Anda di halaman 1dari 14

NISAN KUNO DI JAILOLO: BUKTI PERKEMBANGAN ISLAM

ABAD KE-18 DI MALUKU UTARA

ANCIENT GRAVESTONE IN JAILOLO: EVIDENCE OF THE


DEVELOPMENT OF 18th CENTURY ISLAM IN NORTH
MOLUCCAS

Laila Abdul Jalil


Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Ternate
jalil_laila@yahoo.co.id

ABSTRACT
Moluccas Islands which is rich of spices has become an appeal for the foreign trades to
come make a trades of spices. The first foreign traders who visited the Moluccas Island are muslim
Arab traders. The entry of Islam into Jaillolo is marked by the existence of ancient gravestone in the
Village of Galala and Gam Lamo. This paper aims to describe the process of entry through the
variatons of ancient gravestone in Jailolo. This preliminary study used descriptive method of
analysis.

Keywords: Spices, The Coming of Islam, Moluccas, Ancient Gravestone.

ABSTRAK
Kepulauan Maluku yang kaya akan rempah-rempah telah menjadi daya tarik bagi para
pedagang asing untuk datang dan berdagang rempah-rempah. Pedagang asing yang pertama
mendatangi Kepulauan Maluku adalah pedagang Arab muslim. Masuknya Islam ke Jailolo ditandai
dengan keberadaan nisan-nisan kuno di Desa Galala dan Gam Lamo. Tulisan ini bertujuan untuk
mengetahui proses masuknya Islam melalui variasi nisan kuno di Jailolo. Penelitian awal mengenai
peninggalan arkeologi Islam di Jailolo ini menggunakan metode deskriptif analisis.

Kata kunci: Rempah-Rempah, Kedatangan Islam, Maluku, Nisan Kuno.

Tanggal Masuk : 16 Agustus 2017


Tanggal Diterima : 20 Desember 2017

Nisan Kuna di Jailolo: Bukti Perkembangan Islam Abad ke-18 di Maluku Utara; 195
(Laila Abdul Jalil)
PENDAHULUAN Indonesia sebagai penyebar Islam
Penelitian dan diskusi pertama. Baru kemudian disusul oleh
mengenai masuk dan orang Arab, kebanyakan keturunan
berkembangnya Islam di Indonesia nabi Muhammad Saw yang ditandai
masih sangat terbuka luas. Selama dari pemakaian gelar Sayyid dan
ini penelitian mengenai sejarah Syarif, mereka menyempurnakan
perkembangan Islam di Indonesia penyebaran Islam di Nusantara.
lebih banyak difokuskan di wilayah (Azra,1995:24).
Indonesia Barat dan hanya sedikit Islam di Maluku Utara erat
minat peneliti untuk melakukan kaitannya dengan pedagang Arab
penelitian di wilayah Indonesia Timur. yang datang ke Kepulauan Maluku,
Ini mungkin disebabkan karena yang mereka juluki dengan Jazirah
masih minimnya informasi mengenai al-Muluk, negeri para raja (Ricklefs:
peninggalan kepurbakalaan Islam di 2008, 45). Menurut penjelasan yang
wilayah Indonesia Timur. Dalam didapat dari pihak keluarga kedaton
tulisan ini penulis tidak menggunakan Ternate, disebut dengan istilah
istilah Maluku Utara namun Jazirah al-Muluk karena Kepulauan
menggunakan kata Maluku karena Maluku terbagi atas 4 kerajaan yakni
Maluku Utara baru terbentuk pada Jailolo, Bacan, Tidore, dan Ternate.
tahun 1999 yang merupakan hasil (Ricklefs, 2008:142). Menurut pihak
pemekaran dari Propinsi Maluku kedaton, Kepulauan Maluku adalah
berdasarkan Undang-Undang No. 46 daerah pertama yang disinggahi oleh
Tahun 1999 tanggal 4 Oktober 1999 pedang Arab sehingga mereka
dan diresmikan pada tanggal 12 berkeyakinan bahwa Islam pertama
Oktober 1999 dengan ibukota di berkembang di Kepulauan Maluku
Sofifi. Utara.
Sejumlah sarjana Barat Van Fraassen seperti yang
terutama Belanda memegang teori dikutip oleh Adnan Amal dalam
bahwa asal muasal Islam di bukunya Kepulauan Rempah-
Nusantara adalah dari Anak Benua Rempah; Perjalanan Sejarah Maluku
India, bukannya Persia atau Arabia. Utara 1250-1950 mengemukanan,
Pijnapell mengaitkan asal muasal bahwa nama Maluku telah dicatat
Islam di Nusantara dengan wilayah dalam kitab Nagarakertagama
Malabar dan Gujarat. Menurutnya, sebagai Maloko yang diadopsi dari
orang-orang Arab bermazhab Syafi’i pedagang Arab yang datang
bermigrasi dan menetap di India, berniaga ke Kepulauan Maluku.
kemudian membawa pengaruhnya (Amal, 2010: 5)
ke Nusantara. Teori ini Walau pun orang Arab yang
dikembangkan oleh Snouck pertama kali singgah ke Maluku,
Hurgronje yang berpendapat bahwa namun catatan mengenai Kepulauan
ketika Islam sudah mapan di kota Maluku pertama kali disebutkan oleh
pelabuhan Anak Benua India, muslim para ahli geografi Tiongkok dalam
Deccan, yang tinggal di sana sebagai Sejarah Dinasti Tang (618-906) yang
pedagang perantara dalam menyebut Kepulauan Maluku dengan
perdagangan Timur Tengah dengan Mi-li-kiu dan digunakan untuk
Nusantara datang ke dunia Melayu- menentukan posisi Pulau Bali. Dalam

196 Berkala Arkeologi Vol. 37 Edisi No.2 /November 2017


catatan Sejarah Dinasti Ming (1368- wilayah Halmahera Utara dan
1643) menceritakan tentang Maluku Barat
yang terletak di Samudera Tenggara 4. Bacan/ Dehe ma Kolano=
dan memiliki reputasi sebagai negara penguasa tanjung meliputi
kaya. Pulau itu banyak sekali Pulau Bacan dan Pulau Obi.
terdapat dupa (cengkih) yang jika Jailolo masuk dalam wilayah
turun hujan dupa akan berjatuhan administratif Kabupaten Halmahera
dan menutupi tanah. Jumlahnya Barat merupakan salah satu kerajaan
sangat banyak sehingga penduduk Islam di Maluku Utara pada masa
tidak dapat mengumpulkannya lampau. Dari beberapa informasi
semua. Pemimpinnya selalu yang penulis dapatkan, menyebutkan
menyimpan cengkih dalam jumlah bahwa Jailolo merupakan kerajaan
yang banyak dan dijual kepada tertua di Maluku Utara. Sebagai
kapal-kapal dagang yang kerajaan tertua tentu tidak
mengunjungi Maluku. Orang mengherankan jika di Jailolo dijumpai
Tionghoa mengunjungi Maluku untuk peninggalan arkeologis Islam berupa
membeli cengkih karena cengkih masjid, nisan, benteng, dan fragmen
berguna untuk menyembuhkan tidak keramik asing dari Cina dan Eropa.
enak badan. (Groeneveldt, 2009: Dalam satu kesempatan menjelajah
166). Perdagangan rempah ini juga di Jailolo, terutama di desa Galala
yang menjadi pemicu pedagang Arab dan Gam Lamo, saya sempat
datang sehingga menghasilkan menemukan persebaran nisan kuno
tinggalan budaya Islam di Maluku. dan fragmen keramik asing yang
Data awal mengenai tersebar di permukaan tanah.
peninggalan Islam di wilayah Temuan ini menunjukkan adanya
Indonesia Timur ditemukan di daerah indikasi permukiman dan aktifitas
Jailolo. Jailolo merupakan bagian perdagangan pada masa lampau.
dari 4 kesultanan yang ada di Maluku Nisan-nisan kuno yang
yang lahir karena adanya perjanjian ditemukan di Jailolo sejauh ini belum
Moti Verbond1 yang diprakarsai oleh teridentifikasi secara detil. Hal ini
Sultan Sida Arif Malamo (1322-1331) dikarenakan kurangnya informasi
yang membagi wilayah kekuasaan mengenai keberadaan peninggalan
menjadi empat wilayah arkeologi Islam di Indonesia bagian
(Abdulrahman, 2013: 22) yakni: timur. Berbeda dengan Aceh di mana
1. Ternate/ Alam ma Kolano= nisan-nisan kuno di Aceh sudah
penguasa alam yang meliputi banyak ditulis, bahkan Mohd. Yatim
Ternate, Sulawesi bagian dalam karyanya Batu Aceh: Early
Timur dan Utara hingga pulau Islamic Gravestones in Peninsular
Mindanao Malaysia melakukan klasifikasi nisan
2. Tidore/ Kie ma Kolano= Aceh ke dalam empat belas tipe dan
penguasa gunung meliputi menjadi rujukan bagi peneliti-peneliti
Tidore, Halmahera Tengah selanjutnya. Temuan nisan kuno di
dan Selatan, Maluku Selatan Jailolo dalam penelitian awal ini lebih
hingga tanah Papua kepada pencatatan keberadaan dan
3. Jailolo/ Jiko ma Kolano= deskripsi singkat mengenai ornamen
penguasa teluk meliputi yang dijumpai pada nisan.

1
Moti Verbond adalah perjanjian yang kesultanan di Kepulauan Maluku
mengatur pembagian wilayah di antara 4 (Abdulrahman, 2013: 22)

Nisan Kuna di Jailolo: Bukti Perkembangan Islam Abad ke-18 di Maluku Utara; 197
(Laila Abdul Jalil)
Pertanyaan besar mengenai
temuan nisan kuno di Jailolo adalah
bagaimana variasi nisan kuno di
Jailolo?

METODE
Penelitian awal ini bertujuan
untuk mengetahui proses masuknya
Islam melalui tipologi nisan kuno
yang dijumpai di Jailolo. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif
analisis dimana nantinya nisan-nisan
kuno di Jailolo akan dianalisa
berdasarkan bentuk dan ornamen.
Pengumpulan data dilakukan melalui
teknik survei permukaan dan
mengklasifikasikan temuan
permukaan berupa nisan-nisan kuno
serta fragmen keramik asing. Selain Gambar 1. Letak Jailolo, Ibukota Kabupaten
itu, studi pustaka digunakan untuk Halmahera Barat
melengkapi informasi mengenai (Sumber: Google Earth)
sejarah masuknya Islam ke
Kepulauan Maluku terutama ke Pada masa lalu, Jailolo
Jailolo. Data dari hasil survei merupakan bagian dari Provinsi
kemudian dianalisis dengan Maluku sebagai sebuah kota
membandingkan temuan nisan yang kabupaten. Maluku yang dikenal
ada di Jailolo dengan nisan-nisan sebagai penghasil rempah-rempah
kuno yang ada di Aceh. (spice islands) banyak dikunjungi
oleh pedagang asing. Jauh sebelum
kedatangan bangsa Eropa,
HASIL PENELITIAN Kepulauan Maluku banyak disinggahi
oleh pedagang Arab. Selain itu,
Kepulauan Maluku juga disinggahi
oleh pedagang dari daerah Jawa,
Melayu, Makassar, Cina, dan Gujarat
dengan tujuan untuk berdagang
rempah-rempah terutama cengkeh
dari Tidore dan Ternate di Maluku
Utara serta pala di Pulau Banda,
Kabupaten Maluku Tengah.
Pulau Jailolo merupakan
wilayah yang berbentuk seperti
lengan panjang. Salah satu sisinya
berseberangan dengan Ambon dan
Seram sedangkan sisi lainnya
terbentang hingga ke utara
Kepulauan Morotai. Semua
penduduknya pada masa lalu
menjalankan tradisi Pagan. Pulau ini
memiliki banyak makanan dan

198 Berkala Arkeologi Vol. 37 Edisi No.2 /November 2017


penduduknya banyak membuat tujuannya mengambil komoditas
perahu. Sebagian dari penduduknya perdagangan rempah-rempah
menjadi bajak laut dan sebagian terutama cengkih dan pala. Jalur
lainnya menjadi pedagang. Rajanya pelayaran tersebut membentuk
pengikut Muhammad (Islam). Orang- jaringan perdagangan dengan
orang yang datang berdagang ke berbagai negeri di bagian timur
Maluku membawa emas (Pires, Indonesia. Dari Malaka melalui Jawa,
2016: 286). Banda, dan Maluku. Juga melalui
Tome Pires dalam bukunya pesisir selatan Kalimantan dan
Suma Oriental menceritakan Sulawesi (Tjandrasasmita, 2009: 41).
mengenai Kepulauan Maluku Gilolo (Jailolo) atau
(Maluqo) sebagai penghasil cengkih Halmaheira dalam Bahasa Belanda
terdiri dari lima pulau. Ternate telah mengalami perubahan
sebagai pulau utama dilanjutkan permukaan bumi. Misalnya kenaikan
dengan Tidore, Moti (Motes), Makian sebuah gunung berapi dari dasar laut
(Maquem), dan Bacan (Pacham). di Gamokonora di semenanjung
Cengkih liar tumbuh dalam jumlah utara pada tahun 1673. Tanah Jailolo
yang cukup banyak yang juga adalah tanah vulkanis dan di pantai
ditemukan di pelabuhan Jailolo ada gugusan karang. Ciri-ciri dan
(Gilolo) yang terletak di Pulau Jailolo sifat permukaan bumi di Jailolo
(Halmahera, Batochina). Kelima membuktikan bahwa daratan ini
pulau ini menghasilkan sedikitnya sudah tua yang dibuktikan
6.000 bahar cengkih setiap tahun berdasarkan beberapa jenis hewan
bahkan kadang 1.000 bahar lebih khas Jailolo. Pada masa lampau
banyak atau sedikit. Satuan bahar Jailolo (Gilolo) merupakan tempat
yang mereka gunakan berdasarkan tinggal para Sultan Ternate.
pada satuan bahar yang berlaku di Kemudian Belanda meminta para
Malaka. Cengkih dipanen sebanyak sultan Ternate pindah ke tempat
enam kali dalam setahun. Dalam satu yang mereka tempati sekarang
kali pelayaran dari Malaka ke Banda (Kedaton Ternate) (Wallace, 2009:
dan Maluku melibatkan 8 jung, dan 237).
pelayaran ke Gresik menggunkan 3 Kedatangan pedagang
atau 4 jung (Pires, 2016: 276). muslim Arab ke Maluku memberi
Jaringan perdagangan dan dampak terhadap pertukaran agama
jalur pelayaran regional dan masyarakat lokal. Menurut tradisi
internasional di Indonesia bagian setempat, agama Islam telah datang
timur terutama di Maluku sebagai ke Maluku sejak abad ke-14,
pusat rempah-rempah selain didapat sedangkan di Aceh pada abad ke-13
dari berita yang ditulis oleh Tome sudah ada kerajaan Islam yaitu
Pires juga dari berita Antonio Galvao Samudera Pasai yang dipimpin oleh
dalam A Treatise on the Molucas Sultan Malik al- Saleh. Raja Ternate
Historia das Moluccas yang ditulis yang kedua belas, Molomateya
sekitar tahun 1544 yang (1330-1357) bersahabat karib
menceritakan berbagai hasil bumi, dengan orang Arab yang memberi
jenis burung, adat kebiasaan petunjuk cara-cara pembuatan kapal,
masyarakat dan raja-raja, namun sepertinya belum sampai
pembuatan berbagai jenis kapal, pada tahap pengenalan agama Islam
peperangan, dan sebagainya. (Daliman, 2012: 210).
Termasuk kedatangan bangsa Arab, Bukti bahwa pedagang Arab
Persia, Melayu, Tiongkok dalam sudah lebih awal bermukim di

Nisan Kuna di Jailolo: Bukti Perkembangan Islam Abad ke-18 di Maluku Utara; 199
(Laila Abdul Jalil)
Kepulauan Maluku salah satunya
dapat dilihat di Pulau Ternate,
terdapat permukiman orang Arab
yang mendiami Kampung Muhajirin.
Selain orang Arab, proses
Islamisasi juga ditandai degan
adanya kunjungan Sultan Ternate
(Zainal Abidin) ke Gresik. Hubungan
Jawa dengan Maluku memperlancar
proses Islamisasi di Kepulauan
Maluku. Jailolo merupakan kerajaan
Islam tertua di Maluku yang berdiri
pada tahun 1321 yang meliputi
sebagian Halmahera dan pesisir
Pulau Seram. Namun dalam
perkembangan Islam di Kepulauan
Maluku, Ternate, Tidore, dan Bacan
jauh lebih pesat. Hal ini karena
jumlah penduduk di ketiga pulau
tersebut jauh lebih banyak.
Masuknya pengaruh Islam ke
Kepulauan Maluku menyisakan data-
data arkeologis berupa nisan-nisan
kuno terutama di Jailolo yang Gambar 2. Nisan Gam Lamo 1
tersebar di enam titik yang tersebar di (Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
Desa Galala, Desa Gam Ici, dan
Desa Gam Lamo, Jailolo. Nisan kuno di titik pertama
Berdasarkan tipologi, nisan kuno di berada di Desa Gam Lamo,
Jailolo berbentuk pipih dan balok. Kabupaten Jailolo. Nisan kuno di
Ornamen pada nisan berupa kaligrafi Jailolo seperti halnya nisan kuno
dan flora berbentuk bunga serta masa Islam yang ditemukan di
suluran. Kaligrafi yang sudah berhasil daerah lain juga memiliki kaligrafi.
terbaca adalah ayat Kursi yang Salah satu nisan kuno ditemukan di
dijumpai pada nisan di Desa Gam desa Gam Lamo (Nisan Gam Lamo
Lamo. Beberapa nisan lainnya 1). Nisan ini memiliki ukuran tinggi
dijumpai kaligrafi namun belum 160 cm dan lebar 80 cm. Berbentuk
berhasil terbaca. Bentuk-bentuk pipih dengan bagian kepala nisan
nisan tersebut adalah: berbentuk seperti buah delima.
Nisan Kuno I, Desa Gam Lamo

200 Berkala Arkeologi Vol. 37 Edisi No.2 /November 2017


Gambar 3. Ornamen pada Badan Nisan Gam
Lamo 1 Sisi Samping
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

Bagian badan nisan sisi


dalam dihiasi dengan kaligrafi yang
berisi ayat Kursi. Bagian badan nisan
sisi luar dihiasi dengan motif flora
yang pada sisi kiri dan kanan badan
nisan terdapat motif geometris dan
flora (panah kuning). Sepintas bentuk
flora pada sisi samping badan nisan
terlihat seperti bentuk anyaman Gambar 4. Bagian Kaki Nisan Gam Lamo 1
dengan motif bunga. yang Sudah Patah (kiri),
Nisan bagian kaki kondisinya Detail Motif flora (kanan)
dalam keadaan sudah rusak karena (Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
patah dan bagian puncak nisan telah
hilang. Ornamen pada bagian kaki Selain rusak dan patah, bagian
nisan juga berbentuk flora dan bagian badan dan kaki nisan juga ditumbuhi
paling bawah berbentuk garis-garis lumut putih (lycheen) yang lambat
geometris. Bagian dasar kaki nisan laun akan merusak permukaan nisan.
berbentuk persegi empat dan
merupakan bagian yang ditanam ke
dalam tanah.

Nisan kuno II, Desa Gam Lamo

Nisan Kuna di Jailolo: Bukti Perkembangan Islam Abad ke-18 di Maluku Utara; 201
(Laila Abdul Jalil)
kubur Daeng Muda (Mad) telah
pulang bulan Ramadhan Sanah
1214.2
Berlokasi di dekat masjid
sultan yang pertama di Desa Gam
Lamo. Nisan berbentuk pipih dengan
sedikit penataan pada bagian bahu
nisan dan bagian puncak nisan
dibuat meruncing. Kondisi nisan di
dekat masjid kedaton tidak terawat
dan seperti terlupakan. Beberapa
nisan dalam kondisi berantakan.
Hanya yang di bagian dalam pagar
nisan yang terbuat dari susunan batu
dan semen saja masih terlihat sedikit
terawat. Ornamen yang dijumpai
antara lain kaligrafi serta pola
geometris bentuk lingkaran bulat dan
Gambar 5. Bagian Kaki Nisan Gam Lamo 2
yang Sudah Patah.
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

Gambar 6. Detail kaligrafi pada bagian kaki


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016) Gambar 7. Bagian Kaki Nisan Gam Lamo 2
yang Sudah Patah
Inskripsi yang terdapat pada (Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
bagian kaki yang berbunyi: inilah

2
Hasil yang dibaca oleh Masykur
Syafruddin, alumni UIN Ar-Raniry Banda
Aceh.

202 Berkala Arkeologi Vol. 37 Edisi No.2 /November 2017


di bagian dalamnya diisi dengan motif makam keramat yang kerap diziarahi
kelopak bunga berjumlah enam. pada waktu-waktu tertentu.
Pada bagian bawah bidang bulat Selain temuan nisan kuno, di
terdapat dua bentuk lengkung seperti Desa Galala banyak dijumpai temuan
bulan sabit dan sedikit motif flora permukaan berupa fragmen keramik
berbentuk sulur tanaman. Selain asing terutama Eropa.
ornamen flora, ornamen geometris
sederhana mendominasi nisan-nisan
kuno di Jailolo.
Tidak dijumpai kaligrafi pada
temuan nisan titik kedua ini namun
pada bagian badan nisan sisi dalam
dan luar terdapat motif berbentuk
flora yang diukir seperti bunga
merambat. Pada titik kedua
ditemukan delapan buah nisan kuno
dan kondisinya tidak terawat.
Gambar 9. Keramik Asing Buatan
Maastricht (Belanda)
Nisan kuno di Desa Galala (Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
Berlokasi di Desa Galala,
Kabupaten Jailolo. Nisan kuno Galala
1 yang dijumpai di titik ketiga berada
PEMBAHASAN
Pada masa lampau Jailolo
berperan dalam perdagangan
rempah-rempah terutama cengkih.
Berkembangnya Kepulauan Maluku
sebagai daerah perdagangan tidak
terlepas dari jalur pelayaran di Asia
Tenggara yang menghubungkan
negeri Cina dengan negeri-negeri “di
atas angin”, yakni sub-kontinen India,
Persia, dan negeri-negeri Arab di
Timur Tengah yang berlanjut ke
Eropa. Sejak zaman purba, jalur ini
telah digunakan oleh para pedagang
yang menghubungkan negeri-negeri
barat dan timur yang dikenal dengan
nama “Jalur sutera” (silk route) yang
digunakan oleh kafilah melintasi
padang rumput dan gurun pasir serta
samudera. Jalur laut semakin penting
ketika jalur darat tidak lagi aman
karena adanya peperangan di
Gambar 8. Bagian Kaki Nisan Galala 1 yang kawasan Asia Tengah. Komoditi
Sudah Patah yang diperdagangkan di “Jalur
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016) sutera” (silk route) selain sutera
dalam pagar yang terbuat dari adalah rempah-rempah yang berasal
susunan batu dan oleh masyarakat dari kawasan Asia Tenggara yang
nisan-nisan ini dianggap sebagai menjadi pemasok utama rempah-
rempah berupa lada, pala, cengkih,

Nisan Kuna di Jailolo: Bukti Perkembangan Islam Abad ke-18 di Maluku Utara; 203
(Laila Abdul Jalil)
dan kayu-kayu yang wangi bermukim di Ternate, Bacan, dan
(Ambary,1998: 149). Tidore. (Amal, 2010: 238).
Berita awal mengenai Bangsa Arab sebagai
hubungan Timur Tengah dengan pendatang pertama ke Kepulauan
Nusantara diperoleh dari sumber- Maluku untuk berdagang rempah-
sumber Cina dan Arab. Sejarawan rempah menjadi pembuka jalan bagi
Arab seperti Al-Ya’qubi, Abu Zayd, bangsa asing lainnya untuk
dan Al-Mas’udi menulis tentang menguasai pusat rempah-rempah
Nusantara namun kandungannya yang pada masanya menjadi
lebih kepada cerita-cerita pelayar komoditi perdagangan unggulan.
Arab mengenai hal-hal aneh dan Kedatangan bangsa Arab ke
mistis. Pengembara Arab yang Kepulauan Maluku menyebabkan
datang kemudian seperti Ibnu terjadinya proses konversi agama
Battutah mendeskripsikan Nusantara masyarakat lokal ke Islam.
secara akurat dan otentik Tidak dapat dipungkiri bahwa
(Azyumardi, 1995: 37). Selat Malaka juga memiliki peranan
Kitab Nagarakertagama yang besar terhadap masuk dan
ditulis pada pertengahan abad ke-14 berkembangnya Islam di Nusantara
menyebutkan nama-nama tempat khusunya ke Kepulauan Maluku.
yang dapat ditelusuri kembali di Selat Malaka memainkan peran
pulau-pulau sebelah timur yang pada penting dalam posisi strategis
masa lalu dikunjungi oleh pedagang- sebagai pintu masuk jalur
pedagang dari kerajaan Hindu-Jawa perdagangan internasional pada
dan kerajaan sebelumnya. masanya. Melalui Selat Malaka,
Keberadaan orang-orang asing di pedagang-pedagang dari Arab, Cina,
Kepulauan Maluku juga dapat dilacak dan terakhir Eropa menjelajah
dari legenda Soya dan Lutong di Nusantara dalam rangka mencari
Ambon serta nama keluarga seperti sumber rempah-rempah. Peran
Latu-Halat, Raja Barat, Maspaitela Sunan Giri sangat penting dalam
(keluarga besar dari Majapahit), proses Islamisasi di Maluku. Sultan
Telaga Kodok (nama permukiman Zainal Abidin terkenal sebagai Raja
pertama orang Jawa), nama tempat Bulawa, Raja Cengkih karena
Luhu (dari Luwu Sulawesi) (Daliman, membawa bulawa (cengkih) ke Giri
2012: 208). ketika menuntut agama Islam.
Bukti tentang kehadiran Sekembali dari Jawa, ia membawa
bangsa Arab ke Maluku disebutkan serta seorang mubaligh yang
oleh Tome Pires dalam karyanya bergelar Tunubahul dan
Suma Oriental menyatakan bahwa mengembangkan Islam di Maluku.
Islam telah masuk ke Maluku sekitar Berita Portugis juga mengungkapkan
tahun 1459-1460. Berita Portugis hubungan antara Jawa dengan
menyebutkan jika Islam telah hadir di Maluku. Menurut Tome Pires, Raja-
Maluku pada tahun 1486 saat raja Maluku mulai masuk Islam
wafatnya Kaicil Marhum dan sekitar tahun 1460-1545. Dikatakan
digantikan oleh Zainal Abidin. De pula bahwa Raja di Maluku
Clerq menyebutkan bahwa pada menggunakan gelar sultan,
awal abad ke-14 masa pemerintahan sedangkan lainnya hanya
Sida Arif Malamo di Ternate (1322- menggunakan gelar raja. Masyarakat
1331) dan Kaicil Sele di Tidore serta muslim juga dijumpai di Banda, Hitu,
Sida Hasan di Bacan, telah banyak Makyan, dan Bacan (Daliman, 2012:
orang Jawa, Cina, Arab, serta Melayu 211).

204 Berkala Arkeologi Vol. 37 Edisi No.2 /November 2017


Masuknya Islam ke Jailolo pedagang asing yang singgah ke
tidak terlepas dari adanya hubungan Jailolo.
Jawa dengan Maluku pada masa Selain nisan, temuan
lampau dan ditambah lagi dengan permukaan yang cukup padat berupa
peranan Sultan Zainal Abidin salah fragmen keramik asing yang
seorang Sultan Ternate yang belajar tersebar di ketiga desa tersebut
Islam ke Giri dan melanjutkan mengindikasikan adanya kontak
dakwahnya di Kepulauan Maluku. penduduk setempat dengan bangsa
Selain itu, peranan Selat Malaka asing. Berdasarkan temuan fragmen
sebagai pintu gerbang masuknya keramik asing ini mengindikasikan
pedagang-pedagang asing ke adanya perdagangan yang pesat
Nusantara menyebabkan terjadinya secara langsung atau tidak langsung
kontak bangsa Arab dengan antara penduduk setempat dengan
penduduk Nusantara terutama ke bangsa Cina dan Eropa pada masa
wilayah Indonesia Timur. lampau di Jailolo.
Adanya Hubungan Jawa Inskripsi pada nisan di titik
dengan Maluku mendorong kedua yang menyebutkan kata
berkembangnya pertumbuhan Daeng Muda menunjukkan bahwa
masyarakat muslim khususnya di yang dimakamkan di lokasi tersebut
Jailolo. Pertumbuhan masyarakat adalah seorang bangsawan dari
muslim pada akhirnya mendorong Bugis. Tentunya ini menjadi temuan
berkembangnya budaya materi yang menarik dan membuktikan
sebagai penanda komunitas muslim bahwa pada masa lampau
dalam hal ini nisan yang memiliki Kepulauan Maluku sudah banyak
fungsi sakral. disinggahi oleh para pendatang baik
Nisan bukan hanya sebagai lokal maupun asing. Berdasarkan
penanda kubur, namun juga sebagai inskripsi yang dijumpai pada nisan di
penanda status sosial tokoh yang titik kedua diduga bahwa pengaruh
dimakamkan. Dari beberapa temuan Islam di Kepulauan Maluku terutama
nisan kuno di Jailolo diduga bahwa di Jailolo juga dibawa oleh orang
tokoh yang dimakamkan memiliki Bugis yang ikut mengambil peran
kedudukan dan peran penting pada dalam perdagangan rempah saat itu
masanya. dan ikut berperan sebagai penyebar
Berdasarkan pengamatan Islam.
awal terhadap tinggalan arkeologis Seperti umumnya nisan-nisan
Islam di Jailolo diketahui bahwa kuno yang dijumpai di daerah lain,
variasi nisan-nisan kuno di Jailolo nisan kuno di Jailolo juga
terdiri dari bentuk pipih dengan menggunakan ornamen kaligrafi dan
penataan puncak nisan berbentuk geometris. Penggunaan ornamen
buah delima, variasi pipih dengan geometris merupakan hal yang
pahatan pada bagian puncak nisan, lumrah dalam seni Islam. Hal ini
variasi pipih dengan puncak nisan dikarenakan adanya larangan
polos tanpa pahatan. Berdasarkan penggambaran makhluk hidup,
variasi nisan dapat disimpulkan ornamen berbentuk flora dan
bahwa tradisi memahat batu nisan di geometris merupakan ekspresi
Jailolo sudah berkembang pesat seniman terhadap lingkungan alam
pada masanya. Kemahiran ini setempat. Selain motif geometris,
mungkin saja didapat dari bentuk flora/buah seperti buah
persentuhan dengan pedagang- delima merepresentasikan buah-
buahan di surga di mana salah satu

Nisan Kuna di Jailolo: Bukti Perkembangan Islam Abad ke-18 di Maluku Utara; 205
(Laila Abdul Jalil)
buah yang disebutkan di dalam al- Berdasarkan hasil penelitian
qur’an surah Ar-Rahman ayat 68 yang dilakukan, diketahui bahwa
adalah buah delima sebagai nisan-nisan kuno berbentuk pipih.
makanan bagi penghuni surga (Jalil, Ornamen yang umum digunakan
2015: 283). adalah kaligrafi, sulur-suluran, dan
bentuk geometris dengan penataan
pada bagian bahu dan kepala nisan.
KESIMPULAN Kaligrafi yang ada pada nisan berisi
Salah satu teori mengenai inskripsi ayat Kursi. Jika
proses masuk dan berkembangnya dibandingkan dengan nisan-nisan
Islam di Nusantara menyebutkan yang ada di Aceh, bentuk nisan pipih
tentang peranan pedagang Arab seperti yang ada di Jailolo berasal
sebagai pembawa Islam. Teori ini dari abad ke-18. Hal ini sejalan
dapat dibuktikan dari peninggalan dengan temuan nisan di Desa Galala
nisan kuno di Jailolo. Masuk dan dan Gam Lamo.
berkembangnya Islam di Jailolo tidak
terlepas dari peranan pedagang Arab
yang datang ke Kepulauan Maluku SARAN
pada masa lampau dalam rangka Nisan-nisan kuno yang
mencari rempah-rempah. Selain dijumpai di Jailolo merupakan data
membawa pengaruh Islam, arkeologis yang memiliki nilai penting
kedatangan pedagang Arab ke dan harus dilestarikan
Kepulauan Maluku menjadi pembuka keberadaannya. Tujuannya agar
jalan bagi pedagangan asing lainnya sejarah dan perkembangan Islam di
yakni Cina dan Eropa. Jailolo semakin terungkap terutama
Dari sumber-sumber berita aspek-aspek perdagangan, ekonomi,
asing diketahui bahwa Islam mulai sosial masyarakat, serta
masuk ke Maluku pada abad ke-14. perkembangan Islam di Jailolo pada
Hubungan Kepulauan Maluku masa lampau. Pemasangan cungkup
dengan Jawa pada masa lampau sangat dibutuhkan guna melindungi
terutama Kesultanan Ternate masa nisan-nisan terutama yang
pemerintahan sultan Zainal Abidin mengandung inskripsi agar informasi
yang mendalami Islam ke Giri turut penting menyangkut aspek
memberi andil bagi perkembangan perkembangan Islam di Jailolo tidak
Islam di Kepulauan Maluku. hilang akibat faktor cuaca dan iklim.
Inskripsi yang terdapat pada salah Sudah saatnya penelitian
satu nisan kuno di Jailolo Islam di Kepulauan Maluku Utara
mengindikasikan adanya peranan digiatkan guna mengungkap lebih
bangsawan Bugis dalam proses banyak lagi aspek-aspek arkeologi
penyebaran Islam pada masa Islam di Nusantara. Penelitian
selanjutnya. Angka tahun 1214 H jika arkeologi Islam di wilayah Indonesia
dikonversi ke tahun masehi akan bagian timur masih terbuka lebar
diperoleh angka 1794 M (abad ke- mengingat selama ini perhatian
18). Berdasarkan angka tahun ini peneliti terutama di bidang arkeologi
dapat disimpulkan bahwa pada abad Islam belum terfokus ke wilayah
ke-18 bangsawan yang berasal dari timur. Potensi data peninggalan
Bugis memiliki peran besar dan arkeologi Islam yang cukup besar
kedudukan penting yang ditandai dari terutama di wilayah Jailolo
pemakaian batu nisan berukir. diharapkan ke depannya akan
mampu mengungkapkan lebih

206 Berkala Arkeologi Vol. 37 Edisi No.2 /November 2017


banyak lagi aspek mengenai sejarah
masuk dan berkembangnya Islam di
wilayah timur Indonesia. Tentunya
dibutuhkan penelitian lebih lanjut dan
komprehensif dengan melibatkan
berbagai pihak antara lain Balai
Arkeologi Ambon serta Balai
Pelestarian Cagar Budaya Ternate.

UCAPAN TERIMA KASIH


Dalam kesempatan ini,
penulis ingin mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada
Muslim Arsad yang telah berkenan
mengantarkan penulis ke situs-situs
peninggalan Islam yang tersebar di
Jailolo. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Ketua
Jurusan dan mahasiswa Fakultas
Ushuluddin, Adab, dan Dakwah IAIN
Ternate yang telah memberikan
informasi mengenai keberadaan
peninggalan masa Islam di Jailolo.
Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Cheviano
E. Alputila, S.Hum yang telah banyak
membantu penulis terutama dalam
hal teknik penulisan dan sumbangan
pemikiran untuk kesempurnaan
penelitian ini.
Ucapan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya juga
penulis sampaikan kepada Masykur
Syafruddin, alumni UIN Ar-Raniry
Banda Aceh yang sering membantu
penulis untuk membacakan inskripsi
pada nisan-nisan kuno yang penulis
jumpai.

Nisan Kuna di Jailolo: Bukti Perkembangan Islam Abad ke-18 di Maluku Utara; 207
(Laila Abdul Jalil)
DAFTAR PUSTAKA

Jalil, Laila Abdul. 2015. Masjid-Masjid Kuno di Aceh. Banda Aceh: Balai
Pelestarian Cagar Budaya Aceh dan Sumatera Utara.

Abdulrahman, Jusuf. 2013. Kapita Selekta: Sejarah, Bahasa dan Budaya Moloku
Kie Raha. Yogyakarta: Kanisius.

Amal, Adnan. 2010. Kepulauan Rempah-Rempah; Perjalanan Sejarah Maluku


Utara, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Ambary, Hasan Muarif. 1998. Menemukan Peradaban: Jejak Arkeologis dan


Historis Islam Indonesia, Jakarta: Logos.

Azra, Azyumardi. 1995. Jaringan Ulama: Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara
Abad XVII dan XVIII, Jakarta: Mizan.

Daliman. 2012. Islamisasi Dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di


Indonesia. Yogyakarta: Ombak.

Groenevedt, W.P. 2009. Nusantara Dalam Catatan Tionghoa. Jakarta: Komunitas


Bambu.

Pires, Tome. 2016 . Suma Oriental. Yogyakarta: Ombak

Ricklefs, M.C. 2008, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi

Tjandrasasmita, Uka. 2009. Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: Kepustakaan


Populer Gramedia.

Wallace, Alfred Russel. 2009. Kepulauan Nusantara: Sebuah Kisah Perjalanan,


Kajian Manusia dan Alam, Jakarta: Komunitas Bambu.

208 Berkala Arkeologi Vol. 37 Edisi No.2 /November 2017

Anda mungkin juga menyukai