Kompetensi Emosi dan Kompetensi Sosial pada Anak Kembar Identik Laki-Laki
dengan Gangguan Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) Sebuah Studi Kasus
Emotional Competence and Social Competence in Identical Tiwn Boys with Attention
Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) A Case Study
ABSTRAK
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah sebuah gangguan yang secara konsisten
memperlihatkan beberapa dari sejumlah karakteristik selama periode waktu tertentu: gangguan
pemusatan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Pada akhir masa kanak-kanak, anak pada umumnya
mengalami periode meningginya emosi, keadaan yang demikian membuat anak harus menyesuaikan
diri, sehingga anak cenderung cepat marah dan sulit untuk dihadapi. Hal ini menjadi suatu
permasalahan tersendiri bagi anak dengan gangguan ADHD, karena fase memuncaknya emosi ini akan
diperparah dengan sikap anak yang impulsif yang disertai dengan hiperaktivitas. Aspek emosi tersebut
tidak dapat terlepas dari aspek sosialnya, dimana perkembangan emosi anak akan berdampak langsung
pada kehidupan sosialnya.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai kompetensi emosi dan
kompetensi sosial yang dimiliki oleh anak kembar identik dengan gangguan ADHD. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif, dengan desain studi kasusyang diharapkan dapat menggali fokus
penelitian secara mendalam. Subjek dalam penelitian ini adalah sepasang anak kembar identik laki-laki
yang keduanya mengalami gangguan ADHD. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi, wawancara, dan riwayat hidup.
Hasil penelitian ini menggambarkan kompetensi emosi dan kompetensi sosial yang dimiliki oleh
anak kembar identik dengan gangguan ADHD. Kondisi keluarga menjadi faktor utama yang
berpengaruh terhadap kompetensi emosi dan sosial pada anak kembar identik dengan gangguan
ADHD. Sikap yang diberikan oleh ibu subjek yang cenderung terlalu melindungi ketika berurusan
dengan kehidupan sosial anak dan juga sikap yang cenderung membiarkan anak berperilaku sesuka
mereka di dalam rumah, berakibat pada pembentukan sikap agresif pada anak kembar identik tersebut.
Sikap agresif tersebut dimunculkan oleh kedua subjek ketika mereka berada dalam kondisi emosi
marah atau sedih, dan kondisi ini memerlukan waktu yang cukup lama agar kembali ke keadaan yang
stabil. Keadaan emosi yang demikian berdampak pada kompetensi sosial kedua subjek, terutama
kompetensi yang berhubungan dengan interaksi subjek dengan kelompok tertentu. Kedua subjek
masih belum dapat bekerja sama dalam sebuah kelompok tertentu dan cenderung belum dapat
memahami isyarat sosial dari orang lain.
Kata kunci: anak kembar identik, ADHD, kompetensi emosi, kompetensi sosial
66
Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL
69
Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL
berkontribusi pada munculnya gangguan tangan atau kaki yang sering bergerak-
ADHD pada anak ntara lain seperti gerak saat duduk, meninggalkan tempat
mekanisme kelahiran yang mengganggu duduk saat ada di dalam kelas atau situasi
sistem saraf, kelahiran yang prematur, lain dimana memerlukan duduk diam,
riwayat kehamilan ibu yang terlalu sering sering memanjat secara berlebihan dalam
mengkonsumsi makanan dengan adanya situasi yang tidak sesuai, kesukaran dalam
zat timbal, dan sebagainya. Selain itu, mengikuti permainan atau aktivitas yang
menurut hasil penelitian menyatakan membutuhkan ketenangan, berbicara
bahwa faktor psikososial juga dapat berlebihan, selalu bergerak seolah-olah
menyebabkan dan memperburuk gejala dikendalikan oleh motor (mesin), dll. Anak
ADHD pada anak. dengan ADHD pada umumnya tidak
1. Tidak mampu memusatkan mampu menghambat tingkah lakunya saat
perhatian merespon rangsangan dari luar dirinya,
Gejala yang dapat diamati berupa: itulah yang disebut impulsivitas. Perilaku
sering gagal memberikan perhatian penuh, anak dengan ADHD sehari-hari seperti
selalu membuat kesalahan saat melakukan tidak sabar, sulit menunggu giliran,
aktivitas pekerjaan di sekolah, sering jengkel bila keinginannya tidak terpenuhi,
mengalami kesukaran dalam usil, mengganggu anak lain, melakukan
mempertahankan perhatian dalam tugas sesuatu tanpa berpikir dahulu, terlalu cepat
tertentu atau aktivitas bermain (mudah memberikan jawaban sebelum pertanyaan
bosan), sering nampak tidak selesai ditanyakan merupakan contoh
mendengarkan apabila diajak bicara, tidak perilaku impulsif.
mengikuti perintah dengan sungguh- Anak Kembar Identik
sungguh, kesulitan mengatur tugas-tugas Kehamilan alami terjadi akibat
dan aktifitasnya, sering menghindar adanya fertilisasi antara ovum dan sel
terhadap tugas-tugas yang memerlukan sperma. Salah satu fenomena unik yang
perhatian mental cukup lama, sering muncul saat kehamilan adalah kehamilan
kehilangan barang-barang (alat tulis pensil, kembar. Kehamilan kembar adalah suatu
buku, mainan), perhatian mudah teralih kehamilan dengan dua janin atau lebih.
oleh rangsangan dari luar. Ada 2 jenis kehamilan kembar yaitu
2. Hiperaktivitas dan kembar fraternal dan kembar identik.
Impulsivitas Kembar fraternal (dizigotik) berkembang
Bentuk hiperaktivitas paling sering dari telur dan sperma yang berbeda,
dijumpai sebagai kegelisahan adalah sehingga mereka tidak lebih serupa seperti
70
Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL
72
Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL
emosional orang lain, kemampuan untuk wawancara, dan riwayat hidup dengan
memahami bahwa keadaan emosional di subjek, orang tua subjek, dan significant
dalam tidak harus selalu berhubungan other, serta Checklist Deteksi Dini
dengan ekspresi yang tampak di luar, Gangguan Attention Deficit/Hyperactivity
kemampuan untuk melakukan regulasi diri Disorder (ADHD), dan Formulir Deteksi
terhadap emosi negatif tertentu Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Kompetensi Sosial padapada anak Hiperaktivitas (GPPH) (Abbreviated
kembar identik dengan gangguan Attention Conners Rating Scale).
Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) Teknik Analisa Data
merupakan kemampuan yang menunjukan Penelitian ini menggunakan teknik
perilaku yang meliputi kemampuan untuk analisis data menurut Miles dan Huberman
bekerja sama; melakukan problem solving; (dalam Ghony & Almanshur, 2014).
membangun hubungan yang positif; Dengan empat langkah penting, yaitu
mengkomunikasikan perasaan dan pengumpulan data, reduksi data,
perilakunya kepada orang lain di menyajikan data, dan penarikan
lingkugan sosial; menyadari dan kesimpulan/verifikasi.
menyesuaikan diri terhadap emosi dan Teknik Keabsahan Data
perilaku; dan memahami isyarat sosial Teknik pemeriksaan keabsahan
data pada penelitian ini adalah
menggunakan teknik Triangulasi (Ghony
Subjek & Almanshur, 2014). Triangulasi adalah
Desain penelitian adalah studi teknik pemeriksaan keabsahan data yang
kasus tunggal (Single Case Study), yaitu memanfaatkan sesuatu yang lain, yaitu
subjek dengan kriteria: triangulasi dengan sumber, triangulasi
1. Anak kembar identik dengan teori, dan triangulasi dengan
2. Jenis kelamin Laki-laki metode.
3. Usia sekolah/akhir masa HASIL
kanak-kanak (6-12 tahun) Penelitian ini melibatkan sepasang
73
Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL
dilakukan sendiri oleh subjek, melainkan bantuan orang lain ketika sedang
membutuhkan intervensi dari orang lain menghadapi kesulitan.
disekitarnya untuk membuat keadaan Indikator selanjutnya adalah
emosi subjek stabil. Indikator selanjutnya kemampuan memecahkan masalah dengan
adalah ketika keinginan tidak terpenuhi, teman sebaya. Subjekapabila ketika
maka subjek akan marah. Subjek bermain dengan teman sebaya bertengkar
cenderung bertindak agresif ketika memperebutkan mainan atau hal lain,
keinginannya tidak terpenuhi. maka subjek cenderung mengalah dan
c. Pengetahuan Emosi memberikan benda tersebut.
Indikator pertama adalah kesadaran b. Bekerja Sama
akan emosi yang sedang dialami diri Indikator pertama adalah subjek
sendiri. Subjek 1 mampu bercerita mampu mengerjakan tugas kelompok.
mengenai apa yang sedang dialami ketika Subjek cenderung tidak mau belajar
subjek ditanya oleh orang lain, sedangkan bersama dan hanya berlarian atau bermain
untuk subjek 2 belum bisa menceritakan dengan saudara kembarnya sambil
apa yang sedang dialaminya. Indikator berteriak-teriak.
kedua adalah subjek mengetahui emosi Indikator selanjutnya adalah subjek
yang sedang dialami orang lain. Hal ini dapat bermain bersama dengan anak lain.
ditunjukan dengan subjek yang mampu Subjek selalu bersama saudara kembarnya
menghibur teman yang sedang menangis ketika bergabung bermain dengan teman
dan melerai teman yang sedang lain, akan tetapi tidak ada masalah ketika
bertengkar. proses bergabung sampai dengan aktivitas
2. Kompetensi Sosial bermain bersama tersebut.
a. Problem Solving c. Hubungan yang
Indikator pertama adalah Positif
kemampuan subjek untuk mengerjakan Indikator pertama adalah subjek
tugas sekolah tanpa bantuan orang lain. memiliki hubungan yang baik dengan
Berdasarkan hasil observasi, subjek belum teman sebayanya di lingkungan rumah.
dapat baca dan tulis sehingga butuh Subjek memiliki beberapa teman bermain
bantuan ketika mengerjakan tugas di yang tinggal di dekat rumahnya, dan
sekolah. Subjek 1 cenderung meminta terkadang mereka bermain bersama di
bantuan kepada orang lain apabila rumah subjek.
menghadapi kesulitan, sedangkan subjek 2 Indikator selanjutnya adalah subjek
cenderung memaksakan dan tidak meminta mampu berkomunikasi 2 arah. Subjek jika
75
Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL
berbicara terkadang tidak dimengerti oleh hubungan yang positif dengan teman
lawan bicara karena pelafalan subjek yang sebayanya, akan tetapi subjek sering
kurang jelas. Apabila berkomunikasi, bertengkar dengan saudara kembarnya.
subjek terkadang tidak membutuhkan e. Menyadari dan
feedback dari lawan bicara, sehingga Menyesuaikan Diri terhadap Emosi
setelah berbicara suatu hal maka subjek dan Perilaku
akan langsung berlarian atau melakukan Indikator pertama adalah subjek
kegiatan yang lain. Subjek ketika berbicara mampu menjaga perilaku ketika sedang
juga terkadang menggunakan nada yang marah. Subjek cenderung sulit untuk
tinggi sehingga mengesankan sedang dikendalikan ketika sedang dalam emosi
marah, padahal tidak sedang marah. yang kuat, seperti ketika marah dan sedih.
d. Mengkomunikasika Indikator selanjutnya adalah subjek
n Perasaan dan Perilakunya kepada menyadari jika melakukan tindakan yang
Orang Lain di Lingkugan Sosial salah. Subjek akan menghentikan perilaku
Indikator pertama adalah subjek yang buruk bukan karena atas kesadaran
mampu menceritakan perasaan atau emosi dirinya, tetapi karena ketakutan apabila
yang dimilikinya. Subjek tidak bisa secara kena marah oleh ayahnya.
sadar atau dengan kehendaknya sendiri f. Memahami Isyarat
bercerita mengenai emosi yang dialaminya Sosial
kepada orang lain. Namun, apabila subjek Indikator pertama adalah subjek
1 ditanya oleh ibunya mengenai keadaan dapat bergabung bermain dengan teman
dirinya, maka subjek 1 dapat menjelaskan sebaya tanpa bantuan orang tua.Ssubjek
apa yang sedang dialaminya, sedangkan dan saudara kembarnya dapat bergabung
subjek 2 belum bisa bercerita. bermain dengan anak lain yang sedang
Indikator kedua adalah subjek berkumpul tanpa dibantu orang tua.
mampu menceritakan permasalahan yang Selama bermain subjek dan saudara
dialaminya. Subjek 1 dan 2 lebih sering kembarnya akan terus diawasi oleh ibunya.
bercerita kepada ibunya mengenai Cara subjek bergabung bermain adalah
pengalaman baru yang dialami, seperti dengan mengajak saudara kembarnya
menemukan kucing liar atau hal yang lain. terlebih dahulu, kemudian membawa
Indikator selanjutnya adalah subjek beberapa mainan, dan selanjutnya
mampu menjaga dan memperlakukan bergabung langsung dengan anak lain.
orang lain. Subjek memperlakukan Indikator selanjutnya adalah subjek
temannya dengan baik. Subjek memiliki mengetahui atau sadar bahwa ia ditolak
76
Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL
dalam sebuah kelompok bermain. Subjek dan akhirnya kedua orang tua subjek
tidak merasa sedang ditolak dalam sebuah memutuskan untuk memberhentikan dan
kelompok, dan acuh saja. Subjek tetap belajar mandiri di rumah.
bergabung bermain dan terkadang Faktor yang mempengaruhi
mengusili temannya, seperti: sandalnya di kompetensi emosi dan kompetensi sosial
sembunyikan atau dilempar-lempar. subjek antara lain: faktor usia-jenis
kelamin, faktor lingkungan keluarga,
faktor media sosial, faktor di luar
PEMBAHASAN lingkungan keluarga, dan faktor
Subjek merupakan anak kembar pengalaman sosial. Faktor yang pertama
identik dengan gangguan Attention adalah usia dan jenis kelamin. Kedua
Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD). subjek berusia 8 tahun, dimana kedua
Subjek lahir premature dengan operasi subjek tersebut memiliki emosi yang
Caesar, dengan berat badan lahir berada di meledak-ledak dan perilaku agresif yang
ambang batas normal. Kondisi kelahiran tinggi. Kemudian jenis kelamin subjek
yang demikian menjadi faktor risiko adalah laki-laki, yang kemungkinan
munculnya gangguan ADHD pada subjek, memiliki kematangan emosi yang lebih
selain itu faktor lingkungan juga berperan lambat daripada perempuan.
dalam mempengaruhi perilaku subjek. Faktor kedua adalah lingkungan
Subjek 1 (JO) sudah dikeluhkan keluarga. Peranan keluarga merupakan
memiliki perialku yang hiperaktif sejak dasar pembentukan dari segala aspek
lahir, sedangkan subjek 2 (JE) mengalami kehidupan subjek. Pada keluarga subjek
perubahan perilaku setelah mengalami sudah ada kesepakatan dari orang tua
demam tinggi yang disertai dengan kejang bahwa yang memegang kendali penuh dan
dan mendapat penanganan yang terlambat pengasuhan kedua subjek adalah ibu.
sehingga terganggunya susunan saraf pada Selain itu, pada lingkungan keluarga ini,
otak JE. kedua subjek kurang mengalami interaksi
Kedua subjek berusia 8 tahun, akan yang baik dengan ayah. Hal ini terjadi
tetapi kedua subjek masih belum bisa karena ayah subjek hanya berada di rumah
membaca dan menulis. Hal ini juga 1-2 kali dalam 1 minggu, serta ayah subjek
diperparah dengan subjek yang sudah tidak berinteraksi dengan subjek hanya sebatas
bersekolah di sekolah formal seperti anak untuk kepentingan mengendalikan subjek
pada umumnya. Hal ini diakibatkan karena (menghentikan perilaku yang bisa
kedua subjek sering tidak masuk sekolah menyebabkan kerugian baik bagi diri
77
Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL
situasi bermain, kedua subjek akan serta tindakan agresif dari JE.
cenderung suka mengganggu anak lain. Walaupun demikian, berdasarkan hasil
Kemudian kedua subjek mampu penelitian, kedua subjek cenderung
memahami isyarat sosial baik berupa mampu memahami perasaan orang
perintah, larangan atau sindiran dari orang lain, hal ini terlihat ketika subjek
lain, akan tetapi subjek merespon dengan menghibur temannya yang sedang
negative (melakukan tindakan agresif). sedih dan bisa melerai pertengkaran
PENUTUP antar temannya.
Kesimpulan 2. Subjek 1 (JO) ketika
1. Kedua subjek mampu
menghadapi permasalahan atau
menunjukan ekspresi perasaan atau
hambatan tertentu, seperti kesulitan
emosi (bahagia, dan perasaan malu)
membuka kaleng makanan, atau
yang sesuai dengan situasi. Pada
kesulitan untuk menghidupkan televisi
pengalaman emosi yang besar
maka subjek 1 cenderung meminta
(terutama marah dan sedih), subjek
bantuan dari ibunya atau dari orang
akan bereaksi dengan agresif dan
lain. Subjek 2 (JE) memiliki problem
tindakan tersebut dapat muncul dimana
solving yang berbeda, dimana JE
saja subjek berada. Kedua subjek
cenderung agresif atau memaksa ketika
sangat sulit menurunkan emosi yang
ia menghadapi kesulitan. Hal ini
tinggi untuk dapat kembali ke keadaan
terlihat ketika JE kesulitan
seimbang. Emosi negatif yang tinggi
menghidupkan televisi dengan remote
dari kedua subjek diekspresikan berupa
dan akhirnya JE memukul dan
reaksi atau tindakan agresif, hal ini
membanting remote tersebut untuk
membuat ibu subjek terdorong untuk
menyalakan televisi. Dalam sebuah
melakukan intervensi demi
kelompok bermain, subjek 1 dan 2
menurunkan reaksi tersebut, yaitu
akan selalu bersama dan dalam
dengan memeluk, memegang erat
interaksinya dengan teman sebaya,
tangannya dan bahkan berupa ancaman
kedua subjek cenderung suka
atas ketakutan subjek terhadap
melakukan hal-hal yang mengganggu
ayahnya. Pada subjek pertama (JO)
teman-temannya. Kedua subjek
cara tersebut efektif untuk meredakan
mampu memahami isyarat sosial yang
tindakan agresif, akan tetapi pada
berupa larangan, perintah ataupun
subjek kedua (JE), intervensi tersebut
sindiran dari orang lain, akan tetapi
tidak bisa menghentikan ledakan emosi
kedua subjek merespon isyarat tersebut
79
Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL
membimbing subjek. Saran untuk ayah pendidikan tersebut di sekolah inklusi atau
subjek adalah untuk dapat lebih sekolah yang menyediakan pelayanan atau
menghayati peranannya sebagai seorang fasilitas khusus untuk anak berkebutuhan
ayah dalam kehidupan anak, dimana ayah khusus. Hal ini bertujuan agar anak dengan
memperkuat interaksi yang membangun gangguan perilaku, terutama ADHD dapat
ikatan hubungan perasaan antara subjek diarahkan dengan tepat oleh ahli atau
dan ayah. Selain itu, ayah harus lebih profesi yang memang sudah mengerti atau
memahami peranannya dalam paham mengenai apa yang dibutuhkan
membimbing dan mengarahkan subjek, oleh anak tersebut.
yaitu dengan lebih memahami keadaan 2. Untuk institusi pemerintah
tertentu seperti saat perilaku subjek tidak Institusi pemerintah seperti
diharapkan adalah saat dimana subjek Kemendikbud, Pemberdayaan Perempuan
membutuhkan bimbingan dan arahan. dan Anak, Dinas Sosial perlu membuat
Dengan demikian tindakan yang diambil program untuk edukasi pada orang tua,
tidak dalam rangka mengendalikan tetapi terutama dalam hal edukasi pengasuhan
memberikan petunjuk dan arahan dengan anak. Hal ini mengingat bahwa keluarga
pengertian. Upaya ini dapat dibantu merupakan pondasi awal dan utama bagi
dengan pendampingan oleh psikolog. perkembangan anak.
Saran untuk ibu subjek adalah Institusi pemerintah seperti
untuk lebih konsisten dan tegas dalam Kemendikbud, Pemberdayaan Perempuan
mengarahkan perilaku subjek. Ibu subjek dan Anak, Dinas Sosial sebaiknya
dapat belajar ketrampilan mengatur atau melakukan upaya promotif dan preventif
membimbing subjek. Ibu subjek perlu mengenai pentingnya deteksi dini
belajar memiliki ketrampilan dan mental gangguan Attention Deficit/Hyperactivity
yang kuat dalam menghadapi anak kembar Disorder (ADHD) kepada masyarakat
identik dengan gangguan ADHD. umum sehingga masyarakat dapat
Ketrampilan ini terdiri dari berbagai mengambil langkah yang tepat apabila
tahapan, sesuai situasi yang dihadapi. mendapati bahwa ada kecenderungan
Untuk dapat menguasai ketrampilan ini gangguan tersebut pada anaknya. Upaya
dapat meminta bantuan pendampingan promotif dan preventif ini dapat berupa
psikologi. penyuluhan, seminar, promosi kesehatan,
Selain itu, orang tua juga dan sebagainya yang dilakukan 1 atau 2
disarankan untuk memberikan pendidikan kali dalam satu tahun.
formal, dan lebih baik jika mendapat 3. Untuk peneliti selanjutnya
81
Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL