Anda di halaman 1dari 3

10 Tip menulis buku best seller

Salah satu pertanyaan dari para profesional yang paling sering mampir ke saya adalah yang
seperti ini: Bagaimana sih cara menulis buku yang mudah itu? Memang, saya termasuk salah
satu penulis yang paling demen memprovokasi kalangan tersebut supaya menulis buku. Bukan
cuma menulis buku biasa, tapi menulis buku bestseller, lho! Sekalipun itu baru pengalaman
menulis buku yang pertama, saya tetap menegaskan, “Beranilah bermimpi menjadi penulis buku
bestseller!”

Sementara lupakan saja soal definisi bestseller. Yang penting, cita-citakan dulu buku kita akan
laris di pasaran, lalu beranikan mental, niatkan segera, dan mulai sekarang juga dengan menulis
apa pun yang menggoda kita untuk menulis. Sengaja saya dorong-dorong supaya para
profesional itu berani menggagas buku bestseller. Mengapa? Ya, supaya semangatlah
menulisnya. Kalau menulis tanpa semangat, jangan harap ada roh semangat pula dalam karya
kita. Kalau hasil tulisan tidak memiliki roh atau gereget tertentu, mana ada orang yang mau beli
dan membacanya, kan?

Balik lagi ke soal bagaimana cara menulis buku yang mudah, saya pun berani menyatakan
bahwa menulis buku bestseller itu mudah. Sampai-sampai saya bersama Andrias Harefa (penulis
30 buku laris) mengadakan workshop berjudul “Cara Gampang Menulis Buku Bestseller”, yang
pada Agustus 2008 nanti memasuki Angkatan Ke-5. Nah, bagaimana kesan para peserta
workshop tersebut? Umumnya mereka sadar dan menjadi yakin, ternyata menulis buku bestseller
itu memang mudah. Bagaimana itu? Saya akan kupas beberapa di antaranya dalam artikel ini.

Pertama, kalau mau menulis buku bestseller, cobalah yakin sejak awal bahwa kita semua
berpeluang dan mampu melakukan hal tersebut. Penulis senior atau bahkan penulis pemula
sekalipun, semuanya punya peluang yang sama untuk menggebrak pasar. Kalau sudah punya
keyakinan, cobalah terus memeliharanya, lalu tambahkan dengan semangat yang sungguh-
sungguh dialirkan dalam setiap langkah penulisan nantinya.

Kedua, miliki perspektif menulis buku itu mudah, yaitu sekadar aktivitas merangkai huruf, kata,
kalimat, paragraf, dan tulisan. Caranya, pandanglah buku itu hanya sebagai kumpulan bab atau
tulisan pendek. Sementara, bab atau tulisan pendek itu sendiri hanyalah kumpulan dari paragraf
(alinea), paragraf itu sendiri hanya kumpulan dari beberapa kalimat, kalimat hanya kumpulan
dari beberapa kata, dan kata hanyalah kumpulan dari beberapa huruf.

Jadi, kalau kita bisa merangkai huruf menjadi kata, merangkai kata-kata menjadi kalimat,
kemudian membuat kalimat-kalimat tersebut menjadi paragraf, lalu bisa merangkai sejumlah
paragraf menjadi sebuah tulisan, dan terakhir menulis beberapa artikel atau tulisan pendek, ya
jadilah buku itu. Sesederhana itulah! Makanya, jangan punya persepsi menulis buku itu sulit.

Ketiga, pilih tema yang pas dengan mempelajari sejarah sekaligus tren tema-tema buku
bestseller. Menyangkut sejarah buku bestseller, pasti akan kita temukan tema-tema betseller
yang bisa berulang. Sementara soal tren, pasti efek tarikan atas buku betseller yang sedang
bergaung. Artinya, kalau ada tema buku bestseller sedang moncer di pasaran, tak menutup
kemungkinan tema yang sama juga lagi digemari dan dicari. Jadi, ini peluang bagi penulis-
penulis lain yang tajam penciumannya atas selera dan tren pasar.

Keempat, setelah berhasil memilih tema, buatlah outline atau kerangka tulisan. Untuk apa?
Untuk mempercepat proses penulisan dan menata supaya tulisan tidak melebar ke mana-mana.
Outline bisa dibuat berdasarkan cara atau gaya penulisan kita. Ada yang mampu menulis dengan
baik kalau didasari oleh outline yang detail, tapi ada yang lebih efektif dengan outline sederhana.
Apa pun pilihannya, efektivitas penulisan tetap menjadi pertimbangan utama. Makanya, bagi
yang merasa bisa menulis dengan lebih baik dan cepat tanpa outline, ya abaikan saja outline ini.

Kelima, pilih teknik penulisan buku yang paling efektif dan efisien. Maksudnya? Pilih teknik
penulisan yang paling cocok buat kita, paling membuat kita bersemangat, paling mudah
dilakukan, dan tentu saja efisien secara waktu. Soal teknik ini menjadi krusial sifatnya bila kita
sedang mengejar atau mengikuti tren buku tertentu. Contoh, penulisan buku berbasiskan teknik
wawancara, teknik menulis cepat, dan teknik kompilasi artikel/tulisan pendek adalah teknik yang
paling cocok untuk menyasar tren buku bestseller.

Keenam, kuasai teknik menulis cepat. Teknik ini didasarkan pada prinsip bahwa ide-ide dasar
dan yang paling orisinal harus segera dituliskan supaya tidak menguap. Yang terpenting adalah
menuliskan gagasan ketika kita sedang dalam kondisi dibanjiri oleh ide. Soal pengayaan isi dan
penyuntingan bisa dilakukan pada tahapan berikutnya. Contoh aplikasi teknik ini adalah; sekali
duduk atau menulis, selesailah satu tulisan (artikel) atau bab. Sekali menguasai teknik menulis
cepat, masalah penundaan dan kemacetan bisa lebih mudah dihindari atau diatasi.

Ketujuh, alirkan gairah, semangat, visi, dan misi dalam setiap tulisan kita. Salah satu rahasia
keberhasilan buku-buku bestseller adalah pada kemampuannya dalam “berbicara” atau menjalin
hubungan emosional dengan para pembacanya. Buku yang mengesankan adalah buku yang
mampu memengaruhi dan menggerakkan pembacanya dalam beragam cara.

Bagaimana caranya? Ya, selain bisa mengungkapkan pikiran-pikiran atau ide-idenya, penulis
harus mampu mentransfer antusiasme, keyakinan, visi-visi, dan kejujurannya kepada pembaca.
Kalau sudah begini, tanpa disuruh pun akan ada banyak pembaca yang merekomendasikan buku
kita nantinya.

Kedelapan, kuasai teknik pengayaan dan penyuntingan naskah, serta sediakan waktu yang cukup
untuk mengolah naskah kita. Naskah yang ditulis dengan cepat biasanya bolong di sana-sini.
Pada tahap penyuntingan dan pengayaan inilah kita harus bisa mengerjakan PR kita; mengecek
kembali sistematika tulisan, judul bab dan subbab, mengecek ketepatan teori dan pendekatan,
kelengkapan data maupun variasi contoh kasus, pengembangan gaya bahasa populer, termasuk
soal tata bahasa, dll. Pada tahap ini pula kita berkesempatan untuk meneliti dan merasakan ulang
apakah naskah kita sudah cukup “berbicara” kepada calon pembaca nantinya.

Kesembilan, pilih judul yang paling pas. Bila perlu, adakan survei dengan menyodorkan
sekurang-kurangnya sepuluh nomine judul. Saya yakin, ada beberapa judul yang benar-benar
memiliki efek sugestif kepada para calon pembacanya. Silakan pelajari daftar buku laris versi
koran-koran atau majalah, pasti mudah ditemukan judul-judul sejenis itu.
Memang judul bukan faktor yang paling menentukan, tetapi tetap saja, judul yang pas akan
menjadi iklan utama bagi sebuah buku. Buku, sama halnya dengan produk lainnya, sekalipun
bagus isi/kualitasnya bisa saja tidak dilirik konsumen karena iklan atau judulnya tidak
memberikan impresi/kesan kesan yang bagus.

Kesepuluh, bekerjasamalah dengan editor atau penerbit. Setelah berusaha memaksimalkan semua
potensi karyanya, setiap penulis harus bekerjasama dengan editor atau penerbit supaya potensi
bestseller naskahnya semakin maksimal. Para editor dan penerbit berpengalaman biasanya
memiliki data, informasi, atau pengalaman dalam mengolah naskah menjadi buku bestseller. Di
sinilah peran mereka dalam men-dandani naskah kita supaya memiliki format, tampilan, atau
kemasan yang menjual. Kadang mereka membutuhkan ide-ide orisinal kita, kadang justru kitalah
yang harus berkompromi dengan strategi mereka. Semuanya butuh kerjasama demi hasil
maksimal dan menguntungkan kedua belah pihak.

(Copy right: santoso/http://www.pembelajar.com/cara-gampang-menulis-buku-best-seller)

Anda mungkin juga menyukai