukti Rahayu pada tahun

2000 dengan jumlah anggota 10 orang. Tujuan didirikannya tidak lain adalah untuk
22
Wawancara dengan Tikno tanggal 6 Januari 2014 di Desa Sidomukti.
23
Keputusan Dirjen Pemberdayaan Sosial No. 239/PS.5/KPTS/V/2010
Tentang Penetapan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Penerima Program
Pemberdayaan Fakir Miskin Melalui Mekanisme Bantuan Langsung Pemberdayaan
Sosial (BLPS) Tahun 2010.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59

mengkoordinir masyarakat sekitar (khususnya wanita) untuk tumbuh secara ekonomi

dan mandiri. Setelah kelompok ini terbentuk, perhatian dan dukungan dari

pemerintah lokal maupun kabupaten diperoleh, baik dari segi pelatihan, alat, maupun

dana operasional.24

Usaha Tikno ini tidak sia-sia karena pada awal tahun 2002, para perajin batik

lewat KUBE mendapatkan bantuan berupa alat-alat dan bahan untuk membuat batik

tulis serta berupa dana produksi sebesar Rp. 2.000.000,- dari Dinas Sosial Kabupaten

Magetan.25 Setahun kemudian, yakni pada tahun 2003, KUBE kembali mendapatkan

bantuan berupa meja untuk batik printing dan dana operasional sebesar Rp.

2.250.000,- dari dinas yang sama.26

Bantuan dari pemerintah daerah meskipun tidak rutin tetapi menunjukkan

kenaikan dari tahun per tahun. Pemerintah mulai rutin memberikan bantuan kembali

pada tahun 2002 - 2004, tepatnya setelah adanya kebijakan otonomi daerah serta

reformasi.27

Pelatihan teknik membatik pun diberikan kepada para ibu-ibu dan wanita-

wanita muda di Desa Sidomukti. Batik yang dikerjakan masih berupa batik klasik

desa Sidomuki dengan corak yang sudah ada dipasaran. Awalnya metode ini berjalan

sesuai dengan yang diharapkan, namun semakin lama peminat dari batik ini semakin

turun. Hal ini dikarenakan batik tulis yang dikerjakan para pengrajin di Desa
24
Buku Profil KUBE “Mukti Rahayu 1”. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Magetan, 2014, hlm. 4-6.
25
Ibid., hlm. 6.
26
Ibid., hlm. 7.
27
KOMPAS tanggal 3 April 2009.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60

Sidomukti kalah bersaing dengan batik yang berasal dari Solo, Yogya maupun dari

Pekalongan yang sudah lama masuk di daerah Magetan. Batik klasik Sidomukti

dianggap batik kuno tidak modern, yang hanya digunakan oleh orang-orang tua.

Batik-batik dari ketiga daerah tersebut mempunyai motif yang lebih beragam

serta harga yang lebih terjangkau. Oleh karena itu, Tikno dan para pengrajin

memikirkan strategi baru untuk membuat sebuah motif yang khas dan berbeda dari

motif yang sudah ada serta bisa diterima di semua kalangan. Seiring dengan adanya

kemunculan batik sebagai ruang usaha, disusul juga ide atau gagasan untuk

mendirikan sebuah kelompok usaha bersama dan koperasi simpan pinjam untuk

kesejahteraan para pengrajin batik tulis di Desa Sidomukti, akhirnya Tikno bertujuan

menciptakan motif khas Desa Sidomukti yang belum ada di daerah lain.

Pada tahun 2002, terciptalah sebuah motif baru yang berbeda yaitu motif

bambu atau yang terkenal dengan sebutan Motif Pring Sedapur atau serumpun

bambu28. Motif ini terinspirasi dari keadaan desa tempat batik ini muncul, di Dusun

Papringan, Desa Sidomukti, yang masih banyak ditumbuhi oleh pohon-pohon bambu.

Dari sinilah tercipta motif-motif batik Pring Sedapur, dengan motif dasar bambu

yang dikolaborasi dengan motif-motif lain seperti gunung, bulan, jalak, bunga-bunga,

dan binatang-binatang serta tumbuh-tumbuhan yang banyak terdapat di sekitar

Gunung Lawu.29

28
Berita Metro tanggal 10 April 2012.
29
Wawancara dengan Tikno tanggal 25 November 2013 di Desa Sidomukti.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61

Tahun 2006, Pemerintah Kabupaten Magetan mulai memberikan perhatian

yang semakin besar terhadap industri kerajinan batik di Desa Sidomukti ini.

Pemerintah mulai lebih intens memberikan bantuan-bantuan baik itu berupa modal,

peralatan, maupun pelatihan-pelatihan teknis melalui Dinas Sosial Tenaga Kerja dan

Transmigrasi dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten

Magetan. Disperindag hanya memberikan bantuan secara teknis saja, seperti

pembinaan, pelatihan, manajemen produksi, alur produksi, teknis produksi,

pengembangan desain, dan sekarang ke inovasi produk. Disperindag terus memantau

perkembangan batik di Desa Sidomukti, mulai dari pembinaan awal, pembinaan

lanjutan, pembinaan akhir, pembinaan pengembangan desain dan teknologi, serta hal

ini berlangsung secara berkesinambungan. Sementara untuk bantuan modal,

disalurkan melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigasi. 30

Dalam perkembangannya, KUBE Mukti Rahayu yang didirikan pada tahun

2000 ini semakin diminati oleh warga dan anggotanya semakin banyak. Pada tahun

2009 jumlah anggotanya mencapai 60 orang. Untuk lebih memudahkan dalam

koordinasi usaha, maka dikembangkanlah kelompok KUBE ini menjadi 6 kelompok,

sekaligus merubah nama KUBE Mukti Rahayu menjadi Mukti Rahayu 1. Masing

masing kelompok beranggotakan 10 orang. Adapun lima kelompok yang lain adalah

KUBE Mukti Rahayu 2, KUBE Mukti Rahayu 3, KUBE Mukti Lestari 1, KUBE

Mukti Lestari 2 dan KUBE Mukti Lestari 3.

30
Wawancara dengan Wasdiyana tanggal 6 Januari 2014 di Kantor Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Magetan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62

Adapun para pengurus 6 KUBE diatas sebagai berikut :31

1. KUBE Mukti Rahayu 1 : Siswati (Ketua), Suparni (Sekretaris), Anshori


(Bendahara), Juminah, Sulasmi, Sri Lestari, Sumirah, Purwati, dan Jumiyem.
2. KUBE Mukti Rahayu 2 : Umiyati (Ketua), Sri Hariyani (Sekretaris),
Tuminah (Bendahara), Turyati, Marmi, Jumini, Kartini, Sdian Uswatun H,
Nurul, dan Surtami.
3. KUBE Mukti Rahayu 3 : Sumir Sri Rahayu (Ketua), Kamisah
(Sekretaris), Lanjar (Bendahara), Marsiyah, Sriyati, Dwi Hastuti, Katemi,
Netik Nur Hayati, Lastri, dan Suyati.
4. KUBE Mukti Lestari 1 : Indrawati (Ketua), Kasmiyati (Sekretaris),
Insiyah (Bendahara), Pani, Warti, Painem, Sri Muryani, Yeni, Mini, dan
Yayuk.
5. KUBE Mukti Lestari 2 : Agus Sunarto (Ketua), Parno (Sekretaris),
Sumini (Bendahara), Yatmi, Amini, Painem, Katemi, Marti, Jiem, dan Siti.
6. KUBE Mukti Lestari 3 : Sri Wahyuni (Ketua), Warni (Sekretaris),
Suratmi (Bendahara), Sariyem, Ismini, Harti, Asminah, Nunuk, Tumiyem,
dan Suriyah.

Pengelolaan kelompok usaha ini berperan positif dalam pengembangan

ekonomi masyarakat desa, serta membantu pemasaran hasil produk batik. Daerah

pemasaran hasil kerajinan batik Desa Sidomukti ini tidak hanya terbatas pada daerah

atau kota dalam negeri saja tetapi sudah sampai ke luar. Walaupun hanya terbatas

pada golongan tertentu saja, tetapi sudah banyak yang datang ke Desa Sidomukti

untuk membeli batik ini. Lokasinya yang dekat dengan obyek wisata unggulan

Magetan yaitu Telaga Sarangan banyak membantu dalam proses promosi batik ini.

Selain memproduksi batik tulis, para pengrajin batik di Desa Sidomukti juga

telah mampu membuat batik cap dan batik printing. 32 Teknik printing dan cap
31
Surat Keputusan Kepala Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten
Magetan No 412/02/KUBE/403.404.11/ 2010 Tentang Penetapan Nama-nama
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Fakir Miskin Di Desa Sidomukti Kecamatan
Plaosan Tahun 2010.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63

merupakan materi pelatihan yang juga diberikan oleh pihak Disperindag. Pada tahun

2007 Pemerintah Kabupaten Magetan memberikan peralatan dan pelatihan untuk

membuat batik dengan teknik cap dan printing. Bantuan diberikan Pemerintah

Kabupaten Magetan kepada anggota kelompok perajin adalah pemberian satu paket

alat produksi batik cap dan printing senilai Rp110.000.000,-. Alat tersebut terdiri dari

mesin sablon, pewarna kain, pengering, bak penampungan, alat cap, loyang, dan

pengolahan limbah. Hal ini bertujuan untuk memenuhi pesanan dalam jumlah yang

besar, karena kalau menggunakan teknik tulis membutuhkan waktu yang lama dan

harga yang lebih mahal.

Dalam perkembangannya teknik printing memang bisa memenuhi pesanan

dalam partai besar, tetapi hal ini bertentangan dengan ideologi dari Tikno. Tikno

beranggapan bahwa membatik itu menggambar di atas kain dengan menggunakan

malam, sementara batik printing tidak menggunakan malam. Sehingga batik printing

bukanlah sebuah kain batik, melainkan kain tekstil.33 Hal ini dikuatkan dengan

rekomendasi dari UNESCO, bahwa kain batik yang diakui oleh UNESCO sebagai

warisan budaya Indonesia hanyalah yang menggunakan malam. Akhirnya pada tahun

2009 batik di Sidomukti sudah tidak memproduksi batik printing lagi, hanya batik

tulis dan cap. Batik cap diproduksi jika ada pesanan dari konsumen saja. 34 Apabila

32
Buku Profil KUBE “Mukti Rahayu 1”. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Magetan, 2014, hlm. 5.
33
Wawancara dengan Tikno tanggal 25 November 2013 di Desa Sidomukti.
34
Berita Metro tanggal 10 April 2012.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64

terdapat batik printing yang dijual di Pasar Magetan dan di sekitar Telaga Sarangan,

bisa dipastikan itu bukanlah batik buatan Desa Sidomukti. 35

Batik Pring Sedapur dijual langsung di tempat pembuatannya yaitu di KUBE

Mukti Rahayu yang berada di Dusun Papringan dan di KUBE Mukti Lestari yang

berada di Balai Desa Sidomukti. Biasanya pengunjung yang datang membeli

sekaligus melihat proses pembuatannya. Hampir 95% hasil batik di KUBE Mukti

Rahayu dan Mukti Lestari sudah pesanan orang, sementara sisanya untuk stok di

tempat tersebut.36 Hasil produk batik dari Desa Sidomukti ini juga ikut dipromosikan

lewat internet baik secara personal, kelompok atau lewat Pemkab Magetan. Untuk

meningkatkan pemasaran dalam negeri melalui promosi, maka para pengrajin sering

mengikuti pameran-pameran baik yang diadakan oleh pemerintah maupun pihak

swasta. Beberapa negara yang pernah menjadi target pemasaran Batik Pring Sedapur

diantaranya Singapura, Malaysia, dan Hongkong.37

Perhatian pemerintah Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono terhadap batik cukup tinggi. Hari Batik Nasional secara resmi

ditetapkan pemerintah mulai tanggal 2 Oktober 2009. Penetapan ini kemudian disusul

dengan diterbitkannya Keputusan Presiden No. 33 Tahun 2009 tentang Hari Batik

Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 17 November 2009.

Keputusan tersebut merupakan tindak lanjut dari langkah United Nations Educational
35
Wawancara dengan Wasdiyana tanggal 6 Januari 2014 di Kantor Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Magetan.
36
Wawancara dengan Wasdiyana tanggal 6 Januari 2014 di Kantor Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Magetan.
37
Bisnis Indonesia tanggal 17 Maret 2011.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65

Scientific Cultural Organisation (UNESCO); Badan Perserikatan Bangsa Bangsa

yang mengurusi persoalan pendidikan dan kebudayaan, menetapkan batik sebagai

Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the

Oral and Intangible Heritage of Humanity) milik Indonesia. Sebelumnya pada tahun

2003 dan 2005 UNESCO telah mengakui Wayang dan Keris sebagai Karya Agung

Budaya Lisan dan Takbenda Warisan Manusia (Masterpieces of the Oral and

Intangible Cultural Heritage of Humanity) yang pada tahun 2008 dimasukkan ke

dalam Representative List.

UNESCO mengakui bahwa Batik Indonesia mempunyai teknik dan simbol

budaya yang menjadi identitas rakyat Indonesia mulai dari lahir sampai meninggal,

bayi digendong dengan kain batik bercorak simbol yang membawa keberuntungan,

dan yang meninggal ditutup dengan kain batik. Pakaian dengan corak sehari-hari

dipakai secara rutin dalam kegiatan sehari-hari bahkan dalam kegiatan bisnis dan

akademis, sementara itu berbagai corak tertentu lainnya dipakai dalam upacara

pernikahan, kehamilan, juga dalam kesenian wayang, dan berbagai penampilan

kesenian lainnya. Kain batik bahkan memainkan peran utama dalam ritual tertentu.

Proses pengukuhan batik Indonesia berjalan cukup panjang. Berawal pada 3

September 2008 yang kemudian diterima secara resmi oleh UNESCO pada tanggal 9

Januari 2009. Tahap selanjutnya adalah pengujian tertutup oleh UNESCO di Paris

pada tanggal 11 hingga 14 Mei 2009. Hingga akhirnya pada Jumat, 2 Oktober 2009,

dalam konferensi warisan budaya dunia di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, 28

September – 2 Oktober 2009, UNESCO mengeluarkan keputusan bahwa batik adalah

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66

warisan budaya Indonesia.38 Sebelumnya sempat terjadi sengketa hak cipta antara

Pemerintah Indonesia dengan Malaysia. Pengukuhan United Nations Educational

Scientific Cultural Organization (UNESCO) terhadap batik Indonesia ke dalam

Daftar Representatif Budaya Takbenda warisan manusia merupakan pengakuan

internasional terhadap mata budaya Indonesia. Dengan adanya pengukuhan tersebut,

citra positif dan martabat bangsa Indonesia akan meningkat di forum internasional

serta menumbuhkan kebanggaan dan kecintaan masyarakat terhadap kebudayaan

Indonesia.39

Pengakuan batik oleh UNESCO sebagai warisan budaya yang berasal dari

Indonesia juga berdampak langsung bagi perkembangan industri batik yang berada di

Desa Sidomukti. Dengan semakin populernya citra batik di mata masyarakat,

semakin banyak permintaan batik di Desa Sidomukti. Hal ini memicu para pengrajin

batik (khususnya Tikno) untuk semakin kreatif memunculkan motif-motif baru

sebagai identitas Magetan. Motif-motif batik di Sidomukti banyak bermunculan

sebagai inovasi dari Motif Pring Sedapur, yaitu Motif Jalak Lawu, Pring Gunung,

Naga Lawu dan lain-lain yang sebagian besar motifnya terilhami dari kondisi

geografis di Kabupaten Magetan dengan tetap menggunakan motif tanaman bambu

sebagai motif dasar.

38
Nomination for Inscription on the Representative List in 2009 (Reference
No. 00170) UNESCO.
39
Keputusan Presiden Republik Indonesia No 33 Tahun 2009.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67

Tikno dan para pengrajin batik di Desa Sidomukti telah membuat 20 motif

batik yang telah didaftarkan hak ciptanya. Pada tanggal 30 April 2009 Tikno melalui

Disperindag, mendaftarkan Batik Desa Sidomukti ke Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual untuk mendapatkan hak paten. Usaha ini membuahkan hasil

dengan dikeluarkannya surat dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual pada

tanggal 21 Mei 2010 yang menyatakan bahwa permohonan pendaftaran hak cipta

yang diajukan dengan Nomor Pendaftaran 047119, 047120, 047121, 047122, 047123,

047124, 047125, 047126, 047127, 047128, 047129, 047130, 047131, 047132,

047133, 047134, 047135, 047136, 047137, 047138, 047139 telah selesai diproses dan

didaftarkan kepada Direktorat Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit

Terpadu, dan Rahasia Dagang, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.40

Dengan adanya surat pendaftaran ciptaan tersebut, maka motif-motif batik dari Desa

Sidomukti memiliki kekuatan hukum yang tidak dapat lagi ditiru atau dijiplak oleh

pengrajin batik dari daerah lain.

Setelah batik di Desa Sidomukti didaftarkan untuk mendapatkan hak paten,

dukungan Pemerintah Kabupaten Magetan semakin besar dengan memberikan

perhatian yang diwujudkan dengan serangkaian bantuan yang diberikan kepada

kelompok perajin. Pada tahun 2010, KUBE Desa Sidomukti yang telah berkembang

menjadi 6 kelompok, mendapatkan bantuan dari Direktorat Jenderal Pemberdayaan


40
Surat Pendaftaran Ciptaan Dirjen Hak Kekayaan Intelektual Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia : Atas nama Tikno. Nomor
C00200901428 - C00200901447 Tanggal 21 Mei 2010.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68

Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia dalam Program Pemberdayaan Fakir

Miskin melalui mekanisme Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (P2FM-BLPS)

sebesar Rp. 30.000.000,- setiap KUBE.41 Sebagai langkah perhatian dan dukungan

terhadap industri kecil menengah, dukungan yang diberikan tidak selalu dalam bentuk

dana, melainkan juga pelatihan-pelatihan.

Pada tahun 2010, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Magetan

pernah mengadakan pelatihan mengenai dunia perbatikan, pengembangan desain, dan

pemasaran.42 Di tahun yang sama, Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah Kabupaten Magetan, melatih serta mengajak para pengrajin batik di Desa

Sidomukti untuk menimba ilmu di Balai Batik Yogyakarta.43 Perhatian juga datang

dari pemerintah tingkat provinsi, dimana salah satunya, Dinas Perindustrian dan

Perdagangan provinsi Jawa Timur bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Magetan pada tahun 2013 menyelenggarakan kegiatan

pelatihan di daerah Sarangan Magetan dengan tema penganekaragaman motif di

sentra batik Magetan.44 Dengan diberikannya bantuan-bantuan tersebut, diharapkan

agar batik Desa Sidomukti mampu bersaing di tingkat pasar lokal.

41
Buku Profil KUBE “Mukti Rahayu 1”. 2014. Dinas Sosial Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Kabupaten Magetan. Hlm. 7.
42
Pelatihan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Magetan
lewat surat edaran No 005/1185/403.109/2010.
43
Surat Edaran Dinas Koperasi, Usaha Mikro, kecil dan menengah
Kabupaten Magetan No 849/403.114/2010.
44
Surat Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur No
005/1924/118.04/2013.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69

Batik Pring Sedapur semakin terkenal setelah pada tanggal 11 Desember

2012 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada waktu melakukan kunjungan

Magetan, membeli batik Pring Sedapur dari Desa Sidomukti. Bahkan, batik Pring

Sedapur dari Desa Sidomukti menjadi salah satu batik favorit dari Presiden SBY,

karena corak dan warna yang dimiliki batik ini memang unik, berbeda dan tentu saja

cukup modis. Berbeda dengan batik tradisional yang berasal dari Solo yang memiliki

corak tradisional dan lekuk-lekuk yang simetris, batik Pring Sedapur cenderung

memiliki motif dan warna yang segar.45

Meskipun begitu, perkembangan industri batik di Sidomukti bukannya tidak

mengalami kendala. Sangat dibutuhkan dukungan lebih dari pemerintah. Berbeda

dengan batik dari Solo, Yogya, maupun Pekalongan yang telah terkenal di seluruh

Indonesia, bahkan luar negeri. Batik Pring Sedapur hanya mampu bersaing di pasar

lokal, masih kalah bersaing dengan batik dari daerah Jawa Tengah. Tingkat promosi

yang kurang, sarana dan prasarana yang kurang memadai sebagai salah satu sebab

belum dikenalnya batik Pring Sedapur oleh masyarakat luas. Selain itu, para

pengrajin batik di Sidomukti tidak memilki show room untuk menjual dan

memamerkan hasil karyanya di kota atau tempat-tempat strategis lainnya. Pengrajin

batik hanya memasarkan kain batiknya di tempat mereka menciptakan batik yaitu di

KUBE Mukti Rahayu dan KUBE Mukti Lestari di desa Sidomukti. Minimnya modal

menjadi salah satu penyebab pengrajin batik di Magetan belum memiliki show room,

45
http://www.ciputraentrepreneurship.com/domestic-product/pring-sedapur-
batik-asal-magetan-favorit-presiden-sby

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70

selain karena mayoritas para pengrajn berproduksi hanya dari pesanan.46 Industri

batik Sidomukti tergolong industri kecil, belum dapat berproduksi dengan skala besar

seperti industri batik di Jawa Tengah.47

46
Wawancara dengan Tikno tanggal 29 Oktober 2014 di Desa Sidomukti.
47
Bisnis Indonesia tanggal 17 Maret 2011

commit to user

Anda mungkin juga menyukai