Anda di halaman 1dari 7

SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014

ISSN : 2339-1553

SEJARAH BATIK DAN MOTIF BATIK DI INDONESIA


Amanah Agustin,
FPISH, IKIP Budi Utomo Malang,Indonesia
Email : amanah_budiutomo@yahoo.com

Abstrak

Batik adalah sebuah kerajinan dari kain yang diberi hiasan berupa motif, warna, ornamen yang
dibuat dengan cara ditulis atau di cap.Secara etimologis akhiran “tik” dalam kata “batik” berasal dari
kata menitik atau menetes. Dalam bahasa kuno disebut serat, dan dalam bahasa ngoko disebut
“tulis” atau menulis dengan lilin. Sedangkan teknik membuat batik adalah proses pekerjaan dari
tahap persiapan kain sampai menjadi kain batik. Pada jaman Hindu(abad XIII)di Jawa Timur
keberadaan seni batik dapat dilihat pada busana yang dihias dengan motif-motif yang digunakan
pada arca yang terdapat pada bangunan candi. Hal itu menunjukkan batik sudah ada di Indonesia
sejak dulu.Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit.
Di Solo terkenal ada kampung bernama Laweyan yang erat kaitannya dengan jatuhnya kekuasaan
Majapahit ke tangan Kerajaan Islam yaitu Demak, Pajang dan Mataram sekaligus menjadi simbol
pelestarian budaya membatik tinggalan Majapahit.Penciptaan motif batik ditinjau dalam
perkembangannya selalu berhubungan dengan alam lingkungan sekitarnya, terutama flora dan
fauna, memunculkan perbedaan baik bentuk maupun filsafat di dalam seni batik. Pada batik
Tradisional motifnya terikat oleh suatu ikatan tertentu dan dengan isen-isen tertentu. Batik modern
dapat dibedakan menjadi beberapa gaya antara lain; gaya abstrak dinamis, gaya gabungan, gaya
lukisan, dan gaya khusus.

Kata kunci : sejarah, batik, dan motif

Abstract

Batik is one of craft that made of fabric that given a decoration in the form of motifs, colour,
ornaments that made by write or in stamp. Etymologically suffix "tik" in the word "batik" is derived
from the word drip or trickle. In the ancient language called fibers, and in the language ngoko called
"write" or writing with wax. So membatik means throwing a lot of point or dots at many times on the
fabric, the long form of the dots are finally formed into a line coincide.At the Hindus era around the
XIII century in East Java where batik art can be seen on dress or clothing which decorated with
motifs that are used on statues found in the temple. The history of batik in Indonesia are relating to
the development of the Majapahit kingdom. In the Solo there is a famous village called Laweyan. In
the famous Solo there is village called Laweyan. The establishment of Laweyan village is closely
related to the collapse of the Majapahit kingdom in the hands of the Islamic kingdom, namely
Demak, Pajang, and Mataram that also become a symbol of cultural preservation of the remains of
Majapahit making batik. The creation of the motif is reviewed in its development is always
associated with the natural surroundings, especially the flora and fauna. The creation of batik art
that oriented to surrounding natural environment which causes the differences in form and
philosophy in the art of batik. In traditional batik motif structure its bound by a certain bond with the
certain isen-isen. In traditional batik motif arrangement of is bound by a certain bond with certain
isen. Modern Batik can be divided into several shades or styles, among others; dynamic abstract
style, combined style, painting style, and special style.

Keywords : history, batik, and motif


Mukminatun (1997:3) yang menyatakan
1. Pendahuluan batik adalah cara pembuatan bahan
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, sandang berupa tekstil yang bercorak
definisi batik ialah kain dan sebagainya pewarnaan dengan menggunakan lilin
yang bergambar (bercorak beragi) yang sebagai penutup untuk mengamankan
pembuatannya dengan cara titik (mula- warna dari perembesan warna yang lain
mula ditulisi atau ditera dengan lilin lalu di dalam pencelupan. Dari apa yang
diwarnakan dengan tarum dan soga). tersurat diatas dapat diungkapkan bahwa
(WJS seni batik bisa disebut seni lukis atau
Poerwadarminta,1976:96).Pendapat seni tulis. Hal ini dapat dibuktikan dengan
senada dikemukakan Murtihadi dan ditunjukkannya kemampuan seorang
pembatik melukiskan atau menuliskan

539
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

motif pada kain. Batik sebagai seni lukis kehidupannya agar tercipta suatu
bisa disebut juga sebagai suatu karya keselarasan dan kebahagiaan hidup.
seni lukis yang banyak memanfaatkan Disamping itu batik juga menandai setiap
unsur menggambar ornament pada kain. peristiwa penting dalam kehidupan
Batik dikatakan sebagai seni tulis karena manusia Jawa sejak lahir hingga ajal
sebagian batik dibuat dengan teknik mirip tiba. Terdapat beberapa motif batik yang
menulis atau menyungging. Sedangkan dikenakan pada peristiwa-peristiwa
yang dimaksud dengan teknik membuat penting yang dialami masyarakat Jawa.
batik adalah proses pekerjaan dari tahap Peristiwa kelahiran misalnya, sebaiknya
persiapan kain sampai menjadi kain jabang bayi dialasi dengan kain batik tua
batik. Pekerjaan persiapan meliputi milik neneknya atau kopohan yang
segala pekerjaan pada kain mori hingga berarti basah. Ini mengandung harapan
siap dibuat batik seperti nggirah/ngetel agar si bayi berumur panjang seperti
(mencuci), nganji(menganji), sang nenek. Untuk pernikahan, biasanya
ngemplong(seterika, kalendering). mempelai mengenakan kain batik
Sedangkan proses membuat batik dengan motif yang berawalan dengan
meliputi pekerjaan pembuatan batik yang “sida”, seperti Sidamulya, Sidaluhur, Sida
sebenarnya terdiri dari pelekatan lilin Asih, dan Sidomukti. Atau kalau tidak,
batik pada kain untuk membuat motif, bisa mengenakan motif Truntum, Wahyu
pewarnaan batik (celup, colet, Tumurun, Semen Gurdha, Semen Rama
lukis/painting, printing), yang terakhir dan Semen Jlekithet. Masing-masing
adalah penghilangan lilin dari kain . mengandung maksud agar kedua
(Sewan Soesanto, 1974). mempelai mendapat kebahagiaan,
Secara garis besar timbulnya kemakmuran dan menjadi orang
karya seni tidak dapat dipisahkan oleh terpandang.(http://nisyacin.
sistem kepercayaan dan agama yang Blogdetik.com/2012/09/09/ filosofi-batik-
akan memberikan pola-pola tertentu dan-motif-batik/) Jadi dari sehelai kain
untuk mewujudkan bentuk seninya batik tersirat beraneka makna dan nilai
(Koentjaraningrat, 1981:2).Dari yang berguna bagi kehidupan.
keindahan yang ditampilkan dari sehelai Batik juga dapat dikatakan
kain batik dapat dikatakan bahwa batik sebagai sarana akulturasi budaya karena
juga merupakan hasil kerajinan yang batik dalam perkembanganya sampai
paling digemari. Batik sebagai salah satu saat ini terdapat banyak mengalami
kerajinan yang sangat indah memiliki perubahan-perubahan seiring dengan
keunggulan yang bermacam-macam. pengaruh budaya pada masa itu dan
Selain dijadikan sebagai sebuah hasil perkembangan jaman. Pada masa
kerajinan batik juga bisa dijadikan Hindu, batik cenderung diwarnai motif-
pedoman serta tuntunan hidup sehari- motif dan corak yang berhubungan
hari karena dalam selembar kain batik dengan agama Hindu, pada masa Islam,
tersirat berbagai makna yang dapat batik juga diwarnai oleh motif dan corak-
dijadikan petunjuk hidup bagaimana corak yang islami, walaupun motif-motif
manusia berbuat agar menjadi manusia dan corak-corak peninggalan Hindu
yang unggul dibandingkan dengan masih ada, namun hanya sebagai
manusia lain. Di dalam motif kain batik tambahan saja. Demikian selanjutnya
tersirat nilai-nilai kehidupan yang sampai sekarang batik diwarnai oleh
menjadikan manusia itu menjadi manusia berbagai macam budaya pada masa
yang baik dan berbudi luhur.Makna- batik itu ada.
makna batik terkandung dari beraneka
corak, warna, dan ornamen yang 2. Sejarah Perkembangan Batik
menghiasi batik tersebut. Berbagai Batik adalah budaya khas
macam makna dan nilai dapat bangsa Indonesia yang sudah dikenal
ditampilkan dari selembar kain batik, sejak jaman dulu dan diwariskan secara
namun yang sering diketahui masyarakat turun temurun. Masyarakat duniapun
awam hanyalah nilai kendahan atau seni mengakui bahwa batik adalah milik
dari batik. Dari selembar kain batik dapat bangsa Indonesia karena adanya
diperoleh pedoman serta tuntunan hidup pengakuan dari UNESCO. Batik
sehari-hari karena dapat memberi arahan Indonesia, sebagai keseluruhan teknik,
bagaimana manusia harus berbuat dan teknologi, serta pengembangan motif dan
bagaimana manusia harus menyikapi budaya yang terkait, oleh UNESCO telah

540
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

ditetapkan sebagai Warisan fashion.blogspot.com/2013/04/sekilas-


Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan sejarah-batik-nusantara.html) Pada
Nonbendawi (Masterpieces of the Oral jaman Hindu sekitar abad XIII di Jawa
and Intangible Heritage of Humanity) Timur keberadaan seni batik dapat dilihat
sejak 2 Oktober, 2009 pada busana atau pakaian yang dihias
(http://batikday.com/2012/10/sejarah- dengan motif-motif yang digunakan pada
perkembangan-batik). Semenjak arca yang terdapat pada bangunan
penetapan sebagai warisan budaya, candi. Hal itu menunjukkan batik sudah
orang Indonesia semakin gemar ada dengan berbagai simboliknya
mengenakan batik. Dimana-mana orang mencerminkan norma-norma serta nilai
berpakaian batik. Banyak instansi baik budaya suatu kelompok. Perangkat
pemerintah maupun swasta yang lambang dalam busana tidak sekedar
mewajibkan karyawannya mengenakan mengandung makna, melainkan juga
batik. Sekolah-sekolah mewajibkan menjadi perangsang untuk bersikap
muridnya juga mengenakan seragam sesuai dengan makna lambang tersebut
batik. Batik menjadi semakin dekat (Condronegoro,1995:1)Seperti
dengan masyarakat Indonesia. contohnya dapat dilihat pada beberapa
Pemakaian kain batik dan kain-kain relief di Jawa Timur dalam hal ini adalah
bermotif batik semakin luas dan candi Penataran. Pada masa itu sudah
berkembang. Dari yang sebelumnya dikenal bentuk kain model ‘kemben’ yang
hanya sebagai pakaian, kini beragam tentunya dihias dengan motif, karena
benda dan aksesoris ramai mengangkat reliefnya sendiri sudah tampak aus(Hari
motif batik. Lelono, 1999:109).
Sebagai warisan budaya bangsa, Sejarah pembatikan di Indonesia
seharusnya kita mengerti sejarah berkaitan dengan perkembangan
munculnya batik di Indonesia. Walaupun kerajaan Majapahit. Di Solo terkenal ada
kata “batik” berasal dari bahasa Jawa, kampung bernama Laweyan. Berdirinya
kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah kampung Laweyan ini erat kaitannya
tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat dengan jatuhnya kekuasaan Majapahit
bahwa tehnik batik ini kemungkinan ke tangan Kerajaan Islam yaitu Demak,
diperkenalkan dari India atau Srilangka Pajang dan Mataram sekaligus menjadi
pada abad ke-6 atau ke-7. Di sisi lain, simbol pelestarian budaya membatik
J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) tinggalan Majapahit. Batik yang
mengatakan bahwa sebenarnya sebelum dikembangkan di Laweyan tak lepas dari
ada pengaruh India datang ke Indonesia, perkembangan batik Majapahit yang
Nusantara telah memiliki 10 unsur dibangun oleh Adipati Kalang pada masa
kebudayaan asli yaitu, wayang, gamelan, pemerintahan Majapahit. Adipati Kalang
puisi, pengecoran logam mata uang, saat itu menguasai industri batik di
pelayaran, ilmu falak, budidaya padi, wilayah Mojokerto dan menolak tunduk
irigasi, pemerintahan, serta batik. pada Majapahit. Adipati Kalang
sedangkan F.A. Sutjipto (arkeolog kemudian diserang lalu dihancurkan oleh
Indonesia) percaya bahwa tradisi batik Majapahit, beberapa ahli seni batiknya
adalah asli dari daerah seperti Toraja, dibawa ke Keraton Majapahit dan
Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu kemudian mengajarkan batik kepada
dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah kawula Majapahit sehingga dijadikan seni
area yang dipengaruhi oleh Hinduisme rahasia Istana.
tetapi diketahui memiliki tradisi kuna Setahun setelah Sultan
membuat batik.Sehigga teori-teori Hadiwijoyo naik tahta, kelompok
tersebut menolak mentah-mentah bahwa keturunan Ki Ageng Selo (cucu dari
batik berasal dari India Selatan.Jika kita Brawijaya V, Raja Mapahit terakhir)
perhatikan relief-relief yangpada candi mendapat tempat khusus dalam struktur
Prambanan dan juga Candi Borobudur pemerintahan kerajaan. Salah satunya
terdapat ukiran-ukiran yang adalah Ki Ageng Ngenis, cucu dari Ki
memperlihatkan motif-motif serupa motif Ageng Selo, diperintahkan untuk
batik.Hal itu menunjukkan, bangunan- membangun sebuah desa yang diberi
bangunan yang sudah berdiri semenjak nama Laweyan. Ki Ageng Ngenis
abad ke-8 ini sudah menunjukkan kemudian bergelar Ki Ageng Laweyan
adanya motif batik yang pengaruhnya membangun pusat studi batik bergaya
ada hingga sekarang. (http://our-life-is- Majapahit, di masa inilah kemudian

541
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

berkembang motif-motif yang mendasari dari : pohon mengkudu, tinggi, soga, nila,
desain batik Jawa era Mataram Islam - dan bahan sodanya dibuat dari soda abu,
disebut motif Mataram karena motif ini serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.
sangat populer setelah Pajang kalah Corak-corak batik berkembang luas dan
dengan Mataram. Di ceritakan saat pengaruh Solo-Yogya dianggap sebagai
Raden Pabelan (Keponakan Sutawijaya) dasar seluruh batik Jawa dan Madura
menggoda puteri bungsu Sultan
Hadiwijoyo, Raden Pabelan mengenakan Batik menjadi produksi paling
batik bangsawan Keraton Pajang yang utama di Jawa. Perkembangan Batik
tidak boleh dipakai sembarangan, dan menjadi amat kuat setelah ditemukannya
saat Raden Pabelan menyusup ke metode penanaman serat kapas (ciam)
lingkungan Sekar Kedaton, digambarkan dari tanaman Jong yang sangat ahli
puteri bungsu Mataram sedang dilakukan oleh orang-orang Cina di
membatik dengan canting - hal yang Pekajangan (Pekalongan) pada tahun
seperti ulangan pada kisah lama saat 1880. Ditemukannya serat ini membuat
Raden Joko Tingkir (nama muda Sultan jiwa dagang orang Pekalongan tumbuh.
Hadiwijoyo) menerobos pintu masuk Banyak dari saudagar-saudagar
tembok Sekar Kedaton Demak untuk Pekalongan baik keturunan Cina atau
berkencan dengan anak Raja Demak Jawa asli yang berpindah ke Solo dan
yang juga sedang membatik. membangun usaha Batik. Kemudian
(http://sejarah.kompasiana.com/2011/10/ pada tahun 1898, Sunan Pakubowono X,
02/ sekilas -sejarah-perkembangan-batik- Raja Solo yang baru diangkat beberapa
di-indonesia-400068.html) Dengan tahun sebelumnya memerintahkan
demikian dapat disimpulkan bahwa dibangun sebuah sentra perdagangan
ketrampilan membatik dengan sekaligus koperasi-koperasi bagi usaha
mengunakan canting sudah digunakan Batik. Konsep Koperasi menjadi obsesi
pada saat itu dan batik masih menjadi Sunan Solo setelah membaca sebuah
seni rahasia Istana terutama untuk motif- buku tentang Koperasi di Inggris tentang
motif khusus seperti Sidomukti dan industri tekstil. Atas titah Sunan inilah
Sidoluruh kemudian berdiri puluhan koperasi di
Pada waktu terjadi Perang Solo. Lantas kemudian diikuti berdirinya
Diponegoro (1825-1830 banyak koperasi diluar wilayah Voorstenlanden
bangsawan terlibat atas perang besar ini, (Solo dan Yogya) yaitu di Pekalongan,
sehingga ketika Belanda melakukan Semarang dan Cirebon.
strategi perang bentengstelsel yaitu : (http://sejarah.kompasiana.com/2011/10/
membangun tangsi disetiap tempat yang 02/ sekilas -sejarah-perkembangan-batik-
dikuasai maka keluarga bangsawan yang di-indonesia-400068.html)
mendukung Diponegoro banyak
mengungsi ke wilayah-wilayah di luar Jadi kerajinan batik ini di
Yogyakarta. Wilayah Banyumas adalah Indonesia telah dikenal sejak zaman
wilayah yang paling banyak menjadi kerajaan Majapahit dan terus
tempat pengungsian para bangsawan berkembang hingga kerajaan Demak,
Yogyakarta. Selain Banyumas juga Pajang dan Mataram Islam hingga Solo
bangsawan tersebut mengungsi ke dan Yogyakarta. Adapun mulai
Pekalongan dan menetap disana. Dalam meluasnya kesenian batik ini menjadi
perkembangannya lambat laun kesenian milik rakyat Indonesia dan khususnya
batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-
selanjutnya meluas menjadi pekerjaan XVIII atau awal abad ke-XIX . Batik yang
kaum wanita dalam rumah tangganya dihasilkan ialah semuanya batik tulis
untuk mengisi waktu senggang. sampai awal abad ke-XX dan batik cap
Selanjutnya, batik yang tadinya hanya dikenal baru setelah usai perang dunia
pakaian keluarga istana, kemudian kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik
menjadi pakaian rakyat yang digemari, sudah menjadi bagian pakaian tradisional
baik wanita maupun pria. Bahan kain Indonesia.
putih yang dipergunakan waktu itu
adalah hasil tenunan sendiri. Sedang 3. Motif Batik
bahan-bahan pewarna yang dipakai
terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Penciptaan motif batik ditinjau
Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dalam perkembangannya selalu

542
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

berhubungan dengan alam lingkungan menjadi beberapa jenis yaitu motif


sekitarnya, terutama flora dan fauna bunga, motif buketan, motif daun, lung
(Asmito, 1984:30). Sehingga tidak dan sulur serta motif pohon hayat. Motif
mengherankan apabila timbul berbagai tersebut dikomposisikan dengan pola
motif pada seni batik, seperti misalnya ceplok, baik itu berbentuk kelopak bunga
motif tumbuhan menjalar, motif yang mekar maupun setangkai bunga
tumbuhan air, motif bunga, motif yang terdiri dari beberapa bunga melati,
binatang, bahkan ada motif lingkungan mawar yang mekar dan berbentuk
seperti alam dan peralatan hidup. kuncup bunga.
Penciptaan seni batik yang berorientasi Motif fauna sangat banyak jenis
pada lingkungan alam sekitar itulah yang dan ragam bentuknya termasuk di
memunculkan perbedaan baik bentuk dalamnya hewan yang hidup di darat, di
maupun filsafat di dalam seni batik. air, hewan bersayap dan juga makhluk
Faktor-faktor yang mempengaruhi imajinatif atau hasil rekaan semata. Pada
perbedaan tersebut antara lain, letak umumnya jenis-jensi binatang itu
geografis, sifat dan tata penghidupan di merupakan satwa yang dapat ditemui di
daerah, kepercayaan dan adat yang daerah Nusantara sesuai dengan satwa
terdapat di stau daerah, serta keadaan lingkungan tiap-tiap daerah terkecuali
alam sekitar termasuk flora faunanya binatang-binatang imajinatif yang terkait
(Asmito, 1984:31). Pada masa lampau, dengan kepercayaan setempat, binatang
sebagian dari motif-motif batik mitologi hasil pengaruh luar, dan
memperlihatkan derajat pemakainya. sebagainya. Pada batik bahkan sangat
Oleh karena itu motif-motif yang masih kaya mengambil motif binatang sebagai
bersifat tradisional pada umumnya masih motif hias yang sangat beragam
mempunyai arti simbolik yang (Sunaryo, 2009: 65). Dalam kesenian
mencerminkan alam pikiran masa Nusantara binatang air dan melata
lampau (Suyanto, 1986:17). Pada batik mewakili kehidupan bawah (Sunaryo,
Tradisional pun susunan motifnya terikat 2009:118).
oleh suatu ikatan tertentu dan dengan Dalam mensikapi motif dan
isen-isen tertentu. Apabila menyimpang filsafat batik, masyarakat terutama
dari ikatan yang sudah menjadi tradisi masyarakat Jawa memiliki suatu sistem
dikatakan telah menyimpang dari batik kepercayaan yang berhubungan erat
tradisional. Batik modern dapat dengan alam semesta. Orang Jawa
dibedakan menjadi beberapa corak atau menganggap bahwa alam semesta atau
gaya antara lain; gaya abstrak dinamis, kosmologi ini adalah sebuah tempat
gaya gabungan, gaya lukisan, dan gaya dengan batas yang sudah ditentukan. Di
khusus dan cerita lama (Susanto,1980: dalam sebuah tempat tersebut terdapat
15). isi yaitu unsur-unsur yang tidak dapat
Sementara batik modern, motif dilihat dan dapat dilihat (Suparlan,
yang dicipta oleh perajin adalah murni 1978:196).
kreasi dan pengembangan dari beberapa Mengenai unsur-unsur yang
motif batik yang sudah ada dengan pola dapat dilihat dan diraba adalah unsur-
yang bebas. Motif-motif batik sebagai unsur yang terdapat di dunia nyata
karya seni dapat mengambil ide dasar seperti tumbuhan, binatang, gunung,
penciptaan dari beberapa hal, dengan manusia, dan sebagainya. Sedangkan
merubah bentuk menggunakan proses unsur-unsur yang tidak dapat dilihat dan
stilasi, yaitu suatu hasil gubahan dari tidak dapat diraba adalah unsur-unsur
bentuk alami sehingga tinggal sarinya yang mendiami dunia gaib, seperti roh
(esensinya) saja dan menjadi bentuk nenek moyang, dewa-dewa, makhluk
baru yang terkadang hampir kehilangan halus maupun kekuatan sakti lainnya
ciri-ciri alaminya sama sekali (Sipahelut, yang memiliki sifat baik dan membawa
1991: 54) keberuntungan, atau yang bersifat jahat
Motif flora muncul bersamaan dengan membawa mala petaka atau
dengan masuknya pengaruh Hindu yang kerugian bagi manusia (Magnis Suseno,
datang dari India, motif flora atau 1984:87). Masyarakat Jawa memandang
tumbuh-tumbuhan menjadi sangat umum bahwa kehidupan manusia selalu terpaut
dan menjadi bagian motif utama yang erat dengan kosmos alam raya (Mulder,
ada di Indonesia (Sunaryo, 2009: 153). 1996:26). Mereka tidak mungkin
Secara umum motif flora digolongkan memisahkan antara yang sacral dari

543
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

yang profan, yang bersifat kodrati dari percandian di Jawa tengah


yang adikodrati dan yang berakar pada (Yudoseputro, 2008:217). Sementara
dunia nyata dari yang berakar pada alam arca-arca masa Jawa tengah klasik tidak
semesta. banyak meninggalkan motif hias yang
Pada jaman Hindu keberadaan terdapat pada kainnya. Hanya beberapa
seni batik makin jelas. Busana atau perlu dicatat bahwa arca Ganesya dari
pakaian yang dihias dengan motif-motif candi Banon (Bernet Kempers, 1959:
dengan berbagai simboliknya P.39) serta arca-arca perunggu seperti
mencerminkan norma-norma serta nilai Avalokiteswara dari Magelang, arca Siwa
budaya suatu kelompok. Dengan Parwati dari Gemuruh-Wanasaba, serta
demikian busana merupakan suatu unsur arca Manjusri dari Ngemplak-Semarang
penting yang ikut menentukan identitas (Bernet Kempers, 1959:P 64, P 33,
kebhidupan budaya bangsa. Perangkat P110; Soekmono, 1988:103) sudah
lambang dalam pakaian pada menghiasi kainnya dengan berbagai
hakekatnya bermakna sebagai pengatur motif batik. Namun demikian motif batik
tingkah laku, di samping berfungsi tersebut terkesan sederhana dan mudah.
sebagai sumber informasi. Perangkat Hal demikian sangat berbeda jauh
lambang dalam busana tidak sekedar dengan kesenian masa Singasari yang
mengandung makna, melainkan juga menampilkan berbagai motif batik
menjadi perangsang untuk bersikap dengan berbagai bentuk yang rumit.
sesuai dengan makna lambang tersebut Sementara ini motif-motif yang
(Condronegoro,1995:1) banyak dipakai oleh para perajin batik di
Motif hias, motif kain batik yang daerah Malang adalah motif-motif yang
digunakan oleh para bangsawan pada berasal dari pola hias batik Jawa tengah
masa lampau tercermin dalam dan Madura. Dapat disebutkan di sini di
penggambaran relief maupun arca-arca antara motif-motif tersebut yang umum
yang tertinggal. Seperti contohnya dapat digunakan adalah motif dasar: Sawat,
dilihat pada beberapa relief di Jawa Gurdha, Meru, Semen, Bango Tulak,
Timur dalam hal ini adalah candi Sindur, Gadung Mlati, Truntum, Wirasat,
Penataran. Pada masa itu sudah dikenal Sidomukti, Sidoluhur, Wahyu Tumurun,
bentuk kain model ‘kemben’ yang Babon Angrem, dan Parang dengan
tentunya dihias dengan motif, karena segala motifnya (Rostiati, 1991:112-127).
reliefnya sendiri sudah tampak aus( Hari Dengan demikian usaha yang dilakukan
Lelono, 1999:109). Pada tata cara dan sedapat mungkin mengkorelasikan
aturan pemakaiannya pun sudah antara motif masa lampau dengan
menjadikan ketetapan yang dianut oleh pandangan filsafatnya dengan motif yang
individu-individu yang hidup di dalamnya. saat ini sudah ada, namun lebih ditujukan
Hal ini dapat dibuktikan dengan berbagai kepada sebuah perevitalisasian terhadap
jenis kain serta cara pemakaiannya. seni batik dengan motif Singasari yang
Terdapat berbagai jenis kain yang pernah tren di kawasan malang sekitar
disebutkan di dalam prasasti-prasasti abad XIII M. Dengan dasar tersebut batik
Jawa kuno. Hal ini diduga mencerminkan Malang benar-benar memiliki ciri khas
pula jenis dan motif hiasannya, seperti: tersendiri secara kultur area Malang
ambay-ambay, angsit muang putih, Raya atas dasar sumber yang pernah
angsit muang rangga, cadar siwa kidang, berjaya pada masa lampau, disamping
ganjar haji patra sisi, ganjar patra, memiliki ciri khas yang dibuat dengan
kalyaga, lunggar mayang, pilih angsit, motif baru dan filsafat baru menurut
pilih magong, sadugala, sulasih, tapis, pendapat dan keyakinan selera masa
atmaraksa dan lain-lain (Jones, kini.
1984:P46).
Sesuai dengan lingkungan seni 4. Daftar Pustaka
budaya Hindu, ragam hias ilmu ukur
sering diterapkan dalam hiasan batik, Asmito. 1984. Sejarah Kebudayaan
seperti motif meander, swastika, pilin, Indonesia. Jakarta: P2LPTK
dan sejenisnya. Dari motif tumbuhan
yang muncul adalah stilirisasi dari bunga Bernet Kempers. AJ. 1959. Ancient
serta daun teratai. Motif-motif ilmu ukur Indonesian Art. Amsterdam: C.P.J.
dan sulur tumbuhan ini sering dipadukan Van Der Piet.
seperti yang dapat dilihat pada

544
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

Condronegoro, Mari S. 1995. Busana Adat


Kraton Yogyakarta. Yogyakarta:
Pustaka Nusantara. Yudoseputro, Wiyoso. 2008. Jejak-jejak
Tradisi Bahasa Rupa Indonesia
Hari lelono, TM. 1999. Busana bangsawan Lama. Jakarta: Yayasan Seni Visual
dan Pendeta Wanita pada Masa Indonesia.
majapahit: Kajian Berdasarkan
Relief-Relief Candi. Dalam Berkala
Arekeologi Tahun XIX
No.1/Mei.Hal:107-116. Yogyakarta:
Balai Arkeologi.

Jones, Antoinette M. Barret. 1984. Early


Tenth Century Java from the
Inscriptions. Dordrecht Holland: Foris
Publications.

Koentjaraningrat. 1981. Kebudayaan,


Mentalitet, dan Pembangunan.
Jakarta: PT. Gramedia.

Magnis Suseno, Frans. 1984. Etika Jawa


Sebuah Analisa Falsafati Tentang
kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta:
PT. Gramedia.

Murtihadi dkk. 1979. Pengembangan


Teknologi Batik Menurut SMIK.
Jakarta : Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.

Poerwodarminto. 1989. Kamus Besar Bahasa


Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Rostiyati, Ani. 1991. ‘Arti Sibolis Kain Batik


Dalam Upacara Perkawinan Jawa’.
Dalam Sistem Pengetahuan
Tradisional Masyarakat Jawa. Studi
Tentang Simbolisme dan
Pengetahuan Flora Fauna. Hal 91-
140. Yogyakarta: Depdikbud Ditjen
Kebudayaan Balai Kajian Jarahnitra.

Sewan Soesanto. 1980. Seni Kerajinan Batik


Indonesia. Yogyakarta : BBKB : Dept
Perindustrian RI

Sipahelut, Atisah.1991. Dasar-Dasar Desain.


Jakarta: CV. Gravik Indah

Sunaryo, Aryo.2009. Ornamen Nusantara.


Semarang: Dahara Prize.

Suparlan, Parsudi. 1978. The Javanese


Dukun. Dalam Masyarakat
Indonesia. Tahun V No.2 Hal. 195-
198.

Suyanto. 1986. Batik Tradisional Yogyakarta


Ditinjau dari Aspek Motif dan makna
Simboliknya. Laporan Penelitian
Proyek Peningkatan Pengembangan
Pendidikan Tinggi Institut Seni
Indonesia Yogyakarta, Fakultas Seni
Rupa dan Desain.

545

Anda mungkin juga menyukai