Anda di halaman 1dari 8

ROAD TO PUBLISHING ( 1 )

By: Taufiqi Bravo

Pada kesempatan ini, izinkan saya menshare pengalaman saya dalam mempersiapkan penulisan
hingga terbit menjadi sebuah buku. Dalam menulis sebuah tulisan hingga menjadi sebuah buku,
terdapat tahapan-tahapan yang bisa saya uraikan secara sistematis. Disamping atas pengalaman
pribadi dari menerbitkan beberapa buku, uraian ini juga saya dasarkan atas hasil catatan saat
mengikuti workshop tentang Strategi Menulis Secara Profesional, beberapa waktu yang lalu.
Membuat tulisan hingga menjadi sebuah buku, bisa menggunakan langkah-langkah sederhana
berikut ini:

Pertama adalah tahap pre-writing.


Tahap ini merupakan tahap awal yaitu pencarian ide untuk ditulis. Agar banyak ide, maka yang
harus dilakukan penulis adalah dengan banyak membaca. Baik membaca buku, majalah, koran,
ataupun sumber-sumber bacaan lain yang terkait dengan passion yang ingin Anda tulis.
Membaca juga harus banyak dilakukan terhadap alam semesta yang terhampar ini.

Pada bagian terdahulu, sudah saya jelaskan bahwa ide menulis bertebaran disekitar Anda.
Silahkan Anda menulis tentang profesi yang Anda geluti, tentang hobi, atau tentang bidang-
bidang keilmuan yang sangat Anda kuasai. Maka Anda akan bisa menuliskan ide-ide Anda
tersebut secara mudah dan lancar.

Menjaring ide menulis buku, juga bisa dengan melihat beberapa daftar buku yang terkait. Anda
bisa melengkapi apa yang sudah ditulis orang atau menyempurnakannya dengan tanpa
memplagiasi karya mereka. Dengan melihat beberapa daftar isi buku, Ide Anda akan
mengembang. Dan Andapun bisa memulai menuliskan ide Anda sendiri dengan kalimat Anda
sendiri sehingga mudah dimengerti baik oleh Anda maupun oleh pembaca.

Sementara itu yang biasa saya lakukan dalam menjaring ide adalah melihat kebutuhan yang
berada ditengah-tengah masyarakat terutama dikalangan guru. Beberapa buku yang saya tulis
memang sengaja saya dedikasikan untuk kemajuan para guru. Karena saya yakin bahwa
kemajuan pendidikan di Indonesia ini sangat bergantung pada kemajuan para pendidiknya. Saya
menjadikan para guru sebagai inspirasi dari banyak tulisan yang saya buat.

Kedua adalah tahap drafting.


Pada tahap ini, seorang penulis dituntut untuk menuangkan ide atau gagasan untuk di sajikan
dalam bentuk tulisan. Sebenarnya pada tahap ini seorang penulis tidak perlu terlalu idealis. Tulis
saja apa yang ada diotak kita, dan jangan risaukan tentang apakah tulisan Anda akan disukai
ataukah tidak.

Pada tahap ini, seorang penulis juga akan diuji kepiawaiannya dalam bermain kata-kata,
mengatur, mengkrganisasikan serta menyajikannya dalam bentuk kalimat. Tidak ada salahnya
untuk menyempurnakan kompetensi, kita buka-buka kembali pelajaran bahasa Indonesia saat
disekokah dasar dulu. Kita perlu mengasah kepekaan lebih lanjut terkait penyusunan kalimat.
Umumnya, penulisan kalimat dalam bajasa Indonesia menggunakan pola: Subyek - Predikat -
Obyek. Atau bisa pula ditambah dengan kata keterangan. Hal ini dimaksudkan supaya kalimat
yang kita susun benar-benar bisa dihami secara persis oleh para pembaca.

Menyalurkan ide melalui tulisan, bisa Anda lakukan melalui media apapun. Anda bisa
menggunakan face book seperti yang biasa saya lakukan, Anda juga bisa menulis di Blog, atau di
situs Kompassiana. Com, atau bisa pula di Word Press.Com. Kelancaran Anda dalam
menuangkan ide dalam bentuk tulisan sangat bergantung pada banyaknya informasi yang Anda
miliki mengenai hal tersebut. Disamping itu juga sangat bergantung pada banyaknya kosa kata
yang Anda miliki. Anda harus menjadi agen dari kosa kata. Dan untuk memiliki kekayaan
informasi serta kosa kata, jalannya adalah dengan banyak membaca. Ya..., lagi-lagi membaca
adalah kunci utamanya.

Tahap ketiga adalah revising.


Tulisan yang sudah kita buat, memungkinkan banyak sekali terjadi kesalalahan baik itu salah
ketik, salah penyusunan kalimat, bahkan bisa saja terjadi kesalahan dari segi konten kalimatnya.
Maka pada tahap inilah seorang penulis semestinya membaca ulang tulisan tersebut agar menjadi
rapi, semakin baik, dan semakin mudah untuk dipahami.

Pada tahap ini, Anda perlu mengakaji kembali sumber content dari yang Anda tulis. Anda boleh
menambahkan konten yang diperlukan tapi belum tercantum. Anda juga boleh melakukan tahap
revisi ini hingga beberapa kali. Hingga Anda benar-benar yaqin bahwa tulisan tersebut memang
layak untuk disajikan. Ada satu sifat umum dari karya tulis, yaitu semakin dibaca dan dibaca lagi
semakin muncul pula ide penyempurnaan dari siatu tulisan yang kita buat.

Demi kesempurnaan tahap ini, Anda bisa menggubanaka strategi yang saya kemukakan pada
tulisan terdahulu mengenai mengatasi writer's blocked, yaitu Anda bisa mendiamkan dulu tulisan
Anda tersebut. Biarkan mengendap beberapa saat. Saat Anda kembali menghampiri tulisan Anda
tersebut, Anda akan memiliki banyak sekali terobosan untuk menyelesaikan dengan lebih baik
lagi.

Wallahua'lam
Lamongan, 18 September 2015
( Bersambung ke Bagian 2 dengan judul yang sama ).

ROAD TO PUBLISHING ( Tulisan 2 - Habis )


By: Taufiqi Bravo

....
Tahap berikutnya ( tahap ke 4 ) dari proses menerbitkan sebuah buku adalah editing. Editing
merupakan tahap menyunting dan membuang kesalahan dalam naskah. Dalam tahap ini seorang
penulis dituntut untuk mengetahui tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar. Seorang
penulis harus tahu mana yang perlu dan mana yang tidak perlu untuk disajikan dalam bentuk
bacaan yang pada akhirnya akan dibuat menjadi buku.
Termasuk dalam wilayah editing ini adalah pengemasan performa tulisan, tata letak atau lay out
tulisan. Untuk mengerjakan hal ini, seorang penulis membutuhkan ketelatenan dan keseriusan.
Jika Anda tidak ingin ruwet, Anda bisa langsung menyerahkannya kepada pihak editor
profesional. Biasanya sebuah penerbit yang sekaligus menyediakan jasa percetakan buku, juga
menyediakan jasa pengeditan tulisan yang biasanya biayanya include dalam satuan buku yang
hendak dicetak.

Pada dasarnya aspek-aspek yang di edit dalam sebuah tulisan bisa dibiat skala dengan tingkatan
ringan, sedang, dan atau tingkatan berat. Semakin banyak kesalahan Anda dalam menulis,
semakin lama pula proses editing ini. Untuk itu, sebelum Anda menyerahkannya kepada pihak
editor, sebaiknya naskah yang Anda tulis tersebut sudah Anda edit sendiri secara seksama. Jika
diperlukan libatkanlah rekanan Anda untuk membantu menyelesaikan proses ini.

Sebenarnya tugas editor dalam sebuah penerbit memang untuk mengedit naskah Anda. Mereka
bisa menambah atau mengurangi tulisan agar rapi dan mudah dipahami. Namun hal itu hanya
bersifat teori. Maksud saya, pada kenyataannya penerbit biasanya hanya mau menerima naskah
yang sudah siap cetak sedangkan tugas editor hanya menata penampilan dari naskah tulisan yang
Anda buat.

Tahap ke lima adalah publishing ( mempublikasikan tulisan ).


Secara garis besar penerbit itu dibedakan menjadi dua, yaitu: penerbit mayor ( penerbit besar )
dan self publisher. Penerbit mayor merupakan penerbit besar seperti gramedia, Glasindo, Andi,
dan Erlangga. Untuk bisa masuk ke penerbit besar ini, kita harus menstandarkan naskahbkita
dengan yang mereka tetapkan. Usahakan topik yang kita tulis adalah topik yang sedang trend.
Seperti di akhir tahun 2015 ini kita bisa menulis tentang PILKADA serentak.

Disamping itu kita juga perlu sesuaikan genre dari tulisan yang kita miliki dengan keinginan
penerbit. Seperti gramedia menyukai tulisan-tulisan berat misalkan tentang bisnis atau hal yang
langsung bisa diaplikasikan dalam lehidupan sehari-hari. Sementara Erlangga adalah penerbit
buku-buku pelajaran sekolah. Penerbit mayor biasanya memiliki aturan yang cukup ketat.
Umumnya mereka hanya memberikan royalty kepada penulis sekitar 10 %. Dan naskah Anda
100 % menjadi hak dari penerbit.

Jika kita mengirim naskah ke penerbit mayor, maka "nasib" naskah pera penulis pemula biasanya
ada empat kategori; pertama diterima berarti penerbit siap menerbitkan buku kita. Kedua,
diterima dengan catatan yang berarti kita perlu memperbaiki tulisan kita atau ada hal-hal yang
perlu disepakati sebelum terbit, ke tiga ditolak berarti penerbit tidak bersedia mempublikasikan,
dan ke empat di tolak dengan catatan maksudanya walaupun naskah ditolak sewaktu-waktu jika
penerbit merasa butuh atau penulis rela memperbaiki maka akan diterima.

Kita perlu membangun hubungan dengan penerbit baik yang dengan penerbit mayor maupun self
publisher. Jika Anda tergolong orang yang bisa menginginkan kebebasan, membiayai dan
menjual sendiri produk Anda secara leluasa, maka pilihan penerbit bisa Anda jatuhkan kepada
self publisher. Karena aturan main dari penerbit ini biasanya jauh lebih fleksibel. Naskah yang
Anda buat dan Anda kirim ke self publisher hampir selalu bisa diterbitkan asalkan Anda
membiayainya. Dan tentu saja Anda harus kooperarif dengan penerbit jika editor banyak
merombak tulisan Anda yang masih belum standar.

Dalam menerbitkan sebuah buku ada satu hal lagi yang merupakan pengetahuan penting untuk
dikemukakan yaitu tentang ISBN yang merupakan kepanjangan dari International Standar Book
Number ( nomor buku berstandar internasional ). ISBN penting artinya bagi legalitas buku,
untuk lancarnya pendistribusian buku, dan juga agar buku tersebut bisa mendatangkan point bagi
angka kredit kepangkatan, terutama jika kita sebagai guru atau dosen.

Cara mengurus ISBN pun sangat mudah, biasanya penerbit sendirilah yang melakukannya secara
online dengan mengirim cover buku yang berisi judul, penerbit, dan nama penulis dan juga
dilampirkan daftar isi buku. Penerbit biasanya masih memungut biaya sekitar 250 ribu untuk
keperluan pengurusan ISBN ini walaupun jika Anda sudah terjalin komunikasi dan hubungan
yang baik dengan pihak penerbit ISBN sebenarnya adalah gratis.

Hubungan Antara penulis dengan penerbit adalah mutualistik. Sebagai penulis, Anda tidak perlu
berkecil hati karena sesungguhnya penerbit juga sangat membutuhkan naskah-naskah dari para
penulis dan tentu saja terutama baskah yang baik atau layak untuk diterbitkan menjadi sebuah
buku. Para penerbit biasanya memiliki kepekaan buku mana yang mereka akan terbitkan karena
memperhatikan unsur penting yaitu usabilitas ( kebermanfaatan ),
marketabilitas ( keterjualan ) dan profitabilitas ( keuntungan ).

Saran terakhir saya mengenai masalah penerbitan buku adalah: sebaiknya Anda berkonsultasi
atau melakukan sharing dengan kolega atau teman-teman Anda yang sudah pernah menerbitkan
sebuah buku. Hal ini sangat penting untuk Anda lakukan karena masing-masing penerbit
memiliki aturan main yang berbeda termasuk dalam masalah pembiayaan percetakannya.
Sungguh tidak ada ruginya orang yang mau melakukan musyawarah.

Salam hormat pada: Prof. Imam Suprayogo


Wallahua'lam
19 September
@ Kota Kartini - Jepara Persiapan Memberi Seminar Guru Se Kab. Semarang.

MENGATASI WRITER'S BLOCKED


By : Taufiqi Bravo

Pertanyaan yang sering diajukan kepada saya baik secara langsung maupun via face book adalah
tentang bagaimana cara agar kita bisa menulis dengan lancar dan bebas hambatan. Banyak sekali
orang termasuk guru adalah sederhana yaitu terutama terkait dengan cara merangkai kata
menjadi kalimat dan juga ide untuk menulis. Pertanyaan ini memang wajar ditanyakan karena
memang sebenarnya kemacetan dalam menulis atau biasa disebut dengan writer's blocked bisa
terjadi kepada siapapun termasuk kepada para penulis profesional sekalipun.
Untuk menangani masalah witer's blocked secara efektif, Anda perlu tahu terlebih dahulu apa
sebenarnya yang menjadi penyebab utama terjadinya hambatan tersebut. Dengan mengetahui
secara persis apa yang menyebabkan terjadinya writer's blocked maka Anda akan semakin
mudah menangani persoalan tersebut. Secara umum, writer's blocked disebabkan oleh dua
faktor, yaitu; faktor internal dan yang kedua adalah faktor eksternal. Faktor internal adalah
hambatan-hambatan menulis yang datangnya dari si penulis itu sendiri. Sedangkan faktor
eksternal adalah faktor-faktor penghambat yang berasal dari luar diri penulis, yaitu antara lain:
tidak adanya sarana prasarana, tidak tersedianya waktu untuk menulis, dan minimnya support
dari lingkungan.

Beberapa diantara faktor internal antara lain: kemalasan, kemacetan ide, kesulitan merangkai
kata, atau kurangnya informasi. Jika masalah yang menimoa Anda adalah kemalasan, maka tidak
ada kata lain kecuali: LAWAN !. Saya sering mendifinisikan orang rajin sebagai orang yang
tetap berkomitmen untuk mengerjakan yang menjadi tanggung jawabnya. Kemalasan yang Anda
turuti hanya akan melemahkan mental Anda, maka segeralah lawan dan bertindaklah untuk
memulai menulis.

Menulis itu memang tidak ubahnya seperti bercerita. Untuk itu harus ada bahan yang ingin Anda
sampaikan. Bedanya antara menulis dengan bercerita secara verbal adalah terletak pada cara
menyampaikannya. Jika Anda bercerita secara verbal, maka kalimat Anda harus terus mengalir
dan tidak boleh berhenti ditengah-tengah bercertita. Kata yang dipilihpun harus bersifat spontan.
Namun dalam hal menulis, Anda justeru memiliki kelonggran-kelonggaran. Karena saat menulis,
Anda bisa berhenti sesaat, atau bahkan berhenti selama mungkin yang Anda mau jika memang
diperlukan.

Pada saat-saat bingung hendak menulis apa, atau kalimat selanjutnya bagaimana, atau jika Anda
kekurangan informasi dan inspirasi maka Anda bisa tinggalkan dulu tulisan tersebut lalu
lakukanlah setidaknya tiga aktivitas ini. Pertama, alihkan aktivitas Anda pada kegiatan membaca.
Bacalah buku-buku atau karya tulis lain yang sejenis dengan tulisan yang Anda buat. Hal ini
Anda perlu lakukan bukan dalam rangka untuk menjiplak tulisan orang lain akan tetapi dalam
rangka mencharge ide-ide pada otak Anda.

Hal ke dua yang yang bisa Anda lakukan adalah seperti yang biasa saya lakukan, yaitu mendiami
dulu tulisan itu lalu saya menggunakan waktu untuk melakukan hobi yang saya miliki. Jika Anda
memiliki hoby berolah raga, maka tinggalkan saja dulu aktivitas menulis Anda untuk berolah
raga. Ide itu bersifat ajaib. Dia bisa muncul kapan dan dimanapun tempatnya. Begitu ide untuk
menulis kembali sudah mucul, Andapun bisa melanjutkan tulisan tersebut.

Anda juga bisa melakukan percakapan dengan teman sejawat mengenai topik yang sedang Anda
tulis. Dengan melakukan obrolan ringan secara langsung maupun via telphon, maka kekayaan
wawasan Anda akan terus bertambah dan menulispun menjadi semakin lancar.

Adapun untuk menangani masalah writer's blocked yanh disebabkan oleh faktor eksternal adalah
sebagai berikut:
Pertama, jika penyebabnya karena minimnya faslitas, maka idealnya memang Anda harus
melengkapi fasilitas-fasilitas atau sarana yang diperlukan untuk menulis. Namun sebenarnya
sarana menulis bisa Anda gunakan mulai dari yang sesederhana mungkin. Jika Anda tidak ada
laptop, komputer, ataupun alat digital lainnya, Anda masih tetap bisa menulis dengan pensil dan
kertas terlebih dahulu. Ingatlah bahwa orang sukses itu bukanlah mereka yang memilki beragam
fasilitas yang maksimal namun digunakan secara minimal. Orang sukses adalah mereka yang
memiliki fasilitas minimal yang kemudian digunakannya secara maksimal.

Kedua, jika Anda merasa tidak memiliki waktu, maka ketahuilah hampir semua penulis juga
memiliki kesibukan seperti Anda. Bahkan bisa jadi kesibukan yang mereka miliki jauh lebih
besar dari yang Anda lakukan. Para penulis yang hebat selalu bisa menggunakan waktu secara
efisien. Mereka menggunakan sesedikit apapun waktu luang yang mereka miliki untuk menulis.

Ke tiga, tentang support dari lingkungan yang minim. Umpama tulisan Anda tidak diapresiasi
oleh orang-orang sekitar Anda. Bahkan semisal tulisan Anda tidak disukai sekalipun, maka
solusinya adalah tetaplah putuskan untuk terus menulis. Memusingkan pikiran orang lain
terhadap apa yang Anda tulis merupakan perbuatan sia-sia. Fokulah pada upaya untuk membuat
tulisan yang baik. Dan selanjutnya biarlah tulisan Anda tersebut menjadi persembahan bagi alam
ini. Sekali lagi jangan pernah memusingkan penilaian orang, karena Tuhanlah juri tertinggi
segala hal.

Wallahua'lam
Sidoarjo,18 September 2015

HAMBATAN GURU DALAM MELAKUKAN KEGIATAN MENULIS


By: Taufiqi Bravo

Kendati dikaruniai banyak sekali potensi, kebanyakan guru masih saja enggan untuk menulis.
Hampir semua guru memiliki pengetahuan, memiliki keterampilan, memiliki sikap yang baik
pada ilmu pengetahuan. Semua guru pasti melakukan aktivitas membaca sebelum mengajarkan
ilmunya. Umpama pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesionalnya didunia pendidikan itu
ditulis, pasti setiap guru akan memiliki banyak sekali hal untuk diceritakan dan diinspirasikan
kepada publik.

Menjadi menarik untuk dikaji, kenapa para guru yang selalu bisa menyampaikan banyak sekali
informasi kepada para murid atau masyarakat secara langsung secara verbal, namun umumnya
mereka nampak kesulitan menyampaikannya melalui tulisan?. Padahal dunia tulis menulis, selalu
menjadi "makanan" keseharian bagi mereka. Lihat saja, mulai sebelum mengajar, mereka sudah
menulis persiapan materi, saat masuk kelas, mereka melakukan aktivitas menulis dipapan tulis
ataupun di jurnal kelas.
Dari kebiasaan menulis yang dilakukan secara " tidak formal " tersebut, mestinya sangat mudah
bagi para guru untuk menulis. Namun kenyataannya, banyak sekali kasus plagiasi terkait karya
ilmiah yang seharusnya mudah bagi mereka untuk ditulis. Sebut saja contohnya penulisan karya
tulis hasil penelitian tindakan kelas ( PTK ), meskipun penelitian sederhana ini adalah tentang
yang mereka lakukan sendiri di kelas, tetap saja banyak pelanggaran plagiasi. Tentu saja hal ini
menambah potret buram mutu guru di negeri tercinta ini.

Memang kita tidak boleh pesimis, ada juga guru berprestasi. Mereka aktif dan produktif menulis
karya. Sebut saja satu diantaranta guru teladan kita adalah Saudara Aziz Azis Tatapangarsa.
Namun sayang, jumlah guru yang produktif dibidang menulis belum banyak. Barangkali dalam
satu tingkat satuan pendidikan jumlah guru menulis bisa dikatakan masih bisa dihitung dengan
jari sebelah tangan.

Memperhatikan kenyataan tersebut diatas, pasti ada banyak kendala sehingga para guru belum
bisa produktif dibidang yang satu ini. Beberapa kendala yang biasanya dialami oleh guru dalam
menulis adalah sebagai berikut:

Pertama, Kurangnya hoby membaca. Harus diakui kesdaran literasi para guru rata'rata masih
lemah. Jangankan membaca pada kajian keilmuan lain yang lebih luas, bahkan untuk membaca
bidang keilmuannya sendiripun, masih banyak guru yang tidak melakukannya secara sungguh-
sungguh. Bagi orang yang tidak membaca, jangankan membuat satu artikel, bahkan membuat
satu paragraphpun akan merasa kesulitan.

Wisnu Arya Wardana ( 2007 ) mengemukakan bahwa Indonesia menerbitkan 5000 judul buku
pertahunnya, Malaysia 7000 buah, sedangkan Jepang jauh berada diaatasnya yaitu 100.000 buah
judul buku. Dari data ini menunjukkan bahwa minat baca negeri ini memang relatif masih
rendah.

Ke dua, anggapan yang salah bahwa menulis itu sulit. Bahwa menulis itu memerlukan bakat.
Bahwa menulis itu memerlukan waktu khusus yang panjang dan lama. Padahal faktanya menulis
itu hanya masalah kebiasaan. Jika Anda biasa menulis, maka menulis akan menjadi mudah bagi
Anda. Menulis juga tidak memerlukan bakat khusus kecuali mengenai sastra. Menulis lebih
banyak mengarah pada minat, menulis lebih cenderung karena adanya faktor kemauan yang kuat.
Menulis juga tidak membutuhkan waktu yang sangat khusus. Menulis bisa Anda lakukan saat
jam istirahat, saat santai di kantor, atau bisa dilakukan kapan saja disela-sela waktu senggang
Anda.

Ke tiga, umumnya guru malas mencoba. Ada pepatah Inggris yang menyatakan: practice makes
perfect. Jika Anda ingin menguasai keterampilan menulis maka ada tiga hal yang harus Anda
lakukan, yaitu: mencoba, mencoba, dan mencoba.

Ke empat, kurang percaya diri. Kegiatan menulis memang merepresentasikan siapa diri Anda.
Suatu saat Imam Ali bin Abi Thalib berkata bahwa untuk mengetahui watak asli seseorang,
lihatlah dari temannya ( utusannya ), yang kedua adalah dengan memgajaknya kerjasama., dan
yang ketiga adalah dari tulisannya. Namun kendati demikian, tidak seharusnya hal tersebut
seorang guru menjadi minder untuk menulis.
Prof. Imam Suprayogo pernah mengatakan bahwa untuk mengritik tulisan maka seharusnya juga
dengan tulisan. Jika Anda menilai tulisan seseorang itu jelek dimata Anda, sebaiknya Anda
jangan mengataknnya secara verbal, Anda seyogyanya membalasnya dengan tulisan, itu baru
namanya fair !. Karena itu seharusnya guru percaya diri untuk menulis.

Wassalam.
Taufiqi Bravo Viec
17 Sepetember 2015

Anda mungkin juga menyukai