1 (2014), 44 - 51 44
Gambar 1.4 Kerangka Berpikir Karena gedung pertunjukan ini ditujukan terutama
bagi anak muda perkotaan, maka digunakan konsep
II. PERANCANGAN ARSITEKTUR tempat nongkrong. Konsep dipilih karena melihat
A. Pendekatan Perancangan kebiasaan anak muda yang suka menghabiskan
waktunya dengan nongkrong di cafe atau di mall,
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
bahkan di pertokoan.
Vernakular Kontemporer dengan menggabungkan
elemen lama, dalam hal ini arsitektur rakyat, dengan
elemen baru, yakni arsitektur yang sedang berkembang
zaman modern ini, sehingga menghasilkan arsitektur
baru, modern, dapat diterima oleh masyarakat yang
hidup di masa kini, namun tetap memperhatikan ciri,
nilai dan keindahan arsitektur rakyat yang sudah dikenal
oleh masyarakat.
Zona yang ditandai menunjukan area yang digunakan Lokasi site berada di pusat kota Surabaya, dengan
sebagai tempat nongkrong. Yaitu berupa coffee shop harapan bangunan dapat menjadi ikon kesenian di kota
dan restaurant. Selain itu juga ada taman terbuka Surabaya. Selain itu, di pusat kota Surabaya juga
sebagai tempat masyarakat berkumpul dan menonton terdapat beberapa fasilitas kesenian yang sudah dikenal
pertunjukan. masyarakat seperti Gedung Cak Durasim, Balai
Pemuda dan Taman Hiburan Rakyat. Dengan adanya
Gedung Pertunjukan ini diharapkan kota Surabaya
dapat menjadi kota wisata yang kaya akan nilai seni
bagi para wisatawan lokal maupun mancanegara.
E. Fasilitas Utama
Fasilitas utama di dalam proyek ini adalah, 2 teater
yaitu teater indoor dan teater outdoor, lengkap dengan Gambar 2.16 Perspektif teater indoor
ruang ganti pemain dan gudang peralatan. Teater
tertutup berada di lantai 3 dan dapat dicapai dengan lift. Teater terbuka berada di lantai dasar, dapat diakses
Sedangkan teater terbuka berada di lantai dasar, bisa langsung dari jalan. Teater terbuka ke arah jalan
dicapai langsung dari jalan. sehingga memberi kesan mengundang untuk masuk
dan menonton bersama.
F. Fasilitas Pendukung
Gambar 2.21 Potongan teater terbuka Gambar 2.25 Perspektif Coffee Shop
JURNAL eDIMENSI ARISTEKTUR Vol. II, No.1 (2014), 44 - 51 49
G. Eksterior Bangunan
Untuk memperkuat kesan rumah rakyat Jawa, maka
digunakan material dengan finishing yang sudah tidak
asing digunakan oleh masyarakat, seperti kayu, batu Gambar 2.32 Detail ornamen ukiran Jawa
bata, tekstur beton dam tekstur genteng. Namun pada Sumber : Ismunandar. 2001: 64, 96, 97; Grolier International,
bangunan, atap menggunakan material zincalume 1998: 61
dengan motif yang menyerupai atap genteng. H. Sistem Strukur
Proyek menggunakan konstruksi baja. Konstruksi
baja dipilih dengan pertimbangan dibutuhkannya banyak
area bebas kolom di dalam bangunan teater agar
pandangan penonton tidak terhalang kolom. Jadi, beban
struktur bangunan diusahakan seringan mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Doelle, Leslie E. AkustikLingkungan. Jakarta: Erlangga. 1990
Doelle, Leslie E. Environmental Acoustic. New York: McGraw-Hill,Inc.
1972.
Mediastika, Christina E. Material Akustik Pengendali Kualitas Bunyi
Pada Bangunan. Yogyakarta: Andi. 2009.
Gambar 2.42 Skema penyebaran suara pantul dari dinding Neufert, Ernest. Data Arsitek. Jilid 1. Edisi 33. Trans. Ing Sunarto
Tjahjadi. Jakarta: Erlangga. 1996.
Neufert, Ernest. Data Arsitek. Jilid 2. Edisi 33. Trans. Ing Sunarto
Tjahjadi. Jakarta: Erlangga. 1996.
Janis, Richard R. Mechanical and Electrical Systems in Building. New
Jersey: Perason Education Inc. 2005.
Mills, Edward D. Buildings for Administration, Entertainment, and
Recreation. Butterworths: Newnes. 1976
De Chiara, Joseph. Time-Saver Standards for Building Types. New
York: McGraw-Hill. 2001.
HAM, Roderick. Theater Planning. London: The Architectural Press.
1972.