Untuk mengenal sejarah kebaya, maka kita mulai dari penjelasan mengenai baju kebaya.
Baju kebaya sendiri adalah pakaian tradisional yang dikenakan oleh wanita Indonesia dan
Malaysia yang dibuat dari kain kasa yang dikenakan dengan sarung, batik, atau pakaian
tradisional yang lain seperti songket dengan motif warna-warni. Asal kata kebaya berasal
dari kata arab abaya yang berarti pakaian. Dipercaya kebaya berasal dari Tiongkok ratusan
tahun yang lalu. Lalu menyebar ke Malaka, Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi. Setelah
akulturasi yang berlangsung ratusan tahun, pakaian itu diterima di budaya dan norma
setempat
(http://ms.wikipedia.org/wiki/Baju_kebaya, diakses Rabu, 26 September 2012). Sebelum
1600, di Pulau Jawa, kebaya adalah pakaian yang hanya dikenakan keluarga kerajaan di
sana. Selama masa kendali Belanda di pulau itu, wanita-wanita Eropa mulai mengenakan
kebaya sebagai pakaian resmi. Selama masa ini, kebaya diubah dari hanya menggunakan
barang tenunan mori menggunakan sutera dengan sulaman warna-warni.
Sebagian banyak mereka berpendapat bahwa kebaya merupakan busana tradisional yang
umumnya telah dikenal di seluruh Indonesia, namun kebaya lebih identik dipakai oleh
wanita-wanita Jawa. Model dan jenis kebaya nya pun berbeda disetiap daerah yang tersebar
diseluruh wilayah Jawa. Jawa Tengah memiliki model kebaya tersendiri, kebaya yang biasa
dipakai wanita jawa tengah biasanya model kebaya Solo/ Surakarta. Solo merupakan daerah
yang dikenal sebagai wilayah keraton dan kerajaan yang masih kental dengan nuansa-
nuansa kerajaan. Kebaya khas jawa tengah pada umumnya adalah kebaya yang terbuat dari
kain beludru hitam, brokat, atau nilon. Dewasa ini, baju kebaya panjang merupakan pakaian
untuk upacara perkawinan. Kebaya panjang kebanyakan terbuat dari kain beludru hitam atau
merah tua, yang dihiasi pita emas di tepi pinggiran baju. Kain jarik batik yang berlipat
(wiron) tetap diperlukan untuk pakaian ini, tetapi biasanya tanpa memakai selendang.
Sanggulnya dihiasi dengan untaian bunga melati dan tusuk konde dari emas. Sedangkan,
perhiasan yang dipakai juga sederhana, yaitu sebuah sisir berbentuk hampir setengah
lingkaran yang dipakai di sebelah depan pusat kepala. Baju kebaya panjang yang dipakai
sebagai busana upacara biasa, maka tata rias rambutnya tanpa untaian bunga melati dan
tusuk konde.
Jika kita menjelaskan untuk mengenal sejarah kebaya, untuk kebaya model R.A Kartini
juga termasuk dalam kebaya khas Jawa Tengah. Kebaya R.A Kartini ini merupakan kebaya
yang masih sangat menganut adat-istiadat orang Jawa. Kebayanya dibuat dari berbagai jenis
bahan katun, baik yang polos satu warna seperti merah, putih, kuning, hijau, biru dan
sebagainya maupun bahan katun atau brokat yang berbunga atau bersulam, menggunakan
stagen sebagai ikat pinggang. Kalangan wanita di Jawa, biasanya baju kebaya mereka diberi
tambahan bahan berbentuk persegi panjang di .bagian depan yang berfungsi sebagai
penyambung (kuthubaru).
Filosofi Kebaya
Bagi seorang wanita Jawa, kebaya bukan hanya sebagai sebatas pakaian. Lebih dari itu
kebaya juga menyimpan sebuah filosofi tersendiri. Sebuah filosofi yang mengandung nilai-
nilai kehidupan. Keberadaan kebaya di Indonesia bukan hanya sebagai menjadi salah satu
jenis pakaian. Kebaya memiliki makna dan fungsi lebih dari itu. Bentuknya yang sederhana
bisa dikatakan sebagai wujud kesederhaan dari masyarakat Indonesia. Nilai filosofi dari
kebaya adalah kepatuhan, kehalusan, dan tindak tanduk wanita yang harus serba lembut.
Kebaya selalu identik dipasangkan dengan jarik atau kain yang membebat tubuh. Kain yang
membebat tubuh tersebut secara langsung akan membuat siapapun wanita yang
mengenakannya kesulitan untuk bergerak dengan cepat. Itulah sebabnya mengapa wanita
Jawa selalu identik dengan pribadi yang lemah gemulai.
Menggenakan kebaya akan membuat wanita yang mengenakannya berubah menjadi seorang
wanita yang anggun dan mempunyai kepribadian. Potongan kebaya yang mengikuti bentuk
tubuh mau tidak mau akan membuat wanita tersebut harus bisa menyesuaikan dan menjaga
diri. Setagen yang berfungsi sebagai ikat pinggang, bentuknya tak ubah seperti kain
panjang yang berfungsi sebagai ikat pinggang. Namun justru dari bentuknya yang panjang
itulah nilai-nilai filosofi luhur ditanamkan, merupakan symbol agar bersabar/jadilah manusia
yang sabar, erat kaitannya dengan peribahasa jawa dowo ususe atau panjang ususnya
yang berarti sabar.
Jenis kebaya memang tersedia dalam model dan desain yang sangat beragam. Satu daerah
dengan daerah yang lain tentu akan memiliki ragam yang sangat jauh berbeda baik dalam
segi warna, model, pilihan bahan, dan bentuk dari kebaya tersebut. Hal ini disebabkan
karena kebaya sendiri bukan merupakan busana asli Indonesia. Kebaya sendiri merupakan
pengembangan dari baju panjang yang berasal dari china. Desain baju kebaya akan
terpengaruh tergantung pada daerah asal yang membesarkannya.
Kebaya sendiri merupakan paduan dengan kain batik yang berupa kain dalam ukuran
panjang dan juga sarung. Panjang dari ukuran kebaya sendiri disesuaikan dengan keadaan.
1. Desain baju kebaya sunda yang terdapat dalam wilayah Sunda ini memiliki model
berupa blus pendek, tanpa menggunakan tambahan pada bagian depan. Tidak terdapat leluk
pada bagian leher yang biasanya terbuat dari bahan brokat atau bahan sutera yang memiliki
warna cerah dan bagian lengannya dibuat agak melebar dibanding kebaya di Jawa Tengah.
2. Desain Kebaya Khas DKI Jakarta
Desain Kebaya Khas DKI Jakarta [zimbio.com]
Desain baju kebaya yang dimiliki tumbuh di daerah Jakarta memiliki ciri khas tertentu seperti
memiliki warna yang cerah yang juga dipadukan dengan kain batik sarung yang memiliki
warna cerah dengan motif pesisiran. Bentuk kebaya Jakarta dipengaruhi dari budaya China
yang memunculkan budaya Encim. Pada awalnya kebaya ini dikenakan oleh China
peranakan.
3. Desain Kebaya Khas Jawa Tengah