Anda di halaman 1dari 17

Kiat-Kiat Menjadi Editor

Dirangkum oleh: Truly Almendo Pasaribu

Editor merupakan tulang punggung dalam penerbitan. Tidak hanya itu, editor memegang peranan
penting untuk menambah nilai sebuah karya. Peranan ini disertai tanggung jawab yang berat. Editor
yang cerdas, rajin, teliti, dan taktis, bisa mempererat kerja sama antara penerbit dan pengarang.
Sedangkan kecerobohan dan ketidaktaktisan seorang editor, bisa mendatangkan bencana bagi
hubungan penerbit dengan pengarang.

Selain dituntut untuk berlatih dengan metode "belajar dengan bekerja", editor juga ditantang untuk
terus memperkaya wawasannya dalam dunia pengeditan. Salah satunya adalah dengan mengikuti tip-
tip berikut ini.

Artikel Terkait

 Bagaimana Menulis Biografi


 Terapi Menulis
 Menjadi Penulis Bayangan Profesional
 Panduan Umum Menulis Buku Panduan
 Cara Menulis Artikel Kristen yang Mengagumkan
 Mulai dengan Langkah Pertama
 Prosedur Singkat Penyusunan Historiografi

1. Menguasai Tata Bahasa dan Ejaan

Ejaan dan tata bahasa adalah dua hal yang sangat penting dalam penyuntingan. Oleh karena itu, editor
harus betul-betul menguasai kedua hal ini. Tanpa penguasaan itu, penyuntingan kelak akan
berantakan. Penyuntingan naskah sebaiknya mengikuti perkembangan bahasa dan istilah yang hidup
dalam masyarakat dan dalam dunia ilmu pengetahuan. Dengan demikian, penyuntingan dilakukan
berdasarkan bahasa yang aktual dan berlaku pada saat itu.

2. Melatih Ketelitian

Ketelitian merupakan "hukum menulis" pertama yang harus diberlakukan oleh editor. Jangan sampai
sebuah kata tertinggal, terbalik-balik, atau kelebihan satu dua kata. Kata yang terjalin dalam sebuah
kalimat merupakan bangunan dari paragraf dan bangunan dari tulisan. Tugas utama editor adalah
memeriksa semua kata-kata yang ada di dalam tulisan, baik secara tunggal maupun kalimat.
Semuanya harus akurat sesuai dengan tata bahasa dan rasa bahasa. Pemeriksaan kalimat dan kata
penting bagi tulisan yang kukuh dan berbobot. Keteledoran dalam penulisan kata akan berakibatkan
pada kelemahan dalam tulisan itu. Selain itu, kesalahan ketik dan kesalahan penulisan akan
mengganggu pembaca yang sedang tekun menyimak gagasan dalam sebuah tulisan. Oleh karena itu,
editor perlu terus melatih kejeliannya dalam memoles tulisan.

3. Memahami Ragam Tulisan


Setiap tulisan memunyai ciri sendiri sesuai dengan sasaran penulisan. Misalnya, tulisan untuk
akademis, untuk anak, untuk hiburan, dan sebagainya. Sebelum menyunting, editor perlu memahami
bidang tulisan [tertentu] dan sasaran pembacanya, agar baik penerbit dan pembaca puas dengan hasil
kerja editor.

4. Peka terhadap Pilihan Kata

Setelah memahami jenis tulisan yang diinginkan penerbit dan ditulis oleh penulis, editor perlu peka
terhadap kata-kata pilihannya. Misalnya, editor perlu ekstra hati-hati terhadap unsur-unsur yang
berbau SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) dan pornografi. Editor perlu mempelajari apa
yang layak diterbitkan atau tidak. Jika terjadi kelalaian dalam hal ini, tentu saja penerbit atau redaksi
akan mengalami kerugian.

5. Bekerja Sama dengan Penulis

Editor membantu penulis memoles karyanya. Oleh karena itu, editor tidak boleh menempatkan diri
pada posisi penulis naskah. Editor yang baik akan menjalin hubungan yang baik dengan penulis. Dari
segi penulisan naskah, pada dasarnya penulis di bagi menjadi tiga golongan: penulis pemula, penulis
semi-profesional, dan penulis profesional. Dari segi watak, penulis juga memiliki tingkat kesulitan
yang berbeda-beda. Dengan mengenal penulis, editor akan lebih nyaman berkonsultasi dengan
penulis saat ingin memberi saran dan mengubah naskah.

Seorang editor tidak akan berhenti untuk belajar, karena dia akan terus menemukan hal yang baru
saat dia bekerja. Editor akan mencari waktu untuk berpikir jernih, berbahasa benar, dan menemukan
ungkapan yang segar. Mengingat bobot pekerjaannya, tentu saja editor perlu mendapatkan
penghargaan yang senilai dengan perjuangannya.

Dirangkum dari:

1. __________. "Editor Jobs - Top 10 Ways to be a Great Editor".


Dalam http://www.editingcrossing.com/
2. __________. "Tugas Editor". Dalam http://www.journalist-adventure.com/
3. Eneste, Pamusuk. "Buku Pintar Penyuntingan Naskah". Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
4. Taryadi, Alfons dkk. "Visi Pelayanan Literatur". Yogyakarta: Yayasan Andi

Editor Jobs - Top 10 Ways To Be A Great Editor


Editor jobs do not necessarily require attaining a degree but it is something that can be developed thorough
years of experience, hard work, and dedication. Doing a lot of editing and proofreading jobs can help hone
your skills and eventually can lead you to editor jobs that you desire the most.

Acquiring editor jobs such as book editor jobs, online editor jobs, magazine editor jobs, and other editorial
jobs are not impossible especially for a person who has a natural knack for it. A love for the English language
and all its elements and intricacies will play a big role in the fulfillment of your dream to land editor jobs that
are fulfilling, lucrative, and challenging. Being great in your chosen field is one way to bring success in your
career. In editor jobs, several things can be done to become a great editor in your area of specialization and
here are the top 10 ways of becoming a great editor.
 Editor jobs for books and magazines handle a more critical position since they are the ones
responsible with the conversion of the raw copy of the material into a refined product that is ready
for printing and distribution.
 To be a great editor in this specific area of publishing you should have exceptional language and
writing skills on top of good knowledge of production. It is highly recommended for you to keep a
dictionary and a thesaurus handy all of the time. This way you can be assured that you are using the
right words in expressing your ideas.
 Another way to be a great editor is to possess excellent editing skills to ensure that there are no
grammatical errors. To address this, you can enroll in special courses that will sharpen your
grammatical skills. Doing as many editing and proofreading jobs even when not within the context of
your job can also help in the improvement of your skills and can further land you better editorial jobs
in the future.
 Another way towards becoming a great editor is to be able to have a clear understanding of the target
market audience of the company you are working for. When editing the work of writers and
contributors, careful attention should be given to the choice of words of the writer.
 The general rule for editors when editing the work of writers is to aim for readers with an eighth
grade education. Carefully choosing the words to be used is important in catching the attention of
your readers and if you lose this concept within the duration of your editorial career then you might
get into trouble with the decline of clients by the losing of loyal subscribers.
 Another tip to consider in becoming great in editorial jobs is that you must be able to determine
whether the various sections of the book are in unison while giving attention to word usage to avoid
verbiage and details. Your strong skills on thought organization will be of great use to materialize this
plan of action. Positive results will be generated if this action will be undertaken by the editors.
 Another way to be a great editor is to be able to give clear instructions to the writers. Writers are not
mind-readers, thus it will be helpful for them if editors like you can give them guidelines as to the
style of writing to be used for the article or book, the outline of expectations for the material to be
prepared and the providing of the contract up-front.
 Another way to become a great editor is to be able to suggest when appropriate sources for the
assigned topic to be written by the writers. Deadlines are very stressful especially for those writers
who have many other things to do.
 A good editor usually gives a week lead time for the completion of the article assigned. This is just
enough time needed for the writers to conduct research, interviews, writing, and re-writing of
articles to be submitted and good articles really need time to prepare. A great editor is one who edits
to improve and not obscure the writer's writing. The whole idea and tone of the articles submitted to
editors comes from the writers and as editors it is not your right to make inappropriate shifts in tone
in the article by interjecting your own words.
 Another way to be a success in editor jobs assigned to you is to ensure that writers are paid on time
and are notified once the article goes public. Editors must understand that writers are busy and they
don't need to be burdened by having to keep track of their pay checks personally. The time spent in
tracking down their money can be time used in writing an article.

Enam Langkah agar Tulisan Anda


Dipublikasikan
Menjadi penulis lepas ialah sebuah cara untuk bekerja di rumah, namun tetap menghasilkan. Sebagai
seorang penulis, Anda memiliki kesempatan istimewa untuk memengaruhi apa yang orang lain pikir
atau lakukan. Anda dapat menyentuh emosi, bahkan mungkin mampu mengubah jalan hidup seorang
pembaca. Tiap tahun, jutaan orang akan berusaha untuk membuat tulisan mereka dipublikasikan di
majalah, koran, atau buku, namun persentase yang berhasil hanya sedikit saja. Mereka yang selalu
gagal membuat tulisannya dipublikasikan diam-diam akan merasa bahwa penulis yang tulisannya
berhasil dipublikasikan lebih berbakat dari diri mereka. Meski benar ada beberapa yang memiliki bakat
lebih dari yang lainnya, namun sebenarnya bakat bukanlah faktor utama yang menentukan kesuksesan
banyak penulis lepas. Enam langkah berikut dapat membantu Anda untuk memulai perjalanan tulisan
Anda menuju dipublikasikan.

1. Sekarang saatnya mulai. Tanyakan pada diri Anda pertanyaan berikut. Apakah saya ingin
menjadi penulis, ataukah saya ingin menulis? Ada perbedaan antara kedua pertanyaan itu.
Menjadi penulis adalah sebuah angan-angan, sedangkan menulis adalah sebuah kerja keras.
Jika Anda menunggu waktu dan tempat yang tepat untuk memulai menulis, Anda tak akan
pernah tahu kapan Anda bisa melakukannya. Jangan menunggu sampai anak-anak masuk
sekolah atau sampai Anda memiliki komputer. Untuk menjadi seorang penulis, hal pertama
yang harus Anda lakukan adalah menulis -- sekarang juga. Tidak ada waktu yang lebih baik
lagi untuk mulai karena menunggu hanyalah sebuah alasan untuk menghindari kegagalan.
2. Asah keahlian Anda. Saya tak akan memberikan pelajaran menulis karena tempat di sini tidak
akan cukup, tapi saya dapat memberi tahu apa yang harus Anda lakukan agar dapat menjadi
penulis terbaik: baca dan tulis. Bacalah jenis tulisan yang ingin Anda tulis. Baca semua sajian
publikasi yang ingin Anda kirimi tulisan. Waktu membaca, perhatikan karakter yang baik dan
yang buruk dari setiap penulis. Tuliskan kalimat yang membuat Anda kagum. Anda bahkan
dapat menyalin sebuah artikel yang bagus untuk mendapatkan cita rasa bagaimana kalimat-
kalimat yang ada disusun. Kemudian, cari bacaan tentang menulis. Ada banyak buku, majalah,
atau artikel bagus tentang menulis yang bisa Anda dapatkan.

Yang paling penting untuk dilakukan agar bisa meningkatkan kualitas tulisan Anda adalah
dengan menulis. Seperti keterampilan-keterampilan lain, semakin sering Anda melakukannya,
semakin baik hasil yang Anda dapat. Anda juga akan dapat mengembangkan gaya Anda
sendiri maupun kalimat khas Anda yang akan dapat mempermudah Anda dalam
menyelesaikan tulisan. Namun, ini tidak akan terjadi sebelum Anda menulis sebanyak yang
Anda bisa.

3. Pilih secara saksama topik Anda. Apa yang Anda tulis lebih penting dari keterampilan menulis
Anda. Topik Anda harus bisa dijual. Pastikan apakah artikel yang Anda buat sesuai dengan
minat pembaca media yang Anda tuju. Apa yang membuat Anda memenuhi syarat untuk
menulis artikel macam itu? Apakah Anda memang menguasai bidang itu ataukah Anda akan
mewawancarai para ahlinya? Apakah topik Anda menyoroti hal yang belum pernah dibahas
sebelumnya atau apakah Anda sudah mempunyai sudut pandang yang baru tentang topik
tersebut? Apakah Anda mengajarkan pembaca sebuah keterampilan yang selama ini mungkin
harus mereka bayar untuk mendapatkannya? Apakah informasi yang Anda berikan akan
mampu menguatkan pembaca? Jika Anda tidak dapat memenuhi paling tidak salah satu dari
syarat-syarat di atas, sepertinya akan sulit untuk membuat sebuah media massa tertarik
memublikasikan tulisan Anda.
4. Lakukan apa yang dilakukan penulis sukses. Anda mungkin telah dianugerahi kemampuan
untuk menulis, namun Anda tidak akan menjadi penulis yang tulisannya dipublikasikan
sebelum Anda belajar metode-metode yang biasa dipakai para penulis lepas. Kita sudah
sering mendengar ucapan, "Tuliskan apa yang Anda ketahui!" Jika Anda ingin tulisan Anda
terpublikasikan, menulislah untuk media yang telah Anda kenali. Anda tak akan bisa
mengenali `kepribadian` suatu media cetak sebelum Anda menjadi pembacanya yang setia.
Dengan rajin membacanya, Anda akan bisa mengenali jenis tulisan yang biasanya mereka beli
dan ide-ide macam apa yang belum pernah dipakai. Sama halnya dengan Anda tak akan bisa
menggambar seseorang yang belum pernah Anda temui, Anda tak akan bisa membuat tulisan
yang dapat diterima sebuah media yang belum pernah Anda baca. Jika Anda ingin mengirim
tulisan ke media yang tidak bisa didapatkan di wilayah Anda, kirimkan sebuah contoh ide
Anda dan coba mintalah petunjuk penulisan. Kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, tapi
jangan menulis dulu sebelum Anda mengontak media tersebut dan mengirimkan "query"
(surat penawaran). Penulis yang berpengalaman tidak mengirimkan sebuah tulisan yang sudah
lengkap. Mereka tak mau membuang waktunya untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum
pasti disetujui. Lebih baik belajarlah bagaimana cara mendemonstrasikan keterampilan
menulis dan cara mengemukakan ide-ide Anda dalam sebuah proposal khusus yang disebut
"query". Pamerkan hal itu dalam sebuah blangko yang bagus yang mencantumkan nama Anda
di bagian atasnya. Selalu tutup tiap surat dengan membubuhkan nama lengkap dan alamat
Anda, sertakan pula amplop dan perangko balasan untuk mereka. Tampilan dan kesan
profesional menentukan.
5. Pemasaran yang efektif adalah sama pentingnya dengan tulisan yang bagus. Jika Anda
memandang tulisan Anda sebagai `produk`, Anda akan memahami mengapa sangat penting
bagi kita untuk menggunakan teknik marketing untuk meyakinkan seorang editor untuk
membeli apa yang Anda jual. Menulis adalah sebuah bisnis dan hanya mereka yang menyadari
hal ini yang akan memiliki kesempatan untuk sukses. Gunakan "query" Anda untuk
menjelaskan kepada editor kenapa pembaca akan tertarik dengan topik Anda dan bagaimana
mereka akan dapat memperoleh manfaat dari kalimat-kalimat Anda. Penulis yang tulisannya
tidak terpublikasikan memiliki kesulitan utama dalam hal menjual karya mereka. Tulisan Anda
akan lebih berkesempatan dipublikasikan jika Anda tidak langsung mengirim tulisan ke
sebuah media nasional. Jika harus, menulislah untuk sebuah media lokal tanpa bayaran dulu;
walau demikian, tetap menulislah sebaik mungkin. Tidak akan ada orang yang tahu bahwa
Anda menulis tanpa dibayar, tapi Anda sekarang sudah punya bukti publikasi tulisan yang bisa
ditunjukkan kepada editor media yang lebih besar.
6. Penolakan adalah bagian dari proses. Tidak ada orang yang suka diberitahu bahwa karyanya
tidak diterima, dan akan lebih sulit terutama saat dia merasa bahwa usaha kreatifnyalah yang
ditolak. Kebanyakan orang yang ingin menjadi seorang penulis mengirimkan tulisannya
berupa sebuah artikel, puisi, atau cerpen. Ketika media tersebut mengirim surat pernyataan
bahwa tulisan mereka tak diterima, penulis itu akan merasa bahwa ketakutan terbesarnya
telah terbukti. Jadi, manuskrip tulisannya itu segera ia simpan rapat-rapat di laci dan tidak
pernah ia lihat atau sentuh lagi. Ini adalah kesalahan yang sangat fatal. Media menolak sebuah
karya atas pertimbangan banyak alasan. Kualitas tulisan yang jelek hanya salah satu di
antaranya. Mereka mungkin baru saja menerima tulisan dengan topik sejenis, atau media itu
tidak menerima kiriman berupa puisi, atau editornya sedang mengalami hari yang buruk
sehingga ia menolak semua kiriman tulisan yang menumpuk di mejanya. Bisa juga tulisan
tersebut kurang sesuai dengan standar profesional mereka. Apa pun alasannya tidak begitu
penting. Namun, adalah penting untuk menegaskan sejak awal karir Anda bahwa penolakan
adalah bagian dari proses penerimaan. Sebelum Anda bersedia mengambil risiko ditolak
berkali-kali, tulisan Anda tak akan pernah diterima. Bahkan pemain bola terhebat melakukan
jauh lebih banyak tendangan yang melenceng daripada yang menghasilkan gol. Namun,
tendangan melenceng yang ia buat adalah proses pembelajaran menuju terciptanya gol
kemenangan. Tidak ada sukses instan di semua bidang profesi. Menjadi seorang penulis yang
karyanya dipublikasikan memerlukan sebuah proses. Semua orang yang memiliki sedikit bakat
tapi fokus dan kegigihan yang besar akan dapat meraih sukses.(t/ary)
Bahan diedit dan diterjemahkan dari:
Judul artikel : Six Ways to Getting Published
Penulis : Georganne Fiumara
Situs : http://www.freelancewriting.com

Pencarian Inspirasi
Hari ini, saya tidak ingin menulis. Saya tidak merasa terinspirasi. Kemarin, saya tidak merasa
terisnpirasi dan besok pun saya tidak akan merasa terinspirasi. Saya lebih baik menunggu sampai saya
merasa sungguh terinspirasi -- ya, mungkin besok atau seminggu lagi sejak Kamis nanti. Karena tidak
mengetahui kapan saya akan merasa terinspirasi, hanya ada satu hal untuk dilakukan: mulai bekerja
dan mendapat inspirasi.

Tidak ada yang ajaib dengan inspirasi. Inspirasi tidak muncul dari nyanyian, pembakaran dupa, atau
menyaksikan matahari terbenam. Inspirasi dihasilkan dari kerja dan disiplin, dengan duduk di kursi
kerja Anda dan mewujudkannya. Seorang penulis dan petualang, Jack London, mengatakannya dengan
sangat baik: "Anda tidak dapat menunggu datangnya inspirasi. Anda harus mengejarnya dengan
pentung."

Jika Anda hanya duduk menunggu inspirasi, hanya itu yang akan Anda lakukan -- duduk berleha-leha
untuk mendapatkan inspirasi.

Bagaimana dengan seorang akuntan yang merasa tidak ingin menjumlahkan angka-angka hari ini?
Atau seorang ahli bedah yang sedang tidak tertarik mengambil usus buntu Anda? Penulis tidak
memiliki alasan untuk merasa tidak terinspirasi. Jika Anda seorang penulis, menulislah. Itulah
pekerjaan Anda.

Kisah Nyata

Pagi ini, saya terbangun karena udara yang dingin dan kering, terkena paparan sinar matahari, dan
bau kotoran anjing pada karpet di ruang tamu. Kedua anjing tersebut, jenis Labrador retriever hitam,
telah memutuskan untuk meninggalkan bekas mereka di karpet yang baru saja berumur seminggu.
Sembari membersihkan kekacauan ini, saya pun mulai gelisah.

"Sudahlah. Lupakan tentang menulis hari ini. Tunda saja. Lupakan semuanya!"

Apa yang dimulai sebagai pagi yang sempurna sekarang menjadi hari yang buruk yang memohon
untuk diledakkan. Setelah minum kopi dan mandi, ketika hampir pergi mencari sarapan dan tidak
kembali, saya memaksa diri saya sendiri untuk duduk dan bekerja.

Saya mengeluh sesaat, lalu mendapatkan inspirasi: Saya menuliskan cerita ini dan tidak lama
kemudian saya merasa lebih baik.

Enam jam kemudian -- setelah mengulang empat halaman kembali -- saya merasa lebih baik lagi.

Ingatlah, jika Anda sedang merasa tidak ingin menulis, tetaplah menulis.
"Saya tidak berusaha terinspirasi; saya hanya berusaha bekerja dengan sangat teratur. ... Saya pikir,
kebanyakan seniman merasa bahwa mendapat inspirasi hanyalah sebuah mitos. Sederhananya,
tinggalkan pekerjaan, kembali ke pekerjaan." - John Cage

"Saya telah memaksa diri saya sendiri untuk mulai menulis ketika saya benar-benar mulai merasa
penat, ketika saya merasa jiwa saya setipis kartu remi, ketika tidak ada satu pun yang tampak
berharga dalam lima menit selanjutnya. ... dan entah bagaimana, aktivitas menulis mengubah
semuanya. Atau, memang itulah kenyataannya." - Joyce Carol Oates

"Saya selalu memiliki sebuah weker di hadapan saya. Terkadang, jika hal-hal memburuk, saya akan
memaksa diri saya untuk menulis sebuah halaman dalam waktu 1,5 jam. Saya menyadari bahwa hal itu
dapat saya kerjakan. Saya menyadari bahwa apa yang saya tulis ketika saya memaksa diri saya, pada
umumnya sama baiknya dengan apa yang saya tulis ketika saya merasa terinspirasi. Pada dasarnya, ini
hanyalah masalah memaksa diri Anda untuk menulis." - Tom Wolfe, dari Writers at Work: The Paris
Review Interviews (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dari:

Judul buku : If You Can Talk, You Can Write

Judul asli artikel : In Search of Inspiration

Penulis : Joel Saltzman

Penerbit : Warner Books, New York, 1993

Halaman : 169 -- 171

Tertib Mengarang dengan Sistem Kartu


dan Lembar Catatan
Agar dapat mengarang dengan lancar, kondisi jasmani harus sehat, kemampuan berkonsentrasi harus
kuat, pikiran harus cerah, semangat kerja harus tinggi, waktu yang tersedia harus cukup, di samping
bahan-bahan karangan juga harus siap di tangan. Bilamana salah satu saja dari persyaratan tersebut
tidak terpenuhi, orang memunyai kecenderungan untuk menunda kegiatan mengarang, dan
kecenderungan itu lama-lama dapat menjadi kebiasaan untuk menunda-nunda dengan macam-
macam dalih atau alasan. Orang yang ingin menjadi penulis perlu menyadari hal-hal khas yang
menyangkut dirinya pada waktu mengarang: pena yang disukai, mesin ketik atau komputer yang
membuatnya produktif, pakaian yang terasa enak dikenakan sewaktu melakukan pekerjaan
mengarang, dsb.. Sesudah itu, manjakanlah sepenuhnya diri sendiri dengan pilihan-pilihannya itu,
sehingga tidak ada alasan untuk menunda-nunda pekerjaan. Jadi, perlu kita membangun tertib
mengarang, yaitu menerapkan "kekerasan" atau pemaksaan diri secukupnya dan selayaknya.

Tertib mengarang dengan sistem kartu dan lembar catatan dalam garis besarnya berlangsung sebagai
berikut.

1. Sesudah topik, pokok soal, atau judul sementara karangan ditemukan, pustaka-pustaka yang
diperlukan dibaca dan semua butir pengetahuan yang penting atau menarik dicatat pada kartu
catatan atau lembar catatan.
2. Kerangka karangan hendaknya dibuat secara cukup terinci dengan pembagiannya dalam
paragraf-paragraf.
3. Semua kartu dan lembar catatan dipelajari dengan memerhatikan kerangka karangan yang
telah dibuat. Diperiksa apakah antara kartu yang satu dan kartu yang lain, antara lembar yang
satu dan lembar yang lain, antara kartu catatan dan lembar catatan, dsb., ada pertalian
gagasan yang akan menjadi bahan karangan.
4. Kalau ternyata bahan-bahan itu tidak mencukupi (misalnya karena ada satu paragraf dalam
kerangka karangan yang tidak didukung oleh sejumlah kartu atau lembar catatan), hendaknya
dicari pustaka tambahan dan dibuat kartu catatannya atau lembar catatannya.
5. Bahan karangan berupa kartu-kartu dan lembar-lembar catatan yang sudah mencukupi,
kemudian dikelompok-kelompokkan menurut pertaliannya dalam pembagian paragraf yang
akan ditulis. Mungkin kartu dan lembar catatan perlu diolah. Pengolahan ini dapat dilakukan
dengan menambahkan catatan di bagian bawah kartu atau lembar catatan.
6. Kerangka karangan juga dapat disempurnakan, misalnya dengan menggabungkan dua
paragraf karena bahan-bahan kartunya menunjukkan pertalian yang erat sekali.
7. Kelompok kartu atau lembar catatan yang sudah definitif hendaknya dimasukkan dalam
amplop tersendiri yang diberi catatan paragraf berapa. Kartu-kartu dalam setiap amplop
hendaknya diurutkan sesuai dengan alur ide-ide yang akan ditulis dari awal sampai akhir.
8. Tahap berikutnya ialah proses menulis karangan (ditulis tangan, diketik dengan mesin ketik
atau komputer). Tidak usah menunggu sampai terkumpul bahan selengkap-lengkapnya untuk
mengarang. Mulai saja menulis karangan setelah suatu bagian topik tampak menunjukkan
pertalian tertentu. Kerangka karangan ditaruh di sebelah kanan, bahan-bahan berupa kartu
atau lembar catatan dikeluarkan dari amplop dan ditaruh di sebelah kiri, dan pikiran mulai
diarahkan dan dikerahkan untuk mengarang, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf,
berdasarkan kerangka karangan dan bahan-bahan yang tersedia (kartu catatan dan lembar
catatan).
9. Jangan merasa takut untuk menuliskan ide-ide di atas kertas atau di layar komputer,
meskipun kemudian ide-ide itu mungkin akan diubah-ubah seperlunya. Jangan ragu-ragu
untuk menuliskan bagian-bagian karangan yang sudah masak lebih dahulu dalam pikiran.
Urutan tak usah dipusingkan dahulu. Dengan mudah, bagian-bagian karangan akan dapat
diurutkan kembali, apalagi kalau menggunakan komputer.
10. Karena kalimat-kalimat permulaan merupakan bagian karangan yang sukar, berilah perhatian
khusus kepada bagian awal itu. Sewaktu membaca kepustakaan, perhatikan ide, fakta, atau
perkataan yang dapat dimanfaatkan untuk membangun kalimat permulaan yang baik.
11. Sekali kegiatan telah berjalan, teruslah mengarang. Lawanlah godaan untuk bangun dari
tempat duduk untuk mengecek atau mencari-cari sesuatu (fakta, data, pendapat, perkataan,
ungkapan, dsb.) yang kurang jelas. Kosongkan saja dulu tempat itu; kelak diisi pada waktu
membaca kembali naskah yang sudah selesai. Bila terjadi kemacetan di tengah jalan, bacalah
kembali 2-3 halaman yang terakhir untuk menemukan alur pemikiran yang dapat menembus
kebuntuan itu.
12. Dalam mengarang naskah panjang yang memakan waktu berhari-hari, akhirilah kegiatan
mengarang pada suatu hari di tengah-tengah uraian sebelum suatu bagian karangan selesai.
Dengan demikian, pada hari berikutnya penulis tidak akan menghadapi dua front (memulai
kerja mengarang pada atau medan pertempuran hari itu dan mencari kalimat awal yang
memuaskan) dan langsung dapat meneruskan uraian atau menyambung kalimat yang diputus
setengah jalan kemarin.
13. Langkah terakhir proses mengarang ialah membaca ulang karangan, mencocokkan kutipan
langsung dengan kartu catatan, dengan melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan
(dalam hal pemakaian kutipan, penulisan kata, pemakaian tanda baca, pemakaian kata,
penyusunan kalimat, dst.).

Diambil dari:

Judul buku : Menjadi Penulis

Penulis : Dra. Vero Sudiati dan Aloys Widyamartaya, Lic.Phil

Penerbit : Pustaka Widyatama, Yogyakarta 2005

Halaman : 31 -- 37

Delapan Aturan Ketika Menulis dari C.S.


Lewis
Pada tahun 1959, seorang gadis SMA dari Amerika Serikat menulis sebuah surat kepada C.S. Lewis dan
meminta saran kepadanya berkaitan dengan keterampilan tulis-menulis. Di bawah ini adalah balasan
yang dikirimkan oleh C.S. Lewis, dan saya akan menambahkan komentar editorial di masing-masing
butir tersebut.

1. Matikan radio.

Hari ini, para penulis mungkin juga perlu mematikan televisi, iPod, atau streaming musik dari internet.
Saya mengenal beberapa penulis yang menyatakan bahwa suara-suara tertentu dapat mendorong
kreativitas mereka, tetapi saya tidak memercayainya, dan tampaknya C.S. Lewis pun tidak
memercayainya. Menulis adalah aktivitas sunyi, aktivitas ini membutuhkan ruangan dalam pikiran kita
untuk membentuk kata-kata, sehingga aktivitas apa pun yang bersaing untuk mendapatkan ruangan
dalam pikiran kita akan mengurangi kualitas tulisan. Penulis yang baik adalah penulis yang mampu
untuk menjalani kesendirian dan tidak membutuhkan pengisi apa pun.

2. Bacalah buku-buku yang bermutu dan hindarilah berbagai macam majalah.

Jika Anda tertarik untuk menulis buku, maka Anda perlu membaca buku-buku yang bermutu. Isilah
pikiran Anda dengan materi-materi yang berkualitas tinggi, dan tak lama kemudian Anda akan dapat
mereproduksinya dalam tulisan-tulisan Anda. Hari ini, sangat sulit mencari tulisan-tulisan Kristiani
yang benar-benar baik; novel best-seller seperti "The Shack" misalnya, novel itu baik dalam hal
penjualan, tetapi memiliki kualitas sastra yang rendah. Sering kali para penulis dibuat bingung dengan
dua pilihan; menulis karya yang bagus atau menulis karya yang menjual? Idealnya, karya yang Anda
tulis itu memiliki kualitas sastra yang baik dan akan menjadi karya yang populer, dan jalan menuju
kepada hal itu adalah dengan membaca buku-buku yang bermutu. Gaya tulisan adalah sesuatu yang
penting dan paling baik diserap dari membaca buku-buku yang telah melewati ujian waktu. Karya tulis
C.S. Lewis dapat menjadi awal yang baik.

3. Menulislah dengan telinga, bukan dengan mata. Buatlah setiap kalimat terdengar baik.

Ini adalah aturan Lewis yang terpenting, menurut saya. Di dalam tulisan yang baik terdapat irama-
irama tertentu, dan sebaiknya Anda menemukan irama Anda sendiri. Hal ini menjadi sebuah alasan
baik yang lain untuk mematikan radio, televisi, atau musik selagi Anda menulis. Para penulis yang
berpengalaman mengetahui bahwa setiap kalimat tidak selalu terdengar baik, sehingga Anda perlu
menuangkan pikiran-pikiran Anda terlebih dahulu ke atas kertas coretan sebelum kembali ke draf
yang sedang Anda kerjakan, lalu "menyetel" bunyi kalimat-kalimatnya.

4. Tulislah mengenai hal-hal yang menarik bagi Anda. Jika Anda tidak memiliki ketertarikan terhadap
apa pun, maka Anda tidak akan menjadi seorang penulis.

Dua kalimat di atas mengandung kebenaran. Terlalu banyak penulis Kristen yang menyelesaikan
karyanya karena didorong oleh kewajiban keagamaan, mendapat uang, atau tenggat waktu daripada
karena didorong oleh ambisi yang kudus. Kewajiban, keuntungan, atau sebuah tenggat waktu sering
kali menurunkan ambisi yang kita miliki, tetapi tentu saja akan menjadi sangat indah jika kita bisa
menggabungkan ketiga elemen itu. Korbankanlah semua yang Anda miliki jika harus, tetapi jangan
pernah mengorbankan ambisi menulis Anda.

5. Sampaikan dengan jelas.

Ingatlah bahwa pembaca Anda tidak dapat membaca pikiran Anda. Jangan lupa menyampaikan apa
yang perlu mereka ketahui dengan persis, agar mereka dapat mengerti apa yang Anda maksudkan.
Dalam kelas dan konferensi yang saya adakan, saya selalu menekankan kejelasan di atas segala-
galanya. Keelokan dan kualitas tulisan akan dapat dicapai melalui kejelasan tentang apa yang ingin
disampaikan, karena itulah kejelasan menjadi tujuan utama.

6. Simpanlah tulisan-tulisan Anda yang tidak terpakai karena Anda pasti akan membutuhkannya suatu
saat nanti.

Segala sesuatu terbentuk dari berbagai materi yang lain. Seorang penulis perlu memiliki sebuah jurnal
menulis karena sebagai manusia kita dapat dengan mudah melupakan sesuatu, baik berupa rencana,
ide cerita, kata-kata, kalimat percakapan, peristiwa, serta berbagai pengalaman. Kebanyakan penulis
pernah menulis paragraf yang tak tuntas, karya yang tak selesai, maupun hasil karya yang ditolak,
namun Lewis mengingatkan kita untuk menyimpan semua itu dan menggunakannya sebagai sumber
karya tulis yang lain. Saya memiliki begitu banyak benda seperti ini yang saya simpan di plastik
belanjaan. Sekadar informasi, artikel yang Anda baca ini berasal dari bagian karya tulis yang saya
simpan sejak tahun 1997.
7. Anda membutuhkan kemampuan untuk mengenali rima dari kata-kata yang Anda tulis, tapi suara
berisik dari mesin ketik dapat mengganggu Anda.

Sekali lagi Lewis menekankan pentingnya irama dari kata-kata yang kita susun, tetapi dari seluruh
nasihat yang diberikannya, mungkin ini adalah saran yang paling kuno. Keyboard komputer yang kita
miliki sekarang ini mungkin tidak seberisik mesin ketik. Saya telah menggunakan banyak metode yang
berbeda untuk menuangkan pikiran saya ke atas kertas, tetapi ketika saya ingin mencurahkan yang
terbaik untuk tulisan saya, saya akan menulis pemikiran saya di atas kertas tulis dengan gaya tulisan
latin [tegak bersambung, Red.]. Saya rasa C.S. Lewis akan tersenyum melihat orang-orang yang dapat
menghubungkan pikiran dengan tangannya, dengan cara yang sangat elemental. Itulah yang dilakukan
C.S. Lewis, sehingga ia dapat menghasilkan buku-buku yang berkualitas baik.

8. Pahamilah setiap kata yang Anda gunakan.

Jadikanlah keinginan untuk mempelajari kosakata baru dan menggunakannya dalam tulisan Anda
sebagai sebuah hobi. Tujuannya bukanlah untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang berlebihan,
tetapi untuk berkomunikasi dengan lebih tangkas. Kosakata yang luas akan menambah isi dari tulisan
Anda. Beberapa penulis menggunakan kata-kata yang hanya dimengerti sekilas oleh mereka, tetapi
pastikanlah agar Anda betul-betul memahami setiap kata yang Anda gunakan. Sebuah kamus yang
tebal dapat menjadi keuntungan bagi seorang penulis, tetapi demi efisiensi, Anda boleh saja memakai
kamus elektronik di komputer Anda.

Menulis adalah keterampilan. Anda akan memulainya sebagai seorang amatir, berjuang sebagai
seorang pembelajar sampai akhirnya berkembang menjadi seorang ahli seperti C.S. Lewis. Karena
menulis adalah keterampilan dan bukan bakat, setiap orang seharusnya dapat memiliki keterampilan
ini dan menjadi ahli seiring berjalannya waktu. Tetapi harus diingat bahwa waktu yang Anda miliki
harus diinvestasikan untuk benar-benar menulis, bukan sekadar berpikir atau berkeinginan untuk
menulis saja selain membaca karya-karya dari orang-orang yang telah menjadi ahli dalam
keterampilan ini. (t/Yudo)

Diterjemahkan dan disunting dari:

Nama situs : Christian Writing Today

Alamat URL :
http://www.christianwritingtoday.com

Judul asli artikel : 8 Writing Tips from C.S. Lewis

Penulis : Donald L. Hughes

Tanggal akses : 16 Juli 2012

Empat Cara untuk Membangun Hubungan


yang Sehat dengan Para Pembaca Anda
Saya menulis email kepada Anne Rice. Dia membalas saya lima belas menit kemudian. Saya tidak
memercayainya. Saya adalah orang asing, dan dia langsung saja menulis catatan yang baik dan ramah
kepada saya.

Memiliki hubungan yang positif dengan pembaca Anda sangatlah berharga. Pembaca lebih cenderung
untuk membeli buku Anda jika mereka merasakan ada hubungan pribadi dengan Anda. Besar
kemungkinannya bagi mereka untuk menyinggung buku Anda kepada teman-teman mereka karena
mereka ingin menceritakan tentang bagaimana mereka berinteraksi dengan penulisnya. Saya memiliki
pembaca yang memperkenalkan saya kepada wartawan, mengatur penandatanganan buku, dan
membuat saya berceramah.

Berikut adalah 4 poin sederhana untuk membantu membangun hubungan yang sehat dengan para
pembaca Anda:

1. Jadikan diri Anda mudah dijangkau.

Anda dapat menggunakan media apa pun yang Anda suka untuk berkomunikasi, asalkan
pembaca Anda tahu bagaimana menghubungi Anda. Hal itu bisa berupa formulir pengajuan
berlangganan di website Anda, alamat email, atau menulis surat kepedulian dari penerbit
Anda. Ketika beberapa pembaca mencapai halaman akhir dari buku Anda, mereka ingin
memberi tahu Anda tentang bagaimana buku itu memengaruhi mereka. Jadi, izinkan mereka
melakukannya. Saya memasukkan satu halaman di bagian belakang novel-novel saya yang
memberitahukan kepada para pembaca tentang cara bagaimana saya lebih suka dihubungi.
Tidak apa-apa jika Anda tidak memiliki akun Twitter, asalkan penggemar Anda dapat
menemukan Anda.

2. Menanggapi mereka yang menghubungi Anda.

Jika Anda berada di acara penandatanganan buku dan seseorang mengatakan halo, Anda akan
menjawabnya, bukan? Jika seseorang menulis email, atau mengirim tweet, atau membuat
komentar di blog Anda, berikan tanggapan kepada mereka. Jika Anda sibuk, tulis saja sesuatu
yang sederhana, seperti "Terima kasih untuk catatannya. Saya minta maaf karena tidak
mempunyai waktu untuk menulis lebih banyak karena saya sedang menulis buku berikutnya.
Saya menghargai kata-kata baik Anda". Atau, jika Anda memiliki waktu, balaslah tulisan
mereka kembali dan mulailah interaksi yang sebenarnya. Penggemar Anda akan menceritakan
hal ini kepada teman-teman mereka.

3. Bersikaplah sopan.

Saya memiliki perlengkapan pengingat Google untuk judul-judul saya, dan ketika seseorang
menulis review, saya akan mampir ke blog mereka dan berterima kasih untuk ulasan yang
mereka buat (baik positif maupun negatif). Pernah saya mendapatkan ulasan yang sangat
kejam, tetapi saya tetap meninggalkan komentar kepadanya, berterima kasih kepada penulis
ulasan tersebut karena telah membaca dan mengulas buku saya. Penulisnya menjawab,
terkejut karena saya bersikap baik tentang semuanya itu, dan kami mengalami percakapan
panjang yang menarik yang memperjelas buku tersebut untuknya dan menunjukkan beberapa
kelemahan buku itu bagi saya. Dia ternyata kemudian menjadi pembaca saya yang baik. Saya
mengirimkannya salinan naskah berikutnya sebelum naik cetak, dan kami mengalami
pembicaraan di telepon setelah itu dan saya memasukkan beberapa sarannya. Dia kemudian
memberikan ulasan positif yang sangat kuat untuk buku kedua saya. Dia menjadi lebih
sebagai teman daripada penggemar saya sekarang. Betapa mengejutkan seberapa jauh yang
dihasilkan oleh kesantunan dalam interaksi Anda. Jadilah orang yang baik di samping seorang
penulis yang besar, dan Anda berada di jalan yang tepat untuk mendapat basis penggemar
setia.

4. Mengatur batasan-batasan pribadi.

Para pembaca kita merasa bahwa mereka mengetahui kita secara baik karena besarnya kita
mengungkapkan diri di dalam pekerjaan kita. Hal tersebut dapat membuat keintiman palsu
yang menyebabkan ketidaknyamanan bagi penulis. Adalah bijaksana untuk menetapkan
batas-batas untuk berinteraksi dengan para penggemar. Saya akan dengan senang hati
berbicara tentang tulisan saya, menjawab pertanyaan tentang novel saya, atau melakukan
Skype dengan klub buku. Namun, saya tidak akan berinteraksi dengan penggemar tentang
anak-anak saya. Saya tidak akan bergosip tentang orang-orang yang bekerja dengan saya
dalam industri ini. Saya tidak akan menceritakan apa pun tentang proyek-proyek baru yang
tidak ingin saya ceritakan kepada publik.

Membangun hubungan dengan pembaca Anda bisa menjadi hal yang menyenangkan. Pekan
lalu, seorang ibu mengirimkan saya gambar yang dilukis oleh putrinya saat sedang membaca
novel fantasi anak-anak karangan saya. Itu adalah saat yang benar-benar manis bagi saya,
dan saya mengirimkan mereka berdua catatan terima kasih. Sangat memuaskan untuk melihat
kata-kata saya membangkitkan imajinasi orang lain. (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dari:

Nama situs : Writer's Digest

Alamat URL : http://www.writersdigest.com/editor-blogs/guide-to-literary-agents/building-healthy-relationships-with-


your-readers

Judul asli : 4 Ways to Build Healthy Relationships with Your Readers


artikel

Penulis artikel : Matt Mikalatos

Tanggal akses : 1 April 2016

Persyaratan yang Harus Dipenuhi Editor Penerbit


Buku
by Penerbit Deepublish10,462 Views
Editor di penerbit buku memiliki peranan penting dalam menilai kelayakan naskah yang akan
diterbitkan. Mereka dipilih dengan memenuhi beberapa kualifikasi tertentu.

Dalam sebuah penerbit buku, tentunya terdapat beberapa orang yang mengisi posisi editor.

Mereka adalah orang-orang yang kompeten, yang dipekerjakan untuk menilai kelayakan

naskah untuk bisa diterbitkan. Mereka juga memiliki pekerjaan lain, yaitu menyunting isi

naskah sehingga bisa lebih layak untuk bisa dibaca oleh banyak orang setelah menjadi buku.

Mereka adalah mitra penulis yang akan berkomunikasi langsung dalam proses penerbitan.

Dalam dunia penerbitan buku, tugas editor cukup kompleks. Selain menilai kelayakan

naskah, mereka juga akan terbagi ke dalam beberapa pekerjaan. Ada yang akan mengedit isi

atau substansi naskah, ada pula yang hanya mengedit teknik penulisan dan tata bahasa

yang digunakan penulis. Mereka juga akan berkomunikasi dengan orang-orang di bagian lain

dalam dunia penerbitan buku dan penentu lolos atau tidaknya sebuah karya untuk

diterbitkan.

Tentunya tidak sembarang orang bisa bekerja sebagai editor di penerbit buku. Orang-orang

yang dipilih untuk mengisi pekerjaan ini adalah orang-orang yang memiliki banyak

kemampuan. Cakap saja tidak cukup. Mereka juga harus memiliki ketelitian dan kesabaran

juga dalam melaksanakan pekerjaannya. Mereka yang tidak kompeten di bidang ini jelas

bisa merugikan penerbit buku karena menghasilkan buku-buku dengan kualitas isi yang

diragukan. Oleh karena itu, secara umum penerbit buku akan memilih editor berdasarkan

syarat-syarat tertentu.

Editor yang dipilih oleh penerbit buku adalah orang yang pandai menulis. Meskipun

berwenang dalam mengobrak-abrik naskah, seorang editor nantinya akan menilai naskah. Ia

adalah orang yang wajib tahu mengerti tentang dunia penulisan. Oleh karena itu, ia adalah

orang yang harus bisa menulis. Ia tidak akan mungkin mampu melaksanakan pekerjaannya

jika tidak mampu menulis dengan baik. Dalam pekerjaannya, kepiawaian editor dalam

menulis akan berguna untuk melengkapi isi buku dengan menambahkan ringkasan atau

sinopsis buku dan biografi singkat penulis.


Kemudian seorang editor juga harus suka membaca. Orang yang bekerja sebagai editor di

penerbit buku harus memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas. Hal ini akan berguna

untuk menilai tepat atau tidak tepatnya seorang penulis dalam menuangkan gagasannya.

Berbekal pengetahuan dan wawasan ini, editor nantinya mampu memberikan masukan

kepada penulis untuk perbaikan isi naskahnya.

Selanjutnya, tentu tidak boleh terlewatkan bahwa seorang editor haruslah orang yang

menguasai penggunaan ejaan serta tata bahasa yang baik dan benar. Editor akan banyak

bekerja untuk memeriksa, memperbaiki, dan memberikan masukan kepada penulis terkait

teknik dan kaidah penulisan. Dalam hal ini, editor juga akan bekerja untuk memeriksa

penggunaan huruf, kata, kalimat, dan paragraf pada naskah yang diajukan penulis.

Kemudian ia juga akan menjadi seorang penilai efektif atau tidaknya kalimat yang dipakai

oleh para penulis dalam isi buku mereka. Oleh karena itu, ia haruslah orang yang memiliki

pemahaman tingkat tinggi tentang penggunaan ejaan, tata bahasa, bahkan teknik penulisan

yang baik.

Editor di sebuah penerbit buku juga seharusnya merupakan orang yang akrab dengan kamus

dan buku Ejaan Yang Disempurnakan. Ia perlu menghafal berbagai kata baku dan tata cara

penulisan yang tepat. Ia juga perlu memahami berbagai macam istilah dan ketepatan

penulisannya. Jika ia kurang familiar dengan suatu kosakata, ia bisa segera memeriksa

kebenarannya melalui kamus. Begitupun jika ia ragu dengan kata-kata yang tidak asing

baginya, ia bisa memastikan arti dan penulisan baku dari kata-kata tersebut. Di samping itu,

seorang editor perlu memiliki buku Ejaan Yang Disempurnakan terbaru agar tidak keliru

dalam memeriksa ejaan yang dituliskan dalam naskah penulis. Ia perlu meng-upgrade

pengetahuan EYD yang dimilikinya agar selalu sesuai dengan perkembangan ejaan yang

dipakai di dunia penulisan.

Tidak hanya pandai dalam menulis, menyunting, dan kemampuan penulisan, seorang editor

penerbit buku perlu memiliki sifat teliti dan sabar. Ia haruslah orang yang cermat dalam

mengamati kata demi kata yang dituliskan dalam sebuah naskah. Seorang editor juga harus

berhati-hati dalam menyunting naskah. Tujuannya tak lain adalah membantu penulis

menghasilkan naskah yang bagus dan berkualitas.


Kemudian seorang editor juga perlu memiliki kesabaran yang berlebih. Hal ini karena tidak

semua naskah yang ia nilai dan sunting sesuai dengan ekspektasinya. Terkadang ada

beberapa penulis yang masih banyak memiliki kekurangan sehingga menuntut editor untuk

bekerja lebih banyak daripada seharusnya. Kekurangan penulis ini bisa jadi sangat fatal

dalam menulis naskah sehingga membutuhkan kesabaran dari seorang editor untuk

menghadapinya. Hal ini tak jarang juga membuat editor emosi dalam melakukan

pekerjaannya. Nah, untuk menghindari adanya luapan emosi, sebaiknya seorang editor

adalah orang-orang yang terpilih karena kemampuan, ketelitian, dan kesabarannya.

Di samping itu, kecakapan seorang editor juga tidak terbatas pada dunia penulisan dan

wawasan yang luas saja. Orang yang bekerja sebagai editor di penerbit buku hendaknya

memiliki keahlian di suatu bidang tertentu. Ia perlu memiliki keahlian di suatu bidang

sehingga nantinya dapat menilai naskah di bidang yang sama dengannya. Tanpa keahlian

seperti ini, seorang editor tidak akan bisa menilai kelayakan naskah.

Berikutnya, editor juga perlu menguasai bahasa asing, baik tertulis maupun lisan, terutama

Bahasa Inggris. Editor dengan kemampuan bahasa asing yang mumpuni nantinya bisa

dipekerjakan untuk menerjemahkan buku-buku dengan bahasa yang berbeda dengan

bahasa negerinya. Penguasaan bahasa asing tidak hanya bermanfaat untuk pekerjaannya,

dalam perjalanan kariernya seorang editor pun akan memiliki nilai plus tersendiri.

Hal yang agak khusus dan wajib dimiliki editor adalah pemahaman tentang kode etik editing

naskah dan gaya penulisan seseorang. Ketika bekerja di sebuah penerbit buku, seorang

editor harus tahu berbagai hal yang merupakan hak dan kewajibannya. Kemudian ia juga

perlu tahu hal-hal yang boleh atau tidak diperbolehkan untuk ia lakukan. Tanpa pengetahuan

ini, ia akan buta akan profesinya dan bisa salah dalam melangkah.

Di sisi lain, seorang editor juga perlu memahami berbagai gaya penulisan yang menjadi ciri

khas penulis. Dengan memahami gaya penulisan, ia tidak akan seenaknya menyunting

naskah sesuai dengan gayanya. Ia akan tetap menampilkan ciri khas penulis dalam

karyanya, di samping melakukan perbaikan isi naskah. Kecermatan editor kemudian

diperlukan dalam hal ini, terutama untuk menemukan gaya penulisan seorang penulis.
Walaupun dianggap memiliki kualifikasi tertentu untuk bekerja di sebuah penerbit buku,

seorang editor pun memiliki batas-batas tertentu dalam melaksanakan pekerjaannya. Ia

tidak bisa melakukan penyempurnaan terhadap naskah-naskah yang sangat tidak sesuai

dengan ketentuan penerbit dan penulisan. Ia juga bukanlah orang yang punya banyak waktu

untuk meneliti dan memperbaiki kesalahan-kesalahan mendasar yang seharusnya bisa

diperbaiki oleh penulis sendiri.

Anda mungkin juga menyukai