Anda di halaman 1dari 8

BATIK GARUTAN

A. Batik Garutan

Jawa Barat memiliki sentra-sentra batik yang tersebar di Ciamis, Tasikmalaya, Cirebon,
Indramayu, dan Garut yang merupakan sentra batik yang telah lama dikenal masyarakat
Jawa Barat. Motif Batik Garutan selalu identik dengan motif-motif batik yang berasal dari
alam pegunungan, flora dan fauna yang memiliki kaitan erat dengan keseharian masyarakat
Garut terutama sebelum masa kemerdekaan.

B. Sejarah

Keberadaan batik Garut merupakan warisan dari nenek moyang, yang sudah berlangsung
secara turun menurun dan dulunya tercipta karena hasil pengaruh kuat penduduk yang
datang dari Jawa Tengah. Pada masa perang Diponegoro melawan Belanda, terjadi
perpindahan penduduk besar-besaran ke wilayah barat pada tahun 1825. Sebagian
pengungsi adalah para pengrajin batik Jawa Tengah, yang kemudian memberikan pengaruh
pada batik Tasikmalaya, Indramayu, dan Garut. Bahkan pada tahun 1945, batik Garut
menjadi semakain populer dan disebut sebagai Batik Tulis Garutan. Batik ini mencapai
masa kejayaannya pada tahun 1967 hingga 1985.
Batik Garut memiliki proses pembuatan dan pewarnaan yang sangat rumit. Keindahan
warna pada batik Garut ini bersumber pada proses pengetelah atau penggodokan kain
sebagai bahan dasarnya. Sebelum digambar dengan lilin malam, kain batik mengalami
proses pengetelah selama kurang lebih satu bulan. Kain direndam dalam campuran minyak
kacang dan air merang. Lalu kemudian di jemur hingga kering, dan proses tersebut
dilakukan berulang kali selama dua minggu. Setelah dua minggu, kain diembunkan, dan
digantung tanpa terkena cahaya matahari langsung. Proses pengetelan tersebut idealnya
dilaksanakan selama 40 hari. Ketika proses tersebut usai, kain akan berwarna mengkilap,
tidak mudah luntur, dan bahkan bisa tahan hingga lebih dari 100 tahun. Namun proses
seperti itu kini sudah jarang dilakukan karena tidak efisien dan efektif lagi untuk memenuhi
kebutuhan pasar.
C. Motif

Motif batik gaurtan diantaranya:


1. Motif Batik Garutan Bulu Hayam (Bulu Ayam)

Motif Batik memang terinspirasi dari keadaan sekitar para pengrajinnya. Kondisi
alam, flora dan fauna membuat pengrajin membuat kerajinan batik dengan motif Bulu
Hayam (Bulu Ayam). Beberapa pengrajin tentunya menambahkan motif geometris
diagonal untuk pemanis dan tidak hanya melulu tentang motif bulu hayam saja. Tidak
jarang terdapat pemanis motif berupa bunga yang diberikan warna alami cerah dan
kalem.
Biasanya para pengrajin hingga pengusaha menawarkan hasil kerajinannya
dengan harga Rp.1.500.000,- an. Dengan berbahan kain katun Primisima berukuran 2.7
m x 1.05 m tentunya motif bulu hayam ini cukup untuk dimodifikasi penggunaannya.
Adapun lama pengerjaan bisa mencapai 2-3 bulan tergantung tingkat kesulitan dari
motif itu sendiri
2. Motif Batik Garutan Lereng Kangkung

Dengan warna dasar yang seragam di setiap motif seperti warna biru dan cokelat.
Adapun Motif Batik Lereng Kangkung berupa tanaman kangkung yang biasa di jumpai
namun dituangkan dalam motif di batik. Terinspirasi dari tanaman kangkung itu sendiri
yang tumbuh di lereng-lereng perkebunan kangkung yang ada di Garut.
Untuk pembuatan batik tulis Garut tentu semuanya membutuhkan proses yang
cukup memakan waktu namun memiliki nilai yang tinggi karena dibuat oleh pengrajin
yang ahli dalam membatik. Dibandingkan dengan batik cap atau batik print tentunya
memiliki nilai yang berbeda-beda. Namun tetap memiliki spirit yang sama yaitu untuk
terus melestarikan motif batik.

3. Motif Batik Garutan Merak Ngibing (Burung Merak Menari)

Motif Batik Garutan Merak Ngibing atau burung Merak menari tentu akan
menjadi referensi pilihan Anda jika mencari motif batik yang unik. Indahnya burung
merak tentu menjadi lirikan setiap orang, terlebih lagi jika dituangkan dalam motif di
batik Garutan dan dikenakan sebagai sandang tentunya menjadi nilai tersendiri bagi
pengguna nya.
Motif Batik Merak Ngibing menggambarkan sepasang burung merak yang sedang
menari. Jikalau burung merak menari, bulu-bulu indahnya itu mekar terbuka berwarna-
warni hijau, biru hingga kuning dan cokelat. Nah, untuk di motif batik beberapa ada
yang memberikan warna hampir mirip seperti aselinya.
Berbagai motif yang terinspirasi dari hewan dan diterapkan pada batik Garutan
diantaranya adalah motif ungas, serangga, binatang berkaki empat seperti motif dari,
bagian dari hewan seperti sisik dan bulu ayam hingga sayap

4. Motif Batik Garutan Lereng

Motif Batik Garutan keempat yaitu Motif Lereng. Ada berbagai macam motif
batik Garutan yang menggambarkan lereng(miring atau diagonal). Pola nya pun baisa
dalam bentuk bergaris, bundaran, titik hingga ada ornament bunga maupun tanaman.
Jika mencari motif batik Garutan simple maka motif Lereng cocok karena bisa di
padu padankan dengan atasan polos atau motif lainnya. Untuk waktu pembuatan motif
batik Lereng bisa dibilang cukup relatif lebih cepat dibandingkan dengan motif lainnya.
Karena tingkat kesulitan nya yang cukup mudah.
Motif batik Garutan ini menggunakan nama-nama benda yang ada di sekitar garut
seperti bebatuan, perabotan, bagian dari rumah, tempat, hingga peralatan kerja. Tidak
heran jika penggunaan nama Motif Batik Garutan Lereng terinspirasi dari kondisi sekitar
Garut juga.
5. Motif Batik Garutan Cupat Manggu

Motif batik tidak hanya terdiri dari bunga-bungaan, sayuran, dedaunan, biji-bijian,
pepohonan, rumput, maupun bagian dari tumbuhan, namun terdiri juga dari motif buah-
buahan seperti motif batik Cupat Manggu atau buah manggis.
Hasil perkebunan di Garut seperti buah manggis banyak tersedia. Adapun
Perkebunan Buah Jeruk Garut seperti di Wanaraja, Cikajang juga menajdi inspirasi dari
motif batik yang ada di Garut Jawa Barat. Para pengrajin cukup kreatif dan inovatif
dalam menghasilkan karya yang terinspirasi dari kekayaan alam Kabupaten Garut.
Menjadikan Kerajinan Batik Garut semakin eksis dan berupaya untuk terus

D. Keberadaan Batik Garutan

Keneradaan batik garut pada tahun 1945, Batik Garut semakin populer dengan sebutan
“Batik Tulis Garutan” yang mengalami masa kejayaan antara tahun 1967 – 1985. Namun
Saat ini usaha pembatikan di Garut sedikit demi sedikit sudah mulai menunjukkan
penurunan produksi. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan bahan dan modal serta
lemahnya startergi pemasaran yang diterapkan, maka para penerus generasi dari batik garut
mengalami penurunan. Karena adanya persaingan yang cukup hebat dari produsen batik lain
yang menggunakan teknik lebih modern seperti mesin printing dalam pembuatannya. Saat
ini Berdasarkan catatan Pemda Kota Garut, dari semula tiga industri batik Garut saat
ini hanya tinggal satu yang tetap berproduksi.
E. Keberadaan Pengerajin dan Pengusaha

Saat ini jumlah pekerja batik tulis di Kabupaten Garut tidak lebih dari 100 orang. Tenaga
ini kemudian terbagi 2 bagian yaitu pelukis dan pemberi warna. Jumlah pelukis batik
biasanya lebih sedikit dibandingkan dengan bagian pemberi warna. Hal ini dapat disadari
karena tidak banyak orang yang mengetahui motif-motif batik.
Di samping memerlukan proses pembelajaran yang cukup lama, bakat melukis juga
menjadi faktor dominan. Bakat yang dapat disamakan sebagai hobi mencegah seorang
pelajar untuk berpindah pekerjaan karena ia memang menyukai untuk melukis batik.
Seorang yang sangat pandai dalam pengetahuan motif batik namun apabila tidak didampingi
dengan hobi cenderung untuk berpindah pekerjaan. Apalagi faktor jenis pekerjaan
“membatik” dianggap sudah ketinggalan zaman, sementara di depan mata jelas terlihat
berbagai jenis pekerjaan yang dianggap lebih “bonafide” pada saat ini telah menjadi kendala
sangat besar bagi kelangsungan generasi penerus pelukis batik. Dan, sedikit demi sedikit
jelas terlihat penurunan drastis jumlah pelukis batik tulis Garut. Untuk saat ini saja, seorang
pengusaha batik tulis mengungkapkan bahwa sangat sulit mencari pelukis batik Garut.
Melani (45), Asisten Manajer Batik Garutan “RM”3 mengatakan bahwa “Jumlah tenaga
pelukis motif yang kami miliki sangatlah terbatas, hanya 10 orang dari total 46 pekerja “.
Padahal ia sangat memerlukan tambahan tenaga pelukis batik Garut untuk mengimbangi
tenaga pewarna lukis yang jumlahnya lebih banyak.
Semua Pengusaha batik Garutan adalah perempuan, karena perempuan dikenal tekun,
pandai memanfaatkan waktu luang dan kesempatan, gigih berusaha untuk menambah
pendapatan keluarga, pandai dalam pengelolaan keuangan, pemasaran dan pengelolaan
perusahaan kecil yang bersifat rumah tangga. Walaupun demikian tidak menutup
kemungkinan bahwa laki-laki di Kecamatan Garut Kota dapat berpartisipasi dan ikut
bekerja sebagai pembatik meskipun bukan sebagai pengusaha, melainkan sebagai bekerja
dalam berbagai proses pembatikan, mulai dari taraf memotong bahan baku, ngawarnaan,
hingga bidang penjualan. Beberapa pekerja wanita memilih mengerjakan proses membatik
di rumah masing-masing sehingga mereka masih bisa melaksanakan pekerjaan rutin rumah
tangganya. Mereka disebut pekerja borongan dan setelah rampung pekerjaan tersebut
disetorkan kepada pemilik perusahaan. Seorang perajin batik tulis “rumahan” rata-rata
mampu menyelesaikan 1 potong kain ukuran 110 x 260 cm. Sedangkan untuk pengerjaan
batik cap dalam 1 minggu dapat dihasilkan 3 kodi atau 60 helai. Mereka hanya mendapat
upah kerja, mengenai kebutuhan bahan seperti kain, malam dan canting seluruhnya
disediakan pihak pengusaha.
Cara pengupahan dilakukan dengan sistem borongan sesuai dengan tingkat kesulitan
motif maupun jenis bahannya. Bahan dari ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) dinilai
pengerjaannya lebih sulit dibanding bahan lainnya. Dengan sendirinya upahnya pun lebih
mahal. Sedangkan upah batik cap lebih murah namun jumlah pesanannya lebih banyak.
Biasanya bahan tersebut untuk keperluan seragam.

Anda mungkin juga menyukai