Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pakarena

Volume 3 No 2, Desember 2018


p-ISSN: 1693-3990
This work is licensed under a Creative Commons Attribution
4.0 International License

BATIK LONTARA SEBUAH AFIRMASI IDENTITAS DAN LEGITIMASI BUDAYA


BUGIS-MAKASSAR

Damar Tri Afrianto

Keywords : ABSTRAK
Batik Lontara; Identitas; Penyebaran batik meluas dan menyebar terutama di kota-kota besar
di Indonesia saat ini terkhusus Kota Makassar Sulawesi Selatan.
Legitimasi Budaya
Makassar, meskipun tidak bersingungan secara langsung dengan
sejarah awal kemunculan batik, saat ini komoditas batik di kota
Corespondensi Author daeng tersebut tumbuh pesat. Batik Lontara, adalah batik yang
Fakultas Seni Rupa dan menjadi identitas Makassar saat ini. Batik Lontara merupakan
Desain, Program Di Luar perwujudan batik dengan menggunakan aksara lontara sebagai ide
Domisili Institut Seni dalam pembentukan motif dan pola. Batik Lontara kini menjadi
kebanggaan Kota Makasssar, dengan di munculkannya motif lontara
Indonesia Surakarta Embrio
menguatkan identitas budaya terutama suku Bugis-Makassar. Batik
Institut Seni Dan Budaya bertransformasi dari kebutuhan sandang menjadi sebuah media
Indonesia di Sulawesi Selatan mengkomunikasikan suatu identitas. Perubuhan nilai yang melekat
pada Batik Lontara di Makassar memunculkan permasalahan terkait
damar.tri.a@gmail.com afirmasi identitas melalui kesejarahan dan budaya. Rumuskan
permasalahan terkait yaitu bagaimana bentuk batik lontara serta
fungsinya sebagai afimasi identitas Kota Makassar serta, bagaimana
Batik lontara menjadi legitimasi sejarah melalui aksara lontara
sebagai ide perwujudan motif batik lontara. Penilitian ini
menggunakan domain teori identitas dan metode deskriptif kualitatif,
menghasilkan beberapa pemahaman diantaranya; Batik Lontara
dapat menunjukkan ekspresi identitas pribadi maupun identitas
kolektif. Penggunaan batik lontra pada aspek formal dan kedinasaan
tidak hanya membangkitkan esprit de corps di kalangan mereka,
tetapi juga menyiratkan berhasilnya ideologi penyeragaman selera
berbusana dan pembentukan identitas kolektif dari kelas sosial
birokrat yang merasa berada di lapis atas strata sosial. Di sini, gaya
busana merupakan suatu indikator status identitas yang jelas.Selain
memiliki kekuatan dalam afirmasi identitas, Batik Lontara dalam
pembahasaan ini menunjukan bahwa ada upaya melegitimasi
kebudayaan dengan menyematkan aksra lontara sebagi motif batik.
Di sisi lain, Batik lontara merupakan praktik konservasi yaitu
dengan memperkenalkan kembali akasara Lontara dalam bentuk
alternatif.
PENDAHULUAN kain tersebut tersirat ketekunan dalam
Keberadaan kain tradisional menghasilkan karya seni yang didasari dari
Nusantara tidak hanya menyajikan aspek nilai serta falsafah-falsafah hidup. Melalui
keindahan saja, namun dibalik keindahan kain tradisional Nusantara kita dapat
Jurnal Pakarena, Vol. 3 No. 2, Desember 2018, hlm 65-74.
66

melihat kekayaan warisan budaya yang akhirnya menjadi kerajinan rakyat.


merupakan representasi dari adat istiadat, Tentang sejarah batik banyak ahli yang
kebudayaan, serta kebiasaan budaya berpendapat dengan dua ketegori. Pertama,
(cultural habit). Kreatifitas dan ketajaman asal mula batik datang ke Indonesia
berfikir dari seorang penenun dalam bersamaan dengan masuknya agama Hindu
mengejawantahkan kebudayaan setempat dan Budha dari India. Kedua, batik adalah
telah menghasilkan lembaran-lembaran produk budaya asli Nusantara dengan
kain yang yang selayaknya kita lestarikan. berdasarkan kenyataan bahawa teknik
Kain tradisional Nusantara pembuatan batik terdapat di beberapa
mempunyai peranan penting dalam daeerah yang tidak mendapat pengaruh
masyarakat karena keberadaannya melekat agama Hindu dan Budha, yaitu di Toraja,
hampir diseluruh aktifitas kehidupan. Flores dan Irian Jaya (Kusni Asa, 2006:
Fungsi kain tradisonal dalam aktivitas 17)
masyarakat tidak hanya sebatas memenuhi Seni batik merupakan keahlian
kebutuhan sandang, namun juga untuk turun-temurun dan merupakan salah satu
upacara lingkaran kehidupan. Upacara- sumber kehidupan yang meberikan
upacara tersebut salah satunya meliputi lapangan kerja yang cukup luas bagi
upacara kelahiran, pemberian nama anak masyarakat (Susanto, 1980: 1). Oleh
yang baru lahir, inisiasi anak meningkat karenanya, selain memiliki nilai simbolis
remaja seperti pong gigi dan khitanan, melaui beragam motifnya, batik memiliki
perkawinan, penobatan kepala suku, serta nilai komoditif yang strattegis. Nilai
kematian. komoditif batik telah berlangsung lama di
Dari sekian banyak kekayaan kain Indonesia. Fakta sejarah membuktikan
nusantara kita mengenal batik. Jenis kain bahwa tahun 1911 berdiri Sarekat Dagang
yang sangat populer melintas zaman. Pada Islam (SDI) yang didirikan oleh H.
saat mendengar kata batik, rujukan Samanhudi yang bergerak di bidang
pertama adalah pada jenis kain yang dibuat perdagangan batik dan kooperasi batik di
secara khusus mengikuti motif-motif Jawa.
tertentu. Tentu itu adalah pengertian secara Batik mengalami perkembangan
umum. Secara khusus batik merupakan yang sangat signifikan. Nilai komoditif
teknik pemberian warna pada media kain dari batik seolah mendapat tempat di
dengan cara menutup bagian yang tidak zaman globalisasi dan teknologi saat ini.
dikehendaki untuk diwarna menggunakan Kemudian, batik jenis baru muncul yang
lilin atau biasa disebut malam. Teknik dikenal dengan batik cap, sementara batik
menorehkan nya dengan alat yang bernama yang masih dikerjakan dengan tulis tangan
canting, teknik tersebut dikenal dengan juga masih terawat dan terjaga nilai-
batik tulis. nilainya.
Suyanto (2002: 2-3) menjelaskan Dengan adanya nilai komoditif dan
bahwa batik menjadi sangat populer dan pengaruh globlalisasi ini keberadaan batik
menjadi nama kain yang dibuat dengan berdifusi ke beberapa penjuru daerah.
teknik celup rintang dengan media Penyebaran batik meluas dan menyebar
perintang berupa lilin. Istilah tersebut terutama di kota-kota besar di Indonesia
sudah ada sejak jaman kerajaan dan saat ini terkhusus Kota Makassar Sulawesi
Damar Tri Afrianto , Batik Lontara Sebuah Afirmasi Identitas dan Legitimasi Budaya Bugis-Makassar
67

Selatan. Makassar, meskipun tidak umumnya dipakai untuk menulis tata


bersingungan secara langsung dengan aturan pemerintahan dan kemasyarakatan.
sejarah awal kemunculan batik, saat ini dan salah satu naskah yang paling terkenal
komoditas batik di kota daeng tersebut adalah La Galigo (Wihanry dan Chan,
tumbuh pesat. Pada awalnya, batik yang 2015: 3)
produksi dari Jawa dikirim untuk Batik Lontara kini menjadi
diperdagangan di Makassar untuk kebanggaan Kota Makasssar, dengan di
kebutuhan sandang, namun hubungan munculkannya motif lontara menguatkan
perdagangan bilateral tersebut justru identitas budaya terutama suku Bugis-
menumbuhkan ruang-ruang kreatif. Makassar. Batik bertransformasi dari
Melalui seniman dan desainer, batik kebutuhan sandang menjadi sebuah media
Makassar mulai mencanangkan mengkomunikasikan suatu identitas.
identitasnya. Seperti halnya Umberto Eco dalam Vera
Motif-motif baru bermunculan (2014:13) bahwa manusia dapat
guna menandai kebangkitan batik di berkomunikasi melalui berbagai medium,
Makassar, seniman dan desainer mulai melalui pakaian manusia dapat
mengolah kearifan lokal sebagai bahan mengkomunikasikan identitas diri, kelas
identitas. Mengingat, Makassar adalah kota sosial dan budaya yang dimiliki.
yang penuh dengan warisan sejarah dan Perubuhan nilai yang melekat pada
nilai-nilai budaya yang dapat Batik Lontara di Makassar memunculkan
dikembangkan. Batik Lontara, adalah permasalahan terkait afirmasi identitas
batik yang menjadi identitas Makassar saat melalui kesejarahan dan budaya. Seberapa
ini. Batik Lontara merupakan perwujudan besar dampak dari perubuhan nilai tersebut
batik dengan menggunakan aksara lontara dalam konstruksi sosial di masyarakat.
sebagai ide dalam pembentukan motif dan Oleh karenanya, berdasarkan pemaparan di
pola. atas dapat rumuskan permasalahan terkait
Lontara sendiri berasal dari kata bagaimana bentuk batik lontara serta
lontar yang merupakan salah satu jenis fungsinya sebagai afimasi identitas Kota
tumbuhan yang ada di Sulawesi Selatan. Makassar serta Bagaimana Batik lontara
Istilah lontara juga mengacu pada literatur menjadi legitimasi sejarah melalui aksara
mengenai sejarah dan geneologi lontara sebagai ide perwujudan motif batik
masyarakat Bugis, salah satunya terdapat lontara. Rumusan permasalahan tersebut
pada Sureq La Galigo. Bentuk aksara merupakan konsekuensi logis ketika batik
lontara berasal dari "sulapa eppa wala lontara di Makassar saat ini dimaknai
suji". Wala suji berasal dari kata wala bukan hanya sekedar kebutuhan sandang
yang artinya pemisah/pagar/penjaga dan semata melainkan terdapat kontruksi nilai
suji yang berarti putri. Wala Suji adalah di baliknya.
sejenis pagar bambu dalam acara ritual
yang berbentuk belah ketupat. Sulapa eppa Landasan Teori
(empat sisi) adalah bentuk mistis Penelitian ini menggunakan
kepercayaan Bugis Makassar klasik yang perspektif konstruksi identitas, problem
menyimbolkan susunan semesta, api-air tentang identitas diuraikan melalui praktik-
angin-tanah. Huruf lontara ini pada praktik pertandaan terutama tanda atau
Jurnal Pakarena, Vol. 3 No. 2, Desember 2018, hlm 65-74.
68

simbol di dalam Batik Lontara yang bukan menunjukan ide dan konsep sentral dan
hanya dimaknai sebuah pakaian namun perilaku sehari-hari, misalnya cara
upaya untuk mengkonstruk sebuah berpakaian atau label atau norma yang
identitas. Teori identitas diarahkan pada dibentuk berdasarkan simbol. Ini
identitas budaya. Dalam praktik mengarahkan apa yang diharapkan dan
komunikasi identitas tidak hanya kriteria untuk memutuskan atau menilai
memberikan makna tentang pribadi (Iskandar, 2014: 217).
seseorang, tetapi lebih jauh dari itu
menjadi ciri khas sebuah kebudayaan yang Metode Penelitian
melatar belakanginya. Dan dari ciri khas Metode Penelitian berkaitan
tersebut seseorang dapat menemukan dari dengan strategi untuk memahami realita,
mana orang yang dia kenal. agar menghasilkan penelitian yang relevan
Mary Jane Collier (1994: 36-44) dengan tujuannya, maka rencana penelitian
menawarkan sebuah perspektif alternatif ini diperlukan sebuah metode penelitian
yang dapat meraih dua tujuan sekaligus. berupa cara-cara, strategi-strategi dan
Tujuan pertama: memahami mengapa kita langkah-langkah sistematis. Hal ini
dan orang lain berperilaku dengan cara diharapkan dapat menghasilkan analisis
tertentu. Tujuan kedua: mempelajari apa data yang sesuai dengan tujuan penelitian
yang bisa kita lakukan untuk ini.
meningkatkan kelayakan dan efektivitas Bentuk penelitian ini adalah
komunikasi kita. Kedua tujuan ini bisa penelitian kualitatif. Data-data dan hasil
diraih dengan memandang komunikasi dari analisis yang disajiakan berupa deskripsi.
perspektif penentuan peran (enactment) Bogdan dan Taylor (dalam Ratna 2010:
identitas budaya. Identitas budaya 94), menjelaskan bahwa kualitatif adalah
merupakan karakter khas dari sistem metode yang pada gilirannya menghasilkan
komunikasi kelompok yang muncul dari data deskriptif dalam bentuk kata-kata,
situasi tertentu (Iskandar, 2004: 123). baik tertulis mapun lisan. Dalam hal ini
Identitas budaya memfokuskan penelitian kualitatif yang dilakukan tidak
pada tataran kolektif atas dasar arbitrer dan semata-mata mendeskripsikan tetapi yang
negosiasi. Terkait penelitian ini Teori lebih penting adalah menemukan makna
identitas budaya digunakan dasar untuk yang terkandung di baliknya.
melihat upaya mengkontruksi identitas Metode Analisis data kualitatif
suatu budaya dalam hal ini Makassar dimulai pada awal penelitian. Metode
melalui batik Lontara. Teori identitas analisis dalam penelitian ini menggunkan
budaya diperjelas oleh Colier ketika model interpretasi analisis dengan
membuat struktur karakter pada identitas pendekatan terori identitas budaya dan
budaya yang terkait ekspresi simbol. interaksi analsisi dengan pendekatan
Collier menjelaskan bahwa identitas holistik. Model interaksi berkaitan dengan
budaya terbentuk dari cara masyarakat proses penyajian. Proses analisis data
mengekspresi melalui simbol-simbol inti dengan model interaksi dari awal
yang berisi definisi, premis, dan proposisi pengumpulan data, reduksi data, dan
tentang manusia dan alam. Mereka penyajian data memiliki sifat jalin-
mengekspresikan keyakinan budaya; menjalin bergerak dan menjalahi objek
Damar Tri Afrianto , Batik Lontara Sebuah Afirmasi Identitas dan Legitimasi Budaya Bugis-Makassar
69

selama proses berlangsungnya penelitian. persebaran batik ke beberapa daerah, dan


Model ini dipilih karena memungkinkan secara simultan persepsi untuk
untuk lebih banyak memberikan satu mengahdirkan motif khas daerah tumbuh
pencandraan yang mampu menjaring pesat.
masukan serta paparan dalam rangkuman
yang bersifat reduksi data dan Bentuk Batik Lontara
penyimpulannya. Batik Lontara, adalah batik jenis
kontemporer. Batik ini merupakan
Pembahasan perkembangan dunia mode dan fashion
Kota Makassar yang merupakan untuk kebutuhan sandang. Batik Lontara
pintu gerbang Indonesia Timur berpotensi tidak seperti batik tradisional yang
pada pengembangan pemukiman, memiliki pakem terkait aturan siapa boleh
perdagangan, jasa, industri, rekreasi, dan tidaknya mengenakan sesuai status
pelabuhan laut, dan tentunya kebangsawaanannya. Batik lontara adalah
kebudayaannya. Kota yang dijuluki batik egaliter yang setiap masayarakat bisa
sebagai kota Daeng ini menyimpan memakainya dari kalangan bebasa nilai.
beragam sejarah dan budaya yang layak Pada awalnya batik ini merupakan produk
untuk dieksplorasi dan dikembangkan. komoditif, sebagai konsekuensi
Beragam budaya tersebut seperti rumah penyebaran batik di beberapa tempat, juga
adat, pakaian adat, tari-tarian khas, senjata karena pihak pemerintah pusat yang
tradisional, bahasa daerah, serta lagu melegitimasikan bati sebagai pakain
daerah. Kota Makassar yang merupakan nasional, resmi dan formal.
ibu kota Sulawesi Selatan terbagi atas
empat suku yakni, suku Makassar, Bugis,
Mandar dan Toraja. Tonggak
keanekaragaman inilah yang dapat menjadi
potensi pembangunan pembangunan secara
fisik maupun non fisik.
Warisan budaya yang dimiliki
Makassar adalah modal untuk membentuk
sebuah identitas, terutama identitas
budaya. Kebudayaan tidak cukup hanya
sebagai pegangan nilai, namun penting
untuk mengkonstruk identitas. Melalui Gambar 1. Batik Lontara
identitas itulah setiap orang atau kelompok Koleksi Batik Lontara
diakui dengan kekhasannya. Kehadiran
Batik Lontara sebagai ekspresi kolektif Di Makassar, Batik Lontara mudah
patut dilihat sebagai upaya Kota Makassar ditemui di beberapa tempat dan outlet.
dalam menciptakan sebuah brand baru, Karakteristik batik lontarak, didominasi
dengan modal budaya tersebut. Tidak penyusunan huruf lontara secara abstrak.
diketahui secara pasti awal siapa Ada juga komposisis penyusunan huruf
penggagas batik lontara tersebut, namun di lontara yang ketika dibaca mengandung
yakini batik tersebut dipengaruhi petuah-petuah leluhur.
Jurnal Pakarena, Vol. 3 No. 2, Desember 2018, hlm 65-74.
70

Gambar 3. Inovasi Batik Lontara


Foto: Koleksi Lini Studio Makassar

Gambar 2. Aksara Lontara


Sumber: Sulengka.Net

Dengan mengunakan huruf aksara


lontara sebagai motif batik, desainer batik
dapat mengembangkan melaui penyusanan
huruf hingga membentuk sebuah kalimat,
atau penyusunan abstrak yang hanya
mempertimbangan sifat estetis. Karakter
huruf Lontara yang beragam dari sifat
geometris dan biomorfis memiliki sifat
flekasibel jika dikomposisikan sebagai
motif dan pola batik.

Gambar 4. Inovasi Batik Lontara


Foto: Koleksi Lini Studio Makassar

Pilihan beragam warna juga sangat


fleksibel ketika disematkan dengan aksara
lontara tersebut, tentu permintaan dari
konsumen menjadi dasar pertimbangan
selain juga kebutuhan estetis pula. Secara
garis besar, batik lontara menggunakan
bahan aksara sebagai motif dan pola batik.
Penyematan aksara ke dalam motif selain
Damar Tri Afrianto , Batik Lontara Sebuah Afirmasi Identitas dan Legitimasi Budaya Bugis-Makassar
71

kebutuhan estetis, juga menjadi menjadi kedinasan. Di sini ketika melihat adanya
infografis yang dapat dibaca karena konstruksi sosial yang tengah dibangun
berlandasakan aksara. oleh Kota Makassar melalui Batik lontara.

Batik Lontara sebagai medium Afimasi


Identitas

Kehadiran Batik Lontara menandai


sebuah identitas budaya baru yang
disematkan dalam pakaian atau sandang di
zaman modern. Jauh sebelum itu, simbol
identitas budaya ditandai dengan adanya
pakaian tradisonal atau pakaian adat.
Setiap masyarakat memilki hasrat terus-
menerus untuk menadai dirinya (identitas)
sebagai bentuk komunikasi dan pembeda
dengan yang lain. Weeks turut menyatakan
dalam Barker (2013: 174), identitas adalah
kesamaan Anda dengan sejumlah orang
dan apa yang membedakan Anda dari
orang lain.
Batik Lontara adalah budaya pop
Gambar 5. Batik Lontara Sebagai pakaian
yang mengeskplorasi lokalitas dalam
kedinasan
mengkonstruksi identitas terutama Kota Foto: Koleksi Lini Studio Makassar
Makassar. Hal ini dibuktikan dengan
fungsi batik lontara tidak hanya berhenti
pada sebuah mode dan fashion tapi sebagai
komunikasi identitas budaya. Identitas
budaya tersebut disebar luaskan dengan
hadirnya seragam-seragam batik pada
instansi pemerintahan. Seperti, diketahui
pemerintah adalah agen sentral untuk
memperluar jargan identitas budaya.
Gambar 6. Batik Lontara Sebagai pakaian
Hadirnya Batik Lontara sebagai
kedinasan
seragam kedinasaan pada instansi Foto: Koleksi Lini Studio Makassar
pemerintahan merupakan penanda awal
fungsi afirmasi identitas di Makassar. Penyeragaman instansi pemerintah
Fungsi seragam tentu bukan hanya pakaian dengan Batik Lontara menjadi identitas
tapi menunjukan kekuatan kolektifitas sekaligus upaya ikonik kota Makassar.
sebagai identitas. Batik Lontara berhasil Praktik-praktik penggunaan batik lontara
menjadi medium afirmasi identitas ketika sebagai afirmasi identitas tidak hanya
diperkuat kebijakan terkait fungsi batik berhenti pada seragam kedinasan, ada
lontara sebagai pakaian formal dan pakaian upaya yang lebih memiliki pengaruh
Jurnal Pakarena, Vol. 3 No. 2, Desember 2018, hlm 65-74.
72

siginifikan yaitu dengan peran publik figur. Sulawesi Selatan memanfatkaan momen
Peran publik figur sangatlah strategis penting saat perkenalan menteri-menteri
dalam mengafirmasi identitas budaya. Kabinet Jokowi dengan mengenakan Batik
Publik figur merupakan agen penyebaran Lontara. Hal tersebut adalah bentuk upaya
sebuah ideologi dari kalangan atas hingga publik figur membawa identitas budaya
ke lapisan masyarakat. Hal ini dilakukan lokal dalam konteks nasional.
oleh mantan Walikota Makasasar Danny
Pomanto dan Mantan Gubenur Sulawesi
Selatan yang pada periode ini menjadi
Menteri Pertanian, Syarul Yasin Limpo.
Kedua tokoh tersebut memiliki peran
menyebarkan kebanggaan identitas
kebudayaan dengan menggunaan batik
lontara.
Gambar 9. Menteri Pertanian Syarul Yassin Limpo
mengenakan Batik Lontara dalam acara perkenalan
Menteri Kabinet Jokowi
Sumber:
https://makassar.tribunnews.com/2019/10/24/

Publik figur memiliki peran


strategis dalam menyebarkan sebuah
identitas milik suatu budaya tertentu. Dua
Gambar 7. Danny Pomanto (Mantan Walikota
tokoh publik figur di atas, tidak hanya
Makassar) mempraktekan batik Lontara sedang memperkenalkan Batik Lontara
Foto: Koleksi Batik Lontara Makassar kepada khayalak luas, namun juga
meneguhkan sebuah identitias, atau
afirmasi identitas serta secara tidak
langsung melegitimasi budayanya dalam
hal ini budaya Sulawesi Selatan khususnya
Makasssar.

Batik Lontara Sebagai Upaya


Legitimasi Budaya
Gambar 8. Danny Pomanto (Mantan Walikota
Makassar) mengenakan Batik Lontara beserta Kebudayaan suatu daerah mewujud
jajarannya kedalam beberapa hal, Koentajraningrat
Sumber: https://gosulsel.com/2016/06/08/batik-
lontara-raih-atensi-positif-dari-warga-indonesia-di- membaginya menjadi tiga, Ideafact,
denmark/ Sosifact, dan artefact. Dalam kasus ini,
batik lontara merupakan sebuah ekspresi di
Tidak hanya Danny Pomanto yang dalam konteks modernitas dalam bentuk
membranding Batik lontara sebagai artefact atau kebendaaan. Meski lahir dan
identitas, Menteri Pertanian Syahrul berkembang di periode modern, Batik
Yassin Limpo yang juga mantan Gubenur Lontara secara tidak langsung
Damar Tri Afrianto , Batik Lontara Sebuah Afirmasi Identitas dan Legitimasi Budaya Bugis-Makassar
73

mengenalkan sebuah warisan budaya yaitu Oleh karena itu, apa yang sedang
aksara lontara milik suku Bugis-Makassar. dilakukan oleh masayarakat terkait batik
Lontara adalah manuskrip yang aslinya lontara adalah tindakan yang diupayakan
ditulis dengan alat yang tajam di atas daun untuk melegitimasi aksara lontara dalam
lontar (rontal), kemudian dibubuhi dengan hal pengembangan sosial dan secara tidak
cairan warna hitam pada bekas goresan itu. langsung meneguhkan bahwa aksara
Setelah ditemukannya kertas sebagai alat lontara merupakan kebudayaan dari Bugis-
tempat menulis, maka daun lontar diganti, Makassar.
tetapi nama Lontara masih tetap terpakai. Legitimasi budaya dalam batik
Pada awalnya, kesusastraan suci lontara juga dapat dilihat sebagai praktik
orang Bugis diwarisi secara lisan, konservasi yaitu memperkenalkan kembali
kemudian diabadikan dalam karya tulis akasara lontara dalam bentuk lain. Batik
berupa mantera-mantera dan kepercayaan- dianggap mampu meneyediakan medium
kepercayaan mitologi. Perkembangan bagi upaya infografis, bahwa aksara
selanjutnya, hasil-hasil kesusastraan yang lontara masih tetap bertahan hidup di
bersifat keduniaan juga berkembang sesuai dalam zaman globalisasi modern sebagai
dengan perkembangan Lontara dan sikap warisan budaya Bugis-Makassar yang sarat
hidup masyarakat serta kebudayaannya. dengan nilai-nilai dan pandangan hidup.
Belum diketahui secara pasti periode
kesusastraan suci Bugis yang dikenal Penutup
dengan Galigo itu. Menurut Mattulada, Batik Lontara sebagai identitas
dilihat dari tema-tema di dalam Galigo Kota Makassar tidak hanya memberi kesan
besar kemungkinan bahwa priode Galigo suatu yang indah dipandang mata saja,
antara abad ke-7 sampai abad ke-12 yaitu melainkan memberikan makna yang erat
pada masa perkembangan kerajaan Hindu hubungannya dengan budaya dan falsafah
di Nusantara, seperti Sriwijaya, Syailendra hidup melalui aksara lontara yang
dan lain- lain (Mattulada, 1985: 402). memebtuk kalimat petuah. Hasil
Dengan disematkannya aksara pembahasan di atas menunjukan Batik
lontara pada motif batik selain afirmasi Lontara dapat menunjukkan ekspresi
identitas juga merupakan upaya legitimasi identitas pribadi maupun identitas kolektif.
budaya. Legitimasi merupakan keadaan Penggunaan batik lontra pada aspek formal
psikologis keberpihakan orang dan dan kedinasaan tidak hanya
kelompok orang yang sangat peka terhadap membangkitkan esprit de corps di
gejala lingkunagan sekitarnya baik fisik kalangan mereka, tetapi juga menyiratkan
maupun non fisik. Legitimasi dapat berhasilnya ideologi penyeragaman selera
dianggap sebagai menyamakan persepsi berbusana dan pembentukan identitas
atau asumsi bahwa tindakan yang kolektif dari kelas sosial birokrat yang
dilakukan oleh suatu entitas adalah merasa berada di lapis atas strata sosial. Di
merupakan tindakan yang diinginkan, sini, gaya busana merupakan suatu
pantas ataupun sesuai dengan sistem indikator status identitas yang jelas.
norma, nilai, kepercayaan dan definisi Begitupun dengan peran paublik figur
yang dikembangkan secara sosial sangat strategis dalam memeperkuat
(Suchman, 1995 dalam Kirana, 2009). identitas, dengan mengenakan Batik
Jurnal Pakarena, Vol. 3 No. 2, Desember 2018, hlm 65-74.
74

Lontara di acara-acara nasional, seorang Kusni Asa. 2006. Batik Pekalongan Dalam
public figur tersebut sedang membawa Lintasan Sejarah, Paguyuban
identitas lokalnya pada kancah yang lebih Pencinta Batik Pekalongan.
Mattulada. 1985. Latoa: Suatu Lukisan
luas.
Analitis terhadap Antropologi Politik
Selain memiliki kekuatan dalam Orang Bugis, Yogyakarta:
afirmasi identitas, Batik Lontara dalam Universitas Gaja Mada.
pembahasaan ini menunjukan bahwa ada Miles, Matthew B. & A. Michael
upaya melegitimasi kebudayaan dengan Huberman Analisis Data Kualitatif.
menyematkan aksra lontara sebagi motif Terj. Tjetjep Rohendi
batik. Di sisi lain, Batik lontara merupakan Ratna, Nyoman Kutha. Metode Penelitian:
Kajian Budaya dan Ilmu Sosial
praktik konservasi yaitu dengan
Humaniora Pada Umumya.
memperkenalkan kembali akasara Lontara Yogyakarta. Pustaka Pelajar, 2010.
dalam bentuk alternatif. Susanto, Sewan. 1980. Seni Kerajinan
Batik Indonesia. Balai Penelitian
Daftar Pustaka Batik Dan Kerjinan
Vera, Nawiroh. Semiotika dalam Riset
A.N Suyanto. 2002. Sejarah Batik Komunikasi. Bogor: Ghalia
Yogyakarta. Yogyakarta: Rumah Indonesia, 2014
Merapai Wihanry, Indra. Phie Chyan. 2015.
Collier, Mary Jane, 1994, “Cultural Perancangan Aplikasi Pembelajaran
Identity and Intercultural Aksara Lontara dengan Metode
Communication”, dalam Samovar, Game Based Learning. Jurnal
Larry A. dan Porter, Ricard E. (eds), Tematika Vol. 1 No.1,
Intercultural Communication: A
Reader, Berlmont: Wadsworth, h. Sumber Internet:
36-44. https://gosulsel.com/2016/06/08/batik-
Darmaputri, Gabriela Lordy. Representasi lontara-raih-atensi-positif-dari-warga-
Identitas Kultural Dalam Simbol- indonesia-di-denmark/
Simbol Pada Batik Tradisional Dan
Kontemporer. Jurnal Commonline https://makassar.tribunnews.com/2019/10/2
Departemen Komunikasi. Vol. 4/ No. 4/
2
Iskandar, Dadan. Identitas Budaya Dalam
Komunikasi Antar-Budaya: Kasus
Etnik Madura dan Etnik Dayak
Jurnal Masyarakat dan Budaya,
Volume 6 No. 2 Tahun 2004
Kirana, R. S. 2009. Studi Perbandingan
Pengaturan Tentang Corporate Social
Responsibility Di Beberapa Negara
Dalam Upaya Perwujudan Prinsip
Good Corporate Governance. Tesis
Program Studi Magister Ilmu Hukum
Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret (tidak dipublikasikan).

Anda mungkin juga menyukai