Anda di halaman 1dari 76

PEDOMAN PENGEMBANGAN

WISATA SEJARAH
DAN WARISAN BUDAYA
Asisten Deputi Pengembangan Wisata Budaya
Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan
Kementerian Pariwisata
PEDOMAN PENGEMBANGAN
WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA

Asisten Deputi Pengembangan Wisata Budaya


Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan
Kementerian Pariwisata
PEDOMAN PENGEMBANGAN
WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Kementerian Pariwisata
Tahun Anggaran 2019

Pengarah
NI Wayan Giri Adnyani
Penanggung Jawab
Oneng Setyaharini
Koordinator Pelaksana
Anna Sunarti

Tim Penyusun
Agus Hartono Ÿ Punto Wijayanto

Foto Sampul
“The Three Ancestors” • Agus Hartono

Asisten Deputi Pengembangan Wisata Budaya


Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan
Kementerian Pariwisata

Gedung Film Pesona Indonesia


Jl. Letjen. MT. Haryono Kav. 47-48 Jakarta Selatan 12770
Telp. (021) 7491364
Faks. (021) 7491364
Laman: www.kemenpar.go.id dan www.indonesia.travel.com
SAMBUTAN
Ni Wayan Giri Adnyani
Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan

Salam Pesona Indonesia.

Ditetapkannya kota Sawahlunto di Sumatera Barat sebagai Warisan Dunia


UNESCO pada 6 Juli 2019 menjadikan pelajaran penting bahwa kawasan
Indonesia mempunyai kota yang hampir dilupakan pun ternyata bisa diangkat menjadi bagian
nilai-nilai sejarah dan dari warisan budaya dunia. Kunci dari keberhasilan Sawahlunto adalah
warisan budaya yang komitmen untuk melestarikan nilai-nilai sejarah dan warisan budaya yang
bertemakan pertambangan menjadi bagian dari kehidupan kota dalam
masih eksis hingga saat
konteks kekinian. Pengakuan dunia tak pelak membuat kota Sawahlunto
ini di berbagai tempat.
menjadi lebih dikenal luas. Cepat atau lambat, warga dunia yang mem-
Hal tersebut memerlukan punyai kepe dulian atas pelestarian nilai-nilai sejarah dan warisan budaya
panduan pengembangan akan tertarik untuk berkunjung ke kota Sawahlunto.
wisata sejarah dan waris-
Potensi wisata sejarah dan warisan budaya Indonesia tak hanya Sawahlunto
an budaya yang bertitik
saja. Banyak tempat di Indonesia yang tercatat di berbagai literatur sejarah
tolak dan sinergis dengan dunia dan mempunyai warisan budaya yang masih eksis hingga saat ini.
kerja-kerja pelestarian Barus yang berada di pesisir barat Sumatera sudah dikenal dunia pada
awal abad Masehi sebagai tempat penghasil kamper yang merupakan
komoditas berharga pada masa itu. Saat ini jejak sejarah Barus hanya bisa
ditemui pada ratusan epitaf yang tersebar pada berbagai lokasi di kota
tersebut. Sedang di pantai timur Sumatera terdapat “megapolitan” yang
merupakan persinggahan penting pada awal sejarah maritim Jalur Sutera,
yaitu Muarojambi. Kota ini dikenal sebagai “Pulau Emas” atau Svarnadvipa
yang merupakan kota internasional bagi berbagai etnis dunia. Literatur
sejarah menyebutkan di Svarnadvipa ini juga menjadi tempat pengajaran
pengetahuan terbesar selain Nalanda di India. Bahkan ajaran pencerahan
dari Mahaguru Dharmakirti dari Svarnadvipa hingga saat ini masih menjadi
referensi ilmu pengetahuan dunia. Barus dan Muarojambi hanya sebagian
kecil dari potensi yang dimiliki In donesia danperlu digarap menjadi produ k
wisata sejarah dan warisan budaya yang menarik.
Pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya tak pelak harus men- Pedoman ini menjadi
jadikan pelestarian sebagai titik tolak. Relasi antara pelestarian nilai-nilai implementasi customer-
sejarah dan warisan budaya dengan pemanfaatan pariwisata harus diatur centric strategy yang
secara terstruktur dan sistematis dalam bentuk pedoman. Pedoman ini
mendorong adanya
juga menjadi implementasi dari customer-centric strategy yang dicanang-
produk-produk wisata
kan Kementerian Pariwisata pada tahun 2018 yang lalu. Pendekatan ini
akan mendorong produk- produk wisata yang dirancang secara khusus yang berbasis pada
bagi wisatawan dengan segmentasi yang jelas. Melalui produk-pr odu k perjalanan terencana
wisata yang spesifik tersebut, diharapkan wisatawan akan melakukan per- dengan merunut narasi
jalanan yang terencana dengan merunut narasi cerita yang terstruktur yang cerita yang terstruktur
akan memberikan pengalaman budaya yang luar biasa. yang akan memberikan
Pedoman ini merupakan referensi yang strategis bagi pentaheliks pelaku pengalaman budaya
pariwisata di Indonesia dalam merespon tren pariwisata global. Saat ini yang luar biasa bagi
wisatawan global tidak sekedar ingin bersenang-senang atau rest and relax wisatawan.
semata, tetapi mereka menginginkan sesuatu yang baru yang memberikan
Ni Wayan Giri Adnyani
pengalaman sebagai warga dunia. Produk-produk wisata berbasis nilai-
nilai sejarah dan warisan budaya akan menjadi senjata utama bagi pari-
wisata Indonesia untuk bisa berdaya saing dalam percaturan pariwisata
dunia. Pedoman Pengembangan Wisata Sejarah dan Warisan Budaya ini
diharapkan mampu mejelaskan “benang merah” antara pelestarian dan
pemanfaatan pariwisata di satu sisi, serta keterkaitan antara produk dan
narasi budaya dengan produk wisata dan destinasi budaya pada sisi yang
lain.

Semoga dengan adanya Pedoman Pengembangan Wisata Sejarah dan


Warisan Budaya ini mampu memberikan inspirasi dan arahan yang jelas
untuk mendorong Indonesia menjadi destinasi wisata sejarah dan warisan
budaya yang berskala dunia.
Jayalah Pariwisata Indonesia.
PENGANTAR
Oneng Setyaharini
Asisten Deputi Pengembangan Wisata Budaya

Salam Pesona Indonesia.

Budaya merupakan kekayaan yang sangat penting bagi bangsa Indonesia.


Budaya tidak hanya sebagai sumber identitas tetapi juga menjadi inspirasi
bagi pembangunan pere konomian. Pembangunan kepariwisatawan harus
Perkembangan pariwisata dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, dan juga
yang berbasis sejarah dan bertanggun g jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap
warisan budaya didasar- nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestarian dan
kan pada keinginan untuk mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional. Undang-undang
mempelajari budaya yang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan mengatur salah satu dari
berbeda dan berdampak tujuan kepariwisataan yaitu: memajukan kebudayaan. 

mendorong perjalanan ke Salah satu pendekatan dalam pengembangan wisata budaya adalah ber-
suatu destinasi budaya. basis sejarah dan warisan budaya, yang belakangan berkembang sebagai
wisata dengan minat khusus. Perkembangan wisata sejarah dan warisan
budaya didasarkan pada keinginan untuk mempelajari budaya yang ber-
beda. Kecenderungan ini berlaku global dan telah mendorong peningkat-
an perjalanan ke Indonesia.

Pembangunan wisata sejarah dan warisan budaya juga akan memberi ke-
sempatan pada para pihak untuk melanjutkan komitmen dalam mengem-
bangkan wisata budaya dan sejarah, terutama di kawasan ASEAN, yang
dikemas dalam produk- produk unggulan yang akan melibatkan beberapa
negara. Dengan begitu, pariwisata dapat memberikan keuntungan dan
pada saat bersamaan berperan dalam melestarikan potensi sejarah dan
warisan budaya yang kita miliki bersama. Kementerian Pariwisata sebagai
pembina kepariwisataan nasional memiliki tugas dan fungsi pembangunan
dan perintisan daya tarik wisata nasional dan daerah, termasuk juga
melalui penyusunan norma, standar, prosedur dan kritera di bidang
pengembangan wisata budaya.
Wisata sejarah dan warisan budaya merupakan program prioritas pada Pedoman ini menjadi
Kementerian Pariwisata di bawah Asisten Deputi Pengembangan Wisata acuan pelaku pariwisata
Budaya yang merupakan bagian Deputi Bidang Pengembangan Industri agar secara sinergis
dan Kelembagaan. Walau bukan isu baru, namun pengembangan wisata
mampu merespon per-
sejarah dan warisan budaya memerlukan pedoman dalam bentuk panduan
mintaan dan kebutuhan
yang praktis agar mampu merespon permintaan dan kebutuhan wisatawan
dengan motivasi khusus. wisatawan dalam bentuk
produk wisata sejarah
Pedoman Pengembangan Wisata Sejarah dan Warisan Budaya yang di- dan warisan budaya.
susun oleh Kementerian Pariwisata bertujuan untuk dapat menjadi acuan
bagi para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah pusat dan daerah, Oneng Setyaharini
masyarakat atau komunitas, akademisi, dunia usaha dan juga media dalam
menjalankan tugas dan fungsi masing-masing secara sinergis. Pedoman ini
untuk menjadi pegangan dalam membangun maupun merintis pengem-
bangan produk-produk wisata sejarah dan warisan budaya.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada para pihak yang memberi
bantuan serta dukungan dalam proses penyusunan Pedoman Pengem-
bangan Wisata Sejarah dan Warisan Budaya ini. Kami berharap pedoman
ini dapat digunakan oleh semua pihak demi terwujudnya wisata budaya
yang unggul.
Jayalah Wisata Budaya Indonesia!
Sambutan dan Pengantar
DAFTAR ISI Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan • i
Asisten Deputi Pengembangan Wisata Budaya • iii

PROLOG:
“Merunut Jejak Warisan Budaya Nusantara”
Latar Belakang • 2
Maksud dan Tujuan • 6
Sasaran • 6
Penerima Manfaat • 7
Pengertian Umum • 8

MEMAHAMI WISATA SEJARAH


DAN WARISAN BUDAYA
Norma dan Kebijakan • 12
Batasan dan Pengertian • 16
Komponen Dasar • 19

MEMAHAMI WISATAWAN SEJARAH


DAN WARISAN BUDAYA
Pengertian Umum Wisatawan • 22
Segmentasi Wisatawan • 24
Wisatawan Dengan Motivasi Budaya • 26

MENGENALI PRODUK WISATA SEJARAH


DAN WARISAN BUDAYA
Batasan Produk • 30
Arsitektur Produk Pariwisata Budaya • 31
Produk Budaya • 34
Produk Naratif • 36
Produk Wisata • 38
Pengelolaan Produk Wisata Budaya • 42

MENGEMBANGKAN WISATA SEJARAH


DAN WARISAN BUDAYA
Prinsip-prinsip Pengembangan • 46
Tahapan Pengembangan • 48
Faktor Kunci Keberhasilan • 54

EPILOG:
“Merespon Perkembangan Global”
Indonesia mempunyai beragam keunikan budaya yang
masih dilestarikan masayarakat, salah satunya adalah
tradisi metatah gigi di Bali.
Sumber Gambar: www.kintamani.id
PROLOG:
Merunut Jejak Warisan
Budaya Nusantara

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mem- Interpretasi atas jejak sejarah dan
warisan budaya menjadi daya tarik
punyai perjalanan sejarah yang cukup panjang. Posisi Indonesia di bagi wisatawan global yang mem-
persilangan jalur perdagangan maritim dunia sejak awal Masehi punyai motivasi budaya untuk me-
membuat Indonesia menjadi titik persinggahan yang penting bagi lakukan perjalanan yang penuh
dengan pengalaman budaya.
pedagang dari segala penjuru dunia. Para pendatang tersebut tak
Sumber Gambar: www.taksuphoto-
hanya sekedar singgah semata, tetapi bermukim dan juga menjadi gallery.com
bagian dari kehidupan sosial budaya setempat. Persilangan etnis
dan budaya kelak akan membentuk Indonesia sebagai negara
dengan keberagaman budaya yang jejaknya masih bisa ditemui
hingga saat ini. Hal tersebut yang secara tidak langsung menarik
wisatawan dunia untuk datang berkunjung ke Indonesia untuk
mengenali warisan budaya. Wisatawan dengan motivasi budaya
menginginkan produk wisata yang mampu menarasikan jejak
warisan budaya Indoensia

Panduan Langkah Demi Langkah 1


LATAR BELAKANG
Badan Pariwisata Dunia atau United Nations–World Tourism Organization
atau (UNWTO) memperkirakan sekitar 40% dari wisatawan global melaku-
kan perjalanan wisata dengan maksud untuk lebih mengenal keberagaman
budaya. Pariwisata berbasis budaya lebih memfokuskan pada pen galaman
Pariwisata global mengalami per-
geseran tren signifikan, di mana baru dari tempat dan kegiatan yang mereprentasikan cerita-cerita masa
saat ini wisata sejarah dan waris- lalu dan kekinian. Berbagai festival, ritual, museum, teater dan fasilitas
an budaya sudah menjadi daya budaya, serta situs-situs bersejarah merupakan elemen wisata warisan
tarik baru bagi wisatawan dunia.
budaya (cultural heritage tourism) yang menjadi tujuan yang dicari oleh
Sumber Gambar: www.busbali.com wisatawan global saat ini.

PEDOMAN PENGEMBANGAN
2 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Untuk merespon per kembangan tren global, maka Kementerian Pariwisata
di tahun 2018 melakukan restrukturisasi organisasi. Kementerian Pariwisata
melihat bahwa pengem-bangan pariwisata seharusnya lebih terfokus pada
costumer-centric strategy atau strategi pengembangan kepariwisataan
yang berpusat pada wisatawan. Dengan adanya restrukturisasi organisasi
ini diharapkan kepariwisataan Indonesia menjadi lebih sensitif dalam me-
mahami kebutuhan wisatawan, serta lebih adaptif dalam menciptakan
produ k-pr odu k wisata. Dengan pendekatan costumer-centric strategy ini
maka pariwisata Indonesia akan menjadi lebih menawarkan extra-ordinary
experience ke wisatawan global yang datang ber kunjung. Kepuasan atas
pengalaman berwisata tersebut diharapkan bisa memberikan dampak
positif yang menjadikan Indonesia sebagai destinasi pariwisata tingkat
global.

Wisata sejarah dan warisan budaya di Indonesia mengandung unsur pari-


wisata dan sekaligus pelestarian budaya. Dalam Undang-Undang Nomor
10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan disebutkan bahwa budaya yang
dimiliki bangsa In donesia merupakan salah satu sumber daya dan modal
pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan ke-
sejahteraan rakyat. Pembangunan kepariwisatawan harus dilakukan secara
sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, dan bertanggung jawab
dengan tetap memberikan perlindungan pada nilai-nilai agama, budaya
yang hidup dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup,
serta kepentingan nasional. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan mengatur salah satu tujuan kepariwisataan yaitu:
memajukan kebudayaan. 


Panduan Langkah Demi Langkah 3


Pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya sejalan pula dengan
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Undang-
undang ini menguraikan bahwa cagar budaya yang berkembang mere-
presentasikan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan
perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi pemahaman dan
pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam ke-
hidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu di-
lestarikan.

Dengan demikian, wisata sejarah dan warisan budaya bukanlah ekspresi


romantisme masa lalu, namun lebih kepada upaya menyajikan nilai penting
Menjadi bagian dari kehidupan atau “signifikansi budaya” kepada masyarakat setempat dan wisatawan
di mana objek-objek sejarah dan yang data berkunjung secara terencana. Tujuan wisata sejarah dan warisan
warisan budaya berada adalah
pengalaman budaya yang dicari budaya adalah memanfaatkan aset-aset sejarah dan warisan budaya untuk
oleh wisatawan global saat ini. kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan tanpa meninggalkan fakta-
Sumber Gambar:
fakta sejarah yang dimiliki. Kegiatan ini menyinambungkan berbagai pe-
www.jogjacompasstour.com ninggalan yang bernilai dengan dinamika jaman.

PEDOMAN PENGEMBANGAN
4 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Wisata sejarah dan warisan budaya bukanlah isu baru namun sudah
menjadi program prioritas Kementerian Pariwisata yang ada di bawah
Asisten Deputi Pengembangan Wisata Budaya yang merupakan bagian
Deputi Bidang Pengembangan In dustri dan Kelembagaan. Walaupun
bukan merupakan isu baru, namun pengembangan wisata sejarah dan
warisan budaya memerlukan pedoman dalam bentuk panduan yang
praktis agar mampu merespon permintaan dan kebutuhan wisatawan
dengan motivasi khusus. Pada sisi lain, dengan keberadaan Pedoman
Pengembangan Wisata Sejarah dan Warisan Budaya diharapkan pelaku
wisata mampu mengembangkan produ k wisata sejarah dan warisan
budaya dengan mempertahankan nilai-nilai warisan budaya. Pedoman
Pengembangan Wisata Sejarah dan Warisan Budaya ini mempunyai Pengembangan wisata sejarah
dan warisan budaya harus selalu
peran strategis untuk memberikan arahan bagi pemangku kepentingan selaras dengan pelestarian waris-
kepariwisataan dalam pengembangan wisata sejarah dan warisan an budaya yang akan melibatkan
budaya melalui pengembangan jejak warisan budaya (heritage trail) partisipasi masyarakat setempat.
secara berkelanjutan dan bertanggungjawab. Sumber: www.indonesiatravel.news

Panduan Langkah Demi Langkah 5


MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud. Maksud dari penyusunan Pedoman Pengembangan Wisata
Sejarah dan Warisan Budaya adalah menjadi acuan dan arahan bagi
aparat Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan kepariwisata-
an untuk melakukan pengembangan wisata sejarah dan warisan
budaya di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dengan memperhati-
kan aspek kelestarian warisan budaya dan melibatkan masyarakat
setempat.

Tujuan. Penyusunan Pedoman Pengembangan Wisata Sejarah dan


Warisan Budaya ini mempunyai tujuan untuk mendorong pemanfaat-
an nilai-nilai sejarah dan artefak warisan budaya yang ada menjadi
produ k-pr odu k wisata sejarah dan warisan budaya yang memberikan
pengalaman budaya unik dan otentik bagi wisatawan serta juga ber-
kontribusi pada keberlanjutan masyarakat dan lingkungan setempat
secara lebih bertanggungjawab.

sasaran
Sasaran dari Pedoman Pengembangan Wisata Sejarah dan Warisan
Budaya ini adalah:
a. norma, pengertian dan konsep, serta mempelajari dari
pengalaman global dalam pengembangan wisata sejarah dan
warisan budaya;

b. komponen utama dan faktor pendukung dalam membentuk


produk wisata sejarah dan warisan budaya;

c. prinsip-prinsip pengembangan wisata sejarah dan warisan


budaya yang berkelanjutan dan bertanggungjawab;

d. tahapan penerapan pengembangan sejarah dan warisan


budaya.

PEDOMAN PENGEMBANGAN
6 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
PENERIMA MANFAAT
Pedoman Pengembangan Wisata Sejarah dan Warisan Budaya ini di-
harapkan mampu memberikan manfaat yang signifikan bagi para pe-
mangkukepentin gan kepariwisataan. Penerima manfaat –yang sering
dikenal sebagai “pentahelix pariwisata”– tersebut meliputi:

a. Pemerintah. Pemerintah di sini meliputi pemerintah pusat, dan


juga pemerintah provinsi, serta kabupaten/kota yang berperan
sebagai penyelenggara pengembangan atas wisata sejarah dan
warisan budaya sesuai dengan tata perundang-undangan yang
berlaku.

b. Komunitas. Komunitas di sini dipahami adalah masyarakat se-


tempat baik yang berbasis administrasi, geografi atau ikatan
adat setempat sebagai komponen yang utama. Selain itu juga
komunitas dipahami sebagai kelompok yang mempunyai minat
atas isu-isu tertentu ter-hadap tema-tema sejarah dan warisan
budaya.

c. Industri/Bisnis. Industri/bisnis di sini dipahami sebagai pelaku


usaha kepariwisataan yang mendukung pengembangan pari-
wisata berbasis sejarah dan warisan budaya secara berkelanjut-
an dan bertanggungjawab.
d. Akademisi. Akademisi dipahami sebagai sivitas akademika
atau “masyarakat pendidikan” yang turut ber peran aktif pada
pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya, serta juga
industri pen dukung wisata berbasis budaya melalui penelitian
dan pengabdian.

e. Media. Media di sini dipahami sebagai media informasi yang


mempunyai fokus pada tema-tema wisata berbasis budaya baik
berupa industri atau media arus utama (mainstream media) dan
juga media alternatif (alternative media) berbasis komunitas
atau jejaring sosial.

Panduan Langkah Demi Langkah 7


PENGERTIAN UMUM
Pengertian umum dalam Pedoman Pengembangan Wisata Sejarah dan
Waisan Budaya sesuai dengan tata perundang-undangan yang terkait
dengan kepariwisataan adalah:

a. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan


pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul
sebagai wujud ke butuhan setiap orang dan negara serta interaksi
antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan,
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.

b. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung


berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
c. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang untuk mengunjungi destinasi pariwisata dalam
jangka waktu sementara.

d. Wisata Sejarah dan Warisan Budaya adalah kegiatan perjalanan


yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk
mengunjungi destinasi wisata sejarah dan warisan budaya tertentu
dengan tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari
keunikan daya tarik wisata sejarah dan warisan budaya yang di-
kunjungi dalam jangka waktu sementara

e. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

f. Destinasi Wisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu


atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik
wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta juga
masyarakat yang saling terkait dan melengkapi hingga terwuju dnya
kepariwisataan.

g. Daya Tarik Wisata adalah keunikan, keindahan, dan nilai keaneka-


ragaman yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

PEDOMAN PENGEMBANGAN
8 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
i. Aksesibilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana dan prasarana
transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah
asal wisatawan ke destinasi pariwisata maupun pergerakan di dalam
wilayah destinasi pariwisata dalam kaitan dengan motivasi
kunjungan wisata.

j. Fasilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana yang secara khusus


ditujukan untuk mendukung penciptaan kemudahan, kenyamanan,
keselamatan wisatawan dalam melakukan kunjungan ke destinasi
pariwisata.

k. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan


kesadaran, kapasitas, akses, dan peran masyarakat, baik secara
individu maupun kelompok, dalam memajukan kualitas hidup, ke-
mandirian, dan kesejahteraan melalui kegiatan kepariwisataan.

l. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau


jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan
pariwisata.

m. Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling


terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pe-
menuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.
n. Kelembagaan Kepariwisataan adalah kesatuan unsur beserta
jaringannya yang dikembangkan secara terorganisasi, meliputi:
Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, sumber
daya manusia, regulasi dan mekanisme operasional, yang secara
berkesinambungan guna menghasilkan perubahan ke arah pen-
capaian tujuan di bidang kepariwisataan.

o. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden


Republik In donesia yang memegang kekuasaan pemerintahan
negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

p. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan


perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.

Panduan Langkah Demi Langkah 9


Koleksi sejata pusaka yang tersimpan di Museum Keraton
Kasepuhan Cirebon.
Sumber Gambar: www.toptwitter.com
MEMAHAMI WISATA
SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
UNWTO menengarai bahwa wisata budaya menjadi salah satu Gamelan yang bernama Kyai Naga
Wilaga sedang dimainkan para
pasar pariwisata global terbesar dan paling cepat berkembang. abdi dalem dari Keraton Yogya-
Diperkirakan bahwa empat dari sepuluh wisatawan global memilih karta Hadiningrat sebagai bagian
tujuan perjalanan berdasar pada tawaran budaya. Wisatawan dari kegiatan tradisi Sekaten.
global semakin tertarik oleh motivasi khusus (special motivation) Sumber Gambar: www.flickriver.com

seperti suasana tempat, keterkaitan dengan orang-orang terkenal,


serta tempat-tempat budaya, tradisi dan sejarah. Perjalanan
wisata tak lagi semata merupakan bagian dari kegiatan “melepas
kepenatan” atau rest and relax, tetapi juga telah berkembang
menjadi petualangan baru untuk mengenali dan menghormati
jejak peradaban dunia. Fenomena ini yang kemudian memuncul-
kan turunan dari wisata budaya, yaitu: wisata sejarah dan warisan
budaya.

Panduan Langkah Demi Langkah 11


NORMA DAN KEBIJAKAN
Norma Umum. Pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya harus
mengacu pada norma-norma yang termaktub dalam Undang-undang
Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisatan, yaitu:

a. menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengeja-


wantahan dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara
manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dan
sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan lingkungan;

b. menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan ke-


arifan lokal;

c. memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan,


dan proporsionalitas;
d. memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup;

e. memberdayakan masyarakat setempat;

f. menjamin keterpaduan antarsektor, antardaerah, antara pusat dan


Melestarikan warisan budaya yang daerah yang merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka
menjadi bagian dari keragaman
budaya dan kearifan lokal merupa-
otonomi daerah, serta keterpaduan antarpemangku kepentingan;
kan salah satu norma umum dari g. mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan juga kesepakatan inter-
pengembangan wisata sejarah dan
warisan budaya. nasional dalam bidang pariwisata; serta

Sumber Gambar: www.indonesiakaya.com h. memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

PEDOMAN PENGEMBANGAN
12 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Kebijakan Internasional. Kebijakan internasional di sini dipahami sebagai norma atau nilai-nilai universal yang
disepakati bersama sebagai pegangan dunia internasional dalam mengembangkan sektor pariwisata berbasis
budaya secara berkelanjutan dan bertanggungjawab. Secara umum kebijakan internasional yang mendukung
pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya adalah kebijakan yang terkait dengan isu-isu pelestarian
warisan budaya, pariwisata budaya, serta pariwisata keberlanjutan dan bertanggun gjawab. Kebijakan inter-
nasional yang teridentifikasi terkait dengan wisata sejarah dan warisan budaya adalah:

a. Kode Etik Global Pariwisata (Global Code of Ethics for Tourism) yang disampaikan oleh Organisasi Pari-
wsata Dunia di bawah Perserikatan Bangsa-bangsa atau United Nations – World Tourism Organization
(UNWTO). Kode Etik Global Pariwisata yang disahkan tahun 1999 berisikan 10 (sepuluh) prinsip pen gem-
bangan pariwisata dunia.

b. Instrumen legal yang dirilis oleh Organisasi Pendidikan, Kelimuan dan Kebudayaan di bawah Perserikat-
an Bangsa-bangsa atau United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) yang
terkait dengan pariwisata khususnya pariwisata budaya, yaitu:

1) Konvensi untuk Perlin dungan Warisan Budaya dan Alam Dunia (Convention concernin g the
Protection of the World Cultural and Natural Heritage) yang disahkan pada tahun 1972.

2) Konvensi untuk Perlindungan Warisan Budaya Bawah Air (Convention on the Protection of the
Underwater Cultural Heritage) yang disahkan pada tahun 2001.

3) Konvensi untuk Perlindun gan Warisan Budaya Takbenda (Convention for the Safeguardin g on
the Intangible Cultural Heritage) yang disahkan pada tahun 2003.
4) Konvensi untuk Perlindungan dan Promosi Keberagaman Ekspresi Kultural (Covention on the
Protection and Promotion of the Diversity of Cultural Expressions) yang disahkan di tahun 2005.

c. Piagam Pariwisata Budaya Internasional atau International Cultural Tourism Charter (ICTC) yang disahkan
pada tahun 1999 oleh Badan Internasional untuk Monumen dan Situs atau International Council on
Monument and Sites (ICOMOS) .

Panduan Langkah Demi Langkah 13


Selain itu juga teridentifikasi beberapa dokumen yang bisa menjadi acuan
dalam pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya. Dokumen ter-
sebut tidak secara langsung berpen garuh secara legal, tetapi bisa mem-
berikan inspirasi dan acuan konseptual dan aplikasi dalam pengembangan
wisata sejarah dan warisan budaya. Dokumen-dokumen tersebut antara
lain adalah:

a. Kriteria Pariwisata Berkelanjutan yang dikeluarkan Badan Pariwisata


Berkelanjutan Global atau Global Sustainable Tourism Council’s
Criteria (GSTC). Kriteria yang sudah dikeluarkan Global Sustainable
Tourism Council (GSTC) adalah:

1) Kriteria yang diperuntukkan bagi pembuat ke bijakan publik


dan pengelola destinasi dalam dokumen Global Sustainable
Tourism Council’s Criteria for Destination.

2) Kriteria yang diperuntukkan bagi penge lola akomodasi dan


operator wisata dalam dokumen Global Sustainable Tourism
Council’s Criteria for Industry.

b. Deklarasi Santiago de Compostela untuk Pariwisata dan Peziarahan


(Santiago de Compostela Declaration on Tourism and Pilgrimages)
yang merupakan rumusan kesepakatan pada First UNWTO Inter-
national Congress on Tourism and Pilgrimages di tahun 2014.

c. Deklarasi Ninh Binh untuk Pariwisata Spiritual (Ninh Binh Declaration


on Spiritual Tourism) yang merupakan rumusan kesepakatan pada
First UNWTO International Congress on Spiritual Tourism di tahun
2013.

d. Piagam Burra untuk Tempat-tempat yang Bersignifikansi Budaya


(Burra Charter – The ICOMOS Australia for Places of Cultural Signi-
ficance) yang disahkan oleh ICOMOS Australia pada tahun 1999.

Kota kuno Bukhara di Uzbekistan merupakan salah satu destinasi


wisata global yang direkomendasikan oleh UNESCO dan UNWTO
sebagai model pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya.
Sumber Gambar: www.soiwander.blogspot.com

PEDOMAN PENGEMBANGAN
14 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Kebijakan Nasional. Kebijakan nasional di sini dipahami sebagai aturan atau
kebijakan yang menjadi pegangan dalam mengembangkan sektor atau isu ter-
tentu yang terkait dengan pengembangan pariwisata berbasis budaya. Kebijak-
an nasional ini yang menjadi acuan legal bagi pemangku kepentingan khusus-
nya pemerintah dalam penyelenggaraan pariwisata dan khususnya pawisata
budaya sesuai dengan tata perundangan yang berlaku. Kebijakan nasional
yang teridentifikasi terkait dengan pengembangan wisata sejarah dan warisan
budaya adalah:

a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

b. Kebijakan kepariwisataan yang terkait dengan wisata sejarah dan warisan


budaya adalah:
1) Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

2) Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk


Pembangunan Pariwisata Nasional Tahun 2010-2025

3) Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pedom-


an Destinasi Pariwisata Berkelanjutan

4) Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 11 Tahun 2017 tentang Organi-


sasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata

c. Kebijakan tata ruang yang terkait dengan pengembangan wisata berbasis


budaya adalah:

1) Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

2) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata


Ruang Wilayah Nasional

d. Kebijakan kebudayaan dan pelestarian yang terkait dengan pengembang-


an wisata berbasis budaya adalah:
Borobudur adalah objek
1) Undang-undang N omor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudaya- sejarah dan warisan budaya
an Indonesia yang telah diakui
oleh UNESCO ini menjadi
2) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya salah satu destinasi wisata
prioritas.
3) Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2007 tentang Pengesahan Con-
Sumber Gambar:
vention For The Safeguarding Of The Intangible Cultural Heritage www.wandernesia.com
(Konvensi untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda)

Panduan Langkah Demi Langkah 15


Batasan dan pengertian
Batasan. Batasan yang harus dipahami dalam pedoman ini adalah perbedaan mendasar
antara istilah “sejarah dan warisan budaya” sebagai bagian dari objek pelestarian budaya
sesuai tata perundangan yang ada dengan “wisata sejarah dan warisan budaya” sebagai
imple-mentasi pemanfaatan pariwisata yang berbasis pada regulasi pemajuan kebudayaan
dan pelestarian cagar budaya.

Batasan #1: Objek Pelestarian. Istilah “sejarah dan warisan budaya” akan mengacu pada
terminologi “cultural heritage” dengan batasan yang dikeluarkan UNESCO, yaitu: “warisan
artefak fisik dan atribut takbenda dari kelompok komunitas atau masyarakat yang diwaris-
kan dari gene-rasi masa lalu dan dilestarikan pada saat ini, selanjutnya dianugerahkan bagi
kepentin gan generasi masa depan”. Dalam pelaksanaannya, pemahaman “sejarah dan
warisan budaya” akan terkait dengan objek pemajuan kebudayaan dan pelestarian cagar
budaya sesuai per-undang-undangan yang berlaku.

Pemanfaatan
OBJEK-OBJEK
SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA

KOMUNITAS
Peduli Pelestarian Budaya 1

TANGIBLE • BENDA INTANGIBLE • TAKBENDA

• Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan


• Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya

PEDOMAN PENGEMBANGAN
16 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Batasan #2: Pemanfaatan Pariwisata. Dalam kebijakan yang termaktub
pada Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudaya-
an dan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya di-
sebutkan bahwa objek pemajuan kebudayaan dan cagar budaya bisa di-
manfaatkan untuk kepentingan pariwisata. Pengembangan wisata sejarah
dan warisan budaya sebagai pemanfaatan pariwisata harus memperhati-
kan kepentingan pemajuan dan pelestarian kebudayaan. Pemanfaatan
pariwisata di sini juga bisa dipahami sebagai pengembangan objek pe-
majuan kebudayaan dan pelestarian cagar budaya menjadi produk wisata
yang dituju-kan bagi wisatawan dengan motivasi budaya yang memberi-
kan dampak positif terutama bagi objek pemajuan kebudayaan dan pe-
lestarian cagar budaya itu sendiri, serta juga bagi kelompok komunitas
dan masyarakat yang berada dan hidup di sekitarnya.

untuk Pariwisata
PRODUK WISATA
SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA

MUARO JAMBI
PILGRIMAGE TOUR
WISATAWAN
2 Dengan Motivasi Budaya “Exploring Historic Sites
of The Golden Island”

3D/2N
Minimal 10 persons

TOUR PACKAGE • PAKET WISATA

• Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan


• Pedoman Pengembangan Wisata Sejarah dan Warisan Budaya

Panduan Langkah Demi Langkah 17


Pengertian Wisata Sejarah dan Warisan Budaya. UNWTO memberikan
pemahaman tentang wisata sejarah dan warisan budaya (cultural heritage
tourism) sebagai: “pergerakan orang-orang ke daya tarik budaya di kota-
kota dan/atau negara-negara selain dari tempat tinggal normal mereka,
dengan maksud untuk mengumpulkan informasi dan juga mendapatkan
pengalaman baru untuk memenuhi kebutuhan budaya dan semua per-
gerakan terkait dengan daya tarik budaya tertentu, seperti situs warisan,
artistik dan manifestasi budaya, seni dan drama, serta lainnya”.

Apabila mengacu pada pen gertian “wisata” yang termaktub di Undan g-


Pengembangan wisata sejarah undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, maka “wisata
dan warisan budaya pada dasar-
sejarah dan warisan budaya” bisa dipahami sebagai “kegiatan perjalanan
nya adalah menjadikan perjalanan
sebagai media untuk mengenali, yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mengun-
mendalami dan mengalami nilai- jungi destinasi wisata sejarah dan warisan budaya tertentu dengan tujuan
nilai penting sejarah dan warisan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik
budaya pada suatu destinasi wisata sejarah dan warisan budaya yang dikunjungi dalam jangka waktu
Sumber Gambar: www.kidalnarsis.com sementara”.

PEDOMAN PENGEMBANGAN
18 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
KOMPONEN DASAR
Secara sederhana, wisata sejarah dan warisan budaya terdiri atas 4 (empat) komponen dasar, yaitu:
(i) wisatawan den gan motivasi budaya, (ii) produk wisata sejarah dan warisan budaya, (iii) perjalanan
yang terencana, serta (iv) pengalaman budaya. Komponen wisatawan dengan motivasi budaya me-
liputi wisatawan yang hanya ingin ingin mengetahui objek sejarah dan warisan budaya secara umum,
serta wisatawan yang ingin mengenali dan mengalami nilai-nilai sejarah dan warisan budaya secara
lebih mendalam. Produk wisata sejarah dan warisan budaya dipahami sebagai: sesuatu yang dihasil-
kan pelaku budaya dan pariwisata yang ditawarkan pada wisatawan dengan motivasi khusus terkait
dengan sejarah dan warisan budaya untuk melakukan perjalanan terencana dari tempat asal menuju
destinasi sejarah dan warisan budaya dalam waktu sementara dengan tujuan mendapatkan suatu
pengalaman budaya. Wisatawan dan produk wisata adalah komponen utama dalam pengembangan
wisata sejarah dan warisan budaya. Perjalanan yang terencana berupa pola perjalanan atau travel
pattern yang kemudian diturunkan secara lebih mendetil dalam bentuk heritage trail atau “jejak
warisan budaya”, serta pengalaman budaya (cultural experience) merupakan komponen yang ter-
bentuk dari hubungan antara wisatawan dan produk wisata.

4
PENGALAMAN BUDAYA
YANG DIDAPATKAN

PERJALANAN TERENCANA
BERBENTUK POLA PERJALANAN

WISATAWAN PRODUK WISATA


DENGAN MOTIVASI BUDAYA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA

1 2
Panduan Langkah Demi Langkah 19
Wisatawan mancanegara banyak yang berpartisipasi dalam
pelaksanaan tradisi Perang Pandan di Bali.
Sumber Gambar: www.bisniswisata.co.id
MEMAHAMI WISATAWAN
SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Wisatawan atau tourist tak pelak merupakan aktor penting dalam Mengalami langsung kegiatan
tradisi setempat menjadi suatu
dunia pariwisata. Seseorang atau sekelompok orang yang mem- pengalaman budaya yang dicari
punyai motivasi, minat atau ketertarikan tertentu terhadap daya oleh wisatawan yang mempunyai
tarik yang unik, khas dan otentik yang ada pada tempat tertentu motivasi budaya.
akan mendorong permintaan berupa perjalanan yang terencana. Sumber Gambar:
www.lifestyle.okezone.com
Kajian tentang wisatawan tidak sekedar dilihat dari aspek-aspek
geografi dan demografi semata, tetapi sekarang semakin fokus
pada aspek psikografi. Memahami wisatawan sebagai komponen
permintaan (demand) menjadi sangat penting untuk menentukan
produk wisata yang tepat sesuai motivasi, minat atau ketertarikan
wisatawan. Mengenali kebutuhan wisatawan juga akan memberi-
kan pengaruh yang signifikan pada penyediaan layanan dan juga
infrastruktur pendukung pariwisata.

Panduan Langkah Demi Langkah 21


PENGERTIAN UMUM wisatawan
Pengertian “wisatawan” menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisatan adalah: orang yang melakukan wisata; di mana
“wisata” sendiri mempunyai definisi berupa: kegiatan perjalanan yang di-
lakukan seseorang atau sekelompok orang untuk mengunjungi destinasi
pariwisata dalam jangka waktu sementara. Wisatawan akan berkaitan
langsung dengan komponen: kegiatan perjalanan, tempat yang menjadi
tujuan atau destinasi, tujuan dari perjalanan, serta jangka waktu perjalanan.
Pemahaman wistawan dan wisata digambarkan dalam skema di bawah ini.

2
kegiatan perjalanan

4
untuk tujuan
rekreasi, pengembangan
pribadi, mempelajari keunikan
5 daya tarik wisata

jangka waktu sementara

1 3
wisatawan tempat tertentu

“ Wisatawan adalah orang atau sekelompok


orang yang melakukan kegiatan perjalanan
untuk mengunjungi destinasi pariwisata dalam


jangka waktu sementara.

PEDOMAN PENGEMBANGAN
22 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Turis sering dikelompokkan berdasarkan atas perilaku, kebutuhan atau pun
motivasi. Implikasi dari perilaku, kebutuhan dan motivasi adalah adanya
layanan, fasilitas dan produk yang harus disiapkan dan ditawarkan pada
wisatawan. Wisatawan sering dikelompokkan menjadi: wisatawan massal
terorganisir, wisatawan massal perorangan, penjelajah, serta pengembara.

Organized Individual
Mass Tourist Mass Tourist The Explorer The Drifter
Wisatawan Massal Terorganisir Wisatawan Massal Perorangan Wisatawan Pejelajah Wisatawan Pengembara

Wisatawan yang hanya mau Wisatawan cenderung ingin Wisatawan cenderung ingin Wisatawan cenderung ingin
mengunjungi daerah tujuan mengunjungi daerah tujuan mengeksplorasi destinasi mengeksplorasi destinasi
wisata yang sudah terkenal. wisata yang sudah terkenal. wisata yang baru dan unik wisata yang baru dan unik
dengan batasan tertentu. secara lebih mendalam.
Wisatawan menginginkan Wisatawan lebih fleksibel
fasilitas yang seperti yang terhadap fasilitas layanan Wisatawan lebih fleksibel Wisatawan lebih fleksibel
ada di tempat tinggalnya. dengan dengan standar terhadap fasilitas layanan dan adaptif atas fasilitas
dan ketentuan tertentu. dengan dengan standar layanan setempat.
Wisatawan melakukan per-
dan ketentuan tertentu.
jalanan yang terencana dan Wisatawan melakukan per- Wisatawan mengatur per-
mengacu ke itinerari yang jalanan dalam perencanaan Wisatawan lebih cenderung jalanan secara mandiri.
sudah pasti. yang lebih fleksibel. mengatur perjalanan secara
Wisatawan sangat meng-
mandiri.
Wisatawan melakukan per- Wisatawan terbuka untuk inginkan interaksi dengan
jalanan dengan dipandu dipandu oleh pemandu Wisatawan mau melakukan komunitas setempat secara
oleh pemandu wisata yang wisata atau komunitas lokal. interaksi dengan komunitas lebih mendalam; bahkan
berlisensi. setempat dengan batasan menginginkan untuk hidup
tertentu. seperti komunitas setempat

Panduan Langkah Demi Langkah 23


SEGMENTASI wisatawan
Segmentasi secara sederhana sering dipahami sebagai pengelompokan
atau pembagian dalam kelompok-kelompok den gan kriteria yang lebih
spesifik. Dalam konteks pariwisata, wisatawan biasanya terbagi berdasar-
kan aspek geografis, demografis dan psikografis.

Segmentasi Geografis. Segmentasi wisatawan sering dilihat berdasarkan


tempat asal dari wisatawan tersebut. Batasan geografis biasanya berupa
SEGMENTASI GEOGRAFIS kota, provinsi, negara, kawasan atau regional tertentu (seperti: kawasan
kota • provinsi • negara Timur Tengah atau Asia Tenggara), serta batasan benua. Pada praktiknya,
regional • benua pembagian wisatawan berdasarkan geografis di Indonesia menjadi: wisata-
wan nusantara (atau: wisnus) dan wisatawan mancanegara (atau: wisman).
SEGMENTASI DEMOGRAFIS
usia • gender Segmentasi Demografis. Segmentasi demografis adalah pengelompokan
jumlah anggota keluarga
pendidikan • pendapatan wisatawan berdasarkan aspek umur (biasanya terbagi atas remaja, usia
agama • suku menengah dan usia lanjut), jenis kelamin (terbagi menjadi: laki-laki dan
perempuan), jumlah anggota keluarga (biasanya terbagi menjadi pasang-
SEGMENTASI PSIKOGRAFIS an, keluarga kecil atau keluarga besar), etnis, pendidikan (sering dibagi
motif • aktifitas • minat • opini menjadi pendidikan dasar, menengah dan tinggi), pendapatan (sering di-
kelompokkan menjadi pendapatan rendah, menengah dan tinggi), serta
agama. Pengelompokan wisatawan berdasarkan karakteristik kepen dudu k-
an tersebut akan berhubungan erat dengan kebiasaan, permintaan dan
kebutuhan dalam melakukan perjalanan.

Segmentasi Psikografis. Psikografis adalah segmentasi berdasarkan gaya


hidup dan kepribadian manusia. Kepribadian mencerminkan karakter, sifat
dan citra diri yang pada hakekatnya adalah kombinasi kompleks antara
sikap terhadap diri sendiri dan hal-hal yang mencerminkan peranan yang
dibawa wisatawan dalam lingkungan masyarakat yang dikunjungi. Sedang
gaya hidup mencerminkan bagaimana wisatawan menghabiskan waktu dan
uang yang dinyatakan dalam aktivitas-aktivitas, minat, dan opini-opini.

Dalam perkembangannya, segmentasi wisatawan juga dikelompokkan ber-


dasarkan “generasi” atau periode kelahiran yang mempunyai karakteristik
perilaku yang berbeda, yaitu: generasi baby boomers, X, Y, Z dan Alpha.
Perencanaan pariwisata sangat ini sudah banyak yang merespon atas per-
mintaan atau kebutuhan dari “generasi-generasi” tersebut.

PEDOMAN PENGEMBANGAN
24 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Generasi Baby Boomers • Kelahiran 1946-1964
Baby Boomers adalah m ereka ya ng lahir setelah masa Perang Dunia I I atau sekitar
tahun 1946 sampai 1964. Pada rentang waktu itu, banyak bang sa-bangsa m eng-
alami pertumbuha n k elahiran pesat setela h p ulih dari k esulitan masa perang .
Generasi baby boomers turut m enikmati kemakm uran di masa hid up mereka da n
saat ini, sebagian besar telah menikmati masa pensiun mereka yang terjamin.

Generasi X • Kelahiran 1965-1980

Jika dibandingkan dengan generasi sebel umnya, mereka ya ng tergolong dalam


Generasi X c end erung l ebih toleran t erhadap perbedaa n termasuk dalam hal
agama, kela s, ras, etnis, dan orientasi sek sual. Sa at ini, keba nyakan para Generasi
X tengah berada di puncak karir di usia 30-an akhir hingga 50 tahun.

Generasi Y • Kelahiran 1981-1999


Tumbuh b esar seiring perkemba ngan teknologi yang sa ngat p esat, Generasi Y
biasanya sangat fasih menggunakan i nternet serta pera ngkat canggih. Generasi
ini terbiasa terkoneksi selama 24 jam sehari setiap hari, melal ui gadg et yang ber-
aneka macam termasuk smartphone, tablet, atau laptop. Keba nyakan generasi Y
adalah anak-a nak dari generasi baby boomers. Generasi Y sa ngat sel ektif dalam
memilih pek erjaan, i novatif dalam urusa n dunia k erja atau bisnis dan kerap m eng-
usahakan keseimbangan dalam bekerja.

Generasi Z • Kelahiran 2000-2010


Mereka ya ng la hir a ntara tahun 2000- 2010 digolongkan sebagai Generasi Z. Saat
ini, mereka masi h berusia remaja atau anak-anak. Karena itu, masi h bel um ba nyak
yang bisa disimpulkan mengenai karakteristik khusus generasi ini . Generasi i ni
tumbuh d enga n b erbagai kem udaha n t eknologi dan ketersediaan akses ke dunia
luar yang tak t erbatas. Generasi i ni akan mengha silkan orang-orang ya ng men-
jadikan teknologi sebagai bagian yang signifikan dalam gaya hidup mereka.

Generasi Alpha • Kelahiran 2010- …


Setela h tahun 2010, m ereka ya ng baru lahir disebut sebagai bagian dari Generasi
Alpha. Seperti pada Generasi Z ya ng lahir sebel umnya, m ereka suda h familiar
dengan tek nologi sejak usia sangat belia. Banyak dari mereka sudah m engguna-
kan smartphone sebelum lancar berjalan atau berbicara. K arena itu, ba nyak ya ng
berang-gapan bahwa generasi ini mer upakan generasi ya ng paling transformatif,
terutama dalam hal penggunaan dan pengembangan teknologi.

Panduan Langkah Demi Langkah 25


Wisatawan dengan motivasi budaya
Motivasi merupakan faktor penting bagi wisatawan sehingga memutuskan
melakukan perjalanan ke suatu destinasi. Kajian pariwisata sering membagi
motivasi seseorang atau kelompok orang melakukan perjalanan wisata
menjadi motivasi fisiologis, motivasi budaya, motivasi interpersonal, serta
motivasi status sosial. Dalam praktiknya, motivasi wisata bisa disederhana-
kan menjadi motivasi perjalanan dengan tujuan untuk bersenang-senang
(sunlust), serta keinginan untuk mendapatkan pengalaman berbeda pada
tempat lain (wanderlust).

MENGAPA
BERWISATA?
Motivasi Perjalanan

Sunlust Wanderlust
“Bersenang-senang” “Mencari Pengalaman”

Motivasi perjalanan yang Keinginan melakukan per-


didasarkan pada tujuan jalanan ke tempat yang
mencari dan mendapatkan berbeda untuk mengenal
suasana, fasilitas dan juga budaya lain yang uni dan
layanan yang lebih baik dan otentik, serta berinteraksi
berbeda pada destinasi. dengan komunitas lokal.

Sea • Sun • Sand Serenity • Spirituality • Sustainability

PEDOMAN PENGEMBANGAN
26 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Wisatawan dengan motivasi budaya adalah wisatawan yang melakukan
perjalanan ke tempat lain untuk memuaskan rasa ingin tahu atas budaya,
lingkun gan atau komunitas yang berbeda, unik dan bahkan otentik. Secara
umum wisatawan dengan motivasi budaya mempunyai keinginan untuk
melakukan interaksi baik dengan objek budaya atau dengan komunitas
setempat tergantung dengan jadwal dan waktu yang dimiliki. Interaksi
yang terjadi akan mempengaruhi nilai-nilai budaya (cultural values) yang
didapat selama melakukan perjalanan ke suatu tempat. Nilai-nilai budaya
yang dida pat sedikit banyak akan memberikan dampak positif bagi wisata-
wan secara filosofis dan juga psikologis. Bagi wisatawan dengan motivasi
budaya, melakkan perjalanan wisata haruslah menjadi perjalanan yang ber-
makna dan tidak sekedar keluar dari ri=utinasi keseharian semata.

NILAI-NILAI
PERILAKU WISATAWAN BUDAYA
DENGAN MOTIVASI BUDAYA Cultural Values
“Ini Bukan Perjalanan Wisata Biasa”

1 2 3

“Melihat” “Mengenali” “Mengalami”


Sight-seeing Exploring Experiencing

Wisatawan hanya ingin Wisatawan ingin lebih Wisatawan ingin mendapat


mengetahui sekilas mengenali atau mempelajari pengalaman budaya seperti
objek budaya atau daya tarik objek budaya atau daya tarik layaknya kehidupan dari
wisata budaya setempat wisata budaya setempat komunitas setempat
Waktu terbatas dan ketat Waktu dan jadwal moderat Waktu dan jadwal fleksibel

Interaksi sosial terbatas Interaksi sosial aktif Interaksi sosial mendalam

Panduan Langkah Demi Langkah 27


Patung-patung Tau Tau di pemakaman raja Tampang Allo
yang berada di Tana Toraja.
Sumber Gambar: www.beritagar.id
MENGENALI PRODUK WISATA
SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Produk wisata adalah komponen sentral selain wisatawan dalam Upacara adat pemakaman Rambu
Solo merupakan produk wisata
ekosistem pariwisata. Jika memiliki produk wisata yang menarik, sejarah dan warisan budaya yang
maka wisatawan pun akan datang berkunjung ke suatu destinasi mempunyai keunikan dan otentisi-
wisata. Pengembangan destinasi akan lebih terarah jika memiliki tas mampu menarik wisatawan
global dengan motivasi budaya.
produk wisata yang pasti. Produk wisata yang jelas juga akan me-
Sumber gambar: www.klikhotel.com
mudahkan dalam menentukan dukungan sumber daya manusia
yang diperlukan. Produk wisata yang benar adalah produk yang
dirancang bagi segmen wisatawan yang jelas. Bentukan produk
wisata pada dasarnya disesuaikan dengan permintaan, kebutuhan
dan karakteristik dari wisatawan. Apabila aspek “permintaan dan
pemenuhan” tersebut jelas, maka langkah-langkah pengembang-
an pariwisata akan lebih mudah dan terarah. Bab ini akan mem-
fokuskan pada pertanyaan yang mendasar, yaitu: “Apa itu produk
wisata? Apa yang dimaksud dengan produk wisata budaya? Serta,
produk wisata tematik berbasis budaya itu akan berupa apa?”

Panduan Langkah Demi Langkah 29


BATASAN PRODUK
Secara sederhana batasan dari produk adalah sesuatu yang dihasilkan oleh
pihak tertentu (baca: produsen) untuk memenuhi permintaan atau ke-
butuhan dari pasar; atau sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk bisa
memuaskan keinginan atau kebutuhan. Kotler dan Armastrong (2001)
menyatakan bahwa pengertian “produk” adalah segala sesuatu yang di-
tawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian dibeli, digunakan atau
dikonsumsi, serta dapat memuaskan kenginan atau kebutuhan. Pemaham-
an akan produk tidak bisa dilepaskan dari relasi antara produsen (supply)
dengan konsumen (demand) dalam perspektif bisnis. Produk bisa juga di-
lihat sebagai persepsi konsumen yang dija barkan oleh pr odusen melalui
produ ksi. Produk dipandan g penting oleh konsumen, serta dijadikan dasar
pengambilan keputusan pembelian.

Produk biasanya berbentuk barang atau jasa yang dipertukarkan atau di-
perjualbelikan. Namun dalam perkembangan pasca-industri, nilai-nilai
(values) menjadi sesuatu yang lebih penting melampaui barang atau jasa
dalam proses jual-beli. Konsumen yang berbeda motivasinya akan ber-
implIkasi pada permintaan yang berbeda. Dengan adanya permintaan
yang berbeda –karena perbedaan motivasi– tersebut akan berdampak
membutuhkan produk yang berbeda-beda pula.

Motivasi dari konsumen terhadap


permintaan tertentu akan dipenuhi
dalam bentuk pemenuhan produk
dan juga nilai produk yang dihasil-
kan produsen.

Skema oleh Tim Perumus Pedoman


Pengembangan Wisata Tematik Ber-
basis Budaya, 2018
PEDOMAN PENGEMBANGAN
30 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
ARSITEKTUR PRODUK pariWISATA berbasis BUDAYA
Produk wisata sejarah dan warisan budaya setidaknya mempunyai 4 (empat) komponen, yaitu:
(i) produk bu daya, (ii) produ k naratif, (iii) produ k wisata, serta (iv) produk destinasi. Komponen-
komponen pembentuk tersebut saling berkaitan satu sama lain secara komprehensif mem-
bentuk arsitektur produk pariwisata berbasis budaya.

Produk budaya meliputi obje k-objek sejarah dan warisan budaya yang terin dentifikasi, baik
yang berupa obje k-objek tangible (ben da/ber wujud) atau pun intangible (takbenda/tak ber-
wujud). Objek-objek sejarah dan warisan budaya yang terpilih kemudian dikaitkan dengan
signifikansi atau nilai-nilai penting warisan budaya (bisa berupa nilai sejarah, spiritual, sains,
estetika atau sosial). Objek-obje k sejarah dan warisan budaya yang mendapatkan signifikansi
atau nilai-nilai penting warisan budaya tersebut sudah menjadi daya tarik bagi wisatawan
dengan segmentasi tertentu. Penentuan produk bu daya tersebut akan mengacu terhadap
peluang pasar yang sedang berkembang dan/atau mempunyai permintaan khusus.

Produk naratif berupa interpretasi yang dikembangkan pada produk budaya terpilih. Inter-
pretasi tersebut meliputi “alur cerita” (story-line), serta “uraian cerita” (story-telling). Alur
cerita akan berkaitan dengan pola pergerakan wisatawan, sedang uraian cerita akan men-
dukung dan/atau mengembangkan signifikansi atau nilai-nilai penting warisan budaya yan g
menjadi daya tarik. Perumusan produk naratif ini akan memperhatikan faktor pengalaman
budaya yang diminati atau ingin didapatkan oleh wisatawan.

Produk wisata meliputi skenario perjalanan (yang terdiri atas “pola perjalanan” atau travel
pattern, “jalur warisan budaya” atau heritage trail, serta durasi waktunya), pengemasan
produ k (dalam bentuk itinerary atau “rencana perjalanan”), serta pembagian peran untuk
memposisikan menjadi pelaku budaya dan pelaku pariwisata. Pembuatan produk wisata akan
mengacu pada aspek perjalanan terencana yang menjadi bagian penting dari kegiatan yang
dilakukan wisatawan.

Produk destinasi terdiri atas layanan pendukung (yan g meliputi: aksesibilitas, amenitas, serta
infrastruktur pendukung) dan bentuk tata kelola wisata sejarah dan warisan budaya yang di-
perlukan untuk pen gembangan produk destinasi wisata berupa forum pengelola dan rencana
pengelolaannya. Pengembangan produk destinasi ini aan memperhatikan permintaan atau ke-
butuhan layanan dukungan bagi wisatawan selama mekakukan kegiatan wisata pada suatu
destinasi wisata berbasis budaya.

Panduan Langkah Demi Langkah 31


Arsitektur dari produ k pariwisata berbasis budaya
secara sederhana tergambarkan dalam infografis
di bawah ini. .

I PENGALAMAN
I PELUANG BUDAYA
PASAR Seperti apa gambaran
perilaku permintaan?
Tren global yang sedang
Informasi spesifik apa
berkembang seperti apa?
yang diminati wisatawan?
Segmen wisatawan yang
Interaksi seperti apa yang
potensial seperti apa?
diinginkan wisatawan?
Nilai budaya apa yang
diminati oleh wisatawan?

A B

PRODUK BUDAYA PRODUK NARATIF


1 OBJEK SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA 3 INTERPRETASI
• Tangible (Benda atau Berwujud) • Story-line (Alur Cerita)
• Intangible (Takbenda atau Takberwujud) • Story-telling (Tuturan Cerita)
• Media Narasi
2 SIGNIFIKANSI atau NILAI-NILAI PENTING
• Nilai Sejarah
• Nilai Spiritual
• Nilai Sains
• Nilai Estetika
• Nilai Sosial

PEDOMAN PENGEMBANGAN
32 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
I DUKUNGAN

I PERJALANAN LAYANAN
TERENCANA Fasilitas pendukung pergerakan
yang dibutuhkan wisatawan
Pilihan moda pergerakan seperti seperti apa?
apa yang diminati wisatawan?
Fasilitas pendukung kepariwisata-
Berapa lama waktu yang dibutuh- an yang dibutuhkan wisatawan
kan wisatawan? seperti apa?
Skenario pergerakan yang di- Siapa dan bagaimana menyeleng-
minati wisatawan seperti apa? garakan dukungan layanan ke
wisatawan?
Siapa dan bagaimana menyajikan
produk ke wisatawan?

C D

PRODUK WISATA PRODUK DESTINASI


4 SKENARIO PERJALANAN 7 LAYANAN PENDUKUNG
• Travel Pattern (Pola Perjalanan) • Aksesibilitas
• Heritage Trail (Jalur Warisan Budaya) • Amenitas
• Duration of Time (Durasi Waktu) • Infrastruktur Pendukung
5 PENGEMASAN PRODUK 8 TATA KELOLA
• Itinerary (Rencana Perjalanan) • Forum Pengelola
• Rencana Pengelolaan
6 PEMBAGIAN PERAN
• Pelaku Budaya
• Pelaku Pariwisata

Panduan Langkah Demi Langkah 33


PRODUK BUDAYA
Produk budaya dipahami secara sederhana sebagai produk yang dihasilkan dari suatu cara hidup
yang berkembang –dan dimiliki bersama– pada kelompok orang atau komunitas. Produk budaya
tersebut diwariskan dari generasi ke generasi yang pada kondisi tertentu akan menjadi identitas
dari komunitas tersebut. Dalam konteks kebudayaan, produk budaya merupakan komponen yng
saling dipertu karkan oleh para pelaku budaya. Berbeda dalam relasi bisnis di mana pertukaran
produ k itu berimplikasi pada keuntungan atau profit; di mana dalam relasi budaya, pertukaran
produ k bu daya didasarkan pada upaya bersama untuk mendapatkan manfaat atau benefit bagi
komunitas.

Dalam perspektif pertukaran budaya atau cultural exchange, ditegaskan bahwa nilai-nilai budaya
(cultural values) merupakan sesuatu yang dipertukarkan yang didasarkan rasa saling percaya (trust)
dari dua pihak yang memiliki konte ks budaya yang berbe da. Tujuan dari pelaku bu daya memper-
tukarkan produk bu daya tersebut adalah untuk melestarikan dan juga mempromosikan nilai-nilai
budaya yang ada pada produk budaya tertentu. Bisa dikatakan bahwa produk budaya adalah
komponen penting yang menghubungkan dua pihak pelaku budaya pada ekosistem budaya.

Pemahaman atas produk budaya –khususnya yang terkait dengan warisan budaya atau cultural
heritage– menurut UNESCO adalah:

a. Produk budaya yang berwu jud atau warisan budaya benda (tangible cultural heritage) yang
dipahami sebagai warisan artefak fisik dan atribut takberwujud dari kelompok atau masyarakat
yang diwarisi dari generasi masa lalu dan dipertahankan hingga saat ini, serta dilanjutkan
untuk kepentin gan generasi mendatang. Produk warisan budaya benda terdiri atas: warisan
budaya bergerak (moveable cultural heritage), seperti lukisan, patung, manuskrip dan lain-
lain; warisan budaya takbergerak (immoveable cultural heritage), seperti monumen, situs
arkeologis, bangunan bersejarah dan lain-lain; serta warisan budaya bawah laut (underwater
cultural heritage), seperti kapal karam, situs runtuhan kota bawah laut, dan lain-lain.

b. Produk bu daya yang tak berwujud atau warisan budaya takbenda (intangible cultural heritage)
yang dipahami sebagai praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, atau keterampilan, serta
juga instrumen, benda, artefak, dan ruang budaya yang dianggap menjadi bagian dari
warisan budaya suatu tempat. Warisan budaya takbenda ini diwariskan dari generasi ke
generasi, serta secara terus-menerus diciptakan kembali oleh masyarakat dan kelompok-
kelompok sebagai respon terhadap lin gkungan, serta interaksi dengan alam dan sejarah
setempat. Produk warisan budaya takbenda meliputi: tradisi dan ekspresi lisan, seni drama,
praktik sosial, ritual dan festival, pengetahuan dan praktik tentang alam dan alam semesta,
serta keahlian kerajinan tradisional.

PEDOMAN PENGEMBANGAN
34 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Objek-objek sejarah dan warisan budaya akan bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan
apabila mempunyai muatan atau content yang berkaitan dengan signifikansi atau
nilai-nilai penting warisan budaya. Signifikansi atau nilai-nilai penting warisan budaya
itu bisa berupa:

a. Nilai Sejarah. Nilai sejarah dimaksudkan untuk mencakupi semua aspek sejarah,
yaitu sejarah estetika, seni, arsitektur, sains, spiritualitas, dan sejarah masyarakat.
Oleh sebab itu nilai sejarah sering menjadi pondasi bagi nilai-nilai lain. Suatu
tempat bisa disebut sebagai situs dari suatu peristiwa penting karena memiliki
suatu nilai sejarah yang memberikan pengaruhi, atau telah mendapat pengaruhi
oleh peristiwa yang bernilai sejarah, fase, aktivitas orang atau sekelompok orang.

b. Nilai Sains. Nilai sains atau ilmiah mengacu pada konten informasi tempat dan
kemampuan untuk meng-ungkapkan lebih banyak tentang aspek masa lalu me-
lalui pengujian atau penyelidikan tempat, termasuk juga penggunaan teknik
arkeologi. Nilai ilmiah suatu tempat cenderung bersifat relatif dan bergantung
pada pentingnya informasi atau data yang terlibat, pada kelangkaan, kualitas
atau keterwakilannya, dan potensinya untuk menyumbangkan informasi penting
lebih lanjut tentang tempat itu

c. Nilai Spiritual. Nilai spiritual mengacu pada nilai-nilai dan makna yang tak berwujud
yang dimanifestasikan dengan keberadaan suatu tempat yang bisa memberikan arti
penting dalam identitas spiritual, atau pengetahuan tradisional, seni dan praktik dari
kelompok budaya. Kualitas suatu tempat uga dapat menginspirasi respon emosi-
onal atau metafisik yang kuat dan/atau spontan pada orang-orang, sehingga bisa
memperluas pemahaman tentang tempat, tujuan dan juga kewajiban manusia di
dunia yang khususnya dalam kaitannya dengan spiritual.

d. Nilai Estetika. Nilai estetika mengacu pada pengalaman sensorik dan persepsi
suatu tempat. Nilai estetika juga bisa dipahami sebagai suatu respon manusia
menanggapi aspek visual dan non-visual (seperti: suara, bau, dan faktor lain)
yang memiliki pengaruh kuat pada pikiran, perasaan, dan sikap manusia.

e. Nilai Sosial. Nilai sosial mengacu pa da keterkaitan yang dimiliki suatu tempat
bagi komunitas atau kelompok bu daya tertentu. Nilai sosial juga bisa dipahami
sebagai makna sosial dan/atau budaya yang di-pegang oleh. komunitas atau
kelompok budaya tertentu. Tempat-tempat tertentu sering dianggap penting
karena menjadi penanda atau simbol lokal yang terkait dengan identitas dari
komunitas atau kelompok budaya tertentu

Panduan Langkah Demi Langkah 35


PRODUK NARATIF
Nilai-nilai atau signifikansi warisan budaya dalam banyak kasus sering tidak
mudah terlihat. Hal tersebut kemudian harus dijelaskan dengan melalui suatu
interpretasi. Interpretasi akan mengkomunikasikan berbagai hal yang penting
tentang suatu tempat atau destinasi (interpretation of places). Interpretasi di-
butuhkan untuk menjelaskan bahwa objek atau tempat mungkin memiliki ber-
bagai nilai dan makna yang penting bagi orang-orang yang berbeda.
Produk naratif adalah sesuatu Alur Cerita. Interpretasi disampaikan dalam bentuk alur cerita (story-line) dan
pesan, informasi atau cerita yang tuturan cerita (story-telling). Alur cerita (story-line) sering dipahami sebagai
dikomunikasikan pada wisatawan
untuk mendapatkan pengalaman
deskripsi rinci yang menjelaskan suatu informasi atau cerita dalam bentuk
budaya secara lebih menarik. tahapan per tahapan, langkah demi langkah, panel demi panel, objek demi
Sumber Gambar:
objek, atau adegan demi adegan. Alur cerita (story-line) secara sederhana
www.athensguide.com dibagi dalam 3 (tiga) bagian, yaitu “pembuka” yang sering berupa gambaran
informasi awal, “inti cerita”, serta “penutup” atau sering menjadi kesimpulan.

PEDOMAN PENGEMBANGAN
36 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Tuturan Cerita. Tuturan cerita atau story-telling adalah kemampuan atau tehnik
menjabarkan, mengkomunikasikan atau menceritakan kembali beragam pesan,
inti cerita atau informasi penting sesuai dengan urutan dalam alur cerita (story-
line). Dengan adanya tuturan cerita (story-telling) diharapkan wisatawan bisa men-
dapatkan nilai-nilai, pemahaman, wawasan dan juga pengalaman baru yang terkait
dengan produ k sejarah dan warisan budaya yang ada pada suatu tempat secara
lebih menarik dan menyenangkan.

Media Narasi. Penyampaian interpretasi atas nilai atau signifikansi warisan budaya
dilakukan melalui penutur interpretasi, seperti: pemandu wisatawan (tourist guide)
Panel interpretasi bisa men-
atau individu yang mempunyai kemampuan sebagai penutur cerita (story-teller );
jadi pilihan lain untuk meng-
serta berupa panel interpretasi yang berupa be berapa panel yang memuat uraian komunikasikan pesan atau
interpretasi dalam bentuk tuturan cerita yang disusun pada alur cerita tertentu. cerita secara sistematis.
Baik pemandu wisatawan dan panel interpretasi tersebut tidak bisa dilepaskan
Sumber Gambar:
dari pola pergerakan wisatawan pada suatu destinasi yang biasanya diwujudkan www.discoverballina.com.au
dalam bentuk jejak warisan budaya (heritage trail).

Panduan Langkah Demi Langkah 37


PRODUK wisata
Produk wisata berbasis sejarah dan warisan budaya bisa dipahami sebagai
sesuatu yang dihasilkan oleh pelaku budaya dan pariwisata yang ditawar-
kan pada wisatawan yang mempunyai motivasi khusus untuk melakukan
perjalanan dari tempat asal ke destinasi tertentu dalam waktu sementara
dengan tujuan untuk mendapatkan pengalaman atas nilai-nilai sejarah dan
warisan budaya.

Wisatawan global masa kini ingin kembali melakukan berwisata dengan


konsep perjalanan (traveling) terutama yang berbentuk penjelajahan
(journey), petualangan (adventure) serta pencarian (discovery) yang tentu
saja dikemas dalam konteks kekinian. Wisatawan cenderung in gin melaku-
kan eksplorasi atas berbagai daya tarik untuk mendapatkan pen galaman
berinteraksi dalam bentuk skenario perjalanan secara terencana. Skenario
perjalanan yang menawarkan pergerakan sekuensial dari daya tarik satu ke
daya tarik yang lain merupakan inti dari pengembangan produk wisata
sejarah dan warisan budaya. Skenario perjalanan sering dijabarkan dalam
bentuk pola perjalanan (travel pattern), jalur warisan budaya (heritage trail),
serta juga durasi waktu (duration of time).

Travel Pattern. Pengertian dari pola perjalanan atau travel pattern adalah
model dan analisis atas beragam jalur pergerakan yang memungkinkan di-
lakukan wisatawan pada suatu tempat atau antar tempat. Pola perjalanan
ini bisa dilihat sebagai upaya terencana untuk merangkai produk bu daya
dan produk naratif pada suatu tempat untuk disajikan atau diakses oleh
wisatawan. Suatu destinasi mempunyai nilai penting dan cerita-cerita yan g
menarik yang terkait dengan produ k warisan budaya benda dan takbenda.
Pergerakan wisatawan untuk mengakses atau mendapatkan produk wisata
sejarah dan warisan budaya tersebut difasiliitasi dengan pola perjalanan
(travel pattern) yang kemudian dirinci dalam bentuk yang spesifik berupa
jalur warisan budaya (heritage trail).

PEDOMAN PENGEMBANGAN
38 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Heritage Trail. Secara konseptual, jejak warisan budaya (heritage trail)
dipahami sebagai: suatu rute yang menghubungkan fitur-fitur bersejarah
khususnya direncanakan sebagai daya tarik wisata. Jejak warisan budaya
(heritage trail) yang terencana biasanya terdiri atas komponen takberwuju d
(intangible ) dan juga berwujud (tangible). Komponen takberwuju d pada
jejak warisan budaya (heritage trail) berupa signifikansi warisan budaya,
interpretasi, serta tuturan cerita (strory-telling) dan juga alur cerita (story-
line). Sedang komponen berwujud (tangible) adalah produk budaya dan
komponen fisik yang akan mendukung pergerakan pengunjun g, seperti
jalur sirkulasi yang disesuaikan dengan pilihan moda, rambu pengarah dan
penanda, panel interpretasi, fasilitas untuk istirahat, fasilitas persampahan
serta pada kasus tertentu diperlukan toilet.

+
Durasi Waktu
Jam • Hari • Minggu

Durasi Waktu. Secara sederhana durasi waktu (duration of time) dipahami


sebagai lama waktu yang dimiliki wisatawan untuk melakukan perjalanan
dan/atau kegiatan wisata. Kisaran durasi waktu ini bisa dalam sekian jam
atau sekian hari untuk suatu produk wisata wisata tertentu. Lama durasi
waktu dalam melakukan perjalanan dan/atau kegiatan wisata akan sangat
berpengaruh pada penyusunan rencana perjalanan (itinerary).

Panduan Langkah Demi Langkah 39


Pengemasan Produk Wisata. Secara umum rumusan produk wisata ber-
basis warisan budaya diawali dengan uraian tentang jejak warisan budaya
berupa judul, durasi, target wisatawan serta abstraksi mengenai signifikansi
warisan budaya dan interpretasi jejak warisan budaya. Selanjutnya disajikan
ilustrasi rute dari jejak warisan budaya beserta berbagai daya tarik yang
terangkum di dalamnya. Penyajian terakhir adalah memberikan narasi ter-
kait dengan masing-masing daya tarik pada jejak warisan budaya tersebut.
Selanjutnya produk naratif wisata warisan budaya ini diturunkan dalam
paket wisata dengan jadwal perjalanan (itinerary) yang detil.

Inovasi Produk Wisata. Menjaga besaran kuantitas dari konsumen dalam


konteks bisnis adalah hal mendasar agar bisa mendapat profit yang se-
padan. Untuk mencapai itu, maka diperlukan inovasi produ k wisata yang
pada dasarnya adalah pengembangan produk bu daya yang disesuaikan
dengan segmen, karakteristik, permintaaan dan/atau kebutuhan wisata-
wan. Maksud dari inovasi produk wisata ini adalah untuk menangkap pasar
yang lebih besar.

Skema oleh Tim Perumus Pedoman Pengembang-


an Wisata Tematik Berbasis Budaya, 2018

40
Pelaku Wisata Budaya. Dalam operasionalisasinya, suatu produk tidak
bisa berdiri sen diri. Produ k membutuhkan perangkat yan g mendukun g
dan menjembatani agar bisa diakses oleh konsumen, yaitu rantai produksi
(supply chain) di satu sisi, serta saluran pemasaran (market channel) di sisi
lain. Dalam konteks wisata tematik berbasis budaya, perangkat pada sisi
rantai produksi sering disebut sebagai operator atau pelaku wisata. Pelaku
wisata budaya secara umum terbagi atas 2 (dua) kategori, yaitu:

a. Berbasis Komunitas. Pelaku wisata berbasis komunitas meliputi:


1) pelaku wisata dari masyarakat setempat, dan
2) pelaku wisata dari komunitas minat khusus;

b. Berbasis Industri. Pelaku wisata berbasis industri yang terdiri atas:


1) biro perjalanan wisata, dan
2) pengelola daya tarik.

Keterangan • Wisatawan akan bisa mengakses produk wisata berbasis


budaya melalui perantara pelaku wisata. Pelaku wisata dalam konteks
wisata budaya meliputi pelaku wisata berbasis komunitas yang terdiri
atas masyarakat setempat dan komunitas minat khusus, serta pelaku
wisata berbasis industri yang terdiri atas biro perjalanan dan pengelola
daya tarik.

Skema oleh Tim Perumus Pedoman Pengembangan Wisata Tematik


Berbasis Budaya, 2018

Panduan Langkah Demi Langkah 41


PENGELOLAAN PRODUK WISATA BUDAYA
Hal terpenting dalam pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya
adalah koordinasi antar para pengelola destinasi. Pada beberapa kasus,
koordinasi tersebut dipegang oleh institusi yang independen dan khusus
mengelola jejak warisan budaya (heritage trail) secara keseluruhan. Level
koordinasi antar pengelola destinasi pada jalur warisan budaya tidak hanya
antar kabupaten/kota atau provinsi, tetapi bisa juga antar negara. masing-
masing pengelola destinasi akan mengelola daya tarik wisata agar bisa
diakses oleh wisatawan yang mempunyai motivasi terhadap tema-tema
khusus.

PEDOMAN PENGEMBANGAN
42 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Pariwisata Indonesia memasuki babak baru di tahun 2017 dengan ditandai dengan peluncur-
an strategi “Indonesia Incorporated” untuk semakin mendorong pembangunan pariwisata
Indonesia. Kunci dari “Indonesia Incorporated” adalah collaborative governance, di mana
setiap pemangku kepentingan yang terkait akan berfokus pada tujuan tertentu, dapat saling
bertukar informasi, berbagi sumber daya, menjalankan peran masing-masing secara sinergi,
serta berbagi risiko, tanggung jawab, dan hanya dicapai jika terjadi komunikasi berke lanjutan
yang berkualitas.

Kolaborasi dan sinergi menjadi penting untuk mencapai tujuan yang diinginkan di masa men-
datang –yaitu pariwisata sebagai tulang punggung perekon omian Indonesia– karena seluruh
program pembangunan yang dijalankan masing-masing kementerian dan lembaga merupa-
kan suatu sistem yang saling terkait satu sama lain.
Untuk mendapatkan tujuan akhir berskala global, maka implementasi Indonesia Incorporated
harus menggunakan standar kinerja kelas dunia. Untuk industri pariwisata, salah satu standar
keinerja yang sering menjadi acuan adalah ”Travel and Tourism Competitiveness Index”
yang dikeluarkan oleh World Economic Forum (WEF). ”Travel and Tourism Competitiveness
Index” ini memeringkat kinerja sektor travel dan pariwisata berdasarkan 4 (empat) kriteria
umum yang meliputi: (i) enabling environment, (ii) travel and tourism policy and enabling
condit ion, (iii) infrastructure, serta (iv) natural and cultural resources. Keberhasilan Indonesia
dalam membangun pariwisata yang berkelas dunia akan sangat bergantung pada kolaborasi
dan sinergi dalam kerangka kerja ”Indonesia Incorporated” den gan mengacu pada kriteria
yang ditetapkan WEF itu.

Panduan Langkah Demi Langkah 43


Miniatur perahu kora-kora di Museum Rempah, Ternate.
Sumber Gambar: www.kompas.com
MENGEMBANGKAN WISATA
SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya harus selalu Permainan bambu gila menjadi
daya tarik utama dalam Festival
berpegang pada prinsip-prinsip pariwisata yang berkelanjutan Teluk Jailolo yang rutin diseleng-
atau sustainable tourism. Dalam paradigma pariwisata sekarang garakan di Halmahera Barat
ini, keberlanjutan juga menuntut wisatawan yang bertanggung- Sumber gambar: www.travel.tempo.co
jawab (responsible tourists) dan juga pelaku pariwisata yang ber-
tanggungjawab (responsible tour operators). Wisata sejarah dan
warisan budaya yang berprinsip pada pariwisata yang berkelan-
jutan ini berimplikasi pada tahapan pengembangan yang panjang
dan komprehensif. Tahapan tersebut merupakan transformasi dari
produk budaya menjadi produk naratif dan produk wisata, serta
akan bermuara pada produk destinasi. Tahapan tersebut harus
selalu memperhatikan tren pariwisata glo bal agar selalu meng-
hasilkan produk-produk yang tepat bagi wisatawan yang motivasi
budaya.

Panduan Langkah Demi Langkah 45


PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN
Pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya berpijak pada prinsip pariwisata yang ber-
kelanjutan (sustainable tourism). Pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya harus bisa
mendorong ke beradaan wisatawan yang peduli pada isu-isu keberlanjutan pada satu sisi, serta
pada sisi lain berupa keberlanjutan nilai-nilai sejarah dan warisan budaya, serta keberlanjutan
lingkun gan pembentuk bu daya, juga pelaku pariwisata yang peduli pada pariwisata yang ber-
kelanjutan. Secara sederhana prinsip-prinsip pen gembangan wisata sejarah dan warisan budaya
tergambarkan sebagai berikut ini.

SUSTAINABLE

1
• Melakukan perjalanan dengan
RESPONSIBLE motivasi budaya
• Berkomitmen terhadap upaya
TOURISTS pelestarian budaya setempat
4
Wisatawan yang • Berkomitmen turut menjaga
Bertanggungjawab keberlanjutan lingkungan RESPONSIBLE
• Membangun interaksi budaya
dengan komunitas setempat TOUR OPERATORS
• Mendorong perekonomian Operator Wisata yang
lokal yang berbasis komunitas
Bertanggungjawab

PEDOMAN PENGEMBANGAN
46 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Pembangunan pariwisata harus mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat. Industri
pariwisata didoron g untuk memberikan keseimbangan antara pelestarian nilai sejarah dan warisan budaya
dengan promosi bisnis pariwisata itu sendiri. Oleh sebab itu diperlukan ada-nya prinsip-prinsip dasar
yang menjadi pegangan dalam pengembangan pariwisata sejarah dan warisan budaya. Pengembangan
pariwisata tematik berbasis budaya mengacu pada prinsip-prinsip dalam “The UNWTO Global Code of
Ethics for Tourism” yang meliputi: (i) pemahaman dan perlindungan atas nilai-nilai warisan budaya dalam
konteks pariwisata; (ii) interpretasi, pengembangan, pengelolaan dan juga promosi atas produk-pr odu k
pariwisata tematik berbasis budaya; (iii) inklusi sosial ekonomi dan pemberdayaan masyarakat setempat
terutama kelompok rentan melalui pembangunan pariwisata tematik berbasis budaya.

TOURISM

2 3

SUSTAINABLE SUSTAINABLE
PRODUCTS ENVIRONMENT
Produk yang Berkelanjutan Lingkungan yang Berkelanjutan

• Mempromosikan produk wisata • Mempunyai nilai-nilai sejarah dan juga • Masyarakat setempat terlibat aktif dalam
yang berbasis pelestarian signifikansi warisan budaya pengembangan produk wisata
• Melibatkan masyarakat setempat • Mempunyai interpretasi yang terstruktur • Komunitas minat khusus ikut melestari-
dan komunitas minat khusus dalam narasi cerita kan dan mempromosikan produk wisata
dalam pengelolaan produk • Mempunyai skenario pergerakan yang • Akademisi mendukung pengembangan
wisata merunut alur cerita tertentu inovasi produk dan pemberdayaan
• Mendorong wisatawan untuk • Dikemas menjadi paket wisata yang masyarakat
peduli pada isu pelestarian disesuaikan dengan segmentasi • Pemerintah setempat menginisiasi
• Mendorong perekonomian lokal wisatawan kebijakan yang mendukung pengem-
yang berbasis komunitas bangan produk wisata dan pember-
dayaan masyarakat

Panduan Langkah Demi Langkah 47


TAHAPAN PENGEMBANGAN
Secara garis besar pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya terbagi atas 9 (sembilan)
tahapan yang saling berkaitan. Tahapan-tahapan tersebut merupakan transformasi dari produk
budaya menjadi produk naratif dan produk wisata, serta akan bermuara pada produk destinasi.
Tahapan tersebut harus selalu memperhatikan tren pariwisata global agar selalu menghasilkan
produ k-pr odu k yang tepat bagi wisatawan yang motivasi budaya. Tahapan langkah demi lang-
kah pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya ini meliputi: (i) mengidentifikasi dan me-
nentukan daya tarik, (ii) melakukan signifikansi, (iii) merespon peluang pasar, (iv) membuat inter-
pretasi, (v) merancang jejak warisan budaya, (vi) merumuskan produk wisata, (vii) menentukan
produ k wisata, (viii) menguatkan destinasi, serta (ix) serta menguatkan pengelolaan. Apabila
kesembilan tahapan ini sudah terpenuhi, maka pengembangan wisata sejarah dan warisan
budaya akan mengarahkan produk wisata sejarah dan warisan budaya ke wisatawan yang tepat
dalam bentuk promosi dan pemasaran

PEDOMAN PENGEMBANGAN
48 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Langkah pertama adalah melakukan kajian untuk mengidentifikasi objek Langkah 1
dan potensi daya tarik warisan budaya. Objek warisan budaya tersebut di-
pastikan merupakan sesuatu yang unik, otentik dan langka pada suatu Mengidentifikasi
tempat. Daya tarik yang potensial diharapkan bisa menjelaskan atau meng-
gambarkan kekuatan warisan budaya setempat dan/atau Indonesia dalam dan Menentukan
rentang sejarah tertentu. Daya Tarik
Potensi daya tarik tersebut meliputi objek warisan budaya yang berwujud
(tangible culture heritage) dan tak berwujud (intangible culture heritage)
yang akan menjadi daya tarik utama (major attraction); sedang daya tarik
pendukun g bisa berupa warisan alam (natural heritage) atau pun lansekap
alam (natural landscape), serta beragam daya tarik wisata berbasis alam
yang ada pada destinasi tersebut. Pada tahap ini juga mengkaji dampak
dari pemanfaatan daya tarik budaya dan alam menjadi produk wisata
sejarah dan warisan budaya.

Panduan. Panduan singkat untuk mengidentifikasi, serta menentukan daya


tarik sejarah dan warisan budaya adalah:
a. Memetakan dan menentukan objek sejarah dan warisan budaya
sebagai daya tarik potensial pada suatu tempat;
b. Memetakan objek alam yang berasosiasi dengan daya tarik sejarah
dan warisan budaya setempat;
c. Mengidentifikasi daya dukung dan daya tampung daya tarik sejarah
dan warisan budaya guna menjaga keberlangsungan lingkungan dan
budaya setempat, termasuk memelihara penghormatan terhadap
eksistensi masyarakat adat dan tradisi yang dimilikinya.

Langkah kedua adalah melakukan signifikansi terhadap daya tarik sejarah Langkah 2
dan warisan budaya yang ada pada suatu tempat). Signifikansi warisan
budaya adalah nilai-nilai estetika, sejarah, sains, sosial dan spiritual yang Melakukan
ada pada suatu tempat. Nilai-nilai tersebut nanti akan dikembangkan men-
jadi “cerita-cerita” melalui interpretasi yang menjadi inti dari produk wisata
Signifikansi
berbasis budaya.

Panduan Langkah Demi Langkah 49


Panduan. Panduan singkat untuk melakukan signifikansi warisan budaya
pada suatu tempat meliputi:
a. Menentukan daya tarik sejarah dan warisan budaya yang ada pada
suatu tempat;
b. Mengkaji signikansi warisan budaya yang lebih detil terhadap daya
tarik sejarah dan warisan budaya yang ada pada destinasi;
c. Menentukan tingkatan signifikansi lokal, regional atau internasional
dengan melakukan komparasi.

Langkah 3 Langkah ketiga adalah menentukan wisatawan yang tepat sesuai dengan
tren global. Pada tahapan ini harus dipastikan bahwa daya tarik sejarah
Merespon dan warisan budaya nantinya bisa ditawarkan atau dijual dalam bentuk
produ k wisata ke segmen wisatawan yang tepat. Memastikan konsumen
Peluang Pasar yang tepat sangat menentukan dalam konteks bisnis pariwisata pada satu
sisi, serta sangat strategis dalam mendorong pariwisata yang berkelanjutan
dan bertanggun gjawab. Kegagalan merespon pasar pariwisata berbasis
budaya tidak hanya memberikan dampak negatif secara bisnis, tetapi juga
bisa kontraproduktif terhadap upaya pe lestarian dan juga promosi warisan
budaya Indonesia.

Panduan. Panduan singkat dalam merespon peluang pasar untuk menen-


tukan target wisatawan yang tepat adalah:
a. Menganalisis tren global pariwisata dan membuat benchmarking
produ k wisata sejarah dan warisan budaya terutama yang berbentuk
jejak warisan budaya (heritage trail) di dunia yang sesuai;
b. Melakukan positioning produk wisata sejarah dan warisan budaya
terhadap tren global pariwisata
c. Mengidentifikasi segmentasi pasar yang tepat, termasuk mengiden-
tikasi komunitas-komunitas minat khusus dan juga komunitas budaya
yang sesuai;
d. Membuat profil wisatawan dengan motivasi khusus, termasuk juga
karakteristik, serta keinginan dan kebutuhannya.

PEDOMAN PENGEMBANGAN
50 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Langkah keempat adalah melakukan interpretasi terkait nilai-nilai warisan Langkah 4
budaya yang ada pada suatu tempat. Interpretasi akan menghasilkan
tuturan cerita (story-tellin g) dan alur cerita (st ory-line ) agar nilai-nilai dari Membuat
warisan budaya bisa lebih dipahami wisatawan dan bahkan bisa menarik
wisatawan untuk datang berkunjung ke destinasi tersebut. Interpretasi Interpretasi
yang baik harus bisa menjelaskan atau menjabarkan keterkaitan antara
muatan (content) yang berisikan nilai-nilai warisan budaya dengan konteks
(conte xt) terutama konteks tempat. Selain harus bisa mengkaitkan dengan
konteks tempat, suatu interpretasi harus mampu membahasakan nilai-nilai
warisan budaya dalam konteks kekinian.

Panduan. Panduan singkat untuk membuat interpretasi pada suatu tempat


meliputi:
a. Mengkaji kaitan muatan (content) dari nilai-nilai warisan budaya
dengan konteks (context) tempat dan dinamika kekinian;
b. Mengembangkan tuturan cerita (story-telling) berdasarkan signifikansi
warisan budaya pada daya tarik budaya dan konteks kekinian yang
ada pada suatu tempati;
c. Mengembangkan alur cerita (story-line) ber dasarkan tuturan cerita dan
sebaran pada daya tarik sejarah dan warisan budaya yang menggam-
barkan gagasan perjalanan wisata budaya dalam lingkup jejak warisan
budaya (heritage trail).

Langkah kelima adalah mentransformasikan alur cerita (story-line) dan juga Langkah 5
tuturan cerita (story-telling) dalam rancangan spasial dalam bentuk jalur
warisan budaya (heritage trail) yang akan dilalui oleh wisatawan. Jalur Merancang Jalur
warisan budaya (heritage trail) tak hanya merangkai beragam daya tarik
pada satu sisi, serta memberikan berbagai informasi ke wisatawan pada sisi Warisan Budaya
yang lain; tetapi juga memberikan pengalaman perjalanan bagi wisatawan
untuk berinteraksi dengan komponen kehidupan budaya kekinian.

Panduan Langkah Demi Langkah 51


Panduan. Panduan singkat untuk merancang jejak warisan budaya meliputi:

a. Merencanakan skenario pergerakan dari daya tarik satu ke daya tarik


lain secara sekuensial sesuai dengan rumusan tuturan cerita (story-
telling) dan alur cerita (story-line);
b. Mengindentifikasi komponen pendu kung untuk menguatkan skenario
pergerakan wisatawan yang memperhatikan prinsip wisata berkelan-
jutan dan bertanggungjwab;
c. Membuat konsep rancangan spasial dalam bentuk jalur warisan
budaya (heritage trail).

Langkah 6 Langkah keenam adalah menyajikan semua elemen yang didapat pada
proses langkah sebelumnya menjadi produk wisata sejarah dan warisan
Merumuskan budaya yang akan ditawarkan dan bisa diakses oleh wisatawan. Produk
wisata ini harus bisa menawarkan bentuk kegiatan berbasis sejarah dan
Produk Wisata warisan budaya dalam suatu rangkaian perjalanan dengan durasi waktu
tertentu. Produk wisata dirancang untuk memenuhi permintaan dan/atau
kebutuhan wisatawan. Segmen wisatawan yang berbeda akan menjadikan
permintaan dan/atau kebutuhannya menjadi berbeda pula, sehingga
implikasinya diperlukan adanya pengemasan produk yang sesuai.

Panduan. Panduan singkat untuk merumuskan produk wisata sejarah dan


warisan budaya meliputi:
a. Merumuskan produk wisata yang terangkai dalam jejak warisan
budaya (heritage trail);
b. Merincikan produk wisata berupa jejak warisan budaya (heritage trail)
menjadi jadwal perjalanan (itinerary) yang akan menjadi bagian dari
paket wisata yang ditawarkan pada wisatawan;
c. Melakukan inovasi produk destinasi secara khusus yang disesuaikan
dengan segmentasi pasar, serta permintaan dan kebutuhan wisata-
wan dengan motivasi khusus.

PEDOMAN PENGEMBANGAN
52 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Langkah ketujuh adalah menentukan pihak-pihak yang akan terlibat dalam Langkah 7
menyajikan produk wisata berbasis budaya ke wisatawan yang datang ber-
kunjung ke suatu destinasi. Pelaku wisata di sini secara prinsip adalah men- Menentukan
jembatani wisatawan untuk mengakses, mengenali dan mengalami produk
wisata sejarah dan warisan budaya. Di sisi lain, pelaku wisata menyampai- Pelaku Wisata
kan nilai-nilai warisan budaya yang pada suatu produ k sejarah dan warisan
budaya dan telah diinterpretasikan dalam “cerita-cerita” agar mampu di-
pahami oleh wisatawan. Selain itu juga terdapat para pelaku wisata yang
lebih ber peran untuk memberikan dukun gan agar kegiatan dan perjalanan
wisata bisa dilakukan oleh wisatawan dengan memperhatikan aspek keber-
lanjutan dan lebih bertanggungjawab terhadap lin gkun gan dan budaya
setempat.

Panduan. Panduan singkat untuk menentukan pelaku wisata sejarah dan


warisan budaya meliputi:
a. Melakukan identifikasi pelaku-pelaku wisata yang terkait langsung
dengan produ k wisata jejak warisan budaya (heritage trail) baik
pada lingkup komunitas ataupun industri pariwisata;
b. Mengidentifikasi industri pendu kung yang akan memfasilitasi per-
jalanan wisatawan melalui jejak warisan budaya (heritage trail);
c. Menguatkan pelaku wisata dan industri pendukung untuk bisa me-
lakukan implementasi prinsip pariwisata berkelanjutan dan juga ber-
tanggungjawab.

Langkah kedelapan adalah melakukan penguatan destinasi agar bisa me- Langkah 8
nerima kedatangan wisatawan yang akan mengakses produk wisata sejarah
dan warian budaya yang ada pada destinasi tersebut. Penguatan destinasi Menguatkan
ini harus dijabarkan dalam perencanaan yang komprehensif mengurangi
dampak negatif terhadap keberadaan produk sejarah dan warisan budaya, Destinasi
serta masyarakat dan struktur sosial setempat; selain mengarahkan wisata-
wan, pelaku wisata dan pemangkukepentin gan pariwisata untuk melakukan
kegiatan wisata berbasis sejarah dan warisan budaya yang berkelanjutan
dan bertanggungjawab.

Panduan Langkah Demi Langkah 53


Langkah 9 Langkah kesembilan merupakan tahapan penguatan destinasi terutama
pada aspek pengelolaan produk wisata jejak warisan budaya (heritage
Menguatkan trail). Kemampuan daya dukung kawasan, serta pengembangan pariwisata
yang memperhatikan pelestarian warisan budaya dan keterlibatan dari
Pengelolaan masyarakat setempat menjadi isu strategis dalam pengelolaan destinasi di
Destinasi sini; sehingga diperlukan adanya kerjasama pemangkukepentingan yang
didu kung dengan skenario pengelolaan dan kebijakan yang memayungi
pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya.

Panduan. Panduan untuk menguatkan pengelolaan destinasi meliputi:

a. Mengidentifikasi pemangku kepentin gan baik di tingkat provinsi da n


kabupaten/kota dan juga di tingkat masyarakat setempat dan juga
komunitas minat khusus yang akan terlibat dalam pengembangan
produk wisata jejak warisan budaya (heritage trail);
b. Merumuskan skenario pengelolaan produk wisata berupa jalur
warisan budaya (heritage trail) mengimplementasikan pariwisata
berkelanjutan dan bertanggungjawab;
c. Mengidentifikasi ke bijakan –termasuk aturan adat setempat– yang
berkaitan dengan pengelolaan produk wisata jejak warisan budaya
(heritage trail);
d. Menginisiasi institusi yang akan mengelola produk wisata berupa jalur
warisan budaya (heritage trail).

FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN


Faktor kunci keberhasilan merupakan identifikasi ber bagai unsur pentin g
yang diharapkan dapat membentuk kondisi yang mampu mendoron g
akselerasi pengembangan produk wisata sejarah dan warisan budaya di
berbagai destinasi. Unsur penting kun ci ke berhasilan dalam pengembang-
an wisata sejarah dan warisan budaya terdiri atas aspek produk, pasar,
sumber daya manusia, infrastruktur pendukung, serta juga kebijakan dan
tata kelola.

PEDOMAN PENGEMBANGAN
54 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Kunci keberhasilan dari aspek pr odu k pada pen gembangan wisata sejarah Aspek Produk
dan warisan budaya meliputi:
a. Kekuatan signifikansi atau nilai-nilai warisan budaya akan sangat me-
nentukan dalam melakukan interpretasi, pengembangan produ k
wisata, serta dalam merancang jejak warisan budaya dan penguatan
destinasi. Semakin kuat nilai sejarah dan warisan budaya, maka akan
semakin luas cakupan jejak warisan budaya (heritage trail) yang
secara potensial akan memiliki daya magnet yang kuat dalam me-
narik motivasi kunjungan.
b. Orisinalitas dan kelengkapan peninggalan atau bukti fisik terkait
dengan jalur budaya, serta akurasi atau orisinalitas sejarah yang ada
sangat menentukan keunikan dan otensitas dari produk wisata
sejarah dan warisan budaya.
c. Ketersediaan produk dalam bentuk paket wisata adalah hal yang
menentukan dalam pengembangan wisata sejarah dan warisan
budaya. Paket wisata sejarah dan warisan budaya yang ditawarkan
dapat berupa sebuah rute yang panjang dan lengkap, atau juga
rute yang pendek dalam bentuk penggalan rute utama yang jelas
narasinya.
d. Kemasan produk wisata sejarah dan warisan budaya dalam bentuk
paket wisata yang menarik menjadi sangat penting untuk membidik
pasar yang spesifik atau untuk meluaskan segmen pasar. Pengemas-
an produk wisata itu harus disesuaikan dengan motivasi dan juga
karakteristik target wisatawan.

Kunci keberhasilan dari aspek pasar pada pengembangan wisata sejarah Aspek Pasar
dan warisan budaya meliputi:

a. Tren pariwisata global sangat penting dalam memahami gambaran


permintaan dan pemenuhan dalam konteks wisata tematik berbasis
budaya. Dari kajian atas tren pariwisata global tersebut kemudian
bisa diputuskan positionin g pr odu k wisata sejarah dan warisan
budaya yang sesuai dengan dinamika pasar dunia masa depan.

Panduan Langkah Demi Langkah 55


b. Analisis pasar mutlak harus dilakukan untuk memastikan segmentasi
wisatawan yang akan menjadi target dari produk wisata sejarah dan
warisan budaya. Apabila target wisatawan jelas, pengembangan
produ k wisata sejarah dan warisan budaya akan lebih optimal. Im-
plikasi positif yang diharapkan adalah peningkatan jumlah kunjung-
an dan pembelanjaan wisatawan secara signifikan dengan memper-
hatikan aspek keberlanjutan dan bertanggungjawab.
c. Penentuan saluran pemasaran yang tepat akan berpengaruh besar
dalam menjangkau segmen wisatawan dengan motivasi khusus.
Pengembangan saluran pemasaran berbasis media sosial dan
digital efektif bagi wisatawan muda; sedang saluran pemasaran
berupa kegiatan pertukaran budaya (cultural exchange) ju ga perlu
dikembangkan untuk menyasar komunitas budaya dan minat
khusus.

Aspek Sumber Kunci keberhasilan dari aspek sumber daya manusia pada pengembangan
wisata sejarah dan warisan budaya meliputi:
Daya Manusia
a. Pelibatan masyarakat setempat sebagai tuan rumah menjadi sangat
penting dalam membangun pengalam berinteraksi. Kehidupan
masyarakat setempat yang membuat nilai produk wisata sejarah dan
warisan budaya menjadi lebih hidup. Masyarakat setempat di sini
harus dilihat sebagai pemilik nilai produ k wisata sejarah dan warisan
budaya.
b. Penguatan kapasitasi terhadap kelompok masyarakat setempat dan
komunitas minat khusus dalam pengembangan produk wisata dan
penguatan destinasi menjadi sangat penting. Kapasitasi tersebut
terutama terkait dengan implementasi pelestarian warisan budaya,
serta pengembangan pariwisata berkelanjutan dan bertanggung-
jawab.
c. Penguatan kapasitasi terhadap kelompok masyarakat setempat dan
komunitas minat khusus menjadi pelaku wisata sejarah dan warisan
budaya menjadi krusial untuk keberkelanjutan produk sejarah dan
warisan budaya. Kapasitasi bisa berupa penguatan kelompok usaha
wisata berbasis komunitas yang berorientasi pada pen gembangan
kewirausahaan sosial (social enterpreuner).

PEDOMAN PENGEMBANGAN
56 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
d. Penguatan kapasitasi pelaku wisata berbasis industri untuk mampu
mengembangkan bisnis pariwisata yang berkelanjutan dan ber-
tanggungjawa b menjadi sangat strategis. Selain itu pelaku wisata
berbasis industri didor ong untuk bersinergi dengan pelaku wisata
berbasis komunitas.
e. Kemampuan pelaku wisata dalam memberikan interpretasi yang
kreatif akan memberikan nilai tambah. Cerita yang disampaikan
harus mampu mengungkapkan sisi lain dari suatu nilai yang sedan g
dijelaskan. Nilai yang disampaikan harus bisa merangsang dan me-
libatkan imajinasi pikiran wisatawan, serta tidak sekedar menjadi
informasi dasar semata.

Kunci keberhasilan aspek destinasi pada pengembangan wisata sejarah Aspek Destinasi
dan warisan budaya meliputi:

a. Perlunya zonasi yang jelas dalam perwilayahan di destinasi yang


mengacu pada perencanaan kawasan warisan budaya meliputi zona
inti, pendukung dan pengembangan. Pembangunan destinasi harus
memperhatikan aturan pelestarian terutama pada zona inti dan pen-
dukung.
b. Perencanaan destinasi harus memperhatikan pola pergerakan dari
wisatawan, terutama untuk penyediaan aksesibilitas dan infrastruktur
pendukung kegiatan pariwisata.
c. Pengembangan destinasi harus memperhatikan kemampuan daya
dukung kawasan sesuai aturan pelestarian lingkungan dan budaya.
Pengembangan destinasi wisata sejarah dan warisan budaya yang
berpe gang pada prinsip pariwisata berkelanjutan dan bertanggun g-
jawab.
d. Pengembangan destinasi yang berada pada kawasan adat harus
memperhatikan aturan-aturan adat, serta juga melibatkan para pe-
mangku adat dalam perencanaan dan pengembangan destinasi.

Panduan Langkah Demi Langkah 57


Aspek Infrastruktur Kunci keberhasilan dari aspek infrastruktur pendukung pada pengemban g-
an wisata sejarah dan warisan budaya meliputi:
Pendukung
a. Penyediaan infrastruktur pendukung harus memperhatikan aspek
pelestarian lingkungan dan budaya, termasuk penyertaan partisipasi
masyarakat setempat.
b. Penyediaan infrastruktur pendukung harus memperhatikan kebutuh-
an wisatawan, termasuk bagi anak-anak, perempuan, orang tua dan
kelompok berkemampuan khusus.
c. Penyediaan infrastruktur pendukung harus bisa merespon perkem-
bangan teknologi informasi dengan tetap memperhatikan aspek
pelestarian lingkungan dan budaya setempat.

Aspek Kebijakan Kunci keberhasilan dari aspek kebijakan dan tata kelola pada pengem-
bangan wisata sejarah dan warisan budaya meliputi:
dan Tata Kelola
a. Dalam konteks pengembangan jejak warisan budaya (heritage trail)
yang melibatkan beberapa wilayah administrasi akan diperlukan
sinergi antar pemangkukepentin gan yang diarahkan secara efektif
oleh hirarki di atasnya.
b. Pengelolaan pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya
harus memperhatikan aturan pelestarian sesuai tata perundang-
undangan yang berlaku termasuk aturan-aturan adat setempat.
c. Konsisten dalam menyelenggarakan pengembangan kapasitas dari
sumber daya manusia, baik dalam meningkatkan kualitas inter-
pretasi maupun kapasitas masyarakat untuk dapat lebih berperan
konteks produk maupun tata kelola
d. Adanya pemantauan dan evaluasi terhadap pengembangan wisata
tematik berbasis budaya terutama yang terkait dengan produk
wisata sejarah dan warisan budaya.

PEDOMAN PENGEMBANGAN
58 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
“Semakin dilestarikan, semakin menyejahterahkan”
Arief Yahya • Menteri Pariwisata
Kemegahan situs istana air Taman Sari di Yogyakarta.
Sumber Gambar: www.wonderfuljogja.com
EPILOG:
Merespon
Tren Global

Saat ini pariwisata tidak sekedar merupakan bagian dari aktifitas Situs Masjid Sumur Gumilang yang
berda dalam kompleks Taman Sari
“istirahat dan rileks” atau rest and relax yang identik dengan ke- di Yogyakarta ini semakin sering
butuhan para pekerja di era industri. Kegiatan wisata bergeser dikunjungi wisatawan milenial
menuju ke gaya hidup yang sehat dan bermakna. Pelaku wisata karena mempunyai desain dan
suasana yang sangat unik untuk
pun bergeser ke kaum muda (youth) yang pada saat ini memuncul- berswafoto.
kan segmen wisatawan milenial atau millennial travelers. Perilaku Sumber gambar: www.picluck.net
wisatawan milenial sangat mempengaruhi produk wisata dan juga
pengembangan destinasi pariwisata global. Objek kebudayaan
setempat atau produk wisata budaya berbasis kearifan lokal men-
dadak menjadi dikenal hingga ke seluruh dunia dan menjadi daya
tarik wisata yang dicar i oleh wisatawan global. Setiap wisatawan
mendadak bisa menjadi fotografer atau videografer, serta juga
menjadi model dan bahkan tokoh utama. Wisatawan global men-
cari “sesuatu yang berbeda” dan menjadi cerita baru dalam media
digital yang menjadi bagian penting dalam kehidupan saat ini.

Panduan Langkah Demi Langkah 61


Tren baru pariwisata terus bermunculan secara dinamis dari aneka pers-
pektif, baik dari sisi permintaan, penawaran, atau bahkan dari sektor lain
yang selama ini terkesan tidak/kurang berhubun gan dengan pariwisata.
Dari perspektif permintaan telah berkembang pariwisata halal atau halal
tourism sebagai bentuk pemenuhan yang spesifik terhadap kebutuhan dari
wisatawan muslim yang berwisata.

Sedang dari sisi penawaran saat ini ber-kembang wisata ziarah Santiago de
Compostela di Eropa den gan inter-pretasi dan kemasan yang baru. Dari
sektor lain berkembang pariwisata kesehatan atau wellness tourism; atau
dari peristiwa alam yang luar biasa berkembang “Wisata Tsunami” seperti
yang ada di Aceh atau di Thailand. Produk- produk wisata berbasis budaya
yang dikembangkan tersebut merespon tren pasar (market-based) mau-
pun penggalian nilai-nilai yang dimiliki sumberdaya (resource-based).

Dikaitkan dengan profil wisatawan saat ini yang semakin berpengalaman


dalam berwisata, kondisi ini menuntut pengembangan produ k wisata yang
semakin kreatif dan inovatif dalam menawarkan identitas atau tema daya
tarik wisata. Produk-pr odu k wisata khususnya yang berbasis budaya yang
ditawarkan harus dapat meyakinkan bahwa wisatawan akan memperoleh
kualitas pengalaman yang spesifik dan berbeda dengan produ k-pr odu k
wisata lain.

Produk wisata alam, budaya, dan buatan perlu dikembangkan dan dikemas
dalam bingkai tema tertentu yang mampu mendorong timbulnya motivasi
kunjungan baru yang kuat. Nilai-nilai baru harus dibangun untuk dapat
memberikan warna baru terhadap produk wisata dan muncul keluar di
antara banyaknya produk wisata arus utama (mainstream tourism product )
yang saat ini telah ditawarkan.

Keragaman budaya Indonesia –baik dari sisi warisan budaya, kekinian, atau
pun suatu yang unik dan otentik– merupakan modal besar bagi nilai-nilai
baru dari produk wisata Indonesia. Modal ini harus dapat dimanfaatkan
dengan baik. Pemanfaatan budaya sebagai nilai produk akan memberikan
“pengalaman baru” dengan identitas ke-Indonesia-an yang kuat. Hal ter-
sebut tidak serta merta muncul begitu saja; akan tetapi perlu digali dan
dikemas secara kreatif.

PEDOMAN PENGEMBANGAN
62 WISATA SEJARAH DAN WARISAN BUDAYA
Para pelaku pariwisata perlu terus membekali diri dengan pengetahuan
baru, visi baru, untuk terus dapat berkreasi mengemas dan menjual produk
wisata yang memiliki tema spesifik. Pelaku pariwisata perlu mendalami apa
arti wisata tematik dan bagaimana langkah-langkah untuk mewujudkannya.
Produk wisata Indonesia yang memiliki sumber daya budaya yang sangat
besar harus dioptimalkan pemanfaatannya.

Dalam konteks inilah, panduan praktis ini disusun. Buku ini menekankan
pada apa dan bagaimana merespon perkembangan pariwisata global me-
lalui pengembangan produk wisata sejarah dan warisan budaya. Dengan
cara yang tepat, pemanfaatan jalur budaya sebagai wisata sejarah dan
warisan budaya akan memberikan faktor pembeda yang tinggi. Suatu
destinasi pariwisata berbasis budaya perlu mengembangkan beberapa
produ k wisata yang memiliki kesamaan tema untuk memberikan efek yang
tinggi terhadap motif kunjungan.

Secara teknis, buku panduan ini disusun dalam suatu format yang praktis
agar memudahkan dalam memahami wisata sejarah dan warisan budaya
dengan benar dan memandu langkah-langkah mempercepat pengem-
bangan wisata sejarah dan warisan budaya di Indonesia. Konsep, serta
komponen, prinsip, dan tahapan pengembangan perlu dipahami dan di-
terapkan. Langkah penting berikutnya adalah menindaklanjuti faktor-faktor
yang memiliki pengaruh besar kepada tingkat keberhasilan pengembang-
an yang dilakukan. Melihat pada butir-butir faktor kunci keberhasilan yang
ada di panduan praktis ini, maka diperlu kan kerja bersama dari pemangku
kepentin gan atau penta-helix kepariwisatan dalam mengembangkan
wisata sejarah dan warisan budaya di Indonesia.

Upaya yang serius dalam melakukan pengembangan wisata sejarah dan


warisan budaya diharapkan akan mampu menawarkan keragaman pilihan
bagi wisatawan. Pada sisi lain, wisata sejarah dan warisan budaya diharap-
kan bisa menumbuhkan motif kunjungan baru ke destinasi-destinasi pari-
wisata Indonesia. Masa depan wisata sejarah dan warisan budaya sangat
strategis untuk berkontribusi pada kualitas produk wisata dan pencapaian
target pembangunan pariwisata Indonesia.

Panduan Langkah Demi Langkah 63


Asisten Deputi Pengembangan Wisata Budaya
Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan
Kementerian Pariwisata

Gedung Film Pesona Indonesia


Jl. Letjen. MT. Haryono Kav. 47-48 Jakarta Selatan 12770
Telp. (021) 7491364
Faks. (021) 7491364
Laman: www.kemenpar.go.id dan www.indonesia.travel.com

Anda mungkin juga menyukai