TINJAUAN PUSTAKA
Kajian Teori
2.1.1 Definisi Cultural Center
Cultural Center atau pusat kebudayaan memiliki tujuan untuk
mengakomodasi dan memfasilitasi pengunjung dalam memahami kebudayaan
lokal dengan berbagai aktivitas seperti menikmat pertunjukkan, mempelajari
sejarah dan tradisi yang ada, mengapresiasi seni, memungkinkan pengunjung
berinteraksi, bersantai, dan terhibur oleh suasana kebudayaan (Afrin 2018; Hu
1991; Van 2016). Selain berperan mengakomodasi pengunjung memahami budaya
lokal, Cultural Center juga berperan dalam mewadahi komunitas-komunitas seni
dan budaya untuk beraktivitas dan berkarya. Dengan demikian Cultural Center
dapat disimpulkan sebagai ruang temu sosial. Hal ini dikarenakan adanya
penggabungan antara fungsi-fungsi publik dengan institusi kebudayaan. Interaksi
antar pengguna dengan fungsi publik dan institusi kebudayaan inilah yang
diharapkan terjadi di dalam suatu Cultural Center atau pusat kebudayaan
(Soemardjan dan Soemardi 1964; Van 2016).
Aspek Definisi
Fleksibilitas Ruang Berkaitan dengan beragamnya fungsi yang
ditampung.
Cultural Center yang ideal adalah yang bersifat
terbuka dan mudah diakses oleh berbagai kalangan
masyarakat.
Visibilitas yang tinggi Cultural Center yang ideal memiliki ruang dengan
derajat keterbukaan yang tinggi pada area penerima.
9
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Cultural Center harus dapat menjadi benang merah
antara bangunan baru dan bangunan eksisting.
Barrier yang jelas Fungsi Cultural Center adalah menaungi kegiatan
kebudayaan yang berlangsung di dalam agar tidak
terganggu dengan konteks ruang luar, sehingga
diperlukan ekspresi bangunan sebagai barrier yang
jelas.
Tabel 2. 1 Aspek Pembentul Cultural Center
Sumber: Planning Department HKSARG (1999) diolah kembali oleh penulis (2023)
11
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
2. Merencanakan acara entertainment
3. Merencanakan acara dan aktivitas rekreasi
Sosial 1. Merangkul komunitas untuk berpartisipasi, bekerja,
dan volunteering.
2. Mempromosikan kebudayan dan seni kepada
masyarakat melalui berbagai aktivitas
Tabel 2. 2 Empat Dimensi Pembentuk Cultural Center
12
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Pelestarian Meningkatkan Apresiasi 15% 10% Belum
Kesenian Terhadap Kegiatan Tercapai
Tradisional yang Budaya
Masyarakat
Pelakunya dalam Festival Film Semarang 1 Event 0 Event Belum
Kota
Festival Seni dan Budaya 15 Event 12 Event Belum
Tercapai
13
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Standarisasi dan Fasilitas Kreativitas Seni, 43 Event 12 Event Belum
Sertifikasi Sumber Budaya, dan Ekraf Tercapai
Daya Manusia
Kesenian Kajian Seni Tradisional 1 0 Belum
dengan Kebutuhan
Kreativitas Seni Film 1 Event 0 Event Belum
dan Tuntutan
Tercapai
Tradisional Tercapai
14
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
2.1.4 Seni dan Kebudayaan Semarang
Kota Semarang memiliki beragam seni dan kebudayaan khas Semarang,
Dilansir melalui website resminya (http://sikenang.semarangkota.go.id/), terdapat
tiga seni budaya Semarang, diantaranya:
15
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Wayang Pagelaran wayang orang
Orang merupakan kombinasi beberapa
seni budaya khas jawa seperti
pendalangan, karawitan,
pranatacara, musik (gamelan,
sinden, keroncong) dll.
Gambang 1 Campursari 56
Semarang
Karawitan 46 Dangdut 88
Pedalangan 17 Vokal 35
Keroncong 14 Band 64
16
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Ketoprak 7 Solo Organ 32
Orkes Melayu 85
Tari Modern 37
Teater 37
Qosidah 61
Lukis 33
Penelitian Sebelumnya
17
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
2 Rekreatif dan Edukatif Raja Ampat merupakan salah Pembeda ada pada
Sebagai Landasan satu daerah yang memiliki ragam pendekatan utama yang
Perancangan Cultural kebudayaan namun sayangnya disorot yaitu rekreatif
Center di Kabupaten belum dikenal secara luas. Hal ini edukatif.
Rajaampat (2021) berdampak pada pelunturan
budaya yang terjadi. Diusulkan
fungsi Cultural Center dengan
tema edukatif rekreatif agar
terjadi interkasi dengan warga
sehingga pelestarian budayanya
terus berlanjut.
3 Perancangan Cultural Perancangan Cultural Center di Pembeda ada pada
Center di Kota Jimbaran Jimbaran ini bertujuan untuk pendekatan utama yang
dengn Pendekatan melestarikan budaya Indonesia disorot yaitu Eco-culture
Arsitektur Eco-culture dengan mewadahi kegiatan,
(2022) pelatihan, pendidikan, dan
pelestarian budaya nusantara
menggunakan pendekatan
arsitektur Eco-culture.
18
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Studi Preseden
2.3.1 Taman Ismail Marzuki
Taman Ismail Marzuki (TIM) terletak di Jalan Cikini Raya No. 73, Jakarta
Pusat, Jakarta. Dengan luas keseluruhan 72.551 m2, TIM telah mengalami
revitalisasi yang didasarkan pada tiga prinsip utama, yaitu laboratorium seni,
etalase seni, dan barometer seni. Revitalisasi ini menghasilkan sembilan zona
fungsi, di mana lima di antaranya difokuskan pada pengembangan seni.
Sumber: youtube.com/@DKIJakarta
19
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
2. Planetarium & Galeri Cipta (2&3) sebagai tempat pameran berbagai bentuk
seni dan sarana wisata pendidikan yang menyajikan pertunjukan ataupun
peragaan simulasi benda-benda langit.
3. Pusat Perfilman & Teater Arena untuk mendukung produksi dan distribusi
perfilman karya anak bangsa
4. Teater Jakarta sebagai wadah pertunjukkan dan aktivitas seni.
5. Graha Bhakti Budaya sebagai gedung pertunjukkan seni
Keempat fungsi di atas tidak secara langsung menjadi bagian utama dari
tujuan utama TIM yaitu sebagai wadah pengembangan seni namun turut
20
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
memfasilitasi pelaku dan penikmat seni di Taman Ismail Marzuki dari segi
keselamatan, ibadah, tempat tinggal hingga pendidikan.
22
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Gambar 2. 7 Sirkulasi Pengguna Taman Ismail Marzuki
Sirkulasi bangunan pada TIM banyak dilakukan pada lahan hijau maupun
perkerasan yang ada di tengah kawasan. Hal ini membuat semua sisi kawasan hidup
dan aktif. Menurut pengamatan langsung oleh penulis, area terbuka yang ada pada
TIM juga sering dijadikan tempat untuk latihan marching band, dance hingga
musik. Untuk sirkulasi kendaraan seperti drop off, damkar juga parkir dilakukan di
luar kawasan sehingga tidak mengganggu sirkulasi penggunan yang dilakukan
dengan berjalan kaki.
23
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Gambar 2. 8 Sirkulasi Kendaraan Taman Ismail Marzuki
24
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Taman Ismail Marzuki diapit oleh berbagai akses jalan besar, namun
menurut pengamatan penulis terdapat 3 akses yang sering dijadikan akses masuk
oleh pengunjung. Akses masuk pertama ada pada area depan perpustakaan yang
sering dijadikan drop off pengunjung. Akses masuk kedua ada pada dekat area
parkir dan akses damkar. Akses masuk ketiga ada pada area dekat teater, menurut
pengamatan penulis, akses masuk ketiga ini sering dilalui oleh kendaraan untuk
drop off pada acara-acara tertentu seperti screening film maupun resital musik.
25
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Gambar 2. 11 Denah Fungsi Galeri Salihara
26
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Gambar 2. 12 Zoning Galeri Salihara
27
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
2.3.1 Semesta Galeri
28
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Gambar 2. 14 Zoning & Dokumentasi Lt 1 Semesta Gallery
Pada lantai 1 terdiri dari café, area duduk/makan, juga toko seni. Pada area
duduk dan makan ini, furniture yang digunakan memiliki finish kayu sehingga
terlihat membaur dengan alam. Hal ini didukung dengan penggunaan dinding yang
minim pada lantai 1, sehingga view, pencahayaan dan pengudaraan alaminya
diterapkan secara maksimal. Aktivitas yang diterapkan pada art store terbilang
menarik, dimulai dari kerajinan seni yang dijual sebagian besar merupakan produk
tangan dari warga sekitar, selain itu juga terdapat barang-barang kerajinan hasil
daur ulang. Selain aktivitas perdagangan, art store juga melibatkan pengunjung
untuk bekreasi dengan menyediakan kertas dan alat warna bagi pengunjung untuk
mewarnai ataupun melukis.
29
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Gambar 2. 15 Zoning & Dokumentasi Lt 2 Semesta Gallery
Terdapat 2 sayap bangunan. Untuk ruang pameran pada sayap kiri dibuat
lebih tertutup. Bukaan yang ada ditutup dengan kaca, akses masuknya pun harus
melewati pintu kaca. Secara pengudaraan, menggunakan ac dan banyak
menggunakan lighting buatan berupa lampu sorot untuk karya walaupun secara
ambience sangat terbantu dengan pencahayaan alami. Ruang pameran pada sayap
kanan dan tengah dibiarkan terbuka secara pencahayaan dan pengudaraan. Bukaan
yang ada dibiarkan begitu saja, dan hanya diberi batas perlindungan berupa
potongan bambu yang berfungsi sebagai railing. Untuk pengudaraan
memaksimalkan udara alami, dan untuk pencahayaan masih dibantu dengan lampu
sorot untuk karya.
30
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Gambar 2. 16 Zoning & Dokumentasi Lt 3 Semesta Gallery
Lantai 3 Semesta Galeri terdiri dari 3 fungsi berbeda pada tiap sisinya. Sisi
kiri difungsikan sebagai art studio dari pemilik dan bersifat private. Bagian tengah
merupakan area duduk-duduk, terlihat dari banyaknya beanbag yang disediakan
juga view luas yang disajikan. Sisi kanan bangunan difungsikan sebagai ruang
pameran dengan layout yang sama seperti lantai 2. Bedanya, ruang pameran pada
lantai 3 terlihat menerapkan konsep mezzanine. Hal ini membuat pengunjung dari
lantai 3 dapat melihat isi ruang pameran lantai 2, begitupun sebaliknya.
31
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Gambar 2. 17 Pengolahan Landscape Semesta Gallery
32
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
2.3.4 Asia Cultural Center (ACC)
33
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Secara zoning fungsi, ACC memiliki 5 fungsi utama yang diantaranya ACC
Children, ACC Teater, ACC Creation, ACC Historical dan ACC Research &
Archive. Dilihat dari fungsi, terlihat bahwa perancangan ACC ini memiliki
beberapa target mulai dari pengunjung, anak-anak, pelaku seni budaya, hingga
peneliti budaya.
34
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Gambar 2. 21 Pengolahan Lahan Hijau ACC
35
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Gambar 2. 22 Eksterior ACC
Eksterior dari Asia Cultural Center (ACC) mengadopsi dua elemen yang
berbeda untuk bagian atas dan bawah bangunan. Bagian atas eksterior menerapkan
desain serupa dengan bangunan sekitarnya, sehingga ACC dan lingkungannya
dapat menyatu dengan baik secara visual. Sementara itu, bagian bawah eksterior
sepenuhnya menggunakan kaca, menciptakan efek transparansi dan membuatnya
terlihat seperti tidak memiliki struktur yang jelas. Penerapan kaca ini memberikan
perhatian khusus pada aspek visual bagian atas bangunan. Dengan demikian,
meskipun ACC sebenarnya memiliki ukuran yang besar, tampilan eksteriornya
terasa lebih ringan dan tidak terlalu massif.
Penulis melakukan kajian mengenai fungsi dan program ruang pada empat
preseden, Taman Ismail Marzuki, Galeri Salihara, Semesta Galeri dan Asia
Cultural Center. Adapun hasil dari studi preseden yang dilakukan sebagai berikut:
36
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
TIM (Cikini) Galeri Salihara Semesta ACC
(Pasar Minggu) Galeri (South Korea,
(Lebak Bulus) Gwangju)
Tabel 2. 8 Keterkaitan Fungsi Pada Preseden dengan 4 Dimensi Pembentuk Cultural Center
38
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara