WISATA SEJARAH
DAN WARISAN BUDAYA
Asisten Deputi Pengembangan Wisata Budaya
Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan
Kementerian Pariwisata
PEDOMAN PENGEMBANGAN
WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Pengarah
NI Wayan Giri Adnyani
Penanggung Jawab
Oneng Setyaharini
Koordinator Pelaksana
Anna Sunarti
Tim Penyusun
Agus Hartono Punto Wijayanto
Foto Sampul
“The Three Ancestors” • Agus Hartono
Pembangunan wisata sejarah dan warisan budaya juga akan memberi ke-
sempatan pada para pihak untuk melanjutkan komitmen dalam mengem-
bangkan wisata budaya dan sejarah, terutama di kawasan ASEAN, yang
dikemas dalam produk- produk unggulan yang akan melibatkan beberapa
negara. Dengan begitu, pariwisata dapat memberikan keuntungan dan
pada saat bersamaan berperan dalam melestarikan potensi sejarah dan
warisan budaya yang kita miliki bersama. Kementerian Pariwisata sebagai
pembina kepariwisataan nasional memiliki tugas dan fungsi pembangunan
dan perintisan daya tarik wisata nasional dan daerah, termasuk juga
melalui penyusunan norma, standar, prosedur dan kritera di bidang
pengembangan wisata budaya.
Wisata sejarah dan warisan budaya merupakan program prioritas pada Pedoman ini menjadi
Kementerian Pariwisata di bawah Asisten Deputi Pengembangan Wisata acuan pelaku pariwisata
Budaya yang merupakan bagian Deputi Bidang Pengembangan Industri agar secara sinergis
dan Kelembagaan. Walau bukan isu baru, namun pengembangan wisata
mampu merespon per-
sejarah dan warisan budaya memerlukan pedoman dalam bentuk panduan
mintaan dan kebutuhan
yang praktis agar mampu merespon permintaan dan kebutuhan wisatawan
dengan motivasi khusus. wisatawan dalam bentuk
produk wisata sejarah
Pedoman Pengembangan Wisata Sejarah dan Warisan Budaya yang di- dan warisan budaya.
susun oleh Kementerian Pariwisata bertujuan untuk dapat menjadi acuan
bagi para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah pusat dan daerah, Oneng Setyaharini
masyarakat atau komunitas, akademisi, dunia usaha dan juga media dalam
menjalankan tugas dan fungsi masing-masing secara sinergis. Pedoman ini
untuk menjadi pegangan dalam membangun maupun merintis pengem-
bangan produk-produk wisata sejarah dan warisan budaya.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada para pihak yang memberi
bantuan serta dukungan dalam proses penyusunan Pedoman Pengem-
bangan Wisata Sejarah dan Warisan Budaya ini. Kami berharap pedoman
ini dapat digunakan oleh semua pihak demi terwujudnya wisata budaya
yang unggul.
Jayalah Wisata Budaya Indonesia!
Sambutan dan Pengantar
DAFTAR ISI Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan • i
Asisten Deputi Pengembangan Wisata Budaya • iii
PROLOG:
“Merunut Jejak Warisan Budaya Nusantara”
Latar Belakang • 2
Maksud dan Tujuan • 6
Sasaran • 6
Penerima Manfaat • 7
Pengertian Umum • 8
EPILOG:
“Merespon Perkembangan Global”
Indonesia mempunyai beragam keunikan budaya yang
masih dilestarikan masayarakat, salah satunya adalah
tradisi metatah gigi di Bali.
Sumber Gambar: www.kintamani.id
PROLOG:
Merunut Jejak Warisan
Budaya Nusantara
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mem- Interpretasi atas jejak sejarah dan
warisan budaya menjadi daya tarik
punyai perjalanan sejarah yang cukup panjang. Posisi Indonesia di bagi wisatawan global yang mem-
persilangan jalur perdagangan maritim dunia sejak awal Masehi punyai motivasi budaya untuk me-
membuat Indonesia menjadi titik persinggahan yang penting bagi lakukan perjalanan yang penuh
dengan pengalaman budaya.
pedagang dari segala penjuru dunia. Para pendatang tersebut tak
Sumber Gambar: www.taksuphoto-
hanya sekedar singgah semata, tetapi bermukim dan juga menjadi gallery.com
bagian dari kehidupan sosial budaya setempat. Persilangan etnis
dan budaya kelak akan membentuk Indonesia sebagai negara
dengan keberagaman budaya yang jejaknya masih bisa ditemui
hingga saat ini. Hal tersebut yang secara tidak langsung menarik
wisatawan dunia untuk datang berkunjung ke Indonesia untuk
mengenali warisan budaya. Wisatawan dengan motivasi budaya
menginginkan produk wisata yang mampu menarasikan jejak
warisan budaya Indoensia
PEDOMAN PENGEMBANGAN
2 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Untuk merespon per kembangan tren global, maka Kementerian Pariwisata
di tahun 2018 melakukan restrukturisasi organisasi. Kementerian Pariwisata
melihat bahwa pengem-bangan pariwisata seharusnya lebih terfokus pada
costumer-centric strategy atau strategi pengembangan kepariwisataan
yang berpusat pada wisatawan. Dengan adanya restrukturisasi organisasi
ini diharapkan kepariwisataan Indonesia menjadi lebih sensitif dalam me-
mahami kebutuhan wisatawan, serta lebih adaptif dalam menciptakan
produ k-pr odu k wisata. Dengan pendekatan costumer-centric strategy ini
maka pariwisata Indonesia akan menjadi lebih menawarkan extra-ordinary
experience ke wisatawan global yang datang ber kunjung. Kepuasan atas
pengalaman berwisata tersebut diharapkan bisa memberikan dampak
positif yang menjadikan Indonesia sebagai destinasi pariwisata tingkat
global.
PEDOMAN PENGEMBANGAN
4 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Wisata sejarah dan warisan budaya bukanlah isu baru namun sudah
menjadi program prioritas Kementerian Pariwisata yang ada di bawah
Asisten Deputi Pengembangan Wisata Budaya yang merupakan bagian
Deputi Bidang Pengembangan In dustri dan Kelembagaan. Walaupun
bukan merupakan isu baru, namun pengembangan wisata sejarah dan
warisan budaya memerlukan pedoman dalam bentuk panduan yang
praktis agar mampu merespon permintaan dan kebutuhan wisatawan
dengan motivasi khusus. Pada sisi lain, dengan keberadaan Pedoman
Pengembangan Wisata Sejarah dan Warisan Budaya diharapkan pelaku
wisata mampu mengembangkan produ k wisata sejarah dan warisan
budaya dengan mempertahankan nilai-nilai warisan budaya. Pedoman
Pengembangan Wisata Sejarah dan Warisan Budaya ini mempunyai Pengembangan wisata sejarah
dan warisan budaya harus selalu
peran strategis untuk memberikan arahan bagi pemangku kepentingan selaras dengan pelestarian waris-
kepariwisataan dalam pengembangan wisata sejarah dan warisan an budaya yang akan melibatkan
budaya melalui pengembangan jejak warisan budaya (heritage trail) partisipasi masyarakat setempat.
secara berkelanjutan dan bertanggungjawab. Sumber: www.indonesiatravel.news
sasaran
Sasaran dari Pedoman Pengembangan Wisata Sejarah dan Warisan
Budaya ini adalah:
a. norma, pengertian dan konsep, serta mempelajari dari
pengalaman global dalam pengembangan wisata sejarah dan
warisan budaya;
PEDOMAN PENGEMBANGAN
6 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
PENERIMA MANFAAT
Pedoman Pengembangan Wisata Sejarah dan Warisan Budaya ini di-
harapkan mampu memberikan manfaat yang signifikan bagi para pe-
mangkukepentin gan kepariwisataan. Penerima manfaat –yang sering
dikenal sebagai “pentahelix pariwisata”– tersebut meliputi:
PEDOMAN PENGEMBANGAN
8 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
i. Aksesibilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana dan prasarana
transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah
asal wisatawan ke destinasi pariwisata maupun pergerakan di dalam
wilayah destinasi pariwisata dalam kaitan dengan motivasi
kunjungan wisata.
PEDOMAN PENGEMBANGAN
12 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Kebijakan Internasional. Kebijakan internasional di sini dipahami sebagai norma atau nilai-nilai universal yang
disepakati bersama sebagai pegangan dunia internasional dalam mengembangkan sektor pariwisata berbasis
budaya secara berkelanjutan dan bertanggungjawab. Secara umum kebijakan internasional yang mendukung
pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya adalah kebijakan yang terkait dengan isu-isu pelestarian
warisan budaya, pariwisata budaya, serta pariwisata keberlanjutan dan bertanggun gjawab. Kebijakan inter-
nasional yang teridentifikasi terkait dengan wisata sejarah dan warisan budaya adalah:
a. Kode Etik Global Pariwisata (Global Code of Ethics for Tourism) yang disampaikan oleh Organisasi Pari-
wsata Dunia di bawah Perserikatan Bangsa-bangsa atau United Nations – World Tourism Organization
(UNWTO). Kode Etik Global Pariwisata yang disahkan tahun 1999 berisikan 10 (sepuluh) prinsip pen gem-
bangan pariwisata dunia.
b. Instrumen legal yang dirilis oleh Organisasi Pendidikan, Kelimuan dan Kebudayaan di bawah Perserikat-
an Bangsa-bangsa atau United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) yang
terkait dengan pariwisata khususnya pariwisata budaya, yaitu:
1) Konvensi untuk Perlin dungan Warisan Budaya dan Alam Dunia (Convention concernin g the
Protection of the World Cultural and Natural Heritage) yang disahkan pada tahun 1972.
2) Konvensi untuk Perlindungan Warisan Budaya Bawah Air (Convention on the Protection of the
Underwater Cultural Heritage) yang disahkan pada tahun 2001.
3) Konvensi untuk Perlindun gan Warisan Budaya Takbenda (Convention for the Safeguardin g on
the Intangible Cultural Heritage) yang disahkan pada tahun 2003.
4) Konvensi untuk Perlindungan dan Promosi Keberagaman Ekspresi Kultural (Covention on the
Protection and Promotion of the Diversity of Cultural Expressions) yang disahkan di tahun 2005.
c. Piagam Pariwisata Budaya Internasional atau International Cultural Tourism Charter (ICTC) yang disahkan
pada tahun 1999 oleh Badan Internasional untuk Monumen dan Situs atau International Council on
Monument and Sites (ICOMOS) .
PEDOMAN PENGEMBANGAN
14 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Kebijakan Nasional. Kebijakan nasional di sini dipahami sebagai aturan atau
kebijakan yang menjadi pegangan dalam mengembangkan sektor atau isu ter-
tentu yang terkait dengan pengembangan pariwisata berbasis budaya. Kebijak-
an nasional ini yang menjadi acuan legal bagi pemangku kepentingan khusus-
nya pemerintah dalam penyelenggaraan pariwisata dan khususnya pawisata
budaya sesuai dengan tata perundangan yang berlaku. Kebijakan nasional
yang teridentifikasi terkait dengan pengembangan wisata sejarah dan warisan
budaya adalah:
Batasan #1: Objek Pelestarian. Istilah “sejarah dan warisan budaya” akan mengacu pada
terminologi “cultural heritage” dengan batasan yang dikeluarkan UNESCO, yaitu: “warisan
artefak fisik dan atribut takbenda dari kelompok komunitas atau masyarakat yang diwaris-
kan dari gene-rasi masa lalu dan dilestarikan pada saat ini, selanjutnya dianugerahkan bagi
kepentin gan generasi masa depan”. Dalam pelaksanaannya, pemahaman “sejarah dan
warisan budaya” akan terkait dengan objek pemajuan kebudayaan dan pelestarian cagar
budaya sesuai per-undang-undangan yang berlaku.
Pemanfaatan
OBJEK-OBJEK
SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
KOMUNITAS
Peduli Pelestarian Budaya 1
PEDOMAN PENGEMBANGAN
16 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Batasan #2: Pemanfaatan Pariwisata. Dalam kebijakan yang termaktub
pada Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudaya-
an dan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya di-
sebutkan bahwa objek pemajuan kebudayaan dan cagar budaya bisa di-
manfaatkan untuk kepentingan pariwisata. Pengembangan wisata sejarah
dan warisan budaya sebagai pemanfaatan pariwisata harus memperhati-
kan kepentingan pemajuan dan pelestarian kebudayaan. Pemanfaatan
pariwisata di sini juga bisa dipahami sebagai pengembangan objek pe-
majuan kebudayaan dan pelestarian cagar budaya menjadi produk wisata
yang dituju-kan bagi wisatawan dengan motivasi budaya yang memberi-
kan dampak positif terutama bagi objek pemajuan kebudayaan dan pe-
lestarian cagar budaya itu sendiri, serta juga bagi kelompok komunitas
dan masyarakat yang berada dan hidup di sekitarnya.
untuk Pariwisata
PRODUK WISATA
SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
MUARO JAMBI
PILGRIMAGE TOUR
WISATAWAN
2 Dengan Motivasi Budaya “Exploring Historic Sites
of The Golden Island”
3D/2N
Minimal 10 persons
PEDOMAN PENGEMBANGAN
18 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
KOMPONEN DASAR
Secara sederhana, wisata sejarah dan warisan budaya terdiri atas 4 (empat) komponen dasar, yaitu:
(i) wisatawan den gan motivasi budaya, (ii) produk wisata sejarah dan warisan budaya, (iii) perjalanan
yang terencana, serta (iv) pengalaman budaya. Komponen wisatawan dengan motivasi budaya me-
liputi wisatawan yang hanya ingin ingin mengetahui objek sejarah dan warisan budaya secara umum,
serta wisatawan yang ingin mengenali dan mengalami nilai-nilai sejarah dan warisan budaya secara
lebih mendalam. Produk wisata sejarah dan warisan budaya dipahami sebagai: sesuatu yang dihasil-
kan pelaku budaya dan pariwisata yang ditawarkan pada wisatawan dengan motivasi khusus terkait
dengan sejarah dan warisan budaya untuk melakukan perjalanan terencana dari tempat asal menuju
destinasi sejarah dan warisan budaya dalam waktu sementara dengan tujuan mendapatkan suatu
pengalaman budaya. Wisatawan dan produk wisata adalah komponen utama dalam pengembangan
wisata sejarah dan warisan budaya. Perjalanan yang terencana berupa pola perjalanan atau travel
pattern yang kemudian diturunkan secara lebih mendetil dalam bentuk heritage trail atau “jejak
warisan budaya”, serta pengalaman budaya (cultural experience) merupakan komponen yang ter-
bentuk dari hubungan antara wisatawan dan produk wisata.
4
PENGALAMAN BUDAYA
YANG DIDAPATKAN
PERJALANAN TERENCANA
BERBENTUK POLA PERJALANAN
1 2
Panduan Langkah Demi Langkah 19
Wisatawan mancanegara banyak yang berpartisipasi dalam
pelaksanaan tradisi Perang Pandan di Bali.
Sumber Gambar: www.bisniswisata.co.id
MEMAHAMI WISATAWAN
SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Wisatawan atau tourist tak pelak merupakan aktor penting dalam Mengalami langsung kegiatan
tradisi setempat menjadi suatu
dunia pariwisata. Seseorang atau sekelompok orang yang mem- pengalaman budaya yang dicari
punyai motivasi, minat atau ketertarikan tertentu terhadap daya oleh wisatawan yang mempunyai
tarik yang unik, khas dan otentik yang ada pada tempat tertentu motivasi budaya.
akan mendorong permintaan berupa perjalanan yang terencana. Sumber Gambar:
www.lifestyle.okezone.com
Kajian tentang wisatawan tidak sekedar dilihat dari aspek-aspek
geografi dan demografi semata, tetapi sekarang semakin fokus
pada aspek psikografi. Memahami wisatawan sebagai komponen
permintaan (demand) menjadi sangat penting untuk menentukan
produk wisata yang tepat sesuai motivasi, minat atau ketertarikan
wisatawan. Mengenali kebutuhan wisatawan juga akan memberi-
kan pengaruh yang signifikan pada penyediaan layanan dan juga
infrastruktur pendukung pariwisata.
2
kegiatan perjalanan
4
untuk tujuan
rekreasi, pengembangan
pribadi, mempelajari keunikan
5 daya tarik wisata
1 3
wisatawan tempat tertentu
”
jangka waktu sementara.
PEDOMAN PENGEMBANGAN
22 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Turis sering dikelompokkan berdasarkan atas perilaku, kebutuhan atau pun
motivasi. Implikasi dari perilaku, kebutuhan dan motivasi adalah adanya
layanan, fasilitas dan produk yang harus disiapkan dan ditawarkan pada
wisatawan. Wisatawan sering dikelompokkan menjadi: wisatawan massal
terorganisir, wisatawan massal perorangan, penjelajah, serta pengembara.
Organized Individual
Mass Tourist Mass Tourist The Explorer The Drifter
Wisatawan Massal Terorganisir Wisatawan Massal Perorangan Wisatawan Pejelajah Wisatawan Pengembara
Wisatawan yang hanya mau Wisatawan cenderung ingin Wisatawan cenderung ingin Wisatawan cenderung ingin
mengunjungi daerah tujuan mengunjungi daerah tujuan mengeksplorasi destinasi mengeksplorasi destinasi
wisata yang sudah terkenal. wisata yang sudah terkenal. wisata yang baru dan unik wisata yang baru dan unik
dengan batasan tertentu. secara lebih mendalam.
Wisatawan menginginkan Wisatawan lebih fleksibel
fasilitas yang seperti yang terhadap fasilitas layanan Wisatawan lebih fleksibel Wisatawan lebih fleksibel
ada di tempat tinggalnya. dengan dengan standar terhadap fasilitas layanan dan adaptif atas fasilitas
dan ketentuan tertentu. dengan dengan standar layanan setempat.
Wisatawan melakukan per-
dan ketentuan tertentu.
jalanan yang terencana dan Wisatawan melakukan per- Wisatawan mengatur per-
mengacu ke itinerari yang jalanan dalam perencanaan Wisatawan lebih cenderung jalanan secara mandiri.
sudah pasti. yang lebih fleksibel. mengatur perjalanan secara
Wisatawan sangat meng-
mandiri.
Wisatawan melakukan per- Wisatawan terbuka untuk inginkan interaksi dengan
jalanan dengan dipandu dipandu oleh pemandu Wisatawan mau melakukan komunitas setempat secara
oleh pemandu wisata yang wisata atau komunitas lokal. interaksi dengan komunitas lebih mendalam; bahkan
berlisensi. setempat dengan batasan menginginkan untuk hidup
tertentu. seperti komunitas setempat
PEDOMAN PENGEMBANGAN
24 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Generasi Baby Boomers • Kelahiran 1946-1964
Baby Boomers adalah m ereka ya ng lahir setelah masa Perang Dunia I I atau sekitar
tahun 1946 sampai 1964. Pada rentang waktu itu, banyak bang sa-bangsa m eng-
alami pertumbuha n k elahiran pesat setela h p ulih dari k esulitan masa perang .
Generasi baby boomers turut m enikmati kemakm uran di masa hid up mereka da n
saat ini, sebagian besar telah menikmati masa pensiun mereka yang terjamin.
MENGAPA
BERWISATA?
Motivasi Perjalanan
Sunlust Wanderlust
“Bersenang-senang” “Mencari Pengalaman”
PEDOMAN PENGEMBANGAN
26 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Wisatawan dengan motivasi budaya adalah wisatawan yang melakukan
perjalanan ke tempat lain untuk memuaskan rasa ingin tahu atas budaya,
lingkun gan atau komunitas yang berbeda, unik dan bahkan otentik. Secara
umum wisatawan dengan motivasi budaya mempunyai keinginan untuk
melakukan interaksi baik dengan objek budaya atau dengan komunitas
setempat tergantung dengan jadwal dan waktu yang dimiliki. Interaksi
yang terjadi akan mempengaruhi nilai-nilai budaya (cultural values) yang
didapat selama melakukan perjalanan ke suatu tempat. Nilai-nilai budaya
yang dida pat sedikit banyak akan memberikan dampak positif bagi wisata-
wan secara filosofis dan juga psikologis. Bagi wisatawan dengan motivasi
budaya, melakkan perjalanan wisata haruslah menjadi perjalanan yang ber-
makna dan tidak sekedar keluar dari ri=utinasi keseharian semata.
NILAI-NILAI
PERILAKU WISATAWAN BUDAYA
DENGAN MOTIVASI BUDAYA Cultural Values
“Ini Bukan Perjalanan Wisata Biasa”
1 2 3
Produk biasanya berbentuk barang atau jasa yang dipertukarkan atau di-
perjualbelikan. Namun dalam perkembangan pasca-industri, nilai-nilai
(values) menjadi sesuatu yang lebih penting melampaui barang atau jasa
dalam proses jual-beli. Konsumen yang berbeda motivasinya akan ber-
implIkasi pada permintaan yang berbeda. Dengan adanya permintaan
yang berbeda –karena perbedaan motivasi– tersebut akan berdampak
membutuhkan produk yang berbeda-beda pula.
Produk budaya meliputi obje k-objek sejarah dan warisan budaya yang terin dentifikasi, baik
yang berupa obje k-objek tangible (ben da/ber wujud) atau pun intangible (takbenda/tak ber-
wujud). Objek-objek sejarah dan warisan budaya yang terpilih kemudian dikaitkan dengan
signifikansi atau nilai-nilai penting warisan budaya (bisa berupa nilai sejarah, spiritual, sains,
estetika atau sosial). Objek-obje k sejarah dan warisan budaya yang mendapatkan signifikansi
atau nilai-nilai penting warisan budaya tersebut sudah menjadi daya tarik bagi wisatawan
dengan segmentasi tertentu. Penentuan produk bu daya tersebut akan mengacu terhadap
peluang pasar yang sedang berkembang dan/atau mempunyai permintaan khusus.
Produk naratif berupa interpretasi yang dikembangkan pada produk budaya terpilih. Inter-
pretasi tersebut meliputi “alur cerita” (story-line), serta “uraian cerita” (story-telling). Alur
cerita akan berkaitan dengan pola pergerakan wisatawan, sedang uraian cerita akan men-
dukung dan/atau mengembangkan signifikansi atau nilai-nilai penting warisan budaya yan g
menjadi daya tarik. Perumusan produk naratif ini akan memperhatikan faktor pengalaman
budaya yang diminati atau ingin didapatkan oleh wisatawan.
Produk wisata meliputi skenario perjalanan (yang terdiri atas “pola perjalanan” atau travel
pattern, “jalur warisan budaya” atau heritage trail, serta durasi waktunya), pengemasan
produ k (dalam bentuk itinerary atau “rencana perjalanan”), serta pembagian peran untuk
memposisikan menjadi pelaku budaya dan pelaku pariwisata. Pembuatan produk wisata akan
mengacu pada aspek perjalanan terencana yang menjadi bagian penting dari kegiatan yang
dilakukan wisatawan.
Produk destinasi terdiri atas layanan pendukung (yan g meliputi: aksesibilitas, amenitas, serta
infrastruktur pendukung) dan bentuk tata kelola wisata sejarah dan warisan budaya yang di-
perlukan untuk pen gembangan produk destinasi wisata berupa forum pengelola dan rencana
pengelolaannya. Pengembangan produk destinasi ini aan memperhatikan permintaan atau ke-
butuhan layanan dukungan bagi wisatawan selama mekakukan kegiatan wisata pada suatu
destinasi wisata berbasis budaya.
I PENGALAMAN
I PELUANG BUDAYA
PASAR Seperti apa gambaran
perilaku permintaan?
Tren global yang sedang
Informasi spesifik apa
berkembang seperti apa?
yang diminati wisatawan?
Segmen wisatawan yang
Interaksi seperti apa yang
potensial seperti apa?
diinginkan wisatawan?
Nilai budaya apa yang
diminati oleh wisatawan?
A B
PEDOMAN PENGEMBANGAN
32 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
I DUKUNGAN
I PERJALANAN LAYANAN
TERENCANA Fasilitas pendukung pergerakan
yang dibutuhkan wisatawan
Pilihan moda pergerakan seperti seperti apa?
apa yang diminati wisatawan?
Fasilitas pendukung kepariwisata-
Berapa lama waktu yang dibutuh- an yang dibutuhkan wisatawan
kan wisatawan? seperti apa?
Skenario pergerakan yang di- Siapa dan bagaimana menyeleng-
minati wisatawan seperti apa? garakan dukungan layanan ke
wisatawan?
Siapa dan bagaimana menyajikan
produk ke wisatawan?
C D
Dalam perspektif pertukaran budaya atau cultural exchange, ditegaskan bahwa nilai-nilai budaya
(cultural values) merupakan sesuatu yang dipertukarkan yang didasarkan rasa saling percaya (trust)
dari dua pihak yang memiliki konte ks budaya yang berbe da. Tujuan dari pelaku bu daya memper-
tukarkan produk bu daya tersebut adalah untuk melestarikan dan juga mempromosikan nilai-nilai
budaya yang ada pada produk budaya tertentu. Bisa dikatakan bahwa produk budaya adalah
komponen penting yang menghubungkan dua pihak pelaku budaya pada ekosistem budaya.
Pemahaman atas produk budaya –khususnya yang terkait dengan warisan budaya atau cultural
heritage– menurut UNESCO adalah:
a. Produk budaya yang berwu jud atau warisan budaya benda (tangible cultural heritage) yang
dipahami sebagai warisan artefak fisik dan atribut takberwujud dari kelompok atau masyarakat
yang diwarisi dari generasi masa lalu dan dipertahankan hingga saat ini, serta dilanjutkan
untuk kepentin gan generasi mendatang. Produk warisan budaya benda terdiri atas: warisan
budaya bergerak (moveable cultural heritage), seperti lukisan, patung, manuskrip dan lain-
lain; warisan budaya takbergerak (immoveable cultural heritage), seperti monumen, situs
arkeologis, bangunan bersejarah dan lain-lain; serta warisan budaya bawah laut (underwater
cultural heritage), seperti kapal karam, situs runtuhan kota bawah laut, dan lain-lain.
b. Produk bu daya yang tak berwujud atau warisan budaya takbenda (intangible cultural heritage)
yang dipahami sebagai praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, atau keterampilan, serta
juga instrumen, benda, artefak, dan ruang budaya yang dianggap menjadi bagian dari
warisan budaya suatu tempat. Warisan budaya takbenda ini diwariskan dari generasi ke
generasi, serta secara terus-menerus diciptakan kembali oleh masyarakat dan kelompok-
kelompok sebagai respon terhadap lin gkungan, serta interaksi dengan alam dan sejarah
setempat. Produk warisan budaya takbenda meliputi: tradisi dan ekspresi lisan, seni drama,
praktik sosial, ritual dan festival, pengetahuan dan praktik tentang alam dan alam semesta,
serta keahlian kerajinan tradisional.
PEDOMAN PENGEMBANGAN
34 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Objek-objek sejarah dan warisan budaya akan bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan
apabila mempunyai muatan atau content yang berkaitan dengan signifikansi atau
nilai-nilai penting warisan budaya. Signifikansi atau nilai-nilai penting warisan budaya
itu bisa berupa:
a. Nilai Sejarah. Nilai sejarah dimaksudkan untuk mencakupi semua aspek sejarah,
yaitu sejarah estetika, seni, arsitektur, sains, spiritualitas, dan sejarah masyarakat.
Oleh sebab itu nilai sejarah sering menjadi pondasi bagi nilai-nilai lain. Suatu
tempat bisa disebut sebagai situs dari suatu peristiwa penting karena memiliki
suatu nilai sejarah yang memberikan pengaruhi, atau telah mendapat pengaruhi
oleh peristiwa yang bernilai sejarah, fase, aktivitas orang atau sekelompok orang.
b. Nilai Sains. Nilai sains atau ilmiah mengacu pada konten informasi tempat dan
kemampuan untuk meng-ungkapkan lebih banyak tentang aspek masa lalu me-
lalui pengujian atau penyelidikan tempat, termasuk juga penggunaan teknik
arkeologi. Nilai ilmiah suatu tempat cenderung bersifat relatif dan bergantung
pada pentingnya informasi atau data yang terlibat, pada kelangkaan, kualitas
atau keterwakilannya, dan potensinya untuk menyumbangkan informasi penting
lebih lanjut tentang tempat itu
c. Nilai Spiritual. Nilai spiritual mengacu pada nilai-nilai dan makna yang tak berwujud
yang dimanifestasikan dengan keberadaan suatu tempat yang bisa memberikan arti
penting dalam identitas spiritual, atau pengetahuan tradisional, seni dan praktik dari
kelompok budaya. Kualitas suatu tempat uga dapat menginspirasi respon emosi-
onal atau metafisik yang kuat dan/atau spontan pada orang-orang, sehingga bisa
memperluas pemahaman tentang tempat, tujuan dan juga kewajiban manusia di
dunia yang khususnya dalam kaitannya dengan spiritual.
d. Nilai Estetika. Nilai estetika mengacu pada pengalaman sensorik dan persepsi
suatu tempat. Nilai estetika juga bisa dipahami sebagai suatu respon manusia
menanggapi aspek visual dan non-visual (seperti: suara, bau, dan faktor lain)
yang memiliki pengaruh kuat pada pikiran, perasaan, dan sikap manusia.
e. Nilai Sosial. Nilai sosial mengacu pa da keterkaitan yang dimiliki suatu tempat
bagi komunitas atau kelompok bu daya tertentu. Nilai sosial juga bisa dipahami
sebagai makna sosial dan/atau budaya yang di-pegang oleh. komunitas atau
kelompok budaya tertentu. Tempat-tempat tertentu sering dianggap penting
karena menjadi penanda atau simbol lokal yang terkait dengan identitas dari
komunitas atau kelompok budaya tertentu
PEDOMAN PENGEMBANGAN
36 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Tuturan Cerita. Tuturan cerita atau story-telling adalah kemampuan atau tehnik
menjabarkan, mengkomunikasikan atau menceritakan kembali beragam pesan,
inti cerita atau informasi penting sesuai dengan urutan dalam alur cerita (story-
line). Dengan adanya tuturan cerita (story-telling) diharapkan wisatawan bisa men-
dapatkan nilai-nilai, pemahaman, wawasan dan juga pengalaman baru yang terkait
dengan produ k sejarah dan warisan budaya yang ada pada suatu tempat secara
lebih menarik dan menyenangkan.
Media Narasi. Penyampaian interpretasi atas nilai atau signifikansi warisan budaya
dilakukan melalui penutur interpretasi, seperti: pemandu wisatawan (tourist guide)
Panel interpretasi bisa men-
atau individu yang mempunyai kemampuan sebagai penutur cerita (story-teller );
jadi pilihan lain untuk meng-
serta berupa panel interpretasi yang berupa be berapa panel yang memuat uraian komunikasikan pesan atau
interpretasi dalam bentuk tuturan cerita yang disusun pada alur cerita tertentu. cerita secara sistematis.
Baik pemandu wisatawan dan panel interpretasi tersebut tidak bisa dilepaskan
Sumber Gambar:
dari pola pergerakan wisatawan pada suatu destinasi yang biasanya diwujudkan www.discoverballina.com.au
dalam bentuk jejak warisan budaya (heritage trail).
Travel Pattern. Pengertian dari pola perjalanan atau travel pattern adalah
model dan analisis atas beragam jalur pergerakan yang memungkinkan di-
lakukan wisatawan pada suatu tempat atau antar tempat. Pola perjalanan
ini bisa dilihat sebagai upaya terencana untuk merangkai produk bu daya
dan produk naratif pada suatu tempat untuk disajikan atau diakses oleh
wisatawan. Suatu destinasi mempunyai nilai penting dan cerita-cerita yan g
menarik yang terkait dengan produ k warisan budaya benda dan takbenda.
Pergerakan wisatawan untuk mengakses atau mendapatkan produk wisata
sejarah dan warisan budaya tersebut difasiliitasi dengan pola perjalanan
(travel pattern) yang kemudian dirinci dalam bentuk yang spesifik berupa
jalur warisan budaya (heritage trail).
PEDOMAN PENGEMBANGAN
38 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Heritage Trail. Secara konseptual, jejak warisan budaya (heritage trail)
dipahami sebagai: suatu rute yang menghubungkan fitur-fitur bersejarah
khususnya direncanakan sebagai daya tarik wisata. Jejak warisan budaya
(heritage trail) yang terencana biasanya terdiri atas komponen takberwuju d
(intangible ) dan juga berwujud (tangible). Komponen takberwuju d pada
jejak warisan budaya (heritage trail) berupa signifikansi warisan budaya,
interpretasi, serta tuturan cerita (strory-telling) dan juga alur cerita (story-
line). Sedang komponen berwujud (tangible) adalah produk budaya dan
komponen fisik yang akan mendukung pergerakan pengunjun g, seperti
jalur sirkulasi yang disesuaikan dengan pilihan moda, rambu pengarah dan
penanda, panel interpretasi, fasilitas untuk istirahat, fasilitas persampahan
serta pada kasus tertentu diperlukan toilet.
+
Durasi Waktu
Jam • Hari • Minggu
40
Pelaku Wisata Budaya. Dalam operasionalisasinya, suatu produk tidak
bisa berdiri sen diri. Produ k membutuhkan perangkat yan g mendukun g
dan menjembatani agar bisa diakses oleh konsumen, yaitu rantai produksi
(supply chain) di satu sisi, serta saluran pemasaran (market channel) di sisi
lain. Dalam konteks wisata tematik berbasis budaya, perangkat pada sisi
rantai produksi sering disebut sebagai operator atau pelaku wisata. Pelaku
wisata budaya secara umum terbagi atas 2 (dua) kategori, yaitu:
PEDOMAN PENGEMBANGAN
42 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Pariwisata Indonesia memasuki babak baru di tahun 2017 dengan ditandai dengan peluncur-
an strategi “Indonesia Incorporated” untuk semakin mendorong pembangunan pariwisata
Indonesia. Kunci dari “Indonesia Incorporated” adalah collaborative governance, di mana
setiap pemangku kepentingan yang terkait akan berfokus pada tujuan tertentu, dapat saling
bertukar informasi, berbagi sumber daya, menjalankan peran masing-masing secara sinergi,
serta berbagi risiko, tanggung jawab, dan hanya dicapai jika terjadi komunikasi berke lanjutan
yang berkualitas.
Kolaborasi dan sinergi menjadi penting untuk mencapai tujuan yang diinginkan di masa men-
datang –yaitu pariwisata sebagai tulang punggung perekon omian Indonesia– karena seluruh
program pembangunan yang dijalankan masing-masing kementerian dan lembaga merupa-
kan suatu sistem yang saling terkait satu sama lain.
Untuk mendapatkan tujuan akhir berskala global, maka implementasi Indonesia Incorporated
harus menggunakan standar kinerja kelas dunia. Untuk industri pariwisata, salah satu standar
keinerja yang sering menjadi acuan adalah ”Travel and Tourism Competitiveness Index”
yang dikeluarkan oleh World Economic Forum (WEF). ”Travel and Tourism Competitiveness
Index” ini memeringkat kinerja sektor travel dan pariwisata berdasarkan 4 (empat) kriteria
umum yang meliputi: (i) enabling environment, (ii) travel and tourism policy and enabling
condit ion, (iii) infrastructure, serta (iv) natural and cultural resources. Keberhasilan Indonesia
dalam membangun pariwisata yang berkelas dunia akan sangat bergantung pada kolaborasi
dan sinergi dalam kerangka kerja ”Indonesia Incorporated” den gan mengacu pada kriteria
yang ditetapkan WEF itu.
SUSTAINABLE
1
• Melakukan perjalanan dengan
RESPONSIBLE motivasi budaya
• Berkomitmen terhadap upaya
TOURISTS pelestarian budaya setempat
4
Wisatawan yang • Berkomitmen turut menjaga
Bertanggungjawab keberlanjutan lingkungan RESPONSIBLE
• Membangun interaksi budaya
dengan komunitas setempat TOUR OPERATORS
• Mendorong perekonomian Operator Wisata yang
lokal yang berbasis komunitas
Bertanggungjawab
PEDOMAN PENGEMBANGAN
46 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Pembangunan pariwisata harus mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat. Industri
pariwisata didoron g untuk memberikan keseimbangan antara pelestarian nilai sejarah dan warisan budaya
dengan promosi bisnis pariwisata itu sendiri. Oleh sebab itu diperlukan ada-nya prinsip-prinsip dasar
yang menjadi pegangan dalam pengembangan pariwisata sejarah dan warisan budaya. Pengembangan
pariwisata tematik berbasis budaya mengacu pada prinsip-prinsip dalam “The UNWTO Global Code of
Ethics for Tourism” yang meliputi: (i) pemahaman dan perlindungan atas nilai-nilai warisan budaya dalam
konteks pariwisata; (ii) interpretasi, pengembangan, pengelolaan dan juga promosi atas produk-pr odu k
pariwisata tematik berbasis budaya; (iii) inklusi sosial ekonomi dan pemberdayaan masyarakat setempat
terutama kelompok rentan melalui pembangunan pariwisata tematik berbasis budaya.
TOURISM
2 3
SUSTAINABLE SUSTAINABLE
PRODUCTS ENVIRONMENT
Produk yang Berkelanjutan Lingkungan yang Berkelanjutan
• Mempromosikan produk wisata • Mempunyai nilai-nilai sejarah dan juga • Masyarakat setempat terlibat aktif dalam
yang berbasis pelestarian signifikansi warisan budaya pengembangan produk wisata
• Melibatkan masyarakat setempat • Mempunyai interpretasi yang terstruktur • Komunitas minat khusus ikut melestari-
dan komunitas minat khusus dalam narasi cerita kan dan mempromosikan produk wisata
dalam pengelolaan produk • Mempunyai skenario pergerakan yang • Akademisi mendukung pengembangan
wisata merunut alur cerita tertentu inovasi produk dan pemberdayaan
• Mendorong wisatawan untuk • Dikemas menjadi paket wisata yang masyarakat
peduli pada isu pelestarian disesuaikan dengan segmentasi • Pemerintah setempat menginisiasi
• Mendorong perekonomian lokal wisatawan kebijakan yang mendukung pengem-
yang berbasis komunitas bangan produk wisata dan pember-
dayaan masyarakat
PEDOMAN PENGEMBANGAN
48 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Langkah pertama adalah melakukan kajian untuk mengidentifikasi objek Langkah 1
dan potensi daya tarik warisan budaya. Objek warisan budaya tersebut di-
pastikan merupakan sesuatu yang unik, otentik dan langka pada suatu Mengidentifikasi
tempat. Daya tarik yang potensial diharapkan bisa menjelaskan atau meng-
gambarkan kekuatan warisan budaya setempat dan/atau Indonesia dalam dan Menentukan
rentang sejarah tertentu. Daya Tarik
Potensi daya tarik tersebut meliputi objek warisan budaya yang berwujud
(tangible culture heritage) dan tak berwujud (intangible culture heritage)
yang akan menjadi daya tarik utama (major attraction); sedang daya tarik
pendukun g bisa berupa warisan alam (natural heritage) atau pun lansekap
alam (natural landscape), serta beragam daya tarik wisata berbasis alam
yang ada pada destinasi tersebut. Pada tahap ini juga mengkaji dampak
dari pemanfaatan daya tarik budaya dan alam menjadi produk wisata
sejarah dan warisan budaya.
Langkah kedua adalah melakukan signifikansi terhadap daya tarik sejarah Langkah 2
dan warisan budaya yang ada pada suatu tempat). Signifikansi warisan
budaya adalah nilai-nilai estetika, sejarah, sains, sosial dan spiritual yang Melakukan
ada pada suatu tempat. Nilai-nilai tersebut nanti akan dikembangkan men-
jadi “cerita-cerita” melalui interpretasi yang menjadi inti dari produk wisata
Signifikansi
berbasis budaya.
Langkah 3 Langkah ketiga adalah menentukan wisatawan yang tepat sesuai dengan
tren global. Pada tahapan ini harus dipastikan bahwa daya tarik sejarah
Merespon dan warisan budaya nantinya bisa ditawarkan atau dijual dalam bentuk
produ k wisata ke segmen wisatawan yang tepat. Memastikan konsumen
Peluang Pasar yang tepat sangat menentukan dalam konteks bisnis pariwisata pada satu
sisi, serta sangat strategis dalam mendorong pariwisata yang berkelanjutan
dan bertanggun gjawab. Kegagalan merespon pasar pariwisata berbasis
budaya tidak hanya memberikan dampak negatif secara bisnis, tetapi juga
bisa kontraproduktif terhadap upaya pe lestarian dan juga promosi warisan
budaya Indonesia.
PEDOMAN PENGEMBANGAN
50 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Langkah keempat adalah melakukan interpretasi terkait nilai-nilai warisan Langkah 4
budaya yang ada pada suatu tempat. Interpretasi akan menghasilkan
tuturan cerita (story-tellin g) dan alur cerita (st ory-line ) agar nilai-nilai dari Membuat
warisan budaya bisa lebih dipahami wisatawan dan bahkan bisa menarik
wisatawan untuk datang berkunjung ke destinasi tersebut. Interpretasi Interpretasi
yang baik harus bisa menjelaskan atau menjabarkan keterkaitan antara
muatan (content) yang berisikan nilai-nilai warisan budaya dengan konteks
(conte xt) terutama konteks tempat. Selain harus bisa mengkaitkan dengan
konteks tempat, suatu interpretasi harus mampu membahasakan nilai-nilai
warisan budaya dalam konteks kekinian.
Langkah kelima adalah mentransformasikan alur cerita (story-line) dan juga Langkah 5
tuturan cerita (story-telling) dalam rancangan spasial dalam bentuk jalur
warisan budaya (heritage trail) yang akan dilalui oleh wisatawan. Jalur Merancang Jalur
warisan budaya (heritage trail) tak hanya merangkai beragam daya tarik
pada satu sisi, serta memberikan berbagai informasi ke wisatawan pada sisi Warisan Budaya
yang lain; tetapi juga memberikan pengalaman perjalanan bagi wisatawan
untuk berinteraksi dengan komponen kehidupan budaya kekinian.
Langkah 6 Langkah keenam adalah menyajikan semua elemen yang didapat pada
proses langkah sebelumnya menjadi produk wisata sejarah dan warisan
Merumuskan budaya yang akan ditawarkan dan bisa diakses oleh wisatawan. Produk
wisata ini harus bisa menawarkan bentuk kegiatan berbasis sejarah dan
Produk Wisata warisan budaya dalam suatu rangkaian perjalanan dengan durasi waktu
tertentu. Produk wisata dirancang untuk memenuhi permintaan dan/atau
kebutuhan wisatawan. Segmen wisatawan yang berbeda akan menjadikan
permintaan dan/atau kebutuhannya menjadi berbeda pula, sehingga
implikasinya diperlukan adanya pengemasan produk yang sesuai.
PEDOMAN PENGEMBANGAN
52 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Langkah ketujuh adalah menentukan pihak-pihak yang akan terlibat dalam Langkah 7
menyajikan produk wisata berbasis budaya ke wisatawan yang datang ber-
kunjung ke suatu destinasi. Pelaku wisata di sini secara prinsip adalah men- Menentukan
jembatani wisatawan untuk mengakses, mengenali dan mengalami produk
wisata sejarah dan warisan budaya. Di sisi lain, pelaku wisata menyampai- Pelaku Wisata
kan nilai-nilai warisan budaya yang pada suatu produ k sejarah dan warisan
budaya dan telah diinterpretasikan dalam “cerita-cerita” agar mampu di-
pahami oleh wisatawan. Selain itu juga terdapat para pelaku wisata yang
lebih ber peran untuk memberikan dukun gan agar kegiatan dan perjalanan
wisata bisa dilakukan oleh wisatawan dengan memperhatikan aspek keber-
lanjutan dan lebih bertanggungjawab terhadap lin gkun gan dan budaya
setempat.
Langkah kedelapan adalah melakukan penguatan destinasi agar bisa me- Langkah 8
nerima kedatangan wisatawan yang akan mengakses produk wisata sejarah
dan warian budaya yang ada pada destinasi tersebut. Penguatan destinasi Menguatkan
ini harus dijabarkan dalam perencanaan yang komprehensif mengurangi
dampak negatif terhadap keberadaan produk sejarah dan warisan budaya, Destinasi
serta masyarakat dan struktur sosial setempat; selain mengarahkan wisata-
wan, pelaku wisata dan pemangkukepentin gan pariwisata untuk melakukan
kegiatan wisata berbasis sejarah dan warisan budaya yang berkelanjutan
dan bertanggungjawab.
PEDOMAN PENGEMBANGAN
54 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Kunci keberhasilan dari aspek pr odu k pada pen gembangan wisata sejarah Aspek Produk
dan warisan budaya meliputi:
a. Kekuatan signifikansi atau nilai-nilai warisan budaya akan sangat me-
nentukan dalam melakukan interpretasi, pengembangan produ k
wisata, serta dalam merancang jejak warisan budaya dan penguatan
destinasi. Semakin kuat nilai sejarah dan warisan budaya, maka akan
semakin luas cakupan jejak warisan budaya (heritage trail) yang
secara potensial akan memiliki daya magnet yang kuat dalam me-
narik motivasi kunjungan.
b. Orisinalitas dan kelengkapan peninggalan atau bukti fisik terkait
dengan jalur budaya, serta akurasi atau orisinalitas sejarah yang ada
sangat menentukan keunikan dan otensitas dari produk wisata
sejarah dan warisan budaya.
c. Ketersediaan produk dalam bentuk paket wisata adalah hal yang
menentukan dalam pengembangan wisata sejarah dan warisan
budaya. Paket wisata sejarah dan warisan budaya yang ditawarkan
dapat berupa sebuah rute yang panjang dan lengkap, atau juga
rute yang pendek dalam bentuk penggalan rute utama yang jelas
narasinya.
d. Kemasan produk wisata sejarah dan warisan budaya dalam bentuk
paket wisata yang menarik menjadi sangat penting untuk membidik
pasar yang spesifik atau untuk meluaskan segmen pasar. Pengemas-
an produk wisata itu harus disesuaikan dengan motivasi dan juga
karakteristik target wisatawan.
Kunci keberhasilan dari aspek pasar pada pengembangan wisata sejarah Aspek Pasar
dan warisan budaya meliputi:
Aspek Sumber Kunci keberhasilan dari aspek sumber daya manusia pada pengembangan
wisata sejarah dan warisan budaya meliputi:
Daya Manusia
a. Pelibatan masyarakat setempat sebagai tuan rumah menjadi sangat
penting dalam membangun pengalam berinteraksi. Kehidupan
masyarakat setempat yang membuat nilai produk wisata sejarah dan
warisan budaya menjadi lebih hidup. Masyarakat setempat di sini
harus dilihat sebagai pemilik nilai produ k wisata sejarah dan warisan
budaya.
b. Penguatan kapasitasi terhadap kelompok masyarakat setempat dan
komunitas minat khusus dalam pengembangan produk wisata dan
penguatan destinasi menjadi sangat penting. Kapasitasi tersebut
terutama terkait dengan implementasi pelestarian warisan budaya,
serta pengembangan pariwisata berkelanjutan dan bertanggung-
jawab.
c. Penguatan kapasitasi terhadap kelompok masyarakat setempat dan
komunitas minat khusus menjadi pelaku wisata sejarah dan warisan
budaya menjadi krusial untuk keberkelanjutan produk sejarah dan
warisan budaya. Kapasitasi bisa berupa penguatan kelompok usaha
wisata berbasis komunitas yang berorientasi pada pen gembangan
kewirausahaan sosial (social enterpreuner).
PEDOMAN PENGEMBANGAN
56 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
d. Penguatan kapasitasi pelaku wisata berbasis industri untuk mampu
mengembangkan bisnis pariwisata yang berkelanjutan dan ber-
tanggungjawa b menjadi sangat strategis. Selain itu pelaku wisata
berbasis industri didor ong untuk bersinergi dengan pelaku wisata
berbasis komunitas.
e. Kemampuan pelaku wisata dalam memberikan interpretasi yang
kreatif akan memberikan nilai tambah. Cerita yang disampaikan
harus mampu mengungkapkan sisi lain dari suatu nilai yang sedan g
dijelaskan. Nilai yang disampaikan harus bisa merangsang dan me-
libatkan imajinasi pikiran wisatawan, serta tidak sekedar menjadi
informasi dasar semata.
Kunci keberhasilan aspek destinasi pada pengembangan wisata sejarah Aspek Destinasi
dan warisan budaya meliputi:
Aspek Kebijakan Kunci keberhasilan dari aspek kebijakan dan tata kelola pada pengem-
bangan wisata sejarah dan warisan budaya meliputi:
dan Tata Kelola
a. Dalam konteks pengembangan jejak warisan budaya (heritage trail)
yang melibatkan beberapa wilayah administrasi akan diperlukan
sinergi antar pemangkukepentin gan yang diarahkan secara efektif
oleh hirarki di atasnya.
b. Pengelolaan pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya
harus memperhatikan aturan pelestarian sesuai tata perundang-
undangan yang berlaku termasuk aturan-aturan adat setempat.
c. Konsisten dalam menyelenggarakan pengembangan kapasitas dari
sumber daya manusia, baik dalam meningkatkan kualitas inter-
pretasi maupun kapasitas masyarakat untuk dapat lebih berperan
konteks produk maupun tata kelola
d. Adanya pemantauan dan evaluasi terhadap pengembangan wisata
tematik berbasis budaya terutama yang terkait dengan produk
wisata sejarah dan warisan budaya.
PEDOMAN PENGEMBANGAN
58 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
“Semakin dilestarikan, semakin menyejahterahkan”
Arief Yahya • Menteri Pariwisata
Kemegahan situs istana air Taman Sari di Yogyakarta.
Sumber Gambar: www.wonderfuljogja.com
EPILOG:
Merespon
Tren Global
Saat ini pariwisata tidak sekedar merupakan bagian dari aktifitas Situs Masjid Sumur Gumilang yang
berda dalam kompleks Taman Sari
“istirahat dan rileks” atau rest and relax yang identik dengan ke- di Yogyakarta ini semakin sering
butuhan para pekerja di era industri. Kegiatan wisata bergeser dikunjungi wisatawan milenial
menuju ke gaya hidup yang sehat dan bermakna. Pelaku wisata karena mempunyai desain dan
suasana yang sangat unik untuk
pun bergeser ke kaum muda (youth) yang pada saat ini memuncul- berswafoto.
kan segmen wisatawan milenial atau millennial travelers. Perilaku Sumber gambar: www.picluck.net
wisatawan milenial sangat mempengaruhi produk wisata dan juga
pengembangan destinasi pariwisata global. Objek kebudayaan
setempat atau produk wisata budaya berbasis kearifan lokal men-
dadak menjadi dikenal hingga ke seluruh dunia dan menjadi daya
tarik wisata yang dicar i oleh wisatawan global. Setiap wisatawan
mendadak bisa menjadi fotografer atau videografer, serta juga
menjadi model dan bahkan tokoh utama. Wisatawan global men-
cari “sesuatu yang berbeda” dan menjadi cerita baru dalam media
digital yang menjadi bagian penting dalam kehidupan saat ini.
Sedang dari sisi penawaran saat ini ber-kembang wisata ziarah Santiago de
Compostela di Eropa den gan inter-pretasi dan kemasan yang baru. Dari
sektor lain berkembang pariwisata kesehatan atau wellness tourism; atau
dari peristiwa alam yang luar biasa berkembang “Wisata Tsunami” seperti
yang ada di Aceh atau di Thailand. Produk- produk wisata berbasis budaya
yang dikembangkan tersebut merespon tren pasar (market-based) mau-
pun penggalian nilai-nilai yang dimiliki sumberdaya (resource-based).
Produk wisata alam, budaya, dan buatan perlu dikembangkan dan dikemas
dalam bingkai tema tertentu yang mampu mendorong timbulnya motivasi
kunjungan baru yang kuat. Nilai-nilai baru harus dibangun untuk dapat
memberikan warna baru terhadap produk wisata dan muncul keluar di
antara banyaknya produk wisata arus utama (mainstream tourism product )
yang saat ini telah ditawarkan.
Keragaman budaya Indonesia –baik dari sisi warisan budaya, kekinian, atau
pun suatu yang unik dan otentik– merupakan modal besar bagi nilai-nilai
baru dari produk wisata Indonesia. Modal ini harus dapat dimanfaatkan
dengan baik. Pemanfaatan budaya sebagai nilai produk akan memberikan
“pengalaman baru” dengan identitas ke-Indonesia-an yang kuat. Hal ter-
sebut tidak serta merta muncul begitu saja; akan tetapi perlu digali dan
dikemas secara kreatif.
PEDOMAN PENGEMBANGAN
62 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Para pelaku pariwisata perlu terus membekali diri dengan pengetahuan
baru, visi baru, untuk terus dapat berkreasi mengemas dan menjual produk
wisata yang memiliki tema spesifik. Pelaku pariwisata perlu mendalami apa
arti wisata tematik dan bagaimana langkah-langkah untuk mewujudkannya.
Produk wisata Indonesia yang memiliki sumber daya budaya yang sangat
besar harus dioptimalkan pemanfaatannya.
Dalam konteks inilah, panduan praktis ini disusun. Buku ini menekankan
pada apa dan bagaimana merespon perkembangan pariwisata global me-
lalui pengembangan produk wisata sejarah dan warisan budaya. Dengan
cara yang tepat, pemanfaatan jalur budaya sebagai wisata sejarah dan
warisan budaya akan memberikan faktor pembeda yang tinggi. Suatu
destinasi pariwisata berbasis budaya perlu mengembangkan beberapa
produ k wisata yang memiliki kesamaan tema untuk memberikan efek yang
tinggi terhadap motif kunjungan.
Secara teknis, buku panduan ini disusun dalam suatu format yang praktis
agar memudahkan dalam memahami wisata sejarah dan warisan budaya
dengan benar dan memandu langkah-langkah mempercepat pengem-
bangan wisata sejarah dan warisan budaya di Indonesia. Konsep, serta
komponen, prinsip, dan tahapan pengembangan perlu dipahami dan di-
terapkan. Langkah penting berikutnya adalah menindaklanjuti faktor-faktor
yang memiliki pengaruh besar kepada tingkat keberhasilan pengembang-
an yang dilakukan. Melihat pada butir-butir faktor kunci keberhasilan yang
ada di panduan praktis ini, maka diperlu kan kerja bersama dari pemangku
kepentin gan atau penta-helix kepariwisatan dalam mengembangkan
wisata sejarah dan warisan budaya di Indonesia.