Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Teori
2.1.1 Definisi Cultural Center
Cultural Center atau pusat kebudayaan memiliki tujuan untuk
mengakomodasi dan memfasilitasi pengunjung dalam memahami kebudayaan
lokal dengan berbagai aktivitas seperti menikmat pertunjukkan, mempelajari
sejarah dan tradisi yang ada, mengapresiasi seni, memungkinkan pengunjung
berinteraksi, bersantai, dan terhibur oleh suasana kebudayaan (Afrin 2018; Hu
1991; Van 2016). Selain berperan mengakomodasi pengunjung memahami budaya
lokal, Cultural Center juga berperan dalam mewadahi komunitas-komunitas seni
dan budaya untuk beraktivitas dan berkarya. Dengan demikian Cultural Center
dapat disimpulkan sebagai ruang temu sosial. Hal ini dikarenakan adanya
penggabungan antara fungsi-fungsi publik dengan institusi kebudayaan. Interaksi
antar pengguna dengan fungsi publik dan institusi kebudayaan inilah yang
diharapkan terjadi di dalam suatu Cultural Center atau pusat kebudayaan
(Soemardjan dan Soemardi 1964; Van 2016).

Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam perancangan Cultural


Center antara lain:

Aspek Definisi
Fleksibilitas Ruang Berkaitan dengan beragamnya fungsi yang
ditampung.
Cultural Center yang ideal adalah yang bersifat
terbuka dan mudah diakses oleh berbagai kalangan
masyarakat.
Visibilitas yang tinggi Cultural Center yang ideal memiliki ruang dengan
derajat keterbukaan yang tinggi pada area penerima.

9
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Cultural Center harus dapat menjadi benang merah
antara bangunan baru dan bangunan eksisting.
Barrier yang jelas Fungsi Cultural Center adalah menaungi kegiatan
kebudayaan yang berlangsung di dalam agar tidak
terganggu dengan konteks ruang luar, sehingga
diperlukan ekspresi bangunan sebagai barrier yang
jelas.
Tabel 2. 1 Aspek Pembentul Cultural Center

Sumber: Planning Department HKSARG (1999) diolah kembali oleh penulis (2023)

2.1.2 4 Dimensi Utama Pembentuk Cultural Center


Cultural Center secara historis telah menggabungkan banyak objektif ke
dalam aktivitas mereka , sehingga fungsi yang dihasilkan sangat luas. Beberapa
contohnya adalah mempromosikan kewarganegaraan melalui aktivitas budaya dan
seni, pengembangan lahan tidak terpakai , meningkatkan kreatifitas , komunitas ,
kewirausahaan , inovasi dan lain -lain (Eriksson et al., 2017 , hlm 3). Namun
melalui jurnal berjudul “The Issues of Defining and Classifying Cultural Centres”
oleh Dita Pfeifere (2022 ) dijabarkan bahwa Cultural Center secara umum
dibentuk oleh empat dimensi utama yaitu seni budaya, edukasi, rekreasi dan sosial
.

Gambar 2. 1 4 Dimensi Utama Pembentuk Cultural Center

Sumber: Pfeiefer (2022) diolah kembali oleh penulis (2023)


10
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Teori mengenai empat dimensi utama pembentuk Cultural Center
didukung oleh beberapa teori lain. Dalam sebuah jurnal, Jurėnienė dan Urbonienė
(2014) serta Urbonienė dan Jurėnienė (2015) menyatakan bahwa Cultural Center
memainkan peran penting dalam edukasi kebudayaan, edukasi informal, dan
aktivitas edukasi di komunitas lokal. Selain itu, Jurėnienė (2012) juga menekankan
peran Cultural Center dalam bidang edukasi bagi anak-anak dan generasi muda.
Selain itu, saat ini Cultural Center juga diakui memiliki peran dalam
menarik partisipasi masyarakat dan komunitas lokal dalam berbagai kegiatan seni
dan kebudayaan, seperti yang dikemukakan oleh Eriksson et al. (2017, hlm. 4).
Melalui beberapa teori diatas dapat dismpulkan, fungsi dari masing-
masing aspek pembentuk Cultural Center sebagai berikut:
Dimensi Fungsi
Seni/Budaya 1. Menyediakan akses untuk seni dan kebudayaan
2. Memproduksi/ menyebarluaskan produk seni dan
kebudayaan (pameran, penampilan, konser, dll)
3. Memberi kesempatan bagi komunitas untuk
berpartispasi
4. Menjaga dan melestarikan budaya lokal/tradisional
5. Mengumpulkan dan mendistribusikan informasi
mengenai seni dan budaya
Edukasi 1. Menyediakan edukasi seni dan budaya/ edukasi
informal
2. Menawarkan edukasi artistik pada anak-anak dan
generasi muda
3. Menawarkan kesempatan pembelajaran jangka
panjang
4. Menawarkan edukasi dan partispasi dalam aktivitas
seperti workshops, kelas, debat dan pembelajaran
teori.
Rekreasi 1. Menyediakan akses atau tempat untuk rekreasi

11
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
2. Merencanakan acara entertainment
3. Merencanakan acara dan aktivitas rekreasi
Sosial 1. Merangkul komunitas untuk berpartisipasi, bekerja,
dan volunteering.
2. Mempromosikan kebudayan dan seni kepada
masyarakat melalui berbagai aktivitas
Tabel 2. 2 Empat Dimensi Pembentuk Cultural Center

Sumber: Penulis (2023)

2.1.3 Program Kerja DISBUDPAR Semarang


Melalui website resminya (http://sikenang.semarangkota.go.id/),
DISBUDPAR Kota Semarang merilis revisi program kerja mereka periode 2021-
2026 pada bulan Oktober 2022.

Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian


Urusan/ Program (Outcome) dan 2022 2022 2022
Program/Kegiatan Kegiatan (Output)

Program Apresiasi 15% 10% Belum


Pengembangan Kelompok/Sanggar Tercapai
Kebudayaan Terhadap Kegiatan Seni
Budaya

Pengelolaan Meningkatkan Apresiasi 15% 10% Belum


Kebudayaan yang Terhadap Kegiatan Tercapai
Masyarakat Budaya
Pelakunya dalam
Daerah

12
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Pelestarian Meningkatkan Apresiasi 15% 10% Belum
Kesenian Terhadap Kegiatan Tercapai
Tradisional yang Budaya
Masyarakat
Pelakunya dalam Festival Film Semarang 1 Event 0 Event Belum

Daerah Kabupaten/ Tercapai

Kota
Festival Seni dan Budaya 15 Event 12 Event Belum
Tercapai

Semarang Jelajah Musik 1 Event 0 Event Belum


Tercapai

Pembinaan Meningkatkan Apresiasi 15% 10% Belum


Lembaga Adat yang Terhadap Pelaku Seni Tercapai
Penganutnya dalam Budaya
Daerah Kabupaten/
Kota

Program Apresiasi Kelompok/ 15% 10% Belum


Pengembangan Sanggar Terhadap Tercapai
Kesenian Pengembangan Seni
Tradisional Budaya Tradisional

Pembinaan Meningkatkan Apresiasi 15% 10% Belum


Kesenian yang Kegiatan Pembinaan Tercapai
Masyarakat Terhadap Sanggar/
Pelakunya dalam Kelompok Seni Budaya
Daerah
Kabupaten/Kota

13
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Standarisasi dan Fasilitas Kreativitas Seni, 43 Event 12 Event Belum
Sertifikasi Sumber Budaya, dan Ekraf Tercapai
Daya Manusia
Kesenian Kajian Seni Tradisional 1 0 Belum

Tradisional Sesuai Semarang Dokumen Dokumen Tercapai

dengan Kebutuhan
Kreativitas Seni Film 1 Event 0 Event Belum
dan Tuntutan
Tercapai

Pelatihan Seni 1 Event 0 Event Belum


Tercapai

Workshop Seni 20 16 Belum


Kegiatan Kegiatan Tercapai

Parade Seni 1 Event 0 Event Belum


Tercapai

Peningkatan Dukungan Event Seni 15% 10% Belum


Kapasitas Tata Budaya dan Ekraf Tercapai
Kelola Lembaga
Kesenian Fasilitas Pentas Seni 12 Event 6 Event Belum

Tradisional Tercapai

Tabel 2. 3 Program Kerja DISBUDPAR yang Belum Selesai

Sumber: Penulis (2023)

14
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
2.1.4 Seni dan Kebudayaan Semarang
Kota Semarang memiliki beragam seni dan kebudayaan khas Semarang,
Dilansir melalui website resminya (http://sikenang.semarangkota.go.id/), terdapat
tiga seni budaya Semarang, diantaranya:

Seni/Budaya Gambar Keterangan


Dugderan Dugderan merupakan tradisi
berupa pawai yang biasa
diadakan pada awal bulan puasa.
"Dugder" itu sendiri diambil dari
suara yang biasa terdengar dalam
penyajian tradisi itu. Ciri khas
dari tradisi tersebut adalah
adanya Warak Ngendog, hewan
fiktif berwujud badan kambing
dan berkepala naga bersisik
emas.
Gambang Gambang Semarangan
Semarangan merupakan perpaduan tari dan
musik dengan gamelan Jawa.
Pada awal berdirinya, pemain
Gambang Semarangan terdiri
dari penduduk asli Semarang dan
penduduk keturunan Tionghoa.
Tari Tari Semarangan adalah tari
Semarangan klasik Semarang yang
dibawakan oleh dua orang penari
perempuan.

15
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Wayang Pagelaran wayang orang
Orang merupakan kombinasi beberapa
seni budaya khas jawa seperti
pendalangan, karawitan,
pranatacara, musik (gamelan,
sinden, keroncong) dll.

Tabel 2. 4 Keragaman Seni Budaya Khas Semarang

Sumber: Penulis (2023)

2.1.5 Komunitas Seni dan Kebudayaan Semarang


Persebaran komunitas seni dan budaya di Kota Semarang cukup luas.
Mengutip dari website resmi DISBUDPAR Semarang
(http://sikenang.semarangkota.go.id/), terdapat 844 kelompok atau komunitas seni
dan budaya di Kota Semarang. Pengelompokan komunitas ini dibagi menjadi dua,
yaitu kelompok budaya yang bergerak di kebudayaan lokal dan kelompok seni yang
berisi kelompok atau komunitas seni yang lebih universal. Adapun data banyaknya
komunitas yang tersebar sebagai berikut:

Jumlah Seni Jumlah


Budaya Komunitas Komunitas

Gambang 1 Campursari 56
Semarang

Tari Tradisional 82 Rebana 149

Karawitan 46 Dangdut 88

Pedalangan 17 Vokal 35

Keroncong 14 Band 64

16
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Ketoprak 7 Solo Organ 32

Orkes Melayu 85

Tari Modern 37

Teater 37

Qosidah 61

Lukis 33

Jumlah 167 Jumlah 677

Tabel 2. 5 Persebaran Komunitas Seni Budaya di Semarang

Sumber: Penulis (2023)

Penelitian Sebelumnya

No Penelitian Sebelumnya Latar Belakang Pembeda


1 Design Of Regional Keberadaan museum sekarang Pembeda terletak pada latar
Museum of Bengkulu by kurang menarik dan tidak seusai belakang, latar belakang
Critical Regionalism dengan perkembangan jaman. pada penelitian sebelumnya
Approach (2020) Museum yang ada di Bengkulu tidak terlalu berdasar pada
masih kurang menarik dari segi sejarah tapak
fisik dan suasana. Dipilih
pendekatan critical regionalism
untuk memadukan konsep
lokalitas dan modernitas khas
Bengkulu.

17
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
2 Rekreatif dan Edukatif Raja Ampat merupakan salah Pembeda ada pada
Sebagai Landasan satu daerah yang memiliki ragam pendekatan utama yang
Perancangan Cultural kebudayaan namun sayangnya disorot yaitu rekreatif
Center di Kabupaten belum dikenal secara luas. Hal ini edukatif.
Rajaampat (2021) berdampak pada pelunturan
budaya yang terjadi. Diusulkan
fungsi Cultural Center dengan
tema edukatif rekreatif agar
terjadi interkasi dengan warga
sehingga pelestarian budayanya
terus berlanjut.
3 Perancangan Cultural Perancangan Cultural Center di Pembeda ada pada
Center di Kota Jimbaran Jimbaran ini bertujuan untuk pendekatan utama yang
dengn Pendekatan melestarikan budaya Indonesia disorot yaitu Eco-culture
Arsitektur Eco-culture dengan mewadahi kegiatan,
(2022) pelatihan, pendidikan, dan
pelestarian budaya nusantara
menggunakan pendekatan
arsitektur Eco-culture.

Tabel 2. 6 Penelitian Sebelumnya

Sumber: Penulis (2023)

18
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Studi Preseden
2.3.1 Taman Ismail Marzuki

Gambar 2. 2 Taman Ismail Marzuki

Sumber: Google.com diolah kembalo oleh penulis (2023)

Taman Ismail Marzuki (TIM) terletak di Jalan Cikini Raya No. 73, Jakarta
Pusat, Jakarta. Dengan luas keseluruhan 72.551 m2, TIM telah mengalami
revitalisasi yang didasarkan pada tiga prinsip utama, yaitu laboratorium seni,
etalase seni, dan barometer seni. Revitalisasi ini menghasilkan sembilan zona
fungsi, di mana lima di antaranya difokuskan pada pengembangan seni.

Gambar 2. 3 Dasar Revitalisasi Taman Ismail Marzuki

Sumber: youtube.com/@DKIJakarta

Taman Ismail Marzuki memiliki 9 zoning fungsi yang 5 diantaranya sebagai


fungsi utama dan 4 sisanya sebagai fungsi pendukung. 5 fungsi utama tersebut
antara lain:

1. Perpustakaan, HB Jassin & Wisma TIM berfungsi sebagai perpustakaan


umum daerah dan pusat dokumentasi sastra dari HB Jassin yang
menyediakan arsip dan ilmu literasi berupa buku.

19
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
2. Planetarium & Galeri Cipta (2&3) sebagai tempat pameran berbagai bentuk
seni dan sarana wisata pendidikan yang menyajikan pertunjukan ataupun
peragaan simulasi benda-benda langit.
3. Pusat Perfilman & Teater Arena untuk mendukung produksi dan distribusi
perfilman karya anak bangsa
4. Teater Jakarta sebagai wadah pertunjukkan dan aktivitas seni.
5. Graha Bhakti Budaya sebagai gedung pertunjukkan seni

Gambar 2. 4 Master Plan Taman Ismail Marzuki

Sumber: Google.com diolah kembali oleh Penulis (2023)

4 fungsi pendukung dari Taman Ismail Marzuki antara lain:


1. Parkir Taman & Damkar
2. Masjid Amir Hamzah
3. Asrama Seni Budaya
4. Kawasan IKJ

Keempat fungsi di atas tidak secara langsung menjadi bagian utama dari
tujuan utama TIM yaitu sebagai wadah pengembangan seni namun turut

20
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
memfasilitasi pelaku dan penikmat seni di Taman Ismail Marzuki dari segi
keselamatan, ibadah, tempat tinggal hingga pendidikan.

Gambar 2. 5 Eksterior dan Interior Taman Ismail Marzuki

Sumber: youtube.com/@DKIJakarta diolah kembali oleh Penulis (2023)

Dalam perancangan revitalisasi TIM yang dilakukan, terdapat beberapa


bagian yang menarik bagi penulis. Selasar yang dirancang dengan ukuran luas dan
terbuka diniatkan sebagai wadah untuk para komunitas dan pelaku seni
menuangkan kreativitas. Galeri dirancangan memiliki ceiling yang tinggi membuat
galeri dapat menampung hasil seni yang besar sekalipun. Dinding putih polos juga
membantu mata pengunjung untuk lebih fokus pada hasil seni yang dipajang. Salah
satu aspek pendukung untuk sirkulasi, TIM memiliki banyak ramp yang secara
fungsi memudahkan para lansia dan disabilitas, namun juga menambah nilai
estetika pada bagian eksterior. TIM memiliki lahan yang luas namun cukup penuh
dengan bangunan, sehingga pemanfaatan lahan hijau juga dilakukan di area atap
dengan pengadaan green roof. Hal ini juga membantu mendinginkan suhu
bangunan yang didominasi beton dan terpapar oleh matahari.
21
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Gambar 2. 6 Eksterior dan Interior (2) Taman Ismail Marzuki

Sumber: youtube.com/@DKIJakarta diolah kembali oleh Penulis (2023)

Area perpustakaan memiliki ceiling yang tinggi sehingga membantu fokus


dan produktivitas dalam bekerja maupun belajar. Pencahayaan alami dibantu oleh
jendela kaca yang tinggi, pencahayaan maupun panas berlebih direduksi oleh
second skin fasad bangunan untuk kenyamanan pengguna/ teater arena yang semi
terbuka memiliki fokus panggung di tengah sehingga pelaku seni ataupun penampil
dapat fleksibel 360 derajat, penonton pun juga memiliki view yang lebih leluasa.
Penggunaan tanaman juga masih diterapkan untuk estetika dan pendinginan
bangunan.

22
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Gambar 2. 7 Sirkulasi Pengguna Taman Ismail Marzuki

Sumber: Google.com diolah kembali oleh Penulis (2023)

Sirkulasi bangunan pada TIM banyak dilakukan pada lahan hijau maupun
perkerasan yang ada di tengah kawasan. Hal ini membuat semua sisi kawasan hidup
dan aktif. Menurut pengamatan langsung oleh penulis, area terbuka yang ada pada
TIM juga sering dijadikan tempat untuk latihan marching band, dance hingga
musik. Untuk sirkulasi kendaraan seperti drop off, damkar juga parkir dilakukan di
luar kawasan sehingga tidak mengganggu sirkulasi penggunan yang dilakukan
dengan berjalan kaki.

23
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Gambar 2. 8 Sirkulasi Kendaraan Taman Ismail Marzuki

Sumber: Google.com diolah kembali oleh Penulis (2023)

Gambar 2. 9 Titik Entrance Taman Ismail Marzuki

Sumber: Google.com diolah kembali oleh Penulis (2023)

24
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Taman Ismail Marzuki diapit oleh berbagai akses jalan besar, namun
menurut pengamatan penulis terdapat 3 akses yang sering dijadikan akses masuk
oleh pengunjung. Akses masuk pertama ada pada area depan perpustakaan yang
sering dijadikan drop off pengunjung. Akses masuk kedua ada pada dekat area
parkir dan akses damkar. Akses masuk ketiga ada pada area dekat teater, menurut
pengamatan penulis, akses masuk ketiga ini sering dilalui oleh kendaraan untuk
drop off pada acara-acara tertentu seperti screening film maupun resital musik.

2.3.2 Galeri Salihara

Gambar 2. 10 Galeri Salihara

Sumber: Google.com diolah kembali oleh Penulis (2023)

Galeri Salihara bertempat di Jl. Salihara no 16, Pasar Minggu, Jakarta


Selatan. Galeri salihara sendiri didirikan untuk mewadahi seni budaya Indonesia
seperti seni tari, lukis, musik, peran dan lainnya. Luasan lahan galeri salihara tidak

25
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Gambar 2. 11 Denah Fungsi Galeri Salihara

Galeri Saliharan terdiri dari 5 lantai yang pembagian fungsinya dilakukan


secara vertical. Pada lantai basement terdapat teater untuk film, lantai 1 terdapat
concert hall, galeri 1, resto dan bar, toko merch dan lobi. Lantai 2 terdiri dari galeri
2 dan ruang untuk interactive listening, lantai tiga difokuskan untuk perpustakaan
dan lantai 4 difungsikan sebagai kantor.

26
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Gambar 2. 12 Zoning Galeri Salihara

Pembagian zonasi ruang, secara keseluruhan bersifat public, namun ada


beberapa titik yang semipublic seperti concert hall di lantai 1 dan bersifat semi
private seperti ruang tiket di lantai 1dan ruang meeting di lantai 4. Untuk ruang
yang bersifat private ada pada lantai 3 yaitu di perpustakaan tepatnya pada ruang
staff, dan lantai 4 yang hampir keseluruhannya bersifat private.

27
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
2.3.1 Semesta Galeri

Gambar 2. 13 Semesta Gallery

Semesta galeri berlokasi di Jl Taman Sari 1 no 77, Lebak Buls, Cilandak,


Jakarta Selatan. Semesta galeri berfungsi sebagai gedung pameran seni dari pendiri
semesta galeri yang juga bekerja di bangunan ini. Secara luasan bangunan terbilang
kecil dan hanya terdiri dari 3 lantai, namun lahan hijaunya sangat luas. Secara
tampilan eksterior maupun interior, semesta galeri memiliki dinding dan lantai
dengan finish acian dan juga dinding bata exposed. Selain itu terdapat beberapa
detail bangunan untk fasad dan railing yang menggunakan elemen bambu. Denah
bangunan membentuk huruh U dan view bukaan diarahkan lebih banyak ke arah
lahan hijau yang ada di sekitar bangunan. Bentuk U ini membantu pencahaan dan
pengudaraan alami tersebar ke seluruh ruangan, terlebih sebagian besar bangunan
tidak menggunakan pengudaraan buatan.

28
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Gambar 2. 14 Zoning & Dokumentasi Lt 1 Semesta Gallery

Pada lantai 1 terdiri dari café, area duduk/makan, juga toko seni. Pada area
duduk dan makan ini, furniture yang digunakan memiliki finish kayu sehingga
terlihat membaur dengan alam. Hal ini didukung dengan penggunaan dinding yang
minim pada lantai 1, sehingga view, pencahayaan dan pengudaraan alaminya
diterapkan secara maksimal. Aktivitas yang diterapkan pada art store terbilang
menarik, dimulai dari kerajinan seni yang dijual sebagian besar merupakan produk
tangan dari warga sekitar, selain itu juga terdapat barang-barang kerajinan hasil
daur ulang. Selain aktivitas perdagangan, art store juga melibatkan pengunjung
untuk bekreasi dengan menyediakan kertas dan alat warna bagi pengunjung untuk
mewarnai ataupun melukis.

29
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Gambar 2. 15 Zoning & Dokumentasi Lt 2 Semesta Gallery

Lantai 2 pada Semesta Galeri sepenuhnya difungsikan sebagai ruang


pameran. Secara material yang digunakan adalah beton dengan finish acian untuk
lantai dan ceiling, bata exposed pada dinding, juga kolom dan balok yang dibiarkan
terekspos. Secara finishing material dibiarkan mentah, namun hal ini membantu
pengunjung untuk lebih berfokus pada karya seni yang dipajang.

Terdapat 2 sayap bangunan. Untuk ruang pameran pada sayap kiri dibuat
lebih tertutup. Bukaan yang ada ditutup dengan kaca, akses masuknya pun harus
melewati pintu kaca. Secara pengudaraan, menggunakan ac dan banyak
menggunakan lighting buatan berupa lampu sorot untuk karya walaupun secara
ambience sangat terbantu dengan pencahayaan alami. Ruang pameran pada sayap
kanan dan tengah dibiarkan terbuka secara pencahayaan dan pengudaraan. Bukaan
yang ada dibiarkan begitu saja, dan hanya diberi batas perlindungan berupa
potongan bambu yang berfungsi sebagai railing. Untuk pengudaraan
memaksimalkan udara alami, dan untuk pencahayaan masih dibantu dengan lampu
sorot untuk karya.
30
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Gambar 2. 16 Zoning & Dokumentasi Lt 3 Semesta Gallery

Lantai 3 Semesta Galeri terdiri dari 3 fungsi berbeda pada tiap sisinya. Sisi
kiri difungsikan sebagai art studio dari pemilik dan bersifat private. Bagian tengah
merupakan area duduk-duduk, terlihat dari banyaknya beanbag yang disediakan
juga view luas yang disajikan. Sisi kanan bangunan difungsikan sebagai ruang
pameran dengan layout yang sama seperti lantai 2. Bedanya, ruang pameran pada
lantai 3 terlihat menerapkan konsep mezzanine. Hal ini membuat pengunjung dari
lantai 3 dapat melihat isi ruang pameran lantai 2, begitupun sebaliknya.

31
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Gambar 2. 17 Pengolahan Landscape Semesta Gallery

Poin menarik dari semesta galeri adalah lahan hijaunya. Pengolahan


landscape pada semesta galeri terlihat masih mempertahakan vegetasi-vegetasi
eksisting. Lahan hijau yang luas juga kerap dimanfaatkan oleh pengunjung untuk
piknik dan camping. Selain itu juga disediakan arena bermain berupa ayunan dan
fasilitas duduk berupa bangku-bangku. Namun sayangnya pencahayaan pada lahan
hijaunya pada beberapa titik masih sedikit sehingga saat menjelang malam,
beberapa area menjadi gelap.

32
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
2.3.4 Asia Cultural Center (ACC)

Gambar 2. 18 Asia Cultural Center (ACC)

Asia Cultural Center (ACC) terletak di Gwangju Korea Selatan, memiliki


luasan lahan 140.000m2. ACC memiliki fungsi sebagai pusat pengembangan
budaya yang berada di Asia dengan menyediakan wadah seni berupa teater,
museum, galeri hingga memenuhi dari segi edukasi dengan adanya perpustakan,
ruang arsip dan penelitian.

Gambar 2. 19 Fungsi ACC

33
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Secara zoning fungsi, ACC memiliki 5 fungsi utama yang diantaranya ACC
Children, ACC Teater, ACC Creation, ACC Historical dan ACC Research &
Archive. Dilihat dari fungsi, terlihat bahwa perancangan ACC ini memiliki
beberapa target mulai dari pengunjung, anak-anak, pelaku seni budaya, hingga
peneliti budaya.

Gambar 2. 20 Sirkulasi ACC

ACC menyediakan 6 pintu masuk yang memudahkan pengunjung untuk


mengakses langsung ACC. Jika dilihat dari pemetaan, ACC dikelilingi oleh akses
langsung berupa jalan, dan keenam pintu masuk diletakkan di tiap titik yang dekat
dengan akses jalan tersebut. Sirkulasi pengguna pada ACC dilakukan dengan
berjalan kaki dan perpindahan yang terjadi dilakukan di lahan terbuka yang ada di
tengah kawasan, Selain itu sirkulasi pengguna juga bisa dilakukan dengan akses
langsung dari bangunan yang berhubungan langsung.

34
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Gambar 2. 21 Pengolahan Lahan Hijau ACC

Lahan keseluruhan dari ACC penuh dengan bangunan dan perkerasan


sehingga area hijau yang dimiliki minim. Untuk mengatasi hal tersebut terlihat
diterapkan green roof hampir diseluruh atap bangunan. Tidak hanya vegetasinya
saja yang dibawa keatas, namun juga aktivitas yang ada, salah satunya ACC
Children yang berisi taman bermain anak-anak.

35
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
Gambar 2. 22 Eksterior ACC

Eksterior dari Asia Cultural Center (ACC) mengadopsi dua elemen yang
berbeda untuk bagian atas dan bawah bangunan. Bagian atas eksterior menerapkan
desain serupa dengan bangunan sekitarnya, sehingga ACC dan lingkungannya
dapat menyatu dengan baik secara visual. Sementara itu, bagian bawah eksterior
sepenuhnya menggunakan kaca, menciptakan efek transparansi dan membuatnya
terlihat seperti tidak memiliki struktur yang jelas. Penerapan kaca ini memberikan
perhatian khusus pada aspek visual bagian atas bangunan. Dengan demikian,
meskipun ACC sebenarnya memiliki ukuran yang besar, tampilan eksteriornya
terasa lebih ringan dan tidak terlalu massif.

Penulis melakukan kajian mengenai fungsi dan program ruang pada empat
preseden, Taman Ismail Marzuki, Galeri Salihara, Semesta Galeri dan Asia
Cultural Center. Adapun hasil dari studi preseden yang dilakukan sebagai berikut:

36
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
TIM (Cikini) Galeri Salihara Semesta ACC
(Pasar Minggu) Galeri (South Korea,
(Lebak Bulus) Gwangju)

Fungsi Art Center Art Center Art Galeri Cultural Center

Program Art Galeri, Galeri, Teater Galeri, Art Teater, Culture


Ruang Teater, Blackbox, Kantor, Exchange, ACC
Perpustakaan, Teater Atap, painting space, Children,
Planetarium, Studio Tari, Contemplating Research &
Open Spaces, Studio area, Cafe, Archive, ACC
Stalls Musik,Teater Open Space, Historical, ACC
Anjung, UMKM Creation,
Serambi Democracy Plaza
(lounge-
meeting), Co-
Working

Point of Fasilitas Aktivitas & Landscape Fasilitas Ruang &


Interest Ruang Fasilitas Ruang Konsep
Arsitektur

Tabel 2. 7 Studi Preseden

Sumber: Penulis (2023)

Penulis mencoba mengkaitkan fungsi pada masing-masing preseden


dengan teori empat dimensi pembentuk Cultural Center milik Dita Pfeifere untuk
melihat apakah empat dimensi tersebut benar diterapkan pada empat preseden yang
dikaji penulis. Adapun hasilnya, teori empat dimensi pembentuk Cultural Center
milik Dita Pfeifere pada masing-masing preseden memiliki implementasi fungsi
yang berbeda, namun objektif fungsi yang sama.
37
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara
TIM (Cikini) Galeri Salihara Semesta ACC
Galeri
(Pasar Minggu) (South Korea,
(Lebak Bulus) Gwangju)

Art/Culture Art Galeri, Galeri, Teater Galeri, Art Teater, Culture


Teater Blackbox, Teater Kantor Exchange
Atap, Studio Tari,
Studio Musik

Education Perpustakaan, Studio Tari, Studio Art Kantor, ACC Children,


Planetarium Musik, Serambi painting space Research &
(lounge-meeting), Archive, ACC
Co-Working Historical

Leisure/ Art Galeri, Galeri, Teater Contemplating ACC Creation, ACC


Teater, area, Galley, Children
Recreation
Perpustakaan, Cafe, Open
Planetarium, Space
Open Spaces,
Stalls

Social Art Galeri, Galeri, Serambi, Cafe, Galeri, Democracy Plaza


Teater, Teater Atap, Teater Open Space,
Perpustakaan, Anjung, Co- UMKM
Planetarium, Working
Open Spaces,
Stalls

Tabel 2. 8 Keterkaitan Fungsi Pada Preseden dengan 4 Dimensi Pembentuk Cultural Center

Sumber: Penulis (2023)

38
Perancangan Cultural Center di Kawasan Bubakan Semarang, Yemima Kerenhapukh, Universitas
Multimedia Nusantara

Anda mungkin juga menyukai