Anda di halaman 1dari 11

1 / 14

tugas KTI kelompok 3 penyuntingan karya tulis ilmiah

PENYUNTINGAN KARYA TULIS ILMIAH


MAKALAH
Mata kuliah : karya Tulis Ilmiah
Dosen Pengampu :
M. Rikza Chamami, M. S. I
oleh :
Firdha Naili fitriyani 123311017
Firman Kurnia Asysyifa 123311018
Miss Paosiaa Nahooda 133311075

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013

I. PENDAHULUAN
Pada dasarnya kita semua bisa menulis. Baik kita seorang pendidik, siswa,mahasiswa,
praktisi hukum, seniman, ekonom, pebisnis, salesman, polisi, ABRI, ibu rumah tangga, dan
lain sebagainya. Singkat kata siapa pun bisa menulis. Karena yang terpenting dalam
menulis adalah kita mampu menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan sesuai dengan latar
belakang, keahlian dan keilmuan kita, sehingga kredibilitas kita sebagai penulis
tidak diragukan lagi.
Di negara maju, menulis menjadi pekerjaan yang menarik dan bergengsi. Karenadengan
menulis selain mendapatkan honor yang lumayan juga dapat menyumbangkanpemikiran-
pemikiran atau gagasan-gagasan kita yang disertai dengan solusinya kepada masyarakat
luas. Semua media massa, baik itu surat kabar, majalah maupun tabloid
sangat membutuhkan tulisan-tulisan yang bersifat views itu. Bahkan beberapa surat kabar
dan majalah seringkali melakukan perekrutan kepada para akademisi atau praktisi agar
bersediamenulis untuk mengisi ruangan atau halaman yang telah disediakannya.
Pada dasarnya, dalam penyusunan karya tulis ilmiah terdapat lima tahap, yaitu:persiapan,
pengumpulan data, pengorganisasian dan pengonsepan, penyuntingan atau pemeriksaan,
dan penyajian.

2 / 14
Tidak jarang tulisan yang menarik dan bagusdari sisi ilmiah tidak dapat dimuat oleh redaksi.
Ini pada gilirannya menghendaki penggunaan bahasa ilmiah yang populer. Artinya secara
ilmiah dapat dippertanggung jawabkan, sekaligus enak dibaca dan perlu. Oleh karena itu,
pengeditan sangat membantu. Pengeditan akan semakin menyenpurnakan bahasa
yang kita gunakan. Kita bisa minta bantuan kepada rekan atau dosen yang telah biasa
menulis di media massa untuk tahap pengeditan ini. Atau kalau artikel tersebut ditujukan
untuk konsumsi surat kabar, kita bisa meminta kepada seseorang yang masih duduk di
bangku SMU, misalnya, untuk membacanya. Hal yang terakhir ini barangkali lucu,
namun percayalah, konsumen utama surat kabar adalah masyarakat awam yang rata-
ratapendidikannya adalah SMU.
Yang termasuk tahap penyuntingan adalah pembacaan dan pengecekan kembalimasalah
yang kurang lengkap dilengkapi, yang kurang relevan dibuang. Dalam karya ilmiah mungkin
saja terdapat penyajian yang berulang-ulang atau tumpang tindih, pemakaian bahasa yang
kurang efektif, baik dari segi penilisan dan pemilihan kata, penyusunan kalimat, penyusunan
paragraf, maupun segi penerapan kaidah ejaan.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana hakikat penyuntingan karya tulis ilmiah?
B. Apa saja macam-macam editing?
C. Apa tujuan penyuntingan karya tulis ilmiah?
D. Bagaimana langkah yang dilakukan dalam penyuntingan karya tulis ilmiah?

III. PEMBAHASAN
A. Hakikat Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, editing adalah: 1) mempersiapkan karyatulis
ilmiah yang siap cetak atau siap terbit (dengan memperhtikan terutama segi ejaan, diksi dan
struktur kalimat), makna ini sering diterjemahkan menjadi menyunting; 2) merencanakan dan
mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah); 3) menyusun (film, pita rekaman) dengan
memotong dan memadukan kembali. Orang yang melakukan pengeditan dipanggil dengan
sebutan editor.1[1]
Sebelum mengetik konsep, penyusun lebih dahulu memeriksaanya. Tentu ada bagianyang
tumpang tindih atau ada penjelasan yang berulang-ulang. Buanglah penjelasan yang
3 / 14
tidak perlu dan tambahkan penjelasan yang dirasakan sangat menunjang
pembahasan.2[2] Penyuntingan sebaiknya dilakukan beberapa saat setelah selesai
penulisan. Hal ini, unuk menjaga ketenangan berpikir dan ketelitian mengoreksi karya tulis
ilmiah.3[3]
Karya tulis ilmiah yang telah selesai ditulis keseluruhannya pasti belum sempurna.Belum
layak untuk dikirim langsung ke penerbit. Pada beberapa bagian selalu terdapat kesalahan-
kesalahan yang fatal, sehingga perlu diperbaiki. Proses perbaikan itu disebut editing atau
penyuntingan.Editing adalah proses memperbaiki karya tulis ilmiah dengan
cara mengoreksi, memeriksa, atau meneliti kembali apa yang sudah ditulis atau
diterbitkan.Penyempurnaan karya tulis ilmiah agar seiap diterbitkan perlu dibaca dan ditata
ulang oleh penulisnya atau orang lain yang dianggap berkemampuan atau sering kali
disebut sebagai editor ahli.
Langkah berikutnya, sebelum karya tulis ilmiah itu dikirim ke penerbit, kewajibanpenulis
adalah melakukan editing atau penyuntingan terlebih dahulu. Kecepatan atau keterlambatan
proses penerbitan buku oleh penerbit banyak terkait dengan kesempurnaan karya tulis
ilmiah yang ditulisnya. Bahkan kegagalan sebuah buku yang akan diterbitkan terletak pada
hasil akhir editing. Kecerobohan dalam penyulitan merupakan awal kesulitandalam proses
penerbitan.
Pada saat ini hampir semua penerbit memiliki editor penerbitan, dimana keberadaan editor
ini menjadi ciri khas industri penerbitan. Editor penerbitan ini berbeda dengan editor ahli.
Karya tulis ilmiah yang ditawarkan seorang penulis atau calon penulis kepada penerbitnya
biasanya di-review terlebih dahulu oleh editor untuk dilihat kelayakannya. Barusetelah itu
sang editor tersebut menyetujui penerbitannya, maka barulah dilakukannyaperjanjian
penerbitan anatara penulis dan penerbit.
Setelah perjanjian disepakati bersama antara penulis dan penerbit, maka karya tulis ilmiah
akan diedit atau disnunting oleh editor penerbitan untuk kemudian dilakukan pendesainan
isi, lalu dilakukan koreksi yang bisa dilakukan oleh editor yang bersangkutan atau korektor.
Setelah koreksian selesai dilakukan dan dilakukan penyempurnaan disain, barulah karya
tulis ilmiah yang sudah diedit editor penerbitan dan didesain rapi ini

4 / 14
dikembalikan kepada peenulis untuk dikoreksi ulang. Setelah penulis melakukan
koreksi ulang, barulah dilakukan tahap persiapan pencetakannya.4[4]
Dalam menulis karya tulis ilmiah, penulis juga berkewajiban menyelaraskan isibahasa, dan
alur pikiran materi sebelum karya tulis ilmiah dikirimkan ke penerbit. Tentu itu bukan bahwa
karya tulis ilmiahnya akan diterima begitu saja oleh penerbit tanpa di kutak katik dan
langsung diterbitkan begitu saja. Di penerbit ada penyunting (bisa disebut editor) yang
berhak meluruskan dan menyelaraskan isi bahasakarya tulis ilmiah itu, misalnya
dengan menghapus bagian-bagian yang perlu ditambahkan. Mengapa penyuntingan
perlu dilaksanakan ? salah satu alasannya adalah agar tulisan kita lebih jelas, menarik dan
mudah dipahami oleh pembaca. Selain itu, penyuntingan perlu dilakukan untuk memperbaiki
bahasa yang mungkin masih bermasalah.
Alwasilah (2005:20) dalam artikelnya “Ada Apa dengan Ilmu Bahasa ?” menyatakansebagai
berikut. “Penulis dengan segala keterbatasannya bisa jadi tidak menyadarikessalahan-
kesalahan berbahasa yang dilakukannya, meski ia sudah berulang kali karya tulis ilmiah”.
Mengakui kesalahannya sendiri memmang tidak mudah, sebaliknya menunjukan kesalahan
orang lain lebih mudah, sesui pribahasa: “semut diseberang lautan tampak, fajah di pelupuk
mata tidak tampak.” Untuk itu perlu kita sadari betapa besarnya andil seorang
editor atau profederdalam membantu menulis.
Peran penyunting (editor) sangat besar bagi penulis karena mereka merupakan
rekan penulis dalm mewujudkan impiannya, yakni menerbitkan karya tulis ilmiah. Inilah
senarai peranan mereka, yaitu :
1. membantu penulis agar karyanya layak dibaca dan bisa diterbitkan.
2. membeaskan karya tulis dari dari masalah kebahasaan seperti ejaan, tata
bahasa, tanda baca, dan sebagainya.
3. membantu agar tulisan memiliki koherensi yang baik antara kalimat-kalimat yang
ada dalam suatu paragaf, antara paragaf yang satu dengan paragaf yang lainnya , dan
antara subbab yang satu dengan subbab yang lainnya.
4. Meluruskan ide-ide yang salah atau kurang tepat.
5. Mendukung konsistensi dalam penulisan.
6. Membuat tulisan menjadi lebih sistematis, mudah dipahami, enak dibaca dan
menarik.
7. Membanu penulis mengenal selera pembaca.
8. Menghindarkan pelanggaran-pelangaran yang berakibat tidak baik.

5 / 14
Disinilah editor berperan sebagai pemandu, editor bertugas sebagai memandu penulisagar
mencapai tujuannya dalam waktu yang sesingkat mungkin dengan tingkat
kesalahan seminimal mungkin, karena kerja sama antar penyunting dan penulis sangat
diperlukan untuk menghindari masalah yang timbul dalam penyuntingan. Sebelum
penyuntingan dimulai harus terlebih dahulu menyadari bahwa penyuntingan diperlukan
untuk membuat kata, ungkapan, kalimat, paragaf, dan subbab berkoherensi, halus, menarik
dan lebih jelas supaya tidak terjadikesalahan- kesalahan dalam penyuntingan.5[5]
Secra umum, proses editing atau pengeditan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. penyuntingan secara redaksional. Menurut cara ini, editor memeriksa setiap kata
dan kalimat agar logis, mudah dipahami, dan tidak rancu (memiliki ejaan yang benar,
mempunyai arti, dan enak dibaca). Proses editing ini mencakup kegiatan kegiatan seperti
memperbaikikesalahan ejaan (tanda baca, tata bahasa, angka, nama, alamat, dan
sebagainya),menyusuaikian gaya bahasa dengan gaya surat kabar bersangkutan dan
mengetatkan tulisan (meringkas beberapa kalimat menjadi satu atau dua kalimat dengan
tidak mengubah makna kumpulan kalimat sebelumnya). Tujuan akhir proses editing jenis ini
adalah agar tulisan tidak hanya memiliki ejaan yang benar dan arti yang jelas, tetapi juga
enak dibaca.
2. Penyuntingan secara substansial, yakni editor memperhatikan data dan fakta agar
tetap akurat dan benar. Kegiatan-kegiatan yang dicakup dalam proses pengeditan jenis ini
adalah :
a. Memperbaiki kesalahan-kesalahan faktual
b. Menghindari kontradiksi dan mengedit berita untuk diperbaiki
c. Menghindari unsur-unsur seperti penghinaan, ambiguitas dan tulisan yang
memuakkan (bad taste)
d. Melengkapi tulisan dengan bahan-bahan tipografi, misla anak judul atau sub judul
e. Menulis judul yang menarik
f. Memberikan penjelasan tambahan untuk gambar atau tabel
g. Menelaah kembali hasil tulisan yang telah dicetak karena tidak menutup
kemungkinan masih terdapat kesalahan redaksional dan seubstansial6[6]

6 / 14
Tujuan pengeditan tipe ini adalah untuk membuat tulisan menjadi mudah dimengerti, tetapi
juga sistematika tulisan secara keseluruhan tetap terjaga. Dari semua kegiatan
yang tercakup dalam dua jenis proses pengeditan tersebut, yang menjadi fokus editor
adalah :
1. Menyadari perbedaan latar belakang para pembaca, baik dari segi umur, taraf
hidup, dan gaya hidup sehingga naskah yang dihasilkan sesuai dengan latar belkang
pembaca
2. Tegas
3. Memperbaiki tulisan tanpa merusak cara penulis dalam memaparkan
pendapatnya
4. Hati-hati dengan iklan terselebung yang termuat dalam tulisan.7[7]

Kebutuhan pengeditan muncul karena adanya prinsip dasar bahasa jurnalistik yang harus
terpenuhi dalam sebuah tulisan. Bahasa jurnalistik berfungsi sebagai bahasa komunikasi
masa. Karena peranannya tersebut, bahasa yang dipakai haruslah lebih jelas dan mudah
dibaca dengan tingkat intelektual minimal.8[8]

B. Macam-macam editing
1. Editing Isi/ Materi/ Gagasan
Ketika dalam proses penjulisan naskah ada kemungkinan terdapat ide yang tercecer,ada
pemikiran yang terputus, dan ada uraian yang tidak relevan. Maka dalam
penyuntingan tahap awal ini difokuskan dulu pada isi naskah dan tidak perlu memikirkan
ejaan, perhurufan, pengetikan, maupun lay out-nya.
Pada langkah ini perlu kecermatan tersendiri dalam pemahaman isi. Perhatikan
kalimat yang satu dengan kalimat yang lain, lalu dari alinea satu ke alinea lain. Hubungan
antar-kalimat dan antar-alinea mestinya merupakan mata rantai pemikiran yang sambung-
menyambung.
Tidak kalah pentingnya juga, perlu dicermati aktualitas, ketepatan, dan kebenaran
pada data, grafik, tabel, foto, began yang disajikan dalam naskah. Sebab kesalahan data
bisa berakibat fatal.9[9]

7 / 14
Isi/ materi/ gagasan yang terdapat dalam bentuk teks buku di ibaratkan sebagai gizisebuah
buku. Ketebalan atau tipisnya halaman buku terletak pada banyak atau sedikitnya materi
buku yang dituliskannya.
Karya tulis ilmiah yang akan diterbitkan memerlukan ketebalan yang memadai agarbuku itu
secara estetika enak dipandang atau disimpan. Ketebalan buku berkaitan dengan jumlah
halaman yang menggambarkan isi/ materi/ gagasan. Buku yang jumlah halamanya kurang
tidak memberikan daya tarik, terutama untuk penyimpanan dan pendokumentasian.
Penyuntingan terhadap isi karya tulis ilmiah dapat dilakukan dengan cara
pengurangan,penggantian, dan penambahan isinya yang relevan dengan topik dan tema
kajiannya.Pengurangan terhadap isi/materi/ gagasan bila memang dianggaptidak relevan
dengan topik kajiannya. Kemudian mengantinya dengan suatu topik yang sedang dibahas.
Kalau kemungkinan ada sumber lain yang lebih aktual dan akurat,seorang penulis dapat
saja menambahkan isi/ materi/ gagasan itu untuk melengkapinya, misalnya grafik, tabel,
gambar, atau data lain yang dianggap perlu.
Proses editing atau penyuntingan ini dilakukan selain berkaitan dengan akurasi
data, informasi yang faktual, juga untuk menambah wawasan ilmu dan pengetahuan bagi
penulis dan pembacanya. Dengan demikian dapat menambah ketebalan halaman buku
secara langsung hingga mencapai ukuran ideal sebuah buku mata ajar kuliah yang ajan
diterbitkan. Namun begitu, seorang penulis jangan terjebak oleh suatu keinginan hanya
untuk mempertebal jumlah halaman tanpa memerhatikan isi/materi/gagasan
yangdituliskannya.10[10]
Setelah penyuntingan isi ini dianggap selesai, barulah dilakukan penyuntingansistematika
penulisan. Sebab, bisa jadi ketika menulis naskah tidak terfikirkan sistematika penulisan.
Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan adalah cara-cara penulisan pendahuluan, latar
belakang, pembahasan, penutup, dan lainnya sesuai jenis tulisannya.11[11]
2. Editing Paragaf
Editing atau penyuntingan terhadap isi/ materi/ gagasan akan berpengaruh padakepadatan
paragaf, sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antar paragaf, ada yang
tebal dan ada yang tipis. Paragaf yang tidak berimbang tebal atau tipisnya
dapat mempengaruhi nilai estetika buku. Dengan demikian penyuntingan berikutnya harus

8 / 14
diarahkan terhadap bentuk idealis paragaf. Paragaf yang tipis harus diseimbangkan
dengan paragaf yang mencapai ketebalan standar hingga semua ketebalan paragaf
dianggap relatif seimbang. Ketebalan ideal sebuah buku dengan kertas ukuran A4 terdiri dri
3-4 paragaf.
Kalau isi/materi/ gagasan diibaratkan sebagai gizi sebuah buku maka paragafmerupakan
dagingnya. Karena itu penulisan antar paragaf dalam sebuah karya tulis ilmiah sangat
diperlukan keseimbangannya. Penyeimbangan ini dibutuhkan untuk memenuhi
standarestetika buku ketika dilakukan penilian dalam sebuah kompetisi. Paragaf yang terlalu
tebal dapat mempengaruhi daya baca seseorang dalam memahami teks. Seorang penulis
mesti memperhatikan ini, karena teks yang dibaca tanpa ada upaya memahaminya dari
pembaca menjadikan buku yang diterbitkan mubadzir. Sebaliknya ketipisan paragaf
juga dikhawatirkan tidak mewakili gagasan yang disampaikan penulis. Malah bisa
jadi gagasannya itu tidak selesai diungkapkan dengan kata-kata dan kalimat terbatas.12[12]
3. Editing Ragangan (Outline)
Ragangan atau outline dalam sebuah karya tulis ilmiah diibaratkan sebagai tulang-tulangnya
yang berfungsi mengikat daging yang mengandung gizi. Oleh sebab itu, ragangan harus
disusun secara sistematis berdasarkan topik dan subtopiknya. Sistematika
ragangan berkaitan dengan urut-urutan dan letak subtopik pembahasan yang akan
ditulis.ragangan dalam penulisan karya tulis ilmiah yang tela ditetapkan sejak awal bukanlah
harga mati.Dalam arti, ragangan yang tidak sesuai dengan isi/ materi/ gagasan dalam karya
tulis ilmiah masih bisa dibongkar pasang untuk menyesuaikannya. Sama halnya dengan
judul tulisan atau buku yang sudah di setting sejak awal boleh saja digonta ganti sesuai
dengan tema yang telahdisajikannya.

Ragangan dapat saja diubah saat penulisan sedang berjalan atau nanti di akhirpenulisan.
Mengedit ragangan bisa dengan cara mengurangi, mengganti atau menambahkan sesua
dengan subtopik kajian. Pada dasarnya ragangan yang sudah ditulis sejak awal penulisan
harus disesuaikan dengan apa yang dibahas dalam isi/ materi/gagasan dalam
buku.Pertimbagnanya akan lebih mudah mengganti ragangan daripada harus menulis ulang
tema kajian nya. Editingragangan yang terbaik adalah saat finalisasi penulisan, sekaligus
dalammenetukan halaman pada daftar isi.
4. Editing Kebahasaan

9 / 14
Kebahasaan dalam sebuah karya tulis ilmiah disamakan dengan sebuh kulit
sebagai pembungkus daging dan tulang serta melindungi keberadaan gizinya. Karena itu,
bahasa karya tulis ilmiah harus memenuhi standardisasi bahasa yang berlaku. Bahasa
Indonesia yang menjadi dasar rujukan harus menggunakan ejaan yang disempurnakan
(EYD). Penulisankarya tulis ilmiah populer bahasanya tidak bisa seenaknyapenulis, tetapi
harus menggunkan bahasa formal atau semi formal.
Editing atau penyuntingan terhadap bahasa mutlak diperlukan kalau karya tulis ilmiahitu
akan diterbitkan. Penyutingan berkaitan dengan penghurufan, penomoran,
pelambangan, ejaan dan tanda baca. Hal ini dapat dipelajari tentang pengunaan
EYD.Editng kebahasaan mempunyai banyak fungsi, antara lain untuk standardisasi sebuah
karya tulis ilmiah. Hal ini sangat diperlukan dalam memberikan bobot atas karya tulis ilmiah.
Selain itu juga, bahasadapat menjadi pemanis dalam menambah daya tarik pembaca.
Namun demikian, untuk penulisan karya tulis ilmiah tidak perlu menggunkan bahasa seindah
puisiatau sajak. Kebahasaan yang dimaksudkan di sini adalah berdasarkan kaidah tata
bahasa yang berlaku. Fungsi lain dari ketatabahasaan juga untuk mempercepat
pemahaman pembaca terhadap sebuah karya tulis ilmiah yang tersusun dari kata, kalimat
dan paragaf.13[13]
Perangkat kebahasaan dipersiapkan untuk mempermudah penulisan karya tulis agarlebih
efektif. Perangkat ini mencakup perhurufan, penomoran atau angka, lambang, ejaan, dan
tanda baca.14[14]
Dalam buku lain dikatakan bahwa perbaikan materi tulisan (editing) menyangkut beberapa
aspek, diantaranya yaitu:
a. Revisi judul
Karena terkadang judul yang kita buat sifatnya masih sementara, maka kita harusmembuat
judul yang lebih sesuai dengan isi tulisan, yang lebih menarik, lebih “menggigit” dan lebih
mengena sasaran pembaca. Untuk membuat judul yang “menggigit”, diperlukan kepekaan
rasa, keindahan bahasa serta ketegasan makna.
Sering terjadi judul karya tulis ilmiah konsumsi yang dibuat penulis pemula terlalu panjang,
terlalu singkat, datar, tidak menarik, tidak membumi, dan terlalu akademis. Kerap terjadi,
judul karya tulis ilmiah yang dibuat sama persis dengan judul laporan penilitian atau judul
skripsi yang terasa dingin, kaku, dan sangat formal.

10 / 14
b. Revisi intro
Seringkali penulis pemula menulis intro berkepanjangan, bertele-tele, berputar-putar, tidak
jelas, tidak ringkas, tidak menarik, membosankan, bahkan adakalanya
membingungkan. Intro adalah bagian pembuka atau pendahuluan. Dalam pidato, intro
adalah pengantar sebelum sampai kepada pokok bahasan. Intro artikel yang baik cukup tiga
paragraf. Pastika intro yang sudah ditulis memenuhi syarat : ringkas, jelas, menarik, dan
ditulis dalam bahasa jurnalistik yang baik.
c. Revisi komposisi
Komposisi berarti susunan yang seharusnya beraturan. Karya tulis ilmiah yang baik harus
sesuai dengan hukum komposisi. Sekali keluar dari hukum tersebut, kepala dibuat kaki da
sebalikanya, maka artikel yang dibuat tak ubahnya seperti sirkus. Untuk itu, perlu diperiksa
apakah komposisi artikel yang dibuat sudah baik.

d. Revisi akurasi dan relevansi data


Teliti dalam mengutip nama seseorang, jabatan, pangkat, kedudukan, alamat,
angka, tanggal, bulan dan tahun. Setelah diyakini semuanya tak ada yang salah tulis atau
salah kutip, teliti lagi apakah data yanng telah dikutip relevan dengan pokok bahasan. Jika
tidak relevan, maka harus dibuang.
e. Revisi ejaan dan istilah teknis
Tanpa sadar, kita sering menggunakan istilah-istilah teknis yang hanya dimengerti
dan dipahami oleh lingkungan sendiri yang sangat terbatas. Ganti istilah-istilah tersebut
dengan istilah yang lebih dipahami oleh umum.
f. Revisi gramatika
Berkomunikasi secara tertulis berbeda dengan berkomunikasi secara lisan. Bahasa
lisan lebih menekankan pengertian, sedangkan bahasa tulis lebih menekankan pada
struktur bahasa dan makna. Selain itu, bahasa artikel juga harus menggunakan bahasa
jurnalistik yang menggunakan kalimat-kalimat pendek, tegas, jelas, sederhana, dan mudah
dimengerti.
g. Revisi bobot dan substansi materi tulisan
Menulis tidak hanya sekedar untuk memberikan informasi, meyakinkan, membujuk atau
mempengaruhi dan menghibur pembaca. Menulis sekaligus untuk menunjukkan kapasitas
dan kredibilitas penulis. Menulis seharusnya sesuai dengan pengetahuan , keahlian, dan
disiplin ilmu penulis. Hal seperti itu diperlukan agar suatu ketika penulis tidak salah dalam
mengirim karya tulis ilmiah.
h. Asumsi dampak yang diharapakan

11 / 14
Menulis berarti berkomunikasi. Menurut teori, komunikator yang baik adalah yangsenantiasa
memperhatikan umpan balik. Komunikasi harus efektif, yaitu mencapai hasil
yang diharapkan. Menulis seharusnya dalam koridor normatif yang ada, realitas karya tulis
ilmiah adalah rasional, bukan realitas virtual atau fiksional.15[15]

C. Tujuan penyuntingan karya tulis ilmiah


Tahap pemeriksaan atau penyuntingan konsep ini bertujuan untuk:
1. Melengkapi data yang dirasa masih kurang.
2. Membuang dan mengedit data yang dirasa tidak relevan serta tidak cocok dengan
pokok bahasan karya ilmiah.
3. Mengedit setiap kata-kata dalam karya ilmiah untuk menghindari penyajian bahan-
bahan secara berulang-ulang atau terjadi tumpang tindih antara tulisan satu dengan tulisan
yang lain.
4. Mengedit setiap bahasa yang ada dalam karya ilmiah untuk menghindari
pemakaian bahasa yang kurang efektif, contoh dalam penyusunan dan pemilihan kata,
penyesuaian kalimat, penyesuaian paragraf, maupun penerapan kaidah ajaan sesuai
EYD.16[16]

D. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyuntingan karya tulis ilmiah


Adapun langkah-langkah dalam penyuntingan adalah :
1. Bacalah setiap kalimat dan renungkan berulang-ulang. Untuk membuat kalimat
lebih baik, tidak jarang anda harus membaca satu kalimat bekali-kali, sampai mendapatkan
esensinya, kemudian tuangkan dalam bentuk yang murni.
2. Bacalah naskah beberapa kali dengan fokus yang berbeda-beda, misalnya sekali
waktu, difokuskan kepada ejaan, lalu diwaktu berikutnya di fokuskan di tata bahasa, dan
lain sebagainya.Kenali pola kesalahan yang biasanya didapati setelah karya tulis di edit,
untuk itu perlu mewaspadai pola-pola kesalahan yang sering dilakukan dan berusaha
memperbaikinya.
3. Kenali pola kesalahan yang biasanya kita dapati setelah karya tulis diproofread
atau diedit. Kita perlu mewaspadai pola-pola kesalahan yang sering kita lakukan dan
berusahamemperbaikinya.

Anda mungkin juga menyukai