Anda di halaman 1dari 40

Proposal Penelitian

KESESUAIAN PENGEMBANGAN KAWASAN PASAR GEDE SEBAGAI


DESTINASI WISATA TERHADAP KONSEP WISATA BUDAYA DI KOTA
SURAKARTA

Wisata Budaya

NAMA : WAHYU WIDHI PRAWESTI

NIM : I0620082

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Pariwisata menurut Yoeti (1996) berasal dari dua kata dasar yaitu “Pari”
dan“Wisata”. “Pari” memiliki arti yaitu banyak, lengkap, atau berputar-putar.
Sedangkan “Wisata” dapat diartikan sebagai perjalanan atau bepergian. Pariwisata
,erupakan aktivitas perpindahan prang/ sekelompok orang dalam kurun waktu
sementara menuju destinasi di luar tempat tinggal dan tempat bekerjanya, dan dalam
upaya untuk melaksanakan kegiatan selama di destinasi dan adanya fasilitas untuk
memenuhi kebutuhan selama di destinasi wisata (Mathieson & Wall dalam Theadinar
dkk., 2020). Sehingga, pariwisata dapat didefinisikan sebagai aktivitas/ kegiatan
bepergian dengan waktu sementara baik dilakukan oleh individu atau suatu kelompok
ke destinasi wisata yang menjadi tujuan mereka.
Pariwisata merupakan sektor yang mendorong pembangunan ekonomi lokal di
berbagai negara (Hasyimi & Azizalrahman, 2021). Pariwisata adalah industri yang
memberikan pendapatan terbesar pada beberapa negara dunia (Alistair & Chairman
pada diskusi Heritage Tourism, 2010 dalam Herlambang dkk., 2017). Pariwisata juga
merupakan industri dengan pendukung pertumbuhan ekonomi tercepat sehingga
mampu menjadi penggerak pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang
(Hasyimi & Azizalrahman, 2021). Negara berkembang yang gencar menggerakan
pembangunan ekonomi melalui pariwisata salah satunya adalah di Indonesia.
Pariwisata di Indonesia kian beragam baik dari jenis maupun konsep yang
diusung tergantung kondisi dan demand dari lingkungan sekitar. Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyebutkan bahwa kunci utama pelaku wisata agar
dapat bertahan adalah dengan kemampuan untuk beradaptasi, inovasi, dan juga
kolaborasi yang baik (Kemenparekraf, 2021). Mengingat, sektor pariwisata adalah salah
satu sektor unggulan (leading sector) dan memiliki kontribusi yang besar dalam
pembangunan wilayah dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat (United
Nation World Tourism Organization's/ UNWTO, 2017). Dalam mengatasi melemahnya
sektor pariwisata seperti pada Indonesia tersebut, dimunculkan inovasi berupa
menciptakan pasar tradisional menjadi sebuah destinasi wisata.
Pasar baik modern maupun tradisional memiliki fungsi utama untuk melakukan
jual dan beli yang antara penjual dan pembeli di suatu tempat (Permendagri, 2007).
Namun kini, bertambah fungsi akibat adanya inovasi yang terjadi di pasar tradisional
dengan menjadikannya sebagai salah satu tujuan wisata karena kemampuan dalam
menarik minat wisatawan untuk mengunjungi pasar tradisional. Salah satu contoh pasar
tradisional yang sekarang menjadi multi use dalam kegiatan ekonomi pada perdagangan
maupun pariwisata adalah Pasar Gede Harjonagoro.
Pasar Gede adalah pasar tradisional tertua yang terletak di pusat Kota Surakarta.
Pasar Gede merupakan pusat kegiatan ekonomi masyarakat juga budaya di Kota
Surakarta (Urfan dkk., 2022). Pasar Gede terletak pada jalan Jendral Sudirman dan
sudah mulai di bangun pada tahun 1927 sampai tahun 1930. Pasar Gede merupakan
salah satu warisan cagar budaya yang sudah diakui oleh Pemerintah Kota Surakarta
melalui SK. Walikota No. 646 tahun 1997. Meskipun memiliki fungsi utama sebagai
kawasan perdagangan, namun Pasar Gede ini juga merupakan ikon wisata di Kota
Surakarta yang dimanfaatkan sebagai destinasi wisata cagar budaya.
Keberadaan Pasar Gede Harjonagoro tidak terlepas dari sejarah adanya Kota
Surakarta melalui tata ruang kosmologi Jawa. Tata ruang kosmologi Jawa memiliki
konsep catur gatra tunggal yang mendasarkan peletakan bangunan pada arah mata
angin. Dimana dalam konsep ini keraton Surakarta sebagai inti, dengan bagian barat
keraton terdapat Masjid Agung, bagian utara dan selatan terdapat alun-alun kota, dan
sebelah timur keraton terdapat pasar sebagai tempat melakukan jual beli dan merupakan
mata pencaharian masyarakat yaitu Pasar Gede Harjonagoro yang masih eksis hingga
saat ini (Urfan dkk., 2022).
Gambar 1.1 Konsep Catur Gatra Tunggal Kota Surakarta
Sumber : (Urfan et al., 2022)
Jika ditelaah, Kota Surakarta merupakan kota yang memiliki banyak budaya.
Dilansir dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Kota Surakarta
dicanangkan sebagai kota budaya. Sehingga, Kota Surakarta mempunyai banyak
potensi wisata yang dapat dikembangkan melalui kekayaan budaya yang sangat
beragam dan merupakan pusat kebudayaan Jawa (Herlambang dkk., 2017). Adanya
potensi tersebut maka dari pemerintah Kota Surakarta harus mampu melakukan potensi
budaya agar nantinya mampu menggerakan perekonomian Kota Surakarta (Laksana
dkk. 2015, dalam Herlambang dkk., 2017).
Konsep pengembangan pariwisata dapat beragam tergantung pada potensi yang
dimiliki oleh suatu kota atau daerah yang akan dikembangkan kegiatan wisatanya. Pada
kasus Kota Surakarta yang memiliki kekayaan budaya, konsep yang dapat
dikembangkan untuk memajukan potensi yang dimiliki adalah melalui konsep wisata
budaya. Konsep ini akan menjadikan wisatawan belajar mengenai budaya di destinasi
wisata tersebut dan tidak hanya sekedar untuk bepergian. Sehingga, wisatawan akan
mendapatkan pengalaman baru terkait budaya di destinasi wisata tersebut (Richards,
2001).
Berdasarkan isu dan uraian tersebut, dilakukan penelitian tentang “Kesesuaian
Pengembangan Kawasan Pasar Gede Sebagai Destinasi Wisata terhadap Konsep Wisata
Budaya di Kota Surakarta”. Penggunaan Pasar Gede Harjonagoro sebagai objek
penelitian karena kaya akan sejarah dan budaya terbentuknya Kota Surakarta.
1.2 Rumusan Masalah
Kegiatan pariwisata di Kota Surakarta terus berkembang seperti pariwisata
budaya. Mengingat banyaknya kebudayaan yang ada di Kota Surakarta mampu menjadi
daya tarik tersendiri dalam sektor wisata. Salah satu contohnya yaitu Pasar Gede
Harjonagoro di Kota Surakarta yang dewasa ini banyak dijadikan sebagai destinasi
wisata selain fungsi utamanya dalam ekonomi perdagangan. Berdasarkan teori dan isu
tersebut maka didapat rumusan masalah adalah “Bagaimana kesesuaian pengembangan
kawasan Pasar Gede sebagai destinasi wisata terhadap konsep wisata budaya di Kota
Surakarta ?”
1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang dan rumusan masalah yang sudah tertulis,
maka dapat disusun tujuan penelitian ini yaitu mengetahui kesesuaian pengembangan
kawasan Pasar Gede sebagai destinasi wisata terhadap konsep wisata budaya di Kota
Surakarta. Dalam mencapai tujuan penelitian maka disusun pula sasaran penelitian
berupa :
1. Identifikasi kondisi eksisting kawasan Pasar Gede sebagai destinasi wisata di
Kota Surakarta
2. Identifikasi konsep wisata budaya di Pasar Gede, Kota Surakarta
3. Analisis kesesuaian pengembangan kawasan Pasar Gede sebagai destinasi
wisata terhadap konsep wisata budaya di Kota Surakarta
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian menjelaskan mengenai batasan yang akan digunakan
oleh peneliti ketika melaksanakan penelitian. Ruang lingkup penelitian terdiri atas
ruang lingkup wilayah, ruang lingkup substansi, dan ruang lingkup waktu. Penjelasan
menganai poin-poin ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut :
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Kota Surakarta adalah kota di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki luas wilayah
44,04 km2. Jumlah penduduk pada Kota Surakarta sebanyak 522.364 jiwa (Badan Pusat
Statistik, 2020). Kota Surakarta terdiri atas 5 kecamatan seperti Kecamatan Banjarsari,
Kecamatan Jebres, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Laweyan, dan Kecamatan
Serengan. Dalam penelitian yang akan diteliti ruang lingkup wilayah yang digunakan
adalah Kawasan Pasar Gede Kota Surakarta dan sekitarnya. Delineasi ruang lingkup
wilayah didapatkan berdasar RTRW Kota Surakarta dan Rencana Induk Pariwisata
Kota Surakarta yang menyebutkan bahwa Pasar Gede dan sekitarnya
merupakan destinasi pariwisata daerah dan kawasan strategis pariwisata. Sehingga
ruang lingkup wilayah penelitian adalah 16,46 hektare meliputi sebagian wilayah
Kelurahan Sudiroprajan dan sebagian wilayah Kelurahan Kepatihan Wetan, Kecamatan
Jebres, Kota Surakarta. Tepatnya berada di sepanjang Jalan Kapten Mulyadi- Jalan Ir.
Juanda - Jalan Sutan Syahrir - Jalan Arifin - berbatasan dengan aliran sungai Pepe pada
wilayah bagian selatan. Untuk mengetahui ruang lingkup wilayah pada kawasan
penelitian ditunjukkan dalam gambar berikut :
:
Gambar 1.2 Ruang Lingkup Wilayah Penelitian
Sumber : Peneliti, 2023
1.4.2 Ruang Lingkup Substansi
Ruang lingkup substansi adalah pembatasan materi penelitian agar terarah dan
sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini akan membahas tentang “Kesesuaian
Pengembangan Kawasan Pasar Gede sebagai Destinasi Wisata terhadap Konsep Wisata
Budaya di Kota Surakarta”. Batasan substansi penelitian yaitu memfokuskan tentang
bagaimana kesesuaian pengembangan kawasan Pasar Gede yang bertransformasi
sebagai destinasi wisata terhadap konsep pengembangan wisata budaya di Kota
Surakarta. Mengangkat tema wisata budaya karena kota Surakarta memiliki budaya
yang beragam dan dicanangkan juga sebagai kota budaya oleh Pemerintah Kota
Surakarta. Selain itu, menurut SK Walikota No. 646 tahun 1997 Pasar Gede merupakan
warisan cagar budaya di Kota Surakarta.
Ruang lingkup substansi dari penelitian yang akan dilakukan terdiri atas teori
pasar, teori pasar tradisional, teori pariwisata, teori destinasi wisata, dan teori wisata
budaya. Adapun batasan dari penelitian adalah sebagai berikut :
a. Membahas mengenai kondisi eksisting kawasan Pasar Gede Kota Surakarta
b. Membahas mengenai konsep wisata budaya di Kota Surakarta
c. Membahas mengenai kesesuaian pengembangan kawasan Pasar Gede
terhadap konsep wisata budaya di Kota Surakarta.
1.4.3 Ruang Lingkup Waktu
Data yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah data kondisi
eksisting terbaru kawasan yaitu 2023. Penentuan ruang lingkup waktu penelitian tahun
terbaru untuk melihat pengembangan kawasan Pasar Gede masa sekarang. Sehingga,
akan memberikan peluang dan kesempatan dalam menggali informasi dan
mengumpulkan data secara lebih menyeluruh dan sesuai dengan kondisi kawasan Pasar
Gede saat ini.
1.5 Posisi Penelitian
Posisi penelitian digunakan untuk mengetahui posisi penelitian terhadap ranah
ilmu perencanaan wilayah dan kota dan posisi penelitian terhadap penelitian sejenis
yang telah dilakukan sebelumnya. Berikut merupakan penjabarannya :
1.5.1 Posisi Penelitian Terhadap Ranah PWK
Posisi penelitian terhadap ranah perencanaan wilayah dan kota bertujuan untuk
menunjukkan letak penelitian yang akan diteliti dalam lingkup ilmu perencanaan
wilayah dan kota. Ranah ilmu perencanaan wilayah dan kota terbagi menjadi 2 yaitu
perencanaan wilayah dan perencanaan kota, dimana dalam setiap perencanaan
membutuhkan aspek penunjang seperti tata guna lahan, fisik dasar, kebijakan dan
kelembagaan, sosial budaya, sarana, prasarana, demografi, pembiayaan pembangunan,
transportasi, dan ekonomi. Berikut merupakan skema posisi penelitian yang dilakukan
peneliti terhadap ranah Perencanaan Wilayah dan Kota :
Perencanaan Wilayah dan Kota

Perencanaan Wilayah Perencanaan Kota

Kebijakan dan Sosial Budaya Ekonomi


Kelembagaan

Pariwisata Pasar

Destinasi Wisata

Kesesuaian Pengembangan Kawasan Pasar Gede sebagai Destinasi Wisata


terhadap Konsep Wisata Budaya di Kota Surakarta

Gambar 1.3 Skema Posisi Penelitian Terhadap Ranah Perencanaan Wilayah dan Kota
Sumber : Peneliti, 2023
1.5.2 Posisi Penelitian Terhadap Penelitian yang Sudah Ada Sebelumnya
Posisi penelitian terhadap penelitian yang sudah pernah ada sebelumnya
digunakan untuk menunjukkan keaslian pada penelitian ini melalui persamaan dan
perbedaan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Posisi penelitian terhadap
penelitian yang sudah ada sebelumnya ini juga digunakan untuk menghindari kesamaan
penelitian yang diangkat. Berikut merupakan tabel posisi penelitian terhadap penelitian
yang sudah ada sebelumnya :
Tabel 1.1 Posisi Penelitian Terhadap Penelitian yang Sudah Ada Sebelumnya

Peneliti Judul Penelitian Tujuan Metode Hasil Penelitian Persamaan dan


Penelitian Perbedaan

Ni Ketut S, Strategi Pengembangan Analisis Pengembangan pasar Persamaan : objek


A.A.A Pengembangan Pasar SWOT Kumbasari dilakukan penelitian pada pasar
Ribeka M P, Pasar Tradisional Kumbasari (Strength, dengan mengedepankan tradisional yang sebagai
Ketut S, A.A sebagai Daya sebagai objek Weakness, Strength dan Opportunity destinasi wisata
Sagung A S Tarik Wisata di wisata alternatif Opportunit serta meminimalkan
P, Putu Kota Denpasar mampu y, dan Weakness dan Threat Perbedaan : Jurnal ini
Bagus W W. Bali : Studi Kasus memberikan Threat) melalui strategi seperti membahas mengenai
2021. Jurnal Pasar Kumbasari sumbangsih revitalisasi, program strategi pengembangan
Kajian dan dalam pelatihan bahasa dan teknik pasar sebagai wisata
Terapan peningkatan pelayanan, penataan lapak, sedangkan pada
Pariwisata perekonomian pengadaan bazar, penelitian akan fokus
masyarakat Kota pengawasan pasar, dan lain untuk membahas
Denpasar dan sebagainya. kesesuaian
Bali secara pengembangan kawasan
menyeluruh Pasar Gede sebagai
destinasi wisata terhadap
konsep wisata budaya di
Kota Surakarta
Didin Pasar Tradisional Menjelaskan Deskriptif Pasar Monju memiliki daya Persamaan = memiliki
Syarifuddin. dalam Perspektif pasar tradisional kualitatif, tarik wisata yang bersifat objek yang sama yaitu
2018. Jurnal Nilai Daya Tarik Monju dilihat wawancara sosial karena tidak hanya meneliti Pasar
Manajemen Wisata (Studi dari perspektif kepada 10 melakukan transaksi jual Tradisional
Resort dan Tentang Pasar nilai daya tarik penjual beli melainkan juga
Leisure Pagi Monju Kota wisata dan memberikan dampak sosial Perbedaan = Penelitian
Bandung) pembeli kepada masyarakatnya ini lebih menggambarkan
seperti komunikasi mengenai daya tarik
interpersonal antara wisata di pasar
pedagang dan bentuk tawar tradisional/ Pasar Monju
menawar yang dapat melalui nilai berupa nilai
menumbuhkan nilai sosial pariwisata
kekeluargaan, sedangkan pada
persaudaraan, kerjasama, penelitian yang akan
empati, dan gotong royong dilakukan peneliti
berfokus pada kesesuaian
pengembangan kawasan
Pasar Gede sebagai
destinasi wisata terhadap
konsep wisata budaya di
Kota Surakarta
Greg Cultural Tourism: Meneliti Deskriptif Pariwisata budaya semakin Persamaan : Kedua
Richards. A review of recent mengenai Kualitatif berkembang sehingga penelitian mengangkat
2018. research and perkembangan dinamika pariwisata konsep yang sama yaitu
Journal of trends pariwisata budaya baru Pariwisata budaya
Hospitality budaya yang memungkinkan banyak
and Tourism mulai penelitian kedepannya. Perbedaan : pada
Management ditegaskan Salah satu tantangan dalam penelitian yang dilakukan
kembali oleh perkembangan ini adalah oleh Richard membahas
UNWTO dalam memahami makna mengenai perkembangan
dan interpretasi yang konsep cultural tourism.
berubah semakin cepat dari Sedangkan pada
“budaya” untuk pariwisata penelitian yang akan
budaya dilakukan oleh peneliti
akan membahas
mengenai kesesuaian
pengembangan kawasan
Pasar Gede sebagai
destinasi wisata terhadap
konsep wisata budaya di
Kota Surakarta

Bonifasia Sense of Place Mengetahui Deskriptif Kawasan titik Nol Persamaan : Mengangkat
Yuniar Destinasi Wisata fenomena urban Kualitatif Kilometer pada Kota konsep pariwisata
Rifani. 2020. Urban (Urban tourism dengan Yogyakarta dalam sense of tertentu seperti urban
Tesis. Tourism) Studi menggunakan place nya yaitu menjadi tourism
Universitas Kasus : Titik Nol pendekatan tempat rekreasi baik
Gadjah Kilometer, sense of place wisatawan lokal maupun Perbedaan : Konsep yang
Mada Yogyakarta yang mancanegara dan digunakan dalam
menjelaskan memungkinkan penelitian ini adalah
hubungan antara menemukan pengalaman urban tourism sedangkan
destinasi wisata khas pada kehidupan di pada penelitian yang
(place) dengan Yogyakarta akan dilakukan oleh
wisatawan peneliti akan fokus pada
(people) konsep pariwisata budaya

Sumber : Peneliti, 2023


1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai kesesuaian pengembangan kawasan Pasar Gede terhadap
konsep wisata budaya di Kota Surakarta ini diharapkan memiliki manfaat yang
dibedakan menjadi dua yaitu, manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis dengan
penjabaran sebagai berikut :
1.6.1 Manfaat Teoritis
Manfaat dari adanya penelitian ini secara teoritis adalah bermanfaat bagi
perkembangan ilmu dalam Perencanaan Wilayah dan Kota. Penelitian ini juga dapat
bermanfaat dalam menambah pengetahuan dan referensi terkait kesesuaian
pengembangan kawasan Pasar Gede sebagai destinasi wisata terhadap konsep wisata
budaya di Kota Surakarta. Adapun juga penelitian ini memiliki manfaat untuk
menginformasikan kepada masyarakat atau pemangku kepentingan agar lebih
memahami mengenai isu yang diangkat dalam penelitian jika nantinya akan membuat
kebijakan-kebijakan pada suatu kota/ kawasan sesuai dengan isu tersebut.
1.6.2 Manfaat Praktis
Manfaat adanya penelitian secara praktis adalah mampu memberikan gambaran
kepada Pemerintah Kota Surakarta dalam melihat tingkat kesesuaian pengembangan
kawasan Pasar Gede sebagai destinasi wisata terhadap konsep wisata budaya di Kota
Surakarta. Selain itu, penelitian ini juga memiliki manfaat praktis untuk membantu
pemerintah Kota Surakarta membuat kebijakan-kebijakan dalam mengoptimalkan pasar
yang siap memiliki multi use sebagai destinasi wisata di Kota Surakarta selain Pasar
Gede agar mampu meningkatkan perekonomian dan memaksimalkan potensi budaya
yang dimiliki oleh Kota Surakarta. Sehingga, penelitian ini juga akan mendukung
adanya konsep Kota Surakarta yang dicanangkan sebagai kota budaya melalui konsep
pengembangan wisata budaya seperti yang dibahas pada penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka dari bab 2 akan membahas mengenai teori-teori yang


digunakan dalam penelitian. Teori ini sebagai dasar permasalahan dan pembahasan dari
penelitian. Pada penelitian ini tinjauan pustaka terdiri atas teori pasar, pasar tradisional,
pariwisata, destinasi wisata, dan wisata budaya. Pada tinjauan pustaka juga akan
membahas dan menghasilkan mengenai variabel dan sub variabel penelitian yang akan
digunakan kedepan. Berikut merupakan penjabaran tinjauan pustaka yang digunakan
peneliti :
2.1 Kerangka Teori
Kerangka teori pada penelitian adalah kerangka teori yang akan diidentifikasi
dan digunakan dalam melaksanakan penelitian. Kerangka teori pada penelitian
“Kesesuaian Destinasi Wisata Cagar Budaya Pasar Gede Kota Surakarta terhadap
Konsep Wisata Budaya” adalah sebagai berikut :

Pariwisata

Perkembangan
Pariwisata

Destinasi Wisata Wisata Budaya

Komponen Komponen
Pengembangan Wisata Budaya
Destinasi

Kesesuaian Pengembangan Kawasan


Pasar Gede sebagai Destinasi Wisata
terhadap Konsep Wisata Budaya di
Kota Surakarta
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Sumber : Peneliti, 2023
2.1 Pasar
Pasar adalah tempat yang melakukan transaksi jual beli barang dan memiliki
jumlah penjual lebih dari satu baik berupa pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza,
pusat perdagangan, pusat perbelanjaan, dan lain-lain (Peraturan Presiden No 112 tahun
2007). Sedangkan menurut Perda Surakarta No. 5 Tahun 1983, pasar adalah tempat
yang telah di tetapkan oleh Pemerintah Daerah sebagai tempat berkumpulnya pedagang
untuk menjual dan mendasarkan dagangan dalam melakukan jual beli baik melalui
usaha kerjinan dan pertukangan maupun tidak. Pasar juga merupakn tempat orang-
orang yang memiliki keinginan agar merasa puas setelah berbelanja, uang untuk
melakukan transaksi, dan kemauan untuk membelanjakan (Stanton, 1993). Pasar dibagi
menjadi 2 menurut cara bertransaksi (Fuad dkk., 2000) meliputi :
a. Pasar Modern
Pasar modern adalah pasar yang penjual dan pembelinya tidak bertransaksi
langsung. Pembeli akan membayar harga barang sesuai yang tercantum oada
label dan transaksi dilakukan dikasir melalui pramuniaga/ mandiri (Sabatiny &
Martini, 2018). Contoh pasar modern adalah mall, supermarket, dan lain
sebagainya.
b. Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah pasar yang melakukan transksi jual beli secara langsung
dan melalui proses tawar menawar untuk mencapai kesepakatan harga. Pasar
tradisional terdiri dari bangunan kios/ lapak/ los/ gerai yang dibuka oleh penjual
dan barang yang dijual kebanyakan kebutuhan sehari-hari seperti pakaian,
sayuran, sembako, dan lain-lain (Sabatiny & Martini, 2018).
2.1.1 Pasar Tradisional
Menurut Peraturan Presiden No 112 Tahun 2007 menyebutkan bahwa pasar
tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah mencakup
kerjasama pihak swasta dengan tempat usahanya yang berupa toko, los, kios, dan tenda
baik yang dikelola atau yang dimiliki oleh pedagang kecil, menengah, dan swadaya
masyarakat melalui proses jual beli barang atau jasa yang diperdagangkan dengan
proses tawar menawar. Pasar tradisional menurut Wicaksono dkk (2011) dalam
angkasawati dan devi milasari 2021 menyatakan bahwa pasar tradisional adalah tempat
pertemuan antara pembeli dan penjual dan terjadi proses tawar menawar secara
langsung. Pasar baik tradisional maupun modern kebanyakan memiliki lokasi yang
strategis seperti dekat dengan permukiman, pusat keramaian, simpang jalan, dll (Reza,
identifikasi karakeristik pasar tradisional di Jakarta)
Pasar tradisional mampu menciptakan hubungan sosial antara penjual dan
pembeli melalui kedekatan dan keramahan antar mereka (Syarifuddin, 2018). Aktivitas
berdagang di pasar tradisional tidak selalu untung dan bisa rugi asal terjalin komunikasi
dan kekerabatan dengan penjual dan pembeli, sehingga terkadang lebih mengutamakan
proses terjadinya transaksi daripada mencari keuntungan yang tinggi (Muzdalifah dkk.,
2019). Pasar tradisional juga memiliki sifat humanis yang mampu membentuk
hubungan kekeluargaan dan kedekatan antara pelaku ekonomi (Aliyah, 2017). Sehingga
pasar tradisional memiliki kekhasan yang menjadikannya unik di banding dengan pasar
modern dari segi jual belinya.
Pasar tradisional berfungsi utama dalam melayani kebutuhan masyarakat dan
terkenal dengan harganya yang terjangkau. Namun, pasar tradisional terkadang
cenderung becek, bau, dan menimbulkan kekumuhan (Angkasawati & Milasari, 2021).
Disisi lain, pasar tradisional berkaitan dengan nilai sejarah dalam suatu kota
(Herlambang dkk., 2017). Sehingga selain jual beli pasar tradisional juga sebagai sarana
rekreasi wisata, konsep hidup, dan terjadinya interaksi sosial budaya (Aliyah dkk.,
fleksibilitas ruang) Sehingga menjadikan pasar tradisional memiliki kegiatan seperti
rekreasi dan wisata selain jual beli, bongkar muat barang, dan kegiatan kredit perbankan
((lusia chrisma pengaruh eksistensi pasar).
Aktivitas pasar tradisional dapat terdiri dari komoditas, kualitas barang, harga,
kontinuitas barang, dan kegiatan yang terjadi di pasar (lusia chrisma pengaruh eksistensi
pasar). Pasar tradisional tidak serta merta merupakan temoat jual beli tetapi juga sarana
rekreasi wisata, konsep hidup, dan terjadinya interaksi sosial budaya (Aliyah
fleksibilitas ruang).
Tabel 2. Sintesis Teori Pasar Tradisional
Wicaksono Aliyah (2017) Syarifuddin
Muzdalifah dkk Angkasawati & Sintesis Teori
(2011) (2018)
(2019) Milasari (2011)
Terjadi proses Adanya proses
tawar menawar tawar menawar
secara langsung
Membangun Tebentuk Terjalin Terjadi hubungan
hubungan kedekatan dan komunikasi dan sosial antara
kekeluargaan keramahtamahan kekerabatan penjual dan
dan kedekatan pembeli melalui
komunikasi
Harga terjangkau Harga barang yang
terjangkau
Cenderung kumuh Memiliki sifat
kekumuhan
2.2 Pariwisata
Pariwisata terdiri dari dua suku kata yang berasal dari bahasa sansekerta yaitu
“Pari” yang berarti berputar-pura, banyak, berkali-kali, dan lengkap. Sedangkan
“Wisata” adalah kegiatan untuk bepergian atau melakukan sebuah perjalanan dalam
bahasa inggris bisa disebut dengan istilah “tour”, “tourism”, maupun “tourisme”
(Yoeti, 1996 dalam Suwena & Widyatmaja, 2010). Pariwisata juga dapat diartikan
sebagai sebuah perjalanan dari satu tempat asal wisatawan menuju tempat lain dengan
sifat sementara waktu. Kegiatan pariwisata dilakukan oleh wisatawan yang ingin
menyegarkan pikiran (refreshing) setelah melakukan suatu pekerjaan dengan
memanfaatkan waktu libur atau longgarnya .
Pariwisata mempunyai 3 unsur pokok yang dapat mendefinisikannya menurut
Pitana (dalam Theadinar dkk., 2020) sebagai berikut :
a. Perjalanan menuju tempat lain dari tempat asal
b. Bersifat sementara atau tinggal dalam waktu yang sementara (sejenak)
c. Tujuan dari pariwisata bukan untuk mencari pekerjaan
Pariwisata adalah kegiatan perpindahan orang untuk sementara waktu ke suatu
kawasan tertentu berupa destinasi di luar tempat tinggal dan tempat bekerjanya,
melaksanakan kegiatan selama di destinasi, juga penyiapan-penyiapan fasilitas untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Terdapat pula sarana yang menjadi penunjang kebutuhan
selama melakukan perjalanan juga pada kawasan atau destinasi yang dituju tersebut
(Gde et al., 2009).
Pengertian tentang pariwisata berdasarkan Undang-Undang nomor 10 tahun
2009 pasal 1 ayat 3 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah adalah segala bentuk
kegiatan wisata dan ditunjang melalui layanan dan fasilitas yang disediakan oleh
pemerintah, swasta, maupun masyarakat (Undang-Undang Republik Indonesia, 2009).
Pariwisata juga dapat diartikan sebagai sebuah perjalanan dari tempat asal ke tempat
yang lain untuk berwisata, dilakukan dengan sementara waktu, dapat dilakukan oleh
satu orang maupun kelompok, bertujuan untuk mencari keserasian, keseimbangan, dan
kebahagiaan melalui dimensi sosial, alam, budaya, dan ilmu pada tempat tujuan tersebut
(Rianto dkk., 2019).
Berdasarkan pengertian pariwisata dari sumber pendapat ahli dan juga Undang-
Undang Republik Indonesia, dapat disimpulkan bahwa pengertian pariwisata adalah
sebagai berikut :
a. Perjalanan dari suatu tempat asal ke tempat lain
b. Kegiatan dapat dilakukan oleh satu orang maupun kelompok
c. Bersifat sementara waktu dan tidak bertujuan untuk tinggal atau menetap
d. Dilakukan untuk memanfaatkan waktu libur atau waktu longgar
e. Terdapat sarana penunjang kebutuhan selama melakukan perjalanan
f. Bertujuan untuk menyegarkan pikiran, mencari keserasian, keseimbangan, dan
kebahagiaan melalui dimensi sosial, alam, budaya, dan ilmu pada tempat tujuan
tersebut dan bukan untuk mencari pekerjaan.
2.2.1 Destinasi Wisata
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, destinasi memiliki arti yaitu tempat
tujuan yang ingin dikunjungi atau tempat tujuan pengiriman. Destinasi wisata adalah
sebuah ruang fisik dengan batas secara fisik dan administrasi meliputi sekumpulan/
campuran dari daya tarik, produk, dan layanan. Elemen seperti atraksi, aksesibilitas,
fasilitas, SDM, citra, dan harga yang membentuk daya tarik dan pengalaman destinasi
(United Nation World Tourism Organization's, 2017).
Disebutkan pula dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 bahwa destinasi
wisata adalah kawasan geografis yang didalamnya terdapat fasilitas umum, fasilitas
pariwisata, aksesibilitas daya tarik wisata yang terikat. Makna lain dari destinasi wisata
adalah produk pariwisata yang terdiri atas sekelompok fasilitas, atraksi, dan layanan
untuk wisatawan (Kim & Brown 2012, dalam Eddyono, 2021).
Berdasarkan pengertian ahli diatas disimpulkan bahwa definisi dari destinasi
wisata adalah wilayah geografis yang mempunyai batas fisik dan administrasi dengan
dilengkapi oleh daya tarik wisata seperti fasilitas, atraksi, aksesibilitas, citra, harga,
masyarakat lokal, dan sumber daya manusia untuk kurun waktu tertentu (Eddyono,
2021).
Destinasi wisata memiliki fasilitas wisata yang mampu membuat wisatawan
merasa lebih nyaman dan memberi kesan terhadap daya tarik yang dikunjunginya
tersebut. Selain itu, destinasi wisata memiliki fasilitas seperti tempat makan, minum,
akomodasi, dan fasilitas umum sebagai penunjang aktivitas pada wisata tersebut. (C
Fanggidae dkk., 2020). Sejalan dengan pendapat tersebut bahwa destinasi wisata harus
memiliki kemampuan untuk penyediaan fasilitas wisata yang sesuai dengan kebutuhan
wisatawan dalam memberikan kemudahan dan memenuhi kebutuhan wisata
(Apriliyanti dkk., 2020).
Suatu destinasi wisata memerlukan perancangan pada destinasi, pengelolaan
arus kunjungan pendiskusian tingkat pengembangan pariwisata dan kebutuhan
infrastruktur pada kawasan, siapa yang bertanggungjawab serta manfaatnya bagi
masyarakat sekitar (Ismayanti, 2010). Menurut Spillane (1987) menjelaskan bahwa
destinasi wisata dapat membuat wisatawan merasa puas apabila memiliki 5 unsur
penting seperti atraksi, fasilitas, infrastruktur, transportasi dan keramahtamahan sebagai
berikut :
a. Attraction
Pusat destinasi wisata yang menjadi daya tarik agar wisatawan berkunjung dan
diklasifikasikan dari skala lokal hingga internasional. Wisatawan akan tertarik
untuk berkunjung apabila memiliki kekhasan pada destinasi wisata sepeti
kebudayaan, keindahan alam, iklim/ cuaca, aksesibilitas, etnis, dan sejarah.
Atraksi dikelompokkan meliputi :
- Site attraction : daya tarik yang bersifat permanen pada lokasi. Contoh
keraton, museum, kebun binatang
- Event attraction : daya tarik yang bersifat sementara dan dapat
berpindah. Contoh pameran, pertunjukan kesenian, dan festival
b. Infrastructure
Merupakan infrastruktur yang berupa sarana dan prasarana wisata yang dapat
dinikmati oleh wisatawan maupun juga masyarakat sekitar seperti jalan raya,
jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan komunikasi, jaringan persampahan,
dan fasilitas kesehatan.
c. Facilities
Adalah fasilitas merupakan hal yang diperlukan wisatawan ketika berada pada
destinasi wisata seperti penginapan, tempat makan dan minum. Selain itu
dibutuhkan pula laundry, toko souvenir, pemandu wisata, dan fasilitas untuk
rekreasi
d. Hospitality
Merupakan kepastian dalam hal keamanan dan perlindungan untuk wisatawan
seperti keramahtamahan petugas wisata/ masyarakat lokal. Sehingga akan
memberikan kenyamanan pada pengunjung saat mengunjungi destinasi wisata.
e. Transportation
Adalah keberagaman moda transportasi yang mendukung kemudahan
wisatawan untuk mencapai destinasi wisata sehingga akan mampu
meningkatkan jumlah pengunjung. Transportasi meliputi bus, becak, sepeda
motor, travel, dan lain sebagainya.
Komponen destinasi wisata juga dijelaskan oleh Cooper (2005) yang
menyebutkan bahwa komponen dari destinasi wisata adalah 4A sebagai berikut :
a. Attraction
Attraction atau atraksi adalah sesuatu yang menjadikan destinasi wisata menarik
untuk dikunjungi. Atraksi bisa berupa atraksi alam, atraksi budaya, maupun
atraksi buatan.
b. Accessibilities
Aksesibilitas adalah saran yang memudahkan wisatawan untuk berkunjung ke
destinasi wisata. Aksesibilitas meliputi sarana transportasi (akomodasi), akses
jalan, dan petunjuk jalan.
c. Amenities
Amenitas merupakan sekumpulan fasilitas yang mendukung adanya destinasi
wisata untuk memenuhi kebutuhan dan kenyamanan wisatawan saat
mengunjungi destinasi wisata meliputi restoran, bank, penginapan, fasilitas
kesehatan (rumah sakit), dan lain sebagainya.
d. Ancillary
Ancillary merupakan fasilitas pendukung seperti kelembagaan yang ada pada
destinasi wisata dalam hal pengorganisasian jalannya destinasi wisata.
Kelembagaan akan membuat wisatawan merasa nyaman dan aman saat
berkunjung.
Tabel 2.2 Sintesis Teori Destinasi Wisata

Spillane, 1987 Ismayanti, UNWTO, 2017 Fanggidae & Apriliyanti Kim & Brown, Sintesis Teori
2010 Bere, 2020 dkk., 2020 2021

Memiliki Membentuk daya Memiliki daya Adanya atraksi Adanya daya tarik yang
atraksi tarik tarik untuk wisatawan menjadi atraksi untuk
wisatawan

Memiliki Adanya fasilitas Memiliki Penyediaan Adanya fasilitas Memiliki fasilitas dan
fasilitas dan layanan fasilitas fasilitas wisata dan layanan layanan wisata untuk
wisata penunjang sesuai dengan memenuhi kebutuhan
destinasi kebutuhan wisatawan
wisatawan

Memiliki sistem Aksesibilitas


transportasi yang memadai Tersedia akomodasi dan
yang beragam aksesibilitas yang memadai
untuk mencapai
destinasi wisata

Infrastruktur Memerlukan Adanya infrastruktur wisata


yang berupa perancangan
infrastruktur
sarana dan
prasarana wisata

Keamanan dan Adanya Tersedia pengelola wisata


perlindungan penanggung
untuk wisatawan jawab/
seperti pengelola pada
keramahtamahan destinasi wisata
petugas wisata

Sumber : Olahan Peneliti, 2023


2.3 Sintesis Teori Pasar sebagai Destinasi Wisata
Dilakukan persilangan antara sintesis teori pasar tradisional dengan sintesis teori
destinasi wisata yang akan menghasilkan sintesis Pasar sebagai Destinasi Wisata.
Berikut merupakan tabel hasil persilangan yang akan menjadi variabel penelitian :
Tabel 2.x Sintesis Teori Pasar sebagai Destinasi Wisata
Destinasi Atraksi Amenitas Aksesibilitas Infrastruktur Pengelola
Wisata wisata
Pasar
Tradisional
Tawar Atraksi Amenitas Aksesibilitas Infrastruktur Pengelola
menawar tawar proses tawar proses tawar tawar proses
menawar menawar menawar menawar tawar
menawar
Interaksi Atraksi Amenitas Aksesibilitas Infrastruktur Pengelola
sosial interaksi interaksi interaksi interaksi interaksi
sosial sosial sosial sosial sosial
Nilai Atraksi Amenitas Aksesibilitas Infrastruktur Pengelola
sejarah wisata mendukung didukung yang adanya
berupa nilai- nilai sejarah oleh nilai mendukung nilai
nilai sejarah sejarah nilai sejarah sejarah
yang ada di
pasar
Sarana Atraksi Amenitas Aksesibilitas Infrastruktur Pengelola
rekreasi sarana sarana sarana sarana sarana
rekreasi rekreasi rekreasi rekreasi rekreasi
Sumber : Olahan Peneliti, 2023
2.4 Wisata Budaya
Wisata budaya menurut Nafila dalan Prasodjo 2017 adalah jenis pariwisata yang
menjadikan budaya sebagai sebuah daya tarik utama. Wisatawan akan dibentuk untuk
mengenali dan memahami budaya dan kearifan lokal pada wisata tersebut (Putri, 2020).
Wisata budaya merupakan jenis pariwisata dengan budaya sebagai daya tarik meliputi
budaya berupa aktivitas, gagasan, dan artefak (Ismayanti 2010, dalam Larasti &
Rahmawati, 2017).
Wisata budaya adalah industri yang berkembang pesat pada tahun 90-an karena
banyak diminati oleh wisatawan akibat adanya kerinduan akan nilai-nilai yang lebih
iyaitu seperti seni, agama, dan sastra terutama bagi wisatawan dengan kehidupan
modern (Albizzia et.al, 2009). Pada konsep wisata budaya, wisatawan tidak hanya
sekedar berjalan-jalan namun juga untuk mengenal dan mempelajari keunikan budaya
dari destinasi wisata tersebut (Renold et.al, 2020). Konsep ini akan menjadikan
wisatawan belajar mengenai budaya di destinasi wisata tersebut dan tidak hanya sekedar
untuk bepergian. Sehingga, wisatawan akan mendapatkan pengalaman baru terkait
budaya di destinasi wisata tersebut (Richards, 2001).
Konsep pariwisata budaya adalah adanya interaksi antara wisatawan dengan
masyarakat setempat karena kekuatan daya tarik budaya kepada budaya dan nilai sosial
yang mencakup unsur-unsur baik melekat maupun tidak berwujud budaya (Ritchie &
Zins dalam Renold et.al 2020). Sehingga, adanya kebudayaan pada suatu tempat
mampu menarik minat wisatawan untuk mengunjungi tempat tersebut sebagaimana
yang diinginkan oleh wisatawan yang hendak berkunjung (Renold et.al, 2020). Wisata
budaya juga merupakan jenis wisata yang menggunakan atraksi wisata berupa sumber
daya budaya (Sukaryono, 2012).
Wisata budaya juga merupakan kunjungan wisatawan yang didorong oleh
ketertarikan pada objek peninggalan sejarah, ilmu pengetahuan seni, dan juga gaya
hidup yang dipunyai oleh masyarakat, kelompok, atau lembaga maupun keikutsertaan
dalam festival budaya seperti teater, tarian masyarakat, dll (Silberberg dalam Pangestika
2019)
Tabel 2.4 Sintesis Teori Wisata Budaya

Albizzia dkk., Nafila dalam Ismayanti 2010, Silberberg Putri, 2020 Renold dkk., Ritchie & Zins
2009 Prasodjo 2017 dalam Larasti dalam 2020 dalam Renold Sintesis Teori
& Rahmawati, Pangestika 2019 dkk., 2020
2017

Menjadikan Budaya sebagai Kebudayaan Memiliki budaya


budaya sebagai daya tarik berupa pada suatu sebagai daya tarik
sebuah daya aktivitas, tempat mampu utama wisata
tarik utama. gagasan, dan menarik minat
artefak wisatawan
berkunjung

Adanya Adanya Wisatawan


kerinduan ketertarikan pada berkunjung karena
akan nilai- objek ketertarikan pada
nilai seni, peninggalan nilai budaya dan
agama, dan sejarah, ilmu sejarah
sastra pengetahuan
seni, dan juga
gaya hidup
Wisatawan Wisatawan akan
dibentuk mengenali dan
mengenali & memahami
memahami budaya lokal
budaya &
kearifan lokal

Adanya interaksi Adanya interaksi


antara wisatawan dengan
wisatawan masyarakat
dengan setempat
masyarakat

Sumber : Olahan Peneliti, 2023


2.5 Klasifikasi Sintesis Teori Pasar sebagai Destinasi Wisata dan Sintesis Teori
Wisata Budaya
Klasifikasi teori digunakan untuk menggabungkan sintesis teori pasar sebagai
destinasi wisata dan sintesis teori wisata budaya agar dapat digunakan menjadi variabel
penelitian sebagai berikut :
Tabel 2.X Sintesis Teori Pasar sebagai Destinasi Wisata
Sintesis Teori
Wisata Sintesis Teori Pasar sebagai Destinasi Wisata
Budaya
Atraksi Pengelola
Amenitas Aksesibilitas Infrastruktur
kegiatan proses
Keunikan Tawar proses tawar proses tawar
tawar tawar
Menawar menawar menawar
menawar menawar
Atraksi
Amenitas Aksesibilitas Infrastruktur Pengelola
interaksi
Interaksi Interaksi interaksi proses interaksi
sosial pembeli
sosial sosial interaksi sosial sosial
dan penjual
Amenitas Aksesibilitas Infrastruktur Pengelola
Atraksi nilai-
Kesejarahaan nilai-nilai nilai-nilai nilai-nilai nilai-nilai
nilai sejarah
sejarah sejarah sejarah sejarah
Amenitas Aksesibilitas Pengelola
Atraksi sarana Infrastruktur
Lokalitas sarana sarana sarana
rekreasi sarana rekreasi
rekreasi rekreasi rekreasi
Sumber : Olahan Peneliti, 2023
Hasil persilangan teori pasar tradisional dan teori destinasi wisata menghasilkan
teori Pasar sebagai Destinasi Wisata yang dijabarkan sebagai berikut :
1. Atraksi Kegiatan Tawar Menawar
- Terdapat kegiatan tawar menawar
Menurut Cadillah Emiliana (2011) yang menjadi daya tarik pasar tradisional
adalah adanya proses saling tawar menawar antara pembeli dan penjual
terhadap barang yang dijual secara langsung
- Terdapat kesepakatan harga barang
Menurut Syarifuddin (2018) dari proses tawar menawar akan mencapai
kesepakatan dari penjual dan pembeli sehingga akan memenuhi aspek
kebutuhan konsumsi barang dari pembeli
2. Atraksi Interaksi Sosial Pembeli dan Penjual
Menurut Oktaviyanti, Sosrowijayan
- Terdapat komunikasi dalam proses transaksi
Terbangun interaksi sosial berupa komunikasi ketika bertransaksi di pasar
tradisional yang mampu menumbuhkan kedekatan antara penjual dan
pembeli (Syarifuddin, 2018).
3. Atraksi Nilai-Nilai Sejarah
- Ketersediaan peran dalam sejarah kota
Pasar tradisional memiliki nilai sejarah yang menjadi daya tarik wisata
sebagai produk budaya dan ekonomi berdasar kemampuan sumber daya
manusianya (Aliyah, 2007).
- Termasuk bangunan cagar budaya
Menurut UU No 11 tahun 2010 pasal 1 ayat 1 yang menjelaskan mengenai
cagar budaya adalah warisan yang bersifat kebendaan maupun non
kebendaan baik berupa benda, struktur, situs, bangunan, maupun kawasan
yang perlu dilestarikan dan memiliki nilai bagi sejarah ilmu pengetahuan,
agama, pendidikan, dan kebudayaan yang ditetapkan. Banguann bersejarah
yang menjadi cagar budaya diugunakan untuk melestarikan sejarah kota
(Dewi, 2016 dalam herlambang 2017).
4. Atraksi Sarana Rekreasi
- Ketersediaan daya tarik yang menjadi sarana rekreasi (Pentaan barang yang
menarik)
Menurut Cadillah Emiliana (2011) yang menjadi daya tarik pasar tradisional
adalah adanya proses saling tawar menawar antara pembeli dan penjual
terhadap barang yang dijual secara langsung. Pasar menyediakan kebutuhan
sehari-hari yamg ditata kemudian menarik perhatian pengunjung. Sehingga
pengunjung terkadang mengunjungi pasar hanya untuk melihat barang,
mengurangi kejenuhan, dan melepas ketegangan (Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 378/KPTS/1987)
5. Amenitas Tawar Menawar (tdk ada harga/label), pembayaran tunai, bertemu
langsung ada ruang komunikasi pembeli ketemu langsung
- Ketersediaan ruang untuk pertemuan langsung
Menurut Perpes No 112 Tahun 2007 menyebutkan bahwa pasar tradisional
berupa toko, los, kios, dan tenda baik yang dikelola atau yang dimiliki oleh
pedagang kecil, menengah, dan swadaya masyarakat melalui proses jual
beli barang atau jasa yang diperdagangkan dengan proses tawar menawar.
- Ketersediaan bank yang memudahkan transaksi
Menurut Noble & Sastrawan (2021) amenitas yang mendukung wisata di
pasar tradisional adalah layanan koperasi dan perbankan untuk
memudahkan pedagang dan wisatawan dalam melakukan simpan dan
pinjam uang dan membantu proses transaksi jual beli.
- Tidak tersedia label harga barang
Harga dalam pasar ditetapkan melalui kesepakatan jual beli dari penjual dan
pembeli (M Bayu Adrio F, 2016). Sehingga, tidak tercantum harga barang
seperti label harga pada pasar modern.
- Pembayaran dilakukan secara tunai
Sistem pembayaran tunai menjadi sistem pembayaran yang umum
digunakan di Indonesia (Febrinda & Ningsih, 2022). Penerapan pembayraan
non tunai juga terjadi di pasar tradisional.
6. Amenitas Interaksi Sosial
- Terdapat pertukaran informasi
Pasar memiliki aktivitas sosial melalui pertukaran informasi dengan tujuan
meluaskan relasi dan mempermudah dalam bertransaksi (Kodong dkk.,
2012)
- Terdapat tempat parkir kendaraan
Menurut Peraturan Daerah Yogyakarta Nomor 2 tahun 2009 fasilitas pasar
meliputi tempar parkir kendaraan.
- Terdapat sarana peribadahan
- Terdapat tempat bongkar muat
- Terdapat tempat pelayanan kesehatan
- Terdapat kantor pengelola
- Terdapat kamar mandi/ WC
7. Amenitas Nilai Sejarah
- Tersedia papan informasi dgn bahasa lokal sejarah
Plang beraksara jawa (slogan)
Signed
8. Amenitas Sarana Rekreasi
- Tersedia penginapan pada kawasan
Wisatawan memerlukan adanya penginapan di tempat rekreasi yang khas
dan berbeda dengan kehidupan sehari-hari sehingga perlu disediakan (
- Tersedia restoran pada kawasan

- Parkir (?)
9. Aksesibilitas Proses Tawar Menawar
-
10. Akesesibilitas Interaksi Sosial
- Tempat parkir ?
11. Aksesibilitas Nilai-Nilai Sejarah
- Sigange ????
12. Aksesibilitas Sarana Rekreasi
- Moda
- Signage
- Jalan
- strategis
13. Infrastruktur Proses Tawar Menawar
- Telekomunikasi
14. Infarstruktur Proses Interaksi Sosial
- PAHAMI BAGIAN INTERAKSI SOSIAL MASY
15. Infrastruktur Nilai-Nilai Sejarah
16. Infrastruktur Sarana Rekreasi
- Jaringan jaringan telkom, sanitasi, dsb
17. Pengelola dalam Proses Tawar Menawar
- Sistem pasar masih ada proses apa udah ada label
18. Pengelola dalam Interaksi Sosial
19. Pengelola dalam nilai-nilai sejarah
- guide
20. Pengelola Sarana Rekreasi
- Pengelola pasar
2.5 Variabel Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka yang sudah dilakukan dari judul penelitian
“Kesesuaian Pengembangan Kawasan Pasar Gede sebagai Destinasi Wisata terhadap
Konsep Wisata Budaya di Kota Surakarta”. Terdapat variabel penelitian sebagai berikut
Tabel 2.5 Variabel Penelitian
Variabel Sub Variabel Indikator
Keunikan Atraksi
Amenitas
Aksesibilitas
Infrastruktur
Pengelola
Interaksi Atraksi
Amenitas
Aksesibilitas
Infrastruktur
Pengelola
Kesejarahan Atraksi
Amenitas
Aksesibilitas
Infrastruktur
Pengelola
Lokalitas Atraksi
Amenitas
Aksesibilitas
Infrastruktur
Pengelola
Sumber : Olahan Peneliti, 2023
BAB 3
METODE PENELITIAN

Bab metode penelitian berisi mengenai metode yang akan digunakan dalam
penelitian yang akan dilakukan. Metode penelitian mencakup pendekatan penelitian,
jenis penelitian, kerangka penelitian, variabel yang diteliti, kebutuhan data, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, dan jadwal penelitian sebagai berikut :
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian “Kesesuaian Pengembangan Kawasan Pasar Gede sebagai Destinasi
Wisata terhadap Konsep Wisata Budaya di Kota Surakarta” menggunakan pendekatan
deduktif . Pendekatan deduktif adalah pendekatan penelitian yang dilakukan dengan
membuat teori atau hipotesis yang dikemudian diuji melalui data dan analisis yang
dilakukan (Sugiyono, 2006 gaada sumber aku ambil di perpelxity). Sedangkan menurut
Barnes dan Nobel (dalam Yurianti dkk., 2014 blm cari) pendekatan deduktif adalah
metode penarikan kesimpulan pada penelitian yang valid karena berasal dari data yang
sudah diketahui sebelumnya. Pada pendekatan deduktif dilakukan untuk menguji
kebeneran teori yang dibuat sebelumnya sehingga dapat disimpulkan dengan valid.
Penelitian menggunakan pendekatan deduktif karena dimulai dengan eksplorasi teori
pasar tradisional, teori destinasi wisata, dan teori wisata budaya kemudian di sintesis
dan silangkan sehingga menghasilkan variabel penelitian. Variabel penelitian akan
menghasilkan indikator untuk pengumpulan dan analisis data. Oleh karena itu, terdapat
langkah yang sesuai dengan penerapan pendekatan deduktif agar menghasilkan
kesimpulan yang valid.
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian
kuantitatif dilakukan dalam meneliti populasi atau sampel dengan menguji hipotesis dan
menghasilkan kesimpulan yang konkrit (Sugiyono, 2013 mba apin). Penelitian
desktiptif adalah metode untuk menenliti kondisi, pemikiran, kelompok manusia, atau
suatu peristiwa pada waktu sekarang (Nazirr, 2009 mas pascal). Penelitian deskriptif
kuantitatif adalah jenis penelitian dengan meneliti dan mendiskripsikan fenomena yang
dipelajari dengan menarik kesimpulan menggunakan angka (Sulistyawati dkk., 2022).
Sehingga, penelitian deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis angka (data
kuantitatif) dengan mendiskripsikan data eksisting.
3.3 Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian adalah tahap penelitian yang akan digunakan peneliti dalam
melakukan penelitian. Tahap dalam kerangka penelitian meliputi tahap persiapan,
pengumpulan data, analisis, dan kesimpulan sebagai berikut :
e. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap awal sebelum penelitian dilakukan dan
menjadi dasar dalam melakukan penelitian. Tahap persiapan dilakukan dengan
identifikasi isu terkait Perencanaan Wilayah dan Kota yang dapat dijadikan
topik penelitian. Isu yang dicari akan menjadi dasar dalam penentuan tema,
topik, dan judul penelitian yang kemudian akan dilakukan studi literatur untuk
mengenali isu secara lebih mendalam. Sehingga akan mampu menyusun latar
belakang, tujuan, sasaran, manfaat, rumusan masalah, ruang lingkup, dan posisi
penelitian. Setelah melakukan penyusunan tersebut dilanjutkan dengan
penggalian teori agar mampu menghasilkan variabel penelitian untuk
merumuskan metode penelitian. Metode penelitian digunakan untuk
melaksanakan penelitian.
f. Tahap Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data berdasarkan
metode penelitian yang sudah disusun sebelumnya. Pengumpulan data dapat
melalui survei data pirmer dan survei data sekunder. Survei data primer adalah
metode pengumpulan data yang dilakukan secara langsung dengan turun ke
lokasi penelitian. Sedangkan survei data sekunder merupakan metode
pengumpulan data melalui data sekunder yang tidak turun langsung untuk survei
seperti data dari instansi pemerintah. Hasil pengumpulan data kemudian akan di
kompilasi agar memudahkan dalam menganalisisnya.
g. Tahap Analisis Data
Tahap analisis data adalah tahap untuk melakukan analisis pada data-data yang
sudah dikompilasi menggunakan teknik analisis tertentu sesuai dengan hal yang
ingin diteliti. Tujuan dari analisis data adalah menjawab rumusan masalah yang
ada pada tahap persiapan. Hasil dari tahap analisis data adalah informasi berupa
jawaban yang akan memberikan kesimpulan pada penelitian dan mampu
menyelesaikan rumusan masalah pada penelitian.
h. Tahap Kesimpulan
Tahap kesimpulan merupakan tahap terakhir dalam menyusun penelitian. Pada
tahap ini akan dilakukan penarikan kesimpulan yang mampu menjawab rumusan
masalah penelitian. Kemudian, dilakukan penyusunan kritik dan saran kepada
pembaca penelitian sebagai evaluasi bagi penelitian sejenis selanjutnya.
3.4 Variabel Penelitian Terpilih (Variabel Operasional Penelitian)
3.5 Kebutuhan Data
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah proses dalam penelitian dengan penerapan
metode illmiah untuk mendukung pengumpulan data agar dapat dianalisis. Teknik
pengumpulan data pada penelitian terdiri atas dua teknik pengumpulan data meliputi
teknik pengumpulan data primer dan teknik pengumpulan data sekunder sebagai
berikut:
1. Teknik Pengumpulan Data Primer
Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan survei secara langsung ke
lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data primer meliputi wawancara,
kuesioner, observasi (Sugiyono, 2013 mba apin). Pada penelitian menggunakan
teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara sebagai berikut :
• Observasi
Teknik pengumpulan data primer beripa observasi adalah metode
pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan secara langsung
ke objek penelitian untuk mendapatkan data yang diinginkan dalam
mendukung penelitian. Dalam penelitian, observasi dilakukan untuk
medapatkan data sebagai berikut :

• Wawancara
Teknik pengumpulan data primer berupa wawnacara adalah metode
pengumpulan data yang dilakukan dengan menanyai stakeholder/
narasumber terkait untuk dapat menegtahui informasi yang lebih dalam.
Sehingga, akan mendapatkan informasi yang tidak didapatkan melalui
observasi. Dalam penelitian, wawancara dilakukan untuk medapatkan
data sebagai berikut :

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder


Teknik pengumpulan data sekunder merupakan teknik pengumpulan data yang
didapatkan melalui pihak lain seperti instansi pemerintahan.
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan tahap pengolahan data yang sudah di kompilasi
secara sistematis agar mampu menjawab rumusan masalah penelitian. Data yang sudah
terkumpul, dikelompokkan berdasarkan analisis yang dig
3.8 Jadwal Penelitian

Anda mungkin juga menyukai