Anda di halaman 1dari 6

3.

Ragam Bahasa

Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terjadi karena pemakaian bahasa.

3.1. Ragam bahasa berdasarkan media pengantarnya

3.1.1. Ragam bahasa lisan

Ragam bahasa lisan ditandai dengan penggunaan lafal atau pengucapan, intonasi (lagu
kalimat), kosakata, penggunaan tata bahasa dalam pembentukan kata, dan penyusunan
kalimat. Ragam bahasa lisan terdiri dari:

a). Ragam bahasa lisan baku yang sejalan dengan ragam bahasa tulis baku, dan

b). Ragam bahasa lisan tidak baku (bahasa pergaulan).

3.1.2. Ragam bahasa tulis

Ragam bahasa tulis ditandai dengan kecermatan menggunakan ejaan dan tanda baca (yang
secara tepat dapat melambangkan intonasi), kosa kata, penggunaan tata bahasa dalam
pembentukan kata, penyusunan kalimat, paragraf, dan wacana.

3.1.3. Perbedaan antara ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis

a). Ragam lisan menghedaki adanya lawan bicara yang siap mendengar apa yang diucapkan
oleh seseorang, sedangkan ragam tulis tidak selalu memerlukan “lawan bicara” yang siap
membaca apa yang dituliskan oleh seseorang.

b). Pada ragam lisan, unsur-unsur fungsi sintaksis seperti subjek, predikat, objek, tidak selalu
dinyatakan dengan kata-kata. Unsur-unsur itu sering dapat dinyatakan dengan isyarat gerak
tubuh, mimik muka atau langsung menunjuk (misalnya suatu objek) dengan jari tangan. Pada
ragam tulis, fungsi-fungsi sintaksis harus dinyatakan secara eksplisit agar orang yang
membaca suatu tulisan dapat memahami maksud penulisnya.

c). Raga lisan terkait pada situasi, konsisi, ruang, dan waktu; sedangkan ragam tulis tidak
terikat pada situasi, kondisi, ruang, dan waktu. Isi pembicaraan dalam suatu rapat, misalnya
baru dapat dipahamioleh seseorang secara penuuh bilaia hadir dan turut terlibat di dalam
situasi, kondisi, ruang, dan waktu penyelenggaraan rapat tertentu. Tidak demikian halnya
dengan ragam tulis. Karya tulis seseorang dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain pada
situasi, kondisi, tempat, dan waktu yang berbeda.

d). Pada ragam lisan makna dipengaruhi oleh tinggi rendah dan panjang pendeknya nada
suara, sedangkan pada ragam tulis makna ditentukan terutama oleh pemakaian tanda baca.

Namun, penjelasan diatas tidak dapat kita simpulkan bahwa ragam lisan lebih baik daripada
ragam tulis, ataupun sebaliknya, tetapi itu hanya sekedar mengingatkan bahwa antara ragam
lisan dan ragam tulis memiliki perbedaan yang mendasar. Kedua ragam bahasa tersebut
sebaiknya kita kuasai secara seimbang, terutama untuk orang yang ingin memanfaatkan
bahasa secara maksimal sebagai media komunikasi.
Jika seseorang hanya menguasai salah satu ragam bahasa, lisan atau tulis saja,
sebenarnya kemampuan komuniksinya belum lengkap, menggunakan satu cara
berkomunikassi saja ternyata tidak cukup, terutama dalam kehidupan modern sekarang ini.
Alangkah bagusnya jiak di satu sisi seseorang terampil berbicara, berceramah, berdiskusi, dan
di sisi lain ia terampil pula menulis surat, menulis makalah, menulis artikel dan sebagainya.
Jadi berkomunikasi secara lisan dan secara tulis sama pentingnya karena antara keduanya
dapat saling melengkapi. Tabel di bawah ini memuat argumen yang mendukung pernyataan
tersebut.

Cara berkomunikasi Keunggulan Kelemahan


Secara lisan 1. Berlangsung cepat. 1. Tidak selalu
2. Sering dapat mempunyai bukti
Contoh kegiatan : berlangsung tanpa autentik (mis.
1. Berbicara alat bantu. rekaman).
2. Berpidato 3. Kesalahan dapat 2. Dasar hukumnya
3. Berdiskusi langsung dikoreksi. lemah.
4. Berdebat 4. Dapat dibantu dengan 3. Sulit disajikan secara
gerak tubuh dan matang/bersih.
mimik wajah 4. Mudah dimanipulasi.
Secara tulis 1. Mempunyai bukti 1. Berlangsung lambat.
autentik (berupa 2. Selalu memakai alat
Contoh kegiatan: tulisan). bantu.
1. Menulis surat 2. Dasar hukumnya 3. Kesalahan tidak dapat
2. Menulis laporan kuat. langsung dikoreksi.
3. Menulis artikel 3. Dapat disajikan lebih 4. Tidak dapat dibantu
4. Menulis makalah matang/bersih. dengan gerak tubuh
4. Lebih sulit atau mimik wajah.
dimanipulasi.

Jika total persentase kemampuan berkomunikasi lisan dan tulis adalah 100, tentu
pembagian yang ideal adalah 50% berbanding 50%. Memang harus diakui, jika dibandingkan
antara komunikasi lisan dan tulis, berkomunikasi tulis terasa lebih sulit. Namun, hal itu tidak
boleh menjadi alasan yang mewajarkan adanya ketimpangan yang ekstrem dalam kualifikasi
berkomunikasi lisan dan tulis.

3.2. Ragam bahasa berdasarkan situasi pemakaiannya

3.2.1. Ragam formal

Ragam bahasa yang digunakan dalam situasi resmi adalah ragam formal atau ragam
baku, yaitu ragam yang mengikuti kaidah atau aturan kebahasaan. Ragam formal mutlak
menuntut pemakaian kata dan kalimat baku, sedangkan ragam nonformal tidak mutlak
menuntuk persyaratan tersebut.

3.2.2. Ragam semiformal

Memiliki keunikan tersendiri, karena berciri mengikuti kaidah dan aturan yang tetap.
Tetapi hanya tidak secara konsisten dilakukan pada saat tujuan tertentu. Dalam hal ini sebagai
contoh yaitu bahasa jurnalistik, dimana biasanya pembaca berita, membacakan beritanya
tidak selalu dengan kata-kata yang baku, melainkan kadang ditengah-tengah kata-kata baku
yang mereka ucapkan terselip kata-kata yang biasa kita gunakan untuk berbicara kepada
seseorang, dalam hal ini berbicara santai kepada lawan bicara kita dalam membahas topik
yang tidak resmi.

3.2.3. Ragam nonformal

Tidak mutlak untuk menggunakan pemakaian kata baku Atau dalam hal ini ragam
nonformal berciri tidak sesuai kaidah atau aturan yang tetap. Contohnya, seperti pada saat
kita mengobrol santai dengan teman.

Dibawah ini merupakan pemakaian kata ganti dan sapaan; imbuhan dan partikel
penegas; serta pilihan kata tertentu dalam ragam formal, semiformal, dan nonformal.

Ragam Kata Ganti dan Imbuhan dan Partikel Pilihan Kata Tertentu
Sapaan Penegas
Formal saya – Anda ...sudah menerima... beri tahu(kan)
saya – Bapak ...sudah membaca... sudah
saya – Ibu betulkan tidak
saya – Saudara mengobrol begitu
minum kopi seperti itu
sebentar
saja
laki-laki/pria
perempuan/wanita
Semiformal aku – Bung ...sudah terima... kasih tau
aku – Kamu ...sudah baca... sudah
aku – Mas/Dik betulin/bikin betul tidak
aku - Mbak ngobrol gitu
ngopi kayak gitu
lho, kok sebentar
sih, deh saja
orang laki/anak laki
orang
perempuan/anak
perempuan
Nonformal gue – Bang/Mbak ...udah terima... Bilang(in)/omong(in)
gue – lu (elu) ...udah baca... udah
gue – Neng betulin nggak
gue - Situ ngobrol gitu
ngopi kek gitu
lho, kok entar/bentar
sih, deh aja
cowok
cewek
Para penutur bahasa Indonesia seharusnya mengetahui kapan saatnya menggunakan
salah satu ragam bahasa secara tepat. Ragam nonformal dipakai jika penutur dan
komunikannya berasal dari etnik yang sama, lebih-lebih dengan sesama teman. Jika penutur
menilai atau memandang mitranya sebagai orang biasa yang tidak perlu “dihormati” dan
pendidikan atau status sosial mitranya juga tidak tinggi, ragam nonfomal dapat dipakai.
Berikut tabel pemakaian ragam nonformal dan ragam formal:

Ragam Nonformal Lisan Ragam Formal Lisan


Dipakai untuk: Dipakai untuk:
1. Berbicara sehari-hari dirumah. 1. Berceramah ilmiah.
2. Bergunjing. 2. Berpidato resmi.
3. Bercerita. 3. Berdiskusi formal.
4. Mengobrol. 4. Berdebat resmi.

Ragam Nonformal Tulis Ragam Formal Tulis


Dipakai untuk: Dipakai untuk:
1. Menulis surat kepada kerabat. 1. Menulis surat resmi.
2. Menulis surat kepada teman. 2. Menulis makalah, artikel.
3. Menulis surat kepada pacar. 3. Menulis proposal.
4. Menulis catatan harian. 4. Menulis laporan formal.

3.3. Ragam bahasa berdasarkan waktunya

Berdasarkan waktu terdapat ragam bahasa lama dan ragam bahasa baru (modern).

a). Ragam lama lazim digunakan dalam penulisan naskah-naskah lama (kuno). Ragam ini
perlu dipahami oleh setiap orang yang bermaksud mengkaji peristiwa-peristiwa masa lalu,
misalnya upaya menemukan lokasi kapal dagang VOC bermuatan bend-benda muliayang
tenggelam di Selat Sunda, perjanjiandagang pemerintah Hindi Belanda dengan Kerajaan
Banten, atau peristiwa-peristiwa lain yang ditulis pada masa lalu. Misalnya pemakaian
kosakata kolonialisme, feudal, bobot, dan lain-lain.

b).ragam bahasa baru (modern) ditandai degan pnggunaan kata-kata baru, Ejaan yang
Disempurnakan, dan mengekspresikan ilmu pnegetahuan dan teknologi modern, misalnya :
internet, jaringan, dan seluler.

3.4. Ragam bahasa berdasarkan pesan komunikasi

a). Ragam bahasa ilmiah

Ragam bahasa ilmiah adalah sarana verbal yang efektif, efisien, baik, dan benar. Ragam ini
lazim digunakan untuk mengomunikasikan proses kegiatan dan hasil penalaran ilmiah.

b). Ragam bahasa pidato

Pidato resmi menyajikan materi yang bersifat mulia dan kebenaran yang bersifat universal.
Bahasa yang digunakan ragam lisan baku, tanpa unsur kedaerahan,menggunakan lafal yang
benar, struktur kalimat sesuai dengan tata bahasa, misalnya pidato presiden menyambut tamu
negara. Pidato tidak resmi, pidato ilmiah, menyajikan kebenaran fakta yang bersifat objektif,
universal dengan ragm bahasa lisan baku yang serba terukur kebenarannya, mislanya
presentasi skripsi, tesis, atau disertasi.

c). Ragam bahasa tulis resmi

Ragam bahasa tulis resmi ditandai oleh

(1) penyajian materi pesan yang bersifat mulia- dan kebenaranyya bersifat universal,

(2) penggunaaan fungsi-fungsi gramatikal secara eksplisit dan konsisten,

(3) penggunaan bentuk lengkap, bentuk yang tidak disingkat,

(4) penggunaan imbuhan secara eksplisit dan konsisten,

(5) penggunaan kata ganti resmi dan menghindari kata ganti tidak resmi,

(6) penggunaan pola frase yyang baku,

(7) penggunaan ejaan yang bakupada bahasa tulis, dan lafal yang baku pada bahasa
lisan, dan

(8) tidak menggunakan unsur tidak baku, misalnya unsur kedaerahan dan asing.

d). Ragam bahasa sastra

Ragam ini mengutamakan unsur-unsur keindahan seni, penulis cenderung


menekankan gaya pengungkapan simbolik dengan memadukan unsur intrinsik dan ekstrinsik,
misalnya dalam romas, novel, cerita pendek, dan lain-lain. Namun, ragam bahasa ini seering
juga digunakan dalam iklan promosi produk komersial, terutama dalam upaya menyentuh
perasaan konsumen yang menekankan kesenangan, keindahan, kenyamanan, dan lain-lain.

e). Ragam bahasa berita

Ragam bahasa berita lazim digunakan dalam pemberitaan; media elektronik (televisi,
radio), media cetak (majalah, surat kabar), dan jurnal. Bahasa berita menyajikan fakta secara
utuh dan objektif. Untuk menjamin objektivitas berita, penyaji perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :

(1). Tidak menambah atau mengurangi fakta yang disajikan,

(2). Tidak mengubah fakta berdassarkan pendapat penyaji,

(3). Tidak menambah tanggapan pribadi,

(4). Tidak memihak kepada siapapun,

(5). Tdak menggunakan perasaan suka atau tidak suka.


Daftar pustaka

1. Widjono Hs.(2015).Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di


Perguruan Tinggi.Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
2. Finoza, Lamuddin. 2004. Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa non-Jurusan
Bahasa Indonesia. Jakarta : PTGrasindo.
3. “Ragam bahasa dan laras bahasa”, Sucidwic learning is fun, 6 oktober 2015
<https://sucidwicahyani.wordpress.com/2015/10/06/ragam-bahasa-dan-laras-bahasa/>
[diakses pada 04 februari 2020].

Anda mungkin juga menyukai