Anda di halaman 1dari 17

Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah

Hakikat Editing Karya Tulis Ilmiah

I. Pendahuluan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah, proses penyuntingan sangat penting
untuk dilakukan. Penyntingan merupakan aktifitas menyiapkan naskah dan
sebagainya untuk diedarkan atau diterbitkan dalam bentuk cetakan dengan
memperhatikan tata penyajiannya.
Di dalam karya tulis ilmiah, penyuntingan dilakukan pada isi,
paragraf, ragangan atau outline, dan kebahasaan. Karya tulis ilmiah dikatakan baik
adalah jika isi tulisan tersebut dapat dipahami oleh pembacanya. Oleh karenanya
karya tulis ilmiah yang baik harus ditunjang dengan isi yang berbobot serta
mengandung paragraf yang efektif.
Dalam proses penyuntingan ini pun harus diperhatikan aturan
aturan yang telah ditentukan. Misalnya dalam penyuntingan paragraf perlu
memperhatikan susunan kata, dalam penyuntingan ragangan perlu diperhatikan
kesempurnaan dari gagasan dan lain sebagainya.
Dapat dikatakan bahwa baik atau tidaknya suatu karya tulis harus
mampu lolos dari proses penyuntingan.

II. Rumusan Masalah


1. Apakah hakikat penyuntingan karya tulis ilmiah?
2. Bagaimana cara mengedit isi/materi/gagasan di dalam karya tulis ilmiah?
3. Bagaimana cara mengedit suatu paragraf di dalam karya tulis ilmiah?
4. Bagaimana cara mengedit suatu ragangan di dalam karya tulis ilmiah?
5. Bagaimana cara mengedit kebahasaan di dalam karya tulis ilmiah?
III.Pembahasan
a. Memahami hakikat penyuntingan karya tulis ilmiah
Penyuntingan secara umum adalah aktifitas menyiapkan maskah atau
sebagainya untuk diedarkan atau diterbitkan dalam bentuk cetakan dengan
memperhatikan tata penyajiannya. Sementara itu, menurut kalangan penerbit,
penyuntingan berarti menyiapkan, menyeleksi, dan menyesuaikan naskah orang
lain untuk diedarkan atau diterbitkan. Penyuntingan memiliki beberapa tujuan
diantaranya:
1. Menjadikan naskah atau karangan ilmiah sebagai karya yang sempurna yang
dapat dibaca dan dihayati dengan mudah oleh pembaca apabila diterbitkan kelak.
2. Untuk memastikan isi karya disampaikan dengan jelas, tepat, dan tidak menyalahi
etika
3. Untuk memastikan penyampaian ide dari penulis kepada pembaca disampaikan
dalam bahasa yang gramatis, jelas, indah, dan menarik
4. Untuk memastikan karya yang akan diterbitkan dapat menggambarkan nilai dan
identitas karya itu sendiri sehingga dapat menarik minat pembaca.
Untuk menjadi penyunting yang baik dan bertanggung jawab, penyunting
hendaknya memahami dan menghayati pula eksistensi profesionalisme
penyuntingan. Profesionalisme ini dapat di rinci sebagai berikut:
1. Memahami prinsip tata bahasa
2. Memahami teknik tulisan sesuai ejaan yang disempurnakan
3. Memahami pertalian antara dunia penulisan dan dunia marketing
4. Yakin bahwa topic yang ditulis akan mendatangkan minat bagi pembaca
5. Jernih dan objektif dalam menyikapi perbedaan pendapat
Berkaitan dengan unsur profesionalisme diatas, pada dasarnya aktifitas
kepenulisan tidak dapat lepas dari penggunaan bahasa. Itu sebabnya perlu
dipahami mengapa dalam berbahasa dapat terjadi kesalahan.[1]

b. Editing isi/materi/gagasan
Isi/materi/gagasan sebuah karya tulis ilmiah sangat mempengaruhi diterima
atau tidaknya karya tersebut oleh pembaca, terkadang terdapat karya tulis yang
sudah dikemas dengan baik namun dari segi isi dari tulisan tersebut kurang
mengena di hati para pembaca.
Karena itu, kemasan yang baik harus ditunjang dengan isi yang berbobot agar
pembaca tidak hanya membolak balik setiap lembar tulisan kita tanpa
membacanya. Apa saja Hal hal yang harus diperhatikan dalam mengedit isi?
1. Perbaikan daya tarik
Yang paling utama ialah daya tarik karya ilmiah itu sendiri.
Meskipun kata kata yang dipakai sudah indah, kalimat yang disusun sudah benar
dan memenuhi kaidah ejaan yang baik dan benar, dan alinea yang dirangkai sudah
urut bersinambungan, tetapi kalau daya tariknya nol, karya itu mungkin masih
ditolak juga. Misalnya:

Sudah lama ada informasi gugon tuhon bahwa kelapa dapat dibuat
kopyor kalau batangnya dipukuli dengan sebatang kayu sampai beberapa kali.

Coba bandingkan dengan kalimat berikut:


Sebetulnya sudah lama ada desas desus bahwa kelapa bisa dibuat
koyor kalau pohonnya dipukuli sampai setengah mati. Tapi sangat boleh jadi
orang yang memukuli itu yang setengah mati.

Maka kalimat tersebut tiba tiba menjadi humoris, memancing


senyum. Kalimat mati juga bisa hidup kembali kalau dirombak dengan bumbu
bumbu humor.

2. Bahasa yang komunikatif


Komunikatif artinya bahasa yang digunakan mampu
menyampaikan pesan dengan baik. Artinya pesan yang diterima oleh pembaca
sama dengan maksud yang ingin disampaikan oleh penulis.
Pemahaman pembaca akan sama dengan penulis apabila
penungkapan tulisan itu dilakukan secara logis dan sistematis. Kelogisan dapat
dilihat dari hubungan paragraf dalam wacana, hubungan antar kalimat dalam
paragraf dan hubungan antar bagian dalam kalimat
Dengan kata lain, wacana yang diberikan memiliki koherensi yang
masuk akal. Sedangkan sistematis berarti uraian yang disampaikan memiliki
urutan hubungan yang teratur.
Contoh:
Rumahku terletak di desa Danakerta, tepatnya di pertigaan dekat
pangkalan ojek. Di depan rumahku ada pondok toko sembako milik Ibu.
Rumahku terlihat sejuk dan indah dari kejauhan karena dikelilingi oleh berbagai
tanaman yang senantiasa memberikan udara sejuk disekitarnya. Terlebih lagi
warna cat tembok yang hijau menambah kesejukan di sana.

3. Tata karma penulisan feature


Feature merupakan tulisan yang mengisahkan sesuatu dan ditulis
dengan gaya bahasa seperti menulis karya seni, dengan target menyentuh
perasaan.
Feature membuat tulisan menjadi lebih hidup dan berwarna ketika
khalayak diajak membayangkan rincian atau detail peristiwa tertentu.
Dalam tulis menulis keilmuan juga menghendaki penyantuman
sumber literaturnya. Caranya bermacam macam. Cara yang paling sederhana
adalah menyentumkan nama penulis publikasi yang dikutip informasinya itu
dalam kurung, diikuti tahun, dibelakang kalimat atau alinea yang merupakan
kutian dari publikasi itu. Pada bagian akhir tulisan, sertakan daftar pustaka yang
disusun menurut abjad nama penulis yang bersangkutan.

4. Perombakan alinea naf dan sumbang


Alinea naf, kurang enak untuk dibaca, jika dibiarkan tidak
dikoreksi menjadi alinea yang lebih dewasa, ia dapat memberikan perasaan
kepada pembaca seolah olah mereka masih kekanak kanakan dan diberi bahan
bacaan yang kekanak kanakan pula.
Alinea naif maupun sumbang akan sangat mengganggu. Ia memamerkan
ilmu, teori dan turan secara berlebih. Sampai sampai hal hal yang kecil dan tidak
penting dianggap seperti sesuatu yang besar.

Contoh alinea naf:


Sebagaimana kita semua telah mengetahui, pernafasan makhluk
hidup itu menghasilkan CO2. CO2 bagi kehidupan manusia dan manusia bisa
merupakan racun, kalau terhirup banyak banyak.
Tetapi tahukah anda bahwa CO2 itu justru diperlukan tumbuh tumbuhan yang
berhijau daun? Hijau daun yang dalam bahasa ilmiah disebut klorofil mampu
menyerap dan mengolah CO2 bersama air untuk dijadikan zat tepung dalam
tubuh tanaman. Dan sebagai hasil proses pengolahan itu, timbulah O2. Proses ini
disebut fotosintesis tumbuh tumbuhan, karena mensintesis bahan makanan
dengan bantuan cahaya matahari.

Jika dirombak secara total, alinea itu dapat menjadi lebih dewasa
sebagai berikut:

Pernafasan makhluk hidup menghasilkan CO2, yang bila terhirup


dalam jumlah besar dapat mengganggu kesehatan. Tetapi kalau diserap lagi oleh
tumbuh tumbuhan berklorofil, yang sedang berfotosintesis, gas CO2 itu tidak
akan mengganggu kesehatan.

c. Editing paragraf
Dalam kegiatan penyuntingan karya tulis ilmiah, peenyuntingan paragraf
adalah salah satu hal yang tidak bisa dilewatkan. Hal ini dikarenakan di dalam
paragraf, sering kita jumpai adanya kalimat yang isinya kurang efektif.[2]
Ketidakefektifan ini dapat disebabkan oleh:
1. Kontaminasi (merancukan 2 struktur kata yang benar dan 1 struktur yang salah)
Contoh:
a. Diperlebar, dilebarkan (benar) diperlebarkan (salah)
b. Memperkuat, menguatkan (benar) memperkuatkan (salah)
c. Sangat baik, baik sekali (benar) sangat baik sekali (salah)
d. Saling memukul, pukul memukul (benar) saling pukul memukuli (salah)

2. Pleonasme (berlebihan atau tumpang tindih)


Contoh:
a. Para hadirin (hadirin sudah jamak,tidak perlu para)
b. Para bapak bapak (bapak bapak sudah jamak)
c. Para siswa siswa (siswa siswa sudah jamak)
d. Saling pukul memukul (pukul memukul sudah berarti saling)
e. Agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)

3. Tidak memiliki subjek


Contoh:
a. Buah mangga mengandung vitamin C (benar) (SPO)
b. Di dalam buah mangga terkandung vitamin C (benar) (KPS)
c. Di dalam buah mangga mengandung vitamin C (salah) (KPO)

4. Adanya kata depan yang tidak perlu


Contoh:
a. Perkembangan daripada teknologi sangat pesat (kata daripada dihilangkan)
b. Kepada siswa kelas VII berkumpul di GOR (kata kepada dihilangkan)
c. Selain daripada bekerja, ia juga kuliah (kata daripada dihilangkan)

5. Salah nalar/tidak logis


Contoh:
a. Waktu dan tempat dipersilahkan (siapa yangdipersilahkan)
b. Silahkan maju ke depan (maju selalu ke depan)
c. Pak, saya minta izin ke belakang (toilet tidak selalu ada di belakang)
d. Saya absen dulu anak anak (absen: tidakmasuk, seharusnya presensi)

6. Kesalahan pembentukan kata


Contoh:
a. Mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
b. Menyetop seharusnya menstop
c. Mensoal seharusnya menyoal
d. Ilmiawan seharusnya ilmuwan
e. Sejarawan seharusnya ahli sejarah

7. Pengaruh bahasa asing


Contoh:
a. Rumah di mana ia tinggal (the housewhere he lives) (kata rumah seharusnya
tempat)
b. Sebab sebab daripada perselisihan (cause of the quarrel) (kata daripada
dihilangkan)
c. Saya telah katakan ( I have told) (seharusnya saya katakan)

8. Pengaruh bahasa daerah


Contohnya:
a. .sudah ada hadir (wis pada teka) (seharusnya sudah hadir)
b. .jangan jangan (ojo ojo) (seharusnya mungkin)

Untuk itu dalam menyunting paragraf karya tulis ilmiah, kita harus
mengetahui bagaimanakah kalimat yang efektif itu.
kalimat yang efektif adalah kalimat yang berisi gagasan penulis
yang dapat dipahami oleh pembaca (jelas), hemat dalam pemakaian kata (singkat),
dan sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku (tepat).
Penggunaan kalimat efektif dalam karya tulis imliah di ukur dari
dua sisi,yaitu dari sisi penulis dan dari sisi pembaca. Dari sisi penulis, kalimat
dikatakan efektif jika kalimat yang digunakan dapat menggambarkan keilmuan
penulis secara akurat dan tepat.
Sedangkan dari sisi pembaca, pesan kalimat ditafsirkan sama persis
dengan yang dimaksudkan penulis. Oleh karena itu, jika pembaca masih
mengalami kebingungan dan kesulitan dalam menafsirkan pesan, maka kalimat
tersebut belum dapat dikategorikan efektiff (Heri dan Anang, 2007)
Selanjutnya, kalimat efektif tersebut harus dirangkaikan dengan
kalimat-kalimat efektif yang lain untuk membentuk suatu paragraf yang efektif.
Sebuah paragraf dikatakan efektif jika dapat menginformasikan berbagai gagasan
atau maksud penulis dalam alur pikiran yang lancar, logis, tepat dan koheren
dalam kaitannya dengan paragraf-paragraf lain yang tersusun membentuk satu
unit tulisan yang utuh (discourse).
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam menyunting paragraf selain
kalimat efektif adalah:
a. Perhatikan kohesinya (kesatuannya)
Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topic. Fungsi
paragraf ialah mengembangkan topik tersebut. Oleh sebab itu, dalam
pengembangannya tidak boleh terdapat unsur unsur yang sama sekali tidak
berhubungan dengan topik. Paragraf dianggap mempunyai kesatuan jika kalimat
kalimat dalam paragraf itu tidak lepas dari topiknya atau relevan dengan topiknya.
Contohnya:
Pelajaran bahasa Indonesia seringkali dirasakan sangat membosankan. Hal ini
disebabkan oleh materi yang disajikan guru sebenarnya merupakan hal yang telah
diketahui oleh siswa. Di sisi lain, juga disebabkan oleh materi yang sarat dengan
teori. Bukan prinsip prinsip keterampilan berbahasa sesuai dengan kebutuhan
siswa.

b. Perhatikan koherennya (kepaduannya)


Urutan pikiran yang teratur akan memperlihatkan kepaduan. Jadi, kepaduan
dititikberatkan pada hubungan antar kalimat. Kepaduan dalam sebuah paragraf
dibagun dengan memperhatikan dua hal, antara lain: pertama, unsur kebahasaan
(repitisi, transisi,paralelisme) dan kedua, kronologi. Contoh:
Setiap hari andi bangun pukul 04.30 pagi untuk salat subuh berjamaah di
masjid. Kemudian, ia lari pagi mengelilingi komplek perumahannya. Setelah itu,
ia menyiram tanaman hias yang ada di depan rumahnya. Selesai menyiram
tanaman, ia mandi kemudian sarapan bersama ibunya, barulah pukul 06.30 ia
berangkat ke sekolah.

d. Editing ragangan/outline
Struktur outline bergantung pada banyak hal. Terutama yang berhubungan
dengan tujuan karangan dan kehendak penulis.
Pedoman umum yang harus diperhatikan adalah bahwa outline harus selalu
mendahulukan penjelasan masalah dan tujuan pengarang. Hal ini dimaksudkan
agar setiap pembaca dapat mengetahui apakah yang akan di jumpainya di dalam
karangan dan mengapa demikian.
Langkah pertama adalah menyusun segala argumentasi yang dianggap penting
untuk menjelaskan masalah, kemudian menyusun penjelasan tentang cara cara
yang akan ditempuh untuk memecahkan masalah. Setelah itu, baru menguraikan
atau membagi pokok masalah menjadi cabang cabang masalah dengan
menonjoklan aspek aspekpaling penting di dalam pemecahannya. Hal ini dapat
ditempuh dengan menonjolkan hal hal umum, kemudian mendekati hal hal yang
khusus ataupun sebaliknya.[3]
Dalam penulisannya sendiri yang perlu diperhatikan dari sebuah outline
adalah jenis huruf, bilangan, jarak baris, batas, alinea baru, permulaan kalimat dan
lain sebagainya. Dalam penulisan karya tulis ilmiah biasanya menggunakan huruf
Times New Rowman atau Ariel dengan ukuran huruf 12 dan spasi 1,5.[4]

e. Editing bahasa
Dalam segi sigmantik, penyebab kesalahan berbahasa dapat di sebabkan dari
dua hal. Yang pertama adalah kesalahan yang disebabkan oleh factor
berkurangnya konsentrasi dan perhatian, terbalik dalam penulisan kata, dan
salahketika mengucapkan kata. Jenis kesalahan seperti ini disebut kesalahan
kinerja. Misalnya kata jangan dibunyikan zangan.
Yang kedua adalah kesalahan yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
teoritis kebahasaan. Kesalahan seperti ini sering disebut kesalahan kecakapan dan
biasanya disebut dengan istilah error. Misalnya bahasa yang dipakai oleh Vicky
prasetyo atau vikinisasi. Hal ini dapat terjadi akibat tidak mengetahui kaidah
bahasa, jadi sering menimbulkan kekeliruan dalam menerapkan kaidah ejaan atau
keliru dalam menyusun kalimat.
Dalam menyunting bahasa karya tulis, ada beberapa hal yang perlu
diperhaikan. Diantaranya:
1. Percampuran bahasa
Interferensi adalah percampuran dua bahasa. Dalam proses
interferensi, terdapat tiga unsur yang mengambil peranan yaitu: bahasa sumber
atau bahasa donor, bahasa penyerap atau bahasa resipien, dan unsur serapan.
Dalam peristiwa kontak bahasa, mungkin sekali pada suatu
peristiwa, suatu bahasa menjadi bahasa donor sedangkan pada peristiwa yang lain
akan menjadi bahasa resipien. Misalnya dalam bahasa Indonesia susunan kata
yang digunakan sama dengan susunan kalimat bahasa jawa.
ini pintunya buka saja dalam bahasa jawa iki lawange dibuka
wae, biasanya interferensi ini diakibatkan oleh adanya kedwibahasaan.

2. Kedwibahasaan
Kedwibahasaan disebabkan oleh seseorang memiliki dua bahasa
atau lebih. Hubungan yang terjadi antara kedwibahasaan dan interferensi sangat
erat terjadi. Hal ini dapat dilihat pada kenyataan pemakaian bahasa dalam
kehidupan sehari hari.
Situasi kebahasaan di Indonesia sekurang kurangnya ditandai
dengan pemakaian bahasa daerah sebagai bahasa ibu dan bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional. Hal ini pula yang mempengaruhi gaya kepenulisan
seseorang.

3. Pengajaran bahasa
Aktivitas pengajaran bahasa, baik secara formal maupun informal,
sudah berlangsung sejak jaman Yunani. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai hal
seperti politik, budaya, ekonomi, penyebaran agama dan ideology. Hal ini juga
mempengaruhi penulisan suatu karya tulis.
Bahasa yang digunakan dalam suatu karya tulis harus baik dan
benar. Jika menggunakan bahasa Indonesia maka harus memperhatikan aturan
dalam kaidah bahasa Indonesia.

4. Diksi
Di dalam karya ilmiah, kata yang digunakan harus berbentuk
formal dan digunakan secara konsisten (taat asas). Oleh karena itu, pilihan kata
atau diksi dalam karya ilmiah harus baik dan benar, sehingga makna yang
diacunya tepat dan jelas.[5]
Diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam
penggunaannya untuk mengungkap gagasan sehingga diperoleh efek tertentu
seperti yang diharapkan.
Untuk memperoleh efek itu, seseorang yang akan menulis harus
memilih kata yang dapat mewakili gagasan dengan tepat. Disamping itu, ia juga
memerlukan kemampuan untuk membedakan nuansa nuansa makna dari gagasan
yang disampaikan dan menemukan kata yang sesuai dengan konteks pemakainya.
Dari pernyataan diatas tampak bahwa penguasaan kata seseorang
akan mempengaruhi gaya bahasanya, termasuk ketika yang bersangkutan
membuat karangan.
Contoh:
a. Kata pahit bersinonim dengan kata getir.
Ketika ingin menggunakan kedua kata tersebut, kita harus memperhitungkan
konteksnya. Kata pahit dan getir dapat digunakan untuk menyatakan pengalaman
yang pahit dan pengalaman yang getir, tetapi kata getir tidak dapat digunakan
untuk menyatakan obat itu getir

b. Kata meneliti, menyelidiki, dan mendiagnosis secara praktis mengacu kepada


aktifitas yang hampir sama.
Akan tetapi katiga kata tersebut tidak bisa saling menggantikan. Maksudnya,
masing masing kata memiliki penggunaan yang berbeda sesuai dengan nuansa
makna yang dikandungnya.
Kata meneliti digunakan untuk menyebut aktifitas yang terencana, sistematis,
dan menggunakan metode imliah. Hasil dari aktifitas ini dikomunikasikan dalam
bentuk tertulis yang disebut dengan laporan penelitian.
Kata menyelidiki digunakan untuk menyebut aktifitas yang mengacu pada
upaya upaya mencari buktiyang mendukung pernyataan seseorang. Aktifitas ini
dilakukan oleh orang orang yang berwenang mengenai suatu kasus yang
berhubungan dengan hokum, seperti polisi. Produk dari aktifitas ini dikenal
dengan hasil penyelidikan.
Kata mendiagnosis terkait dengan aktivitas para medis-dokter yang dilakukan
atas dasar keluhan pasiennya. Aktifitas ini dilakukan dalam rangka menyimpulkan
jenis penyakit yang diderita pasien melalui gejala yang dirasakan pasien atau
indicator lain yang terlihat dari fisik pasien. Hasil dari aktifitas ini dikenal dengan
diagnosa.[6]

Karya ilmiah merupakan bentuk komunikasi antara penulis dan pembaca.


Agar komunikasi itu efektif dan efisien, maka seorang penulis perlu berhati hati
dalam memilih kata, sehingga pembaca mampu mencerna kata atau rangkaian
kata yang digunakan penulis untuk mengungkap gagasannya.
Dalam memilih kata ini, seorang penulis harus memperhatikan hal hal yang
menjadi syarat diksi, yaitu:
a. Perhatikan ketepatannya
Ketepatan dimaksudkan sebagai pemilihan kata yang dapat
mewakili gagasan penulis dengan benar. Sehingga perbedaan tafsir antara penulis
dan pembaca tidak akan terjadi.

b. Perhatikan kesesuaian
Kesesuaian diartikan sebagai pilihan kata yang cocok dengan
konteks, seperti situasi pemakaian, sasaran penulis, dan lain lain.
Contoh:
Kata kamu, anda, dan sudara, merupakkann kata kata yang
bersinonim. Kata ini digunakan untuk menyebut lawan bicara, tetapi kata ini
bukanlah bersinonim mutlak. Nilai nilai social menjadikan ketiga kata itu
memiliki nuansa yang berbeda.
Seperti:
Saya sama besar dengan kamu
Saya sama besar dengan anda
Saya sama besar dengan saudara

5. Ejaan dan struktur kalimat


Ejaan merupakan aturan atau kaidah pelambang bunyi bahasa,
pemisahan, penggabungan, dan penulisannya dalam suatu bahasa. Ejaan
merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa, karena ejaan
mengatur keseluruhan cara penulisan bahasa demi tercapainya keteraturan,
terutama dalam bahasa tulis.
Keteraturan ini akan tampak berimplikasi pada ketepatann dan
kejelasan makna. Ibarat sedang menyetir kendaraan, ejaan adalah rambu lalu
lintas yang harus dipatuhi oleh pengemudi. Seperti itulah kira kira bentuk
hubungan antara pemakaian bahasa dan ejaan.
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam menyunting bahasa adalah
pemakaian huruf (kapital dan miring), penulisan kata (kata dasar, kata gabung,
kata turunan, kata ulang, kata ganti, kata depan, partikel, dan penulisan angka),
pemakaian tanda baca (titik, koma, titik koma, titik dua, tanda tanya, tanda seru,
tanda sama dengan, lebih besar, lebih kecil, tambah, kurang, kali, dan bagi)
a. Pemakaian huruf:
1. Huruf kapital
Huruf kapital digunakan untuk menulis huruf pada awal kalimat,
nama orang, petikan langsung, nama Tuhan dan kitab suci (termasuk kata ganti
untuk Tuhan), gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan (yang diikuti nama
orang), nama jabatan dan pangkat (yang diikuti nama orang atau yang digunakan
sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat), nama
tahun, bulan, hari raya, peristiwa bersejarah, nama bangsa, nama Negara, lembaga
pemerintah,ketatanegaraan, nama dokumen resmi, nama suku bangsa, bahasa,
nama geografi, nama buku, majalah, surat kabar, judul karangan (kecuali kata
depan dan kata hubung yang tidak terletak di awal kalimat), dan kata ganti orang

2. Huruf miring
Huruf miring berfungsi menggantikan garis bawah. Huruf ini
biasanya digunakan untuk menekankan sebuah kata atau kalimat, menyatakan
judul buku, menyatakan kata atau frasa asing
Contoh:
Manihot utilisima (ketela)
Oryza sativa (padi)

b. Penulisan kata:
1. Kata dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis satu kesatuan. Contoh:
Buku ini buku baru
Kelas itu penuh sesak

2. Kata turunan
Jika mendapat imbuhan berupa awalan dan akhiran, maka
penulisannya dirangkai. Contoh:
Memberitahukan
Pertanggungjawaban
Ketidakadilan

Jika mendapat awalan saja atau akhiran saja, maka yang ditulis
serangkai hanya awalan atau akhiran dengan unsure yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya. Contoh:
Berkembang biak
Serah terimakan

3. Kata ulang
Bentuk kata ulang harus ditulis lengkap dengan kata hubung. Contohnya:
Pura-pura sayur-mayur
Mata-mata kupu-kupu
Mondar-mandir lauk-pauk

4. Kata ganti
Kata ganti ku dan kau ditulis dirangkai dengan kata kata yang
mengikutinya. Sedangkan kata ganti ku, -mu, dan nya ditulis dirangkai dengan
kata yang mendahuluinya. Contoh:
Bukuku dan bukumu tertinggal di meja
Apa pun yang kaumiliki tidak dapat dipinjam

5. Kata depan di, ke, dari, dan pada


Penulisan kata depan di, ke, dari, pada, ditulis dipisah dari kata
yang mengikutinya. Contohnya: di Yogya, di pasar, di kamar, di pelukan bunda
Dan penulisan di dan ke ditulis dirangkai bila digunakan sebagai
awalan. Contoh: ditulis, dipukul, diperiksa, dikumpulkan
Dalam penulisan suatu judul buku atau karya ilmiah perlu
diperhatikan bahwa kata depan di, ke,dari, pada, huruf pertamanya tidak ditulis
dengan huruf capital. Kecuali yang terletak pada awal judul. Contoh:
Anak Perawan di Sarang Penyamun
Pada Sebuah Kapal
Di bawah Lindungan Kabah

6. Partikel pun
Partikel pun ditulis dirangkai bila pun merupakan satu kesatuan
dengan kata yang mendahuluinya. Contoh:
Meskipun, walaupun, adapun, maupun
Sedangkan pun ditulis dipisah bila pun mempunyai arti yang sama
dengan juga, menyangatkan, atau mengeraskan. Contoh:
Sedikit pun, satu kali pun, kapan pun,apa pun,

7. Penulisan angka
a. Yang ditulis dengan huruf:
Bilangan dibawah seratus, bilangan seratus atau kelipatannya, seribu atau
kelipatannya (yang terdiri dari satu atau dua kata). Contoh:
Sembilan puluh
Seribu
Dua ribu
b. Yang ditulis dengan angka:
Bilangan yang terdiri dari tiga kata atau lebih, presentase, nomor telepon,
nomor jalan, tanggal, nomor halaman. Contoh:
135.500
19 - 04 2013
024 667 889

8. Kata gabung
Gabungan kata yang salah satu unsurnya berupa unsur terikat
seperti inter, non, pasca, dan unsur terikat lainnya ditulis dirangkai. Contoh:
Interaksi, nonaktif, pascaperang.
Bentuk terikat lainnya: mono, multi, nara, poli, pra, pramu, pro,
purna, re, semi, sub, supra, kontra, swa, tele, trans, tuna, ultra, eka, dwi, tri,
catur, panca, sapta, dasa, dan lainnya.
c. Pemakaian tanda baca
Tanda baca titik, titik dua, titik koma, tanda seru, tanda Tanya, koma, persen,
tanda kurung, dan tanda petik diketik rapat dengan huruf yang mendahuluinya.
Contoh:
Sampel dipilih secara acak.
Jumlahnya sekitar 10%
Adapun asumsi asumsi yang digunakan adalah:
Kesalahan (eror) dapat diabaikkan

Tanda sama dengan, lebih besar,lebih kecil, tambah, kurang, kali, dan bagi
diketik dipisah dengan spasi satu ketukan sebelum dan sesudahnya. Contoh:
A>B
A+B=C

IV.Kesimpulan
Penyuntingan secara umum adalah aktifitas menyiapkan maskah
atau sebagainya untuk diedarkan atau diterbitkan dalam bentuk cetakan dengan
memperhatikan tata penyajiannya.
Hal hal yang harus diperhatikan dalam mengedit isi antara lain:
1. Perbaikan daya tarik
2. Bahasa yang komunikatif
3. Tata karma penulisan feature
4. Perombakan alinea naf dan sumbang
Dalam kegiatan penyuntingan karya tulis ilmiah, peenyuntingan
paragraph adalah salah satu hal yang tidak bisa dilewatkan. Hal ini dikarenakan di
dalam paragraph, sering kita jumpai adanya kalimat yang isinya kurang efektif.
Hal hal yang harus diperhatikan dalam menyunting paragraph:
1. Perhatikan kohesinya (kesatuannya)
2. Perhatikan koherennya (kepaduannya)
Struktur outline bergantung pada banyak hal. Terutama yang
berhubungan dengan tujuan karangan dan kehendak penulis.
Langkah pertama adalah dalam menyunting outline adalah menyusun segala
argumentasi yang dianggap penting untukmenjelaskan masalah, kemudian
menyusun penjelasan tentang cara cara yang akan ditempuh untuk memecahkan
masalah. Setelah itu, baru menguraikan atau membagi pokok masalah menjadi
cabang cabang masalah dengan menonjoklan aspek aspekpaling penting di dalam
pemecahannya. Hal ini dapat ditempuh dengan menonjolkan hal hal umum,
kemudian mendekati hal hal yang khusus ataupun sebaliknya.
Dalam menyunting bahasa karya tulis, ada beberapa hal yang perlu
diperhaikan. Diantaranya:
1. Percampuran bahasa
2. Kedwibahasaan
3. Pengajaran bahasa
4. Diksi
5. Ejaan

Anda mungkin juga menyukai