Keywords : ABSTRAK
Batik Lontara; Identitas; Penyebaran batik meluas dan menyebar terutama di kota-kota besar
di Indonesia saat ini terkhusus Kota Makassar Sulawesi Selatan.
Legitimasi Budaya
Makassar, meskipun tidak bersingungan secara langsung dengan
sejarah awal kemunculan batik, saat ini komoditas batik di kota
Corespondensi Author daeng tersebut tumbuh pesat. Batik Lontara, adalah batik yang
Fakultas Seni Rupa dan menjadi identitas Makassar saat ini. Batik Lontara merupakan
Desain, Program Di Luar perwujudan batik dengan menggunakan aksara lontara sebagai ide
Domisili Institut Seni dalam pembentukan motif dan pola. Batik Lontara kini menjadi
kebanggaan Kota Makasssar, dengan di munculkannya motif lontara
Indonesia Surakarta Embrio
menguatkan identitas budaya terutama suku Bugis-Makassar. Batik
Institut Seni Dan Budaya bertransformasi dari kebutuhan sandang menjadi sebuah media
Indonesia di Sulawesi Selatan mengkomunikasikan suatu identitas. Perubuhan nilai yang melekat
pada Batik Lontara di Makassar memunculkan permasalahan terkait
damar.tri.a@gmail.com afirmasi identitas melalui kesejarahan dan budaya. Rumuskan
permasalahan terkait yaitu bagaimana bentuk batik lontara serta
fungsinya sebagai afimasi identitas Kota Makassar serta, bagaimana
Batik lontara menjadi legitimasi sejarah melalui aksara lontara
sebagai ide perwujudan motif batik lontara. Penilitian ini
menggunakan domain teori identitas dan metode deskriptif kualitatif,
menghasilkan beberapa pemahaman diantaranya; Batik Lontara
dapat menunjukkan ekspresi identitas pribadi maupun identitas
kolektif. Penggunaan batik lontra pada aspek formal dan kedinasaan
tidak hanya membangkitkan esprit de corps di kalangan mereka,
tetapi juga menyiratkan berhasilnya ideologi penyeragaman selera
berbusana dan pembentukan identitas kolektif dari kelas sosial
birokrat yang merasa berada di lapis atas strata sosial. Di sini, gaya
busana merupakan suatu indikator status identitas yang jelas.Selain
memiliki kekuatan dalam afirmasi identitas, Batik Lontara dalam
pembahasaan ini menunjukan bahwa ada upaya melegitimasi
kebudayaan dengan menyematkan aksra lontara sebagi motif batik.
Di sisi lain, Batik lontara merupakan praktik konservasi yaitu
dengan memperkenalkan kembali akasara Lontara dalam bentuk
alternatif.
PENDAHULUAN kain tersebut tersirat ketekunan dalam
Keberadaan kain tradisional menghasilkan karya seni yang didasari dari
Nusantara tidak hanya menyajikan aspek nilai serta falsafah-falsafah hidup. Melalui
keindahan saja, namun dibalik keindahan kain tradisional Nusantara kita dapat
Jurnal Pakarena, Vol. 3 No. 2, Desember 2018, hlm 65-74.
66
simbol di dalam Batik Lontara yang bukan menunjukan ide dan konsep sentral dan
hanya dimaknai sebuah pakaian namun perilaku sehari-hari, misalnya cara
upaya untuk mengkonstruk sebuah berpakaian atau label atau norma yang
identitas. Teori identitas diarahkan pada dibentuk berdasarkan simbol. Ini
identitas budaya. Dalam praktik mengarahkan apa yang diharapkan dan
komunikasi identitas tidak hanya kriteria untuk memutuskan atau menilai
memberikan makna tentang pribadi (Iskandar, 2014: 217).
seseorang, tetapi lebih jauh dari itu
menjadi ciri khas sebuah kebudayaan yang Metode Penelitian
melatar belakanginya. Dan dari ciri khas Metode Penelitian berkaitan
tersebut seseorang dapat menemukan dari dengan strategi untuk memahami realita,
mana orang yang dia kenal. agar menghasilkan penelitian yang relevan
Mary Jane Collier (1994: 36-44) dengan tujuannya, maka rencana penelitian
menawarkan sebuah perspektif alternatif ini diperlukan sebuah metode penelitian
yang dapat meraih dua tujuan sekaligus. berupa cara-cara, strategi-strategi dan
Tujuan pertama: memahami mengapa kita langkah-langkah sistematis. Hal ini
dan orang lain berperilaku dengan cara diharapkan dapat menghasilkan analisis
tertentu. Tujuan kedua: mempelajari apa data yang sesuai dengan tujuan penelitian
yang bisa kita lakukan untuk ini.
meningkatkan kelayakan dan efektivitas Bentuk penelitian ini adalah
komunikasi kita. Kedua tujuan ini bisa penelitian kualitatif. Data-data dan hasil
diraih dengan memandang komunikasi dari analisis yang disajiakan berupa deskripsi.
perspektif penentuan peran (enactment) Bogdan dan Taylor (dalam Ratna 2010:
identitas budaya. Identitas budaya 94), menjelaskan bahwa kualitatif adalah
merupakan karakter khas dari sistem metode yang pada gilirannya menghasilkan
komunikasi kelompok yang muncul dari data deskriptif dalam bentuk kata-kata,
situasi tertentu (Iskandar, 2004: 123). baik tertulis mapun lisan. Dalam hal ini
Identitas budaya memfokuskan penelitian kualitatif yang dilakukan tidak
pada tataran kolektif atas dasar arbitrer dan semata-mata mendeskripsikan tetapi yang
negosiasi. Terkait penelitian ini Teori lebih penting adalah menemukan makna
identitas budaya digunakan dasar untuk yang terkandung di baliknya.
melihat upaya mengkontruksi identitas Metode Analisis data kualitatif
suatu budaya dalam hal ini Makassar dimulai pada awal penelitian. Metode
melalui batik Lontara. Teori identitas analisis dalam penelitian ini menggunkan
budaya diperjelas oleh Colier ketika model interpretasi analisis dengan
membuat struktur karakter pada identitas pendekatan terori identitas budaya dan
budaya yang terkait ekspresi simbol. interaksi analsisi dengan pendekatan
Collier menjelaskan bahwa identitas holistik. Model interaksi berkaitan dengan
budaya terbentuk dari cara masyarakat proses penyajian. Proses analisis data
mengekspresi melalui simbol-simbol inti dengan model interaksi dari awal
yang berisi definisi, premis, dan proposisi pengumpulan data, reduksi data, dan
tentang manusia dan alam. Mereka penyajian data memiliki sifat jalin-
mengekspresikan keyakinan budaya; menjalin bergerak dan menjalahi objek
Damar Tri Afrianto , Batik Lontara Sebuah Afirmasi Identitas dan Legitimasi Budaya Bugis-Makassar
69
kebutuhan estetis, juga menjadi menjadi kedinasan. Di sini ketika melihat adanya
infografis yang dapat dibaca karena konstruksi sosial yang tengah dibangun
berlandasakan aksara. oleh Kota Makassar melalui Batik lontara.
siginifikan yaitu dengan peran publik figur. Sulawesi Selatan memanfatkaan momen
Peran publik figur sangatlah strategis penting saat perkenalan menteri-menteri
dalam mengafirmasi identitas budaya. Kabinet Jokowi dengan mengenakan Batik
Publik figur merupakan agen penyebaran Lontara. Hal tersebut adalah bentuk upaya
sebuah ideologi dari kalangan atas hingga publik figur membawa identitas budaya
ke lapisan masyarakat. Hal ini dilakukan lokal dalam konteks nasional.
oleh mantan Walikota Makasasar Danny
Pomanto dan Mantan Gubenur Sulawesi
Selatan yang pada periode ini menjadi
Menteri Pertanian, Syarul Yasin Limpo.
Kedua tokoh tersebut memiliki peran
menyebarkan kebanggaan identitas
kebudayaan dengan menggunaan batik
lontara.
Gambar 9. Menteri Pertanian Syarul Yassin Limpo
mengenakan Batik Lontara dalam acara perkenalan
Menteri Kabinet Jokowi
Sumber:
https://makassar.tribunnews.com/2019/10/24/
mengenalkan sebuah warisan budaya yaitu Oleh karena itu, apa yang sedang
aksara lontara milik suku Bugis-Makassar. dilakukan oleh masayarakat terkait batik
Lontara adalah manuskrip yang aslinya lontara adalah tindakan yang diupayakan
ditulis dengan alat yang tajam di atas daun untuk melegitimasi aksara lontara dalam
lontar (rontal), kemudian dibubuhi dengan hal pengembangan sosial dan secara tidak
cairan warna hitam pada bekas goresan itu. langsung meneguhkan bahwa aksara
Setelah ditemukannya kertas sebagai alat lontara merupakan kebudayaan dari Bugis-
tempat menulis, maka daun lontar diganti, Makassar.
tetapi nama Lontara masih tetap terpakai. Legitimasi budaya dalam batik
Pada awalnya, kesusastraan suci lontara juga dapat dilihat sebagai praktik
orang Bugis diwarisi secara lisan, konservasi yaitu memperkenalkan kembali
kemudian diabadikan dalam karya tulis akasara lontara dalam bentuk lain. Batik
berupa mantera-mantera dan kepercayaan- dianggap mampu meneyediakan medium
kepercayaan mitologi. Perkembangan bagi upaya infografis, bahwa aksara
selanjutnya, hasil-hasil kesusastraan yang lontara masih tetap bertahan hidup di
bersifat keduniaan juga berkembang sesuai dalam zaman globalisasi modern sebagai
dengan perkembangan Lontara dan sikap warisan budaya Bugis-Makassar yang sarat
hidup masyarakat serta kebudayaannya. dengan nilai-nilai dan pandangan hidup.
Belum diketahui secara pasti periode
kesusastraan suci Bugis yang dikenal Penutup
dengan Galigo itu. Menurut Mattulada, Batik Lontara sebagai identitas
dilihat dari tema-tema di dalam Galigo Kota Makassar tidak hanya memberi kesan
besar kemungkinan bahwa priode Galigo suatu yang indah dipandang mata saja,
antara abad ke-7 sampai abad ke-12 yaitu melainkan memberikan makna yang erat
pada masa perkembangan kerajaan Hindu hubungannya dengan budaya dan falsafah
di Nusantara, seperti Sriwijaya, Syailendra hidup melalui aksara lontara yang
dan lain- lain (Mattulada, 1985: 402). memebtuk kalimat petuah. Hasil
Dengan disematkannya aksara pembahasan di atas menunjukan Batik
lontara pada motif batik selain afirmasi Lontara dapat menunjukkan ekspresi
identitas juga merupakan upaya legitimasi identitas pribadi maupun identitas kolektif.
budaya. Legitimasi merupakan keadaan Penggunaan batik lontra pada aspek formal
psikologis keberpihakan orang dan dan kedinasaan tidak hanya
kelompok orang yang sangat peka terhadap membangkitkan esprit de corps di
gejala lingkunagan sekitarnya baik fisik kalangan mereka, tetapi juga menyiratkan
maupun non fisik. Legitimasi dapat berhasilnya ideologi penyeragaman selera
dianggap sebagai menyamakan persepsi berbusana dan pembentukan identitas
atau asumsi bahwa tindakan yang kolektif dari kelas sosial birokrat yang
dilakukan oleh suatu entitas adalah merasa berada di lapis atas strata sosial. Di
merupakan tindakan yang diinginkan, sini, gaya busana merupakan suatu
pantas ataupun sesuai dengan sistem indikator status identitas yang jelas.
norma, nilai, kepercayaan dan definisi Begitupun dengan peran paublik figur
yang dikembangkan secara sosial sangat strategis dalam memeperkuat
(Suchman, 1995 dalam Kirana, 2009). identitas, dengan mengenakan Batik
Jurnal Pakarena, Vol. 3 No. 2, Desember 2018, hlm 65-74.
74
Lontara di acara-acara nasional, seorang Kusni Asa. 2006. Batik Pekalongan Dalam
public figur tersebut sedang membawa Lintasan Sejarah, Paguyuban
identitas lokalnya pada kancah yang lebih Pencinta Batik Pekalongan.
Mattulada. 1985. Latoa: Suatu Lukisan
luas.
Analitis terhadap Antropologi Politik
Selain memiliki kekuatan dalam Orang Bugis, Yogyakarta:
afirmasi identitas, Batik Lontara dalam Universitas Gaja Mada.
pembahasaan ini menunjukan bahwa ada Miles, Matthew B. & A. Michael
upaya melegitimasi kebudayaan dengan Huberman Analisis Data Kualitatif.
menyematkan aksra lontara sebagi motif Terj. Tjetjep Rohendi
batik. Di sisi lain, Batik lontara merupakan Ratna, Nyoman Kutha. Metode Penelitian:
Kajian Budaya dan Ilmu Sosial
praktik konservasi yaitu dengan
Humaniora Pada Umumya.
memperkenalkan kembali akasara Lontara Yogyakarta. Pustaka Pelajar, 2010.
dalam bentuk alternatif. Susanto, Sewan. 1980. Seni Kerajinan
Batik Indonesia. Balai Penelitian
Daftar Pustaka Batik Dan Kerjinan
Vera, Nawiroh. Semiotika dalam Riset
A.N Suyanto. 2002. Sejarah Batik Komunikasi. Bogor: Ghalia
Yogyakarta. Yogyakarta: Rumah Indonesia, 2014
Merapai Wihanry, Indra. Phie Chyan. 2015.
Collier, Mary Jane, 1994, “Cultural Perancangan Aplikasi Pembelajaran
Identity and Intercultural Aksara Lontara dengan Metode
Communication”, dalam Samovar, Game Based Learning. Jurnal
Larry A. dan Porter, Ricard E. (eds), Tematika Vol. 1 No.1,
Intercultural Communication: A
Reader, Berlmont: Wadsworth, h. Sumber Internet:
36-44. https://gosulsel.com/2016/06/08/batik-
Darmaputri, Gabriela Lordy. Representasi lontara-raih-atensi-positif-dari-warga-
Identitas Kultural Dalam Simbol- indonesia-di-denmark/
Simbol Pada Batik Tradisional Dan
Kontemporer. Jurnal Commonline https://makassar.tribunnews.com/2019/10/2
Departemen Komunikasi. Vol. 4/ No. 4/
2
Iskandar, Dadan. Identitas Budaya Dalam
Komunikasi Antar-Budaya: Kasus
Etnik Madura dan Etnik Dayak
Jurnal Masyarakat dan Budaya,
Volume 6 No. 2 Tahun 2004
Kirana, R. S. 2009. Studi Perbandingan
Pengaturan Tentang Corporate Social
Responsibility Di Beberapa Negara
Dalam Upaya Perwujudan Prinsip
Good Corporate Governance. Tesis
Program Studi Magister Ilmu Hukum
Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret (tidak dipublikasikan).