I. Pendahuluan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah, proses penyuntingan sangat penting
untuk dilakukan. Penyntingan merupakan aktifitas menyiapkan naskah dan
sebagainya untuk diedarkan atau diterbitkan dalam bentuk cetakan dengan
memperhatikan tata penyajiannya.
Di dalam karya tulis ilmiah, penyuntingan dilakukan pada isi,
paragraf, ragangan atau outline, dan kebahasaan. Karya tulis ilmiah dikatakan baik
adalah jika isi tulisan tersebut dapat dipahami oleh pembacanya. Oleh karenanya
karya tulis ilmiah yang baik harus ditunjang dengan isi yang berbobot serta
mengandung paragraf yang efektif.
Dalam proses penyuntingan ini pun harus diperhatikan aturan
aturan yang telah ditentukan. Misalnya dalam penyuntingan paragraf perlu
memperhatikan susunan kata, dalam penyuntingan ragangan perlu diperhatikan
kesempurnaan dari gagasan dan lain sebagainya.
Dapat dikatakan bahwa baik atau tidaknya suatu karya tulis harus
mampu lolos dari proses penyuntingan.
b. Editing isi/materi/gagasan
Isi/materi/gagasan sebuah karya tulis ilmiah sangat mempengaruhi diterima
atau tidaknya karya tersebut oleh pembaca, terkadang terdapat karya tulis yang
sudah dikemas dengan baik namun dari segi isi dari tulisan tersebut kurang
mengena di hati para pembaca.
Karena itu, kemasan yang baik harus ditunjang dengan isi yang berbobot agar
pembaca tidak hanya membolak balik setiap lembar tulisan kita tanpa
membacanya. Apa saja Hal hal yang harus diperhatikan dalam mengedit isi?
1. Perbaikan daya tarik
Yang paling utama ialah daya tarik karya ilmiah itu sendiri.
Meskipun kata kata yang dipakai sudah indah, kalimat yang disusun sudah benar
dan memenuhi kaidah ejaan yang baik dan benar, dan alinea yang dirangkai sudah
urut bersinambungan, tetapi kalau daya tariknya nol, karya itu mungkin masih
ditolak juga. Misalnya:
Sudah lama ada informasi gugon tuhon bahwa kelapa dapat dibuat
kopyor kalau batangnya dipukuli dengan sebatang kayu sampai beberapa kali.
Jika dirombak secara total, alinea itu dapat menjadi lebih dewasa
sebagai berikut:
c. Editing paragraf
Dalam kegiatan penyuntingan karya tulis ilmiah, peenyuntingan paragraf
adalah salah satu hal yang tidak bisa dilewatkan. Hal ini dikarenakan di dalam
paragraf, sering kita jumpai adanya kalimat yang isinya kurang efektif.[2]
Ketidakefektifan ini dapat disebabkan oleh:
1. Kontaminasi (merancukan 2 struktur kata yang benar dan 1 struktur yang salah)
Contoh:
a. Diperlebar, dilebarkan (benar) diperlebarkan (salah)
b. Memperkuat, menguatkan (benar) memperkuatkan (salah)
c. Sangat baik, baik sekali (benar) sangat baik sekali (salah)
d. Saling memukul, pukul memukul (benar) saling pukul memukuli (salah)
Untuk itu dalam menyunting paragraf karya tulis ilmiah, kita harus
mengetahui bagaimanakah kalimat yang efektif itu.
kalimat yang efektif adalah kalimat yang berisi gagasan penulis
yang dapat dipahami oleh pembaca (jelas), hemat dalam pemakaian kata (singkat),
dan sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku (tepat).
Penggunaan kalimat efektif dalam karya tulis imliah di ukur dari
dua sisi,yaitu dari sisi penulis dan dari sisi pembaca. Dari sisi penulis, kalimat
dikatakan efektif jika kalimat yang digunakan dapat menggambarkan keilmuan
penulis secara akurat dan tepat.
Sedangkan dari sisi pembaca, pesan kalimat ditafsirkan sama persis
dengan yang dimaksudkan penulis. Oleh karena itu, jika pembaca masih
mengalami kebingungan dan kesulitan dalam menafsirkan pesan, maka kalimat
tersebut belum dapat dikategorikan efektiff (Heri dan Anang, 2007)
Selanjutnya, kalimat efektif tersebut harus dirangkaikan dengan
kalimat-kalimat efektif yang lain untuk membentuk suatu paragraf yang efektif.
Sebuah paragraf dikatakan efektif jika dapat menginformasikan berbagai gagasan
atau maksud penulis dalam alur pikiran yang lancar, logis, tepat dan koheren
dalam kaitannya dengan paragraf-paragraf lain yang tersusun membentuk satu
unit tulisan yang utuh (discourse).
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam menyunting paragraf selain
kalimat efektif adalah:
a. Perhatikan kohesinya (kesatuannya)
Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topic. Fungsi
paragraf ialah mengembangkan topik tersebut. Oleh sebab itu, dalam
pengembangannya tidak boleh terdapat unsur unsur yang sama sekali tidak
berhubungan dengan topik. Paragraf dianggap mempunyai kesatuan jika kalimat
kalimat dalam paragraf itu tidak lepas dari topiknya atau relevan dengan topiknya.
Contohnya:
Pelajaran bahasa Indonesia seringkali dirasakan sangat membosankan. Hal ini
disebabkan oleh materi yang disajikan guru sebenarnya merupakan hal yang telah
diketahui oleh siswa. Di sisi lain, juga disebabkan oleh materi yang sarat dengan
teori. Bukan prinsip prinsip keterampilan berbahasa sesuai dengan kebutuhan
siswa.
d. Editing ragangan/outline
Struktur outline bergantung pada banyak hal. Terutama yang berhubungan
dengan tujuan karangan dan kehendak penulis.
Pedoman umum yang harus diperhatikan adalah bahwa outline harus selalu
mendahulukan penjelasan masalah dan tujuan pengarang. Hal ini dimaksudkan
agar setiap pembaca dapat mengetahui apakah yang akan di jumpainya di dalam
karangan dan mengapa demikian.
Langkah pertama adalah menyusun segala argumentasi yang dianggap penting
untuk menjelaskan masalah, kemudian menyusun penjelasan tentang cara cara
yang akan ditempuh untuk memecahkan masalah. Setelah itu, baru menguraikan
atau membagi pokok masalah menjadi cabang cabang masalah dengan
menonjoklan aspek aspekpaling penting di dalam pemecahannya. Hal ini dapat
ditempuh dengan menonjolkan hal hal umum, kemudian mendekati hal hal yang
khusus ataupun sebaliknya.[3]
Dalam penulisannya sendiri yang perlu diperhatikan dari sebuah outline
adalah jenis huruf, bilangan, jarak baris, batas, alinea baru, permulaan kalimat dan
lain sebagainya. Dalam penulisan karya tulis ilmiah biasanya menggunakan huruf
Times New Rowman atau Ariel dengan ukuran huruf 12 dan spasi 1,5.[4]
e. Editing bahasa
Dalam segi sigmantik, penyebab kesalahan berbahasa dapat di sebabkan dari
dua hal. Yang pertama adalah kesalahan yang disebabkan oleh factor
berkurangnya konsentrasi dan perhatian, terbalik dalam penulisan kata, dan
salahketika mengucapkan kata. Jenis kesalahan seperti ini disebut kesalahan
kinerja. Misalnya kata jangan dibunyikan zangan.
Yang kedua adalah kesalahan yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
teoritis kebahasaan. Kesalahan seperti ini sering disebut kesalahan kecakapan dan
biasanya disebut dengan istilah error. Misalnya bahasa yang dipakai oleh Vicky
prasetyo atau vikinisasi. Hal ini dapat terjadi akibat tidak mengetahui kaidah
bahasa, jadi sering menimbulkan kekeliruan dalam menerapkan kaidah ejaan atau
keliru dalam menyusun kalimat.
Dalam menyunting bahasa karya tulis, ada beberapa hal yang perlu
diperhaikan. Diantaranya:
1. Percampuran bahasa
Interferensi adalah percampuran dua bahasa. Dalam proses
interferensi, terdapat tiga unsur yang mengambil peranan yaitu: bahasa sumber
atau bahasa donor, bahasa penyerap atau bahasa resipien, dan unsur serapan.
Dalam peristiwa kontak bahasa, mungkin sekali pada suatu
peristiwa, suatu bahasa menjadi bahasa donor sedangkan pada peristiwa yang lain
akan menjadi bahasa resipien. Misalnya dalam bahasa Indonesia susunan kata
yang digunakan sama dengan susunan kalimat bahasa jawa.
ini pintunya buka saja dalam bahasa jawa iki lawange dibuka
wae, biasanya interferensi ini diakibatkan oleh adanya kedwibahasaan.
2. Kedwibahasaan
Kedwibahasaan disebabkan oleh seseorang memiliki dua bahasa
atau lebih. Hubungan yang terjadi antara kedwibahasaan dan interferensi sangat
erat terjadi. Hal ini dapat dilihat pada kenyataan pemakaian bahasa dalam
kehidupan sehari hari.
Situasi kebahasaan di Indonesia sekurang kurangnya ditandai
dengan pemakaian bahasa daerah sebagai bahasa ibu dan bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional. Hal ini pula yang mempengaruhi gaya kepenulisan
seseorang.
3. Pengajaran bahasa
Aktivitas pengajaran bahasa, baik secara formal maupun informal,
sudah berlangsung sejak jaman Yunani. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai hal
seperti politik, budaya, ekonomi, penyebaran agama dan ideology. Hal ini juga
mempengaruhi penulisan suatu karya tulis.
Bahasa yang digunakan dalam suatu karya tulis harus baik dan
benar. Jika menggunakan bahasa Indonesia maka harus memperhatikan aturan
dalam kaidah bahasa Indonesia.
4. Diksi
Di dalam karya ilmiah, kata yang digunakan harus berbentuk
formal dan digunakan secara konsisten (taat asas). Oleh karena itu, pilihan kata
atau diksi dalam karya ilmiah harus baik dan benar, sehingga makna yang
diacunya tepat dan jelas.[5]
Diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam
penggunaannya untuk mengungkap gagasan sehingga diperoleh efek tertentu
seperti yang diharapkan.
Untuk memperoleh efek itu, seseorang yang akan menulis harus
memilih kata yang dapat mewakili gagasan dengan tepat. Disamping itu, ia juga
memerlukan kemampuan untuk membedakan nuansa nuansa makna dari gagasan
yang disampaikan dan menemukan kata yang sesuai dengan konteks pemakainya.
Dari pernyataan diatas tampak bahwa penguasaan kata seseorang
akan mempengaruhi gaya bahasanya, termasuk ketika yang bersangkutan
membuat karangan.
Contoh:
a. Kata pahit bersinonim dengan kata getir.
Ketika ingin menggunakan kedua kata tersebut, kita harus memperhitungkan
konteksnya. Kata pahit dan getir dapat digunakan untuk menyatakan pengalaman
yang pahit dan pengalaman yang getir, tetapi kata getir tidak dapat digunakan
untuk menyatakan obat itu getir
b. Perhatikan kesesuaian
Kesesuaian diartikan sebagai pilihan kata yang cocok dengan
konteks, seperti situasi pemakaian, sasaran penulis, dan lain lain.
Contoh:
Kata kamu, anda, dan sudara, merupakkann kata kata yang
bersinonim. Kata ini digunakan untuk menyebut lawan bicara, tetapi kata ini
bukanlah bersinonim mutlak. Nilai nilai social menjadikan ketiga kata itu
memiliki nuansa yang berbeda.
Seperti:
Saya sama besar dengan kamu
Saya sama besar dengan anda
Saya sama besar dengan saudara
2. Huruf miring
Huruf miring berfungsi menggantikan garis bawah. Huruf ini
biasanya digunakan untuk menekankan sebuah kata atau kalimat, menyatakan
judul buku, menyatakan kata atau frasa asing
Contoh:
Manihot utilisima (ketela)
Oryza sativa (padi)
b. Penulisan kata:
1. Kata dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis satu kesatuan. Contoh:
Buku ini buku baru
Kelas itu penuh sesak
2. Kata turunan
Jika mendapat imbuhan berupa awalan dan akhiran, maka
penulisannya dirangkai. Contoh:
Memberitahukan
Pertanggungjawaban
Ketidakadilan
Jika mendapat awalan saja atau akhiran saja, maka yang ditulis
serangkai hanya awalan atau akhiran dengan unsure yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya. Contoh:
Berkembang biak
Serah terimakan
3. Kata ulang
Bentuk kata ulang harus ditulis lengkap dengan kata hubung. Contohnya:
Pura-pura sayur-mayur
Mata-mata kupu-kupu
Mondar-mandir lauk-pauk
4. Kata ganti
Kata ganti ku dan kau ditulis dirangkai dengan kata kata yang
mengikutinya. Sedangkan kata ganti ku, -mu, dan nya ditulis dirangkai dengan
kata yang mendahuluinya. Contoh:
Bukuku dan bukumu tertinggal di meja
Apa pun yang kaumiliki tidak dapat dipinjam
6. Partikel pun
Partikel pun ditulis dirangkai bila pun merupakan satu kesatuan
dengan kata yang mendahuluinya. Contoh:
Meskipun, walaupun, adapun, maupun
Sedangkan pun ditulis dipisah bila pun mempunyai arti yang sama
dengan juga, menyangatkan, atau mengeraskan. Contoh:
Sedikit pun, satu kali pun, kapan pun,apa pun,
7. Penulisan angka
a. Yang ditulis dengan huruf:
Bilangan dibawah seratus, bilangan seratus atau kelipatannya, seribu atau
kelipatannya (yang terdiri dari satu atau dua kata). Contoh:
Sembilan puluh
Seribu
Dua ribu
b. Yang ditulis dengan angka:
Bilangan yang terdiri dari tiga kata atau lebih, presentase, nomor telepon,
nomor jalan, tanggal, nomor halaman. Contoh:
135.500
19 - 04 2013
024 667 889
8. Kata gabung
Gabungan kata yang salah satu unsurnya berupa unsur terikat
seperti inter, non, pasca, dan unsur terikat lainnya ditulis dirangkai. Contoh:
Interaksi, nonaktif, pascaperang.
Bentuk terikat lainnya: mono, multi, nara, poli, pra, pramu, pro,
purna, re, semi, sub, supra, kontra, swa, tele, trans, tuna, ultra, eka, dwi, tri,
catur, panca, sapta, dasa, dan lainnya.
c. Pemakaian tanda baca
Tanda baca titik, titik dua, titik koma, tanda seru, tanda Tanya, koma, persen,
tanda kurung, dan tanda petik diketik rapat dengan huruf yang mendahuluinya.
Contoh:
Sampel dipilih secara acak.
Jumlahnya sekitar 10%
Adapun asumsi asumsi yang digunakan adalah:
Kesalahan (eror) dapat diabaikkan
Tanda sama dengan, lebih besar,lebih kecil, tambah, kurang, kali, dan bagi
diketik dipisah dengan spasi satu ketukan sebelum dan sesudahnya. Contoh:
A>B
A+B=C
IV.Kesimpulan
Penyuntingan secara umum adalah aktifitas menyiapkan maskah
atau sebagainya untuk diedarkan atau diterbitkan dalam bentuk cetakan dengan
memperhatikan tata penyajiannya.
Hal hal yang harus diperhatikan dalam mengedit isi antara lain:
1. Perbaikan daya tarik
2. Bahasa yang komunikatif
3. Tata karma penulisan feature
4. Perombakan alinea naf dan sumbang
Dalam kegiatan penyuntingan karya tulis ilmiah, peenyuntingan
paragraph adalah salah satu hal yang tidak bisa dilewatkan. Hal ini dikarenakan di
dalam paragraph, sering kita jumpai adanya kalimat yang isinya kurang efektif.
Hal hal yang harus diperhatikan dalam menyunting paragraph:
1. Perhatikan kohesinya (kesatuannya)
2. Perhatikan koherennya (kepaduannya)
Struktur outline bergantung pada banyak hal. Terutama yang
berhubungan dengan tujuan karangan dan kehendak penulis.
Langkah pertama adalah dalam menyunting outline adalah menyusun segala
argumentasi yang dianggap penting untukmenjelaskan masalah, kemudian
menyusun penjelasan tentang cara cara yang akan ditempuh untuk memecahkan
masalah. Setelah itu, baru menguraikan atau membagi pokok masalah menjadi
cabang cabang masalah dengan menonjoklan aspek aspekpaling penting di dalam
pemecahannya. Hal ini dapat ditempuh dengan menonjolkan hal hal umum,
kemudian mendekati hal hal yang khusus ataupun sebaliknya.
Dalam menyunting bahasa karya tulis, ada beberapa hal yang perlu
diperhaikan. Diantaranya:
1. Percampuran bahasa
2. Kedwibahasaan
3. Pengajaran bahasa
4. Diksi
5. Ejaan