Anda di halaman 1dari 17

Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL

Kompetensi Emosi dan Kompetensi Sosial pada Anak Kembar Identik Laki-Laki
dengan Gangguan Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) Sebuah Studi Kasus

Emotional Competence and Social Competence in Identical Tiwn Boys with Attention
Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) A Case Study

Akwila Adwin Falenttino, Suci Murti Karini, Arif Tri Setyanto

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran


Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah sebuah gangguan yang secara konsisten
memperlihatkan beberapa dari sejumlah karakteristik selama periode waktu tertentu: gangguan
pemusatan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Pada akhir masa kanak-kanak, anak pada umumnya
mengalami periode meningginya emosi, keadaan yang demikian membuat anak harus menyesuaikan
diri, sehingga anak cenderung cepat marah dan sulit untuk dihadapi. Hal ini menjadi suatu
permasalahan tersendiri bagi anak dengan gangguan ADHD, karena fase memuncaknya emosi ini akan
diperparah dengan sikap anak yang impulsif yang disertai dengan hiperaktivitas. Aspek emosi tersebut
tidak dapat terlepas dari aspek sosialnya, dimana perkembangan emosi anak akan berdampak langsung
pada kehidupan sosialnya.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai kompetensi emosi dan
kompetensi sosial yang dimiliki oleh anak kembar identik dengan gangguan ADHD. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif, dengan desain studi kasusyang diharapkan dapat menggali fokus
penelitian secara mendalam. Subjek dalam penelitian ini adalah sepasang anak kembar identik laki-laki
yang keduanya mengalami gangguan ADHD. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi, wawancara, dan riwayat hidup.
Hasil penelitian ini menggambarkan kompetensi emosi dan kompetensi sosial yang dimiliki oleh
anak kembar identik dengan gangguan ADHD. Kondisi keluarga menjadi faktor utama yang
berpengaruh terhadap kompetensi emosi dan sosial pada anak kembar identik dengan gangguan
ADHD. Sikap yang diberikan oleh ibu subjek yang cenderung terlalu melindungi ketika berurusan
dengan kehidupan sosial anak dan juga sikap yang cenderung membiarkan anak berperilaku sesuka
mereka di dalam rumah, berakibat pada pembentukan sikap agresif pada anak kembar identik tersebut.
Sikap agresif tersebut dimunculkan oleh kedua subjek ketika mereka berada dalam kondisi emosi
marah atau sedih, dan kondisi ini memerlukan waktu yang cukup lama agar kembali ke keadaan yang
stabil. Keadaan emosi yang demikian berdampak pada kompetensi sosial kedua subjek, terutama
kompetensi yang berhubungan dengan interaksi subjek dengan kelompok tertentu. Kedua subjek
masih belum dapat bekerja sama dalam sebuah kelompok tertentu dan cenderung belum dapat
memahami isyarat sosial dari orang lain.

Kata kunci: anak kembar identik, ADHD, kompetensi emosi, kompetensi sosial

66
Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL

PENDAHULUAN bayi kembar dua dan 1,9 bayi kembar tiga


Kehadiran seorang anak adalah hal
per 1000 kelahiran hidup. (Praborini,
yang paling ditunggu oleh sebagian besar
2013). Sedangkan di Amerika Serikat,
pasangan suami isteri. Anak merupakan
berdasarkan data tertinggi jumlah
sumber kebahagiaan dan pelengkap untuk
kelahiran anak kembar dua di tahun 2014,
sebuah keluarga. Sebuah fenomena unik
Centers for Disease Control and
terkadang muncul di tengah-tengah
Prevention mengungkapkan terdapat 33,9
kebahagiaan tersebut, dimana sebagian
persen kelahiran bayi kembar dalam 1000
besar wanita lazimnya melahirkan seorang
kelahiran di 2014, sedangkan di 2013
bayi, akan tetapi ada sebuah fenomena
terdapat 33,7 kelahiran kembar dua per
dimana seorang wanita melahirkan anak
1000 kelahiran (Desideria, 2015).
kembar. Anak kembar ini terlahir dengan
Fenomena anak kembar tersebut
memiliki banyak persamaan atau
sangatlah menarik, banyak orang tua yang
kemiripan dari penampilan fisik.
menginginkan memiliki keturunan kembar,
Mempunyai anak kembar memang
akan tetapi yang jauh lebih penting
terkait dengan adanya faktor genetik.
daripada itu adalah kesehatan anak
Dalam hal ini, kira-kira dua pertiga bayi
tersebut, dan bagaimana pertumbuhan dan
kembar yang lahir adalah fraternal, artinya
perkembangan anaknya. ADHD (Attention
bayi berasal dari dua sel telur yang
Deficit/Hyperactivity Disorder) atau sering
masing-masing dibuahi oleh sperma yang
disebut GPPH (Gangguan Pemusatan
berbeda, sehingga masih sangat
Perhatian dan Hiperaktivitas) adalah
memungkinkan adanya perbedaan jenis
gangguan yang timbul pada masa
kelamin. Kemudian kira-kira satu
perkembangan dini, dengan ciri utama
pertiganya dari bayi kembar yang lahir
anak tidak mampu memusatkan perhatian,
merupakan kembar identik, yang berasal
hiperaktif dan impulsif. Sekitar 5 sampai
dari bersatunya satu sel telur dan satu sel
dengan 10 persen anak usia sekolah di
sperma, yang segera sesudah pembuahan
Indonesia mengalami gangguan ADHD
terpisah menjadi dua, sehingga jenis
(Fadhli, 2010).
kelamin dari bayi yang lahir adalah sama
Gangguan ADHD ternyata
(Santrock, 2012).
memiliki angka kejadian yang berbeda
Di Indonesia, insidensi kelahiran
berdasarkan perbedaan jenis kelamin.
bayi kembar terus meningkat hampir
Anak laki-laki memiliki insiden lebih
sebesar 65 % sejak tahun 1980, dimana
tinggi dibandingkan dengan anak
setiap tahunnya diperkirakan lahir 31,5
perempuan. Menurut hasil survey yang
67
Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL

dilakukan oleh National Survey of merupakan fenomena yang sangat menarik


Children’s health pada tahun 2007 di untuk dikaji, terutama pada aspek-aspek
Amerika Serikat didapatkan prevalensi perkembangannya, yaitu aspek kognitif,
GPPH untuk anak laki-laki 13,2% dan psikomotorik, emosi, sosial, dan
untuk anak perempuan 5,6%. Di Inggris sebagainya. Aspek kognitif berhubungan
berdasarkan hasil survey didapatkan angka erat dengan taraf Inteligensi atau taraf
prevalensi GPPH pada anak usia 5-15 kecerdasan. Inteligensi pada anak
tahun sekitar 3,62% untuk anak laki-laki mempengaruhi pencapaian prestasi anak di
dan 0,85% untuk anak perempuan. Di sekolah, karena prestasi anak merupakan
Indonesia sendiri dilaporkan angka suatu kebanggaan orang tua, maka pada
prevalensi yang juga berbeda antara laki- umumnya aspek kognitif merupakan aspek
laki dan perempuan yaitu 35,2% untuk yang paling diperhatikan oleh orang tua
anak laki-laki dan 18,3% untuk anak untuk setiap anaknya. Aspek psikomotorik
perempuan. Penelitian mengenai meliputi motorik halus dan motorik kasar.
prevalensi GPPH di Indonesia masih Pada masa kanak-kanak pertengahan dan
sangat sedikit sehingga sampai saat ini akhir (yaitu antara usia 5 hingga masa
belum didapatkan angka pasti mengenai puber), ketrampilan motorik anak menjadi
kejadian GPPH di Indonesia (Novriana, lebih halus dan terkoordinasi dibandingkan
dkk., 2014). pada masa sebelumnya. Pada masa ini,
Data-data yang dipaparkan tersebut anak-anak banyak melibatkan aktivitas
adalah data hasil survey dan penelitian otot seperti ketrampilan fisik dalam
yang secara jelas memperlihatkan berolahraga (Santrock, 2012).
prevalensi anak ADHD di beberapa Aspek selanjutnya adalah aspek
Negara. Selain fenomena diatas, fenomena emosi dan sosial. Kedua aspek inilah yang
anak kembar identik dengan gangguan menjadi fokus pada penelitian ini, terutama
ADHD juga merupakan sebuah fenomena pada area kompetensi emosi dan
yang sangat menarik untuk dibahas. kompetensi sosial. Pada akhir masa kanak-
Beberapa penelitian dengan anak kembar kanak, anak pada umumnya mengalami
menemukan interaksi yang terjadi antara periode meningginya emosi (Hurlock,
lingkungan dan genetik yang berkontribusi 2003). Periode ini muncul dapat
terhadap penurunan suatu gangguan diakibatkan oleh pengaruh fisik, contohnya
perilaku. seperti ketika anak sedang sakit maka anak
Fenomena mengenai anak kembar akan lebih sensitif. Beralih dari pengaruh
identik dengan gangguan ADHD fisik, ternyata pengaruh dari lingkungan
68
Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL

seperti perubahan pada lingkungan banyak teman (Hurlock 2003). Meskipun


menjadi faktor yang lebih penting dan demikian, terdapat beberapa isu rumit
pasti akan terjadi ketika anak mulai menyangkut interpretasi terhadap studi
memasuki sekolah dasar (Hurlock, 2003). anak kembar (Santrock, 2012). Sebagai
Keadaan yang demikian membuat anak contoh, lingkungan pada kembar identik
harus menyesuaikan diri dan terkadang dan fraternal dianggap sama, tetapi orang
membuat anak kesulitan, sehingga anak dewasa memiliki kecenderungan untuk
cenderung cepat marah, rewel dan sulit memberi penekanan lebih besar dalam hal
untuk dihadapi. kesamaan pada anak kembar identik,
Perubahan emosi yang sedemikian sehingga anak kembar identik melihat diri
rupa pasti akan dijumpai pada setiap anak mereka sebagai satu rangkaian (satu set),
pada umumnya, tidak terkecuali untuk dan menyebabkan anak kembar identik
anak dengan gangguan ADHD. Anak hanya bersosialisasi satu sama lain. Aspek
dengan gangguan ADHD, salah satu perkembangan sosial pada penelitian ini
karakteristiknya adalah sikap yang akan lebih difokuskan pada area
hiperaktif dan impulsif, yaitu akan kompetensi sosial.
merespon atau bertindak secara spontan
sesuai naluri atau dorongannya. Hal ini DASAR TEORI
menjadi suatu permasalahan tersendiri bagi Attention Deficit/Hiperactivity
setiap orang tua, karena pada umumnya Disorder
usia 6-12 tahun (akhir masa kanak-kanak) Attention Deficit/Hiperactivity
adalah fase dimana emosi memuncak dan Disorder (ADHD) adalah sebuah
hal ini diperparah dengan sikap anak yang gangguan dimana anak-anak secara
impulsif yang disertai dengan konsisten memperlihatkan satu atau
hiperaktivitas. Aspek perkembangan emosi beberapa dari sejumlah karakteristik ini
pada penelitian ini akan lebih difokuskan selama periode waktu tertentu: gangguan
pada area kompetensi emosional. pemusatan perhatian, hiperaktif, dan
Aspek emosi tidak dapat terlepas impulsive (Santrock, 2012).
dari aspek sosial. Perkembangan emosi Gejala dari ADHD bervariasi dari
seorang anak akan berdampak secara yang ringan hingga berat dan terkadang
langsung pada kehidupan sosialnya. Anak menjadi permasalahan serius di lingkungan
usia 6-12 tahun (masa akhir kanak-kanak) sekitar anak. Hingga saat ini belum ada
pada umumnya memiliki minat untuk penyebab yang pasti dari gangguan
bersosialisasi, dimana anak akan mencari ADHD. Beberapa faktor yang

69
Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL

berkontribusi pada munculnya gangguan tangan atau kaki yang sering bergerak-
ADHD pada anak ntara lain seperti gerak saat duduk, meninggalkan tempat
mekanisme kelahiran yang mengganggu duduk saat ada di dalam kelas atau situasi
sistem saraf, kelahiran yang prematur, lain dimana memerlukan duduk diam,
riwayat kehamilan ibu yang terlalu sering sering memanjat secara berlebihan dalam
mengkonsumsi makanan dengan adanya situasi yang tidak sesuai, kesukaran dalam
zat timbal, dan sebagainya. Selain itu, mengikuti permainan atau aktivitas yang
menurut hasil penelitian menyatakan membutuhkan ketenangan, berbicara
bahwa faktor psikososial juga dapat berlebihan, selalu bergerak seolah-olah
menyebabkan dan memperburuk gejala dikendalikan oleh motor (mesin), dll. Anak
ADHD pada anak. dengan ADHD pada umumnya tidak
1. Tidak mampu memusatkan mampu menghambat tingkah lakunya saat
perhatian merespon rangsangan dari luar dirinya,
Gejala yang dapat diamati berupa: itulah yang disebut impulsivitas. Perilaku
sering gagal memberikan perhatian penuh, anak dengan ADHD sehari-hari seperti
selalu membuat kesalahan saat melakukan tidak sabar, sulit menunggu giliran,
aktivitas pekerjaan di sekolah, sering jengkel bila keinginannya tidak terpenuhi,
mengalami kesukaran dalam usil, mengganggu anak lain, melakukan
mempertahankan perhatian dalam tugas sesuatu tanpa berpikir dahulu, terlalu cepat
tertentu atau aktivitas bermain (mudah memberikan jawaban sebelum pertanyaan
bosan), sering nampak tidak selesai ditanyakan merupakan contoh
mendengarkan apabila diajak bicara, tidak perilaku impulsif.
mengikuti perintah dengan sungguh- Anak Kembar Identik
sungguh, kesulitan mengatur tugas-tugas Kehamilan alami terjadi akibat
dan aktifitasnya, sering menghindar adanya fertilisasi antara ovum dan sel
terhadap tugas-tugas yang memerlukan sperma. Salah satu fenomena unik yang
perhatian mental cukup lama, sering muncul saat kehamilan adalah kehamilan
kehilangan barang-barang (alat tulis pensil, kembar. Kehamilan kembar adalah suatu
buku, mainan), perhatian mudah teralih kehamilan dengan dua janin atau lebih.
oleh rangsangan dari luar. Ada 2 jenis kehamilan kembar yaitu
2. Hiperaktivitas dan kembar fraternal dan kembar identik.
Impulsivitas Kembar fraternal (dizigotik) berkembang
Bentuk hiperaktivitas paling sering dari telur dan sperma yang berbeda,
dijumpai sebagai kegelisahan adalah sehingga mereka tidak lebih serupa seperti
70
Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL

halnya saudara kandung biasa. Sedangkan emosinya sendiri, sehingga individu


kembar identik (monozigotik) berkembang mampu mengembalikan kestabilan
dari sebuah sel tunggal yang membelah emosinya dari suatu episode yang buruk
menjadi 2 replika yang identik secara 3. Pengetahuan Emosi
genetik, dan masing-masing menjadi satu Pengetahuan Emosi merupakan
individu (Pinel, 2012). kemampuan individu untuk memahami
Kompetensi Emosi emosi sendiri dan orang lain, membaca
kompetensi emosi adalah petunjuk tertentu dan menanggapi emosi
kemampuan seseorang memunculkan orang lain, serta mampu memahami
secara benar emosi yang ada dalam konsekuensi dari memunculkan ekspresi
dirinya, mengatur perasaan atau emosinya emosinya sendiri
sendiri, memahami emosi sendiri dan Kompetensi Sosial
orang lain, membaca petunjuk tertentu dan Kompetensi Sosial adalah
menanggapi emosi orang lain, serta kemampuan yang menunjukan perilaku
mampu memahami konsekuensi dari yang meliputi kemampuan untuk
memunculkan ekspresi emosinya sendiri mengenali isyarat-isyarat dalam kehidupan
(Jones, dkk., 2016). sosial, berinteraksi secara positif dengan
Faktor-faktor yang mempengaruhi lawan bicara atau orang yang lebih tua,
perkembangan emosi, antara lain: faktor mampu bekerjasama, mendengarkan dan
internal dan faktor eksternal. Faktor menjaga perasaan, serta memperlakukan
internal meliputi usia anak dan jenis orang lain dengan baik (Jones, dkk., 2016).
kelamin, sedangkan faktor eksternal Menurut Hurlock (2003), ada 3
meliputi lingkungan keluarga (cara faktor yang mempengaruhi perkembangan
pengasuhan) dan televisi. sosial anak usia dini antara lain: faktor
Terdapat 3 aspek utama dalam lingkungan keluarga (status, kebutuhan,
kompetensi emosi, antara lain:(Jones, dkk., dan kebiasaan/sikap orang tua), faktor di
2016). luar lingkungan keluarga, dan faktor
1. Ekspresi Emosi pengaruh pengalaman sosial.
Ekspresi emosi merupakan Perkembangan sosial yang optimal
bagaimana cara seseorang memunculkan diperoleh dari proses sosialisasi yang sehat
secara benar emosi yang ada dalam dirinya dan kesempatan yang diberikan kepada
2. Regulasi Emosi anak untuk mengembangkan konsep diri
Regulasi Emosi merupakan yang positif. Pengembangan konsep diri
kemampuan untuk mengatur perasaan atau yang positif dapat melalui kegiatan seperti
71
Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL

bermain. Kegiatan bermain dapat ketika berada dalam konteks sosial


mengembangkan minat dan sikap anak (Jones, dkk., 2016)
terhadap orang lain, dan sebaliknya METODE PENELITIAN
aktivitas yang terlalu banyak didominasi Rancangan Penelitian
oleh orang yang lebih dewasa (orang tua Metode penelitian yang digunakan
atau guru) akan menghambat dalam penelitian ini adalah penelitian
perkembangan sosial ataupun emosi pada kualitatif yang bertujuan untuk memahami
anak. fenomena yang dialami oleh subjek
Ada 3 aspek utama pada penelitian secara holistik (Moleong, 2008).
kompetensi sosial, antara lain: (Fabes, Rancangan penelitian yang
2006) digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Mengembangkan hubungan studi kasus dengan desain studi kasus
yang positif dengan orang lain. Hal ini tunggal (Single Case Study), yang artinya
dapat ditunjukan dengan adanya penelitian tersebut hanya dilakukan pada
kemampuan anak untuk bekerjasama satu lokasi atau satu subjek (Sutopo,
dengan orang lain, memecahkan 2006).
permasalahan dan berinteraksi secara Fokus Penelitian
positif dengan lawan bicara (Jones, Fokus pada penelitian ini adalah
dkk., 2016). untuk mendapatkan gambaran mengenai
2. Mengkomunikasikan kompetensi emosi dan kompetensi sosial
perasaan dan perilakunya dengan pada anak kembar identik dengan
orang-orang yang ada di kehidupan gangguan Attention Deficit/Hyperactivity
sosialnya. Hal ini dapat ditunjukan Disorder (ADHD).
dengan kemampuan anak untuk Operasionalisasi
mendengarkan, menjaga, dan Kompetensi Emosi pada anak
memperlakukan orang lain dengan baik kembar identik dengan gangguan Attention
(Jones, dkk., 2016). Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD)
3. Mengetahui dan meregulasi merupakan kemampuan untuk mendeteksi
emosi dan tindakannya pada seting emosi diri sendiri dan orang lain,
sosial dan interaksi sosial. Hal ini kemampuan untuk menggunakan kosakata
dapat ditunjukan dengan kemampuan yang berhubungan dengan emosi dengan
anak untuk memahami isyarat-isyarat tepat pada konteks sosial dan budaya
sosial; menyadari dan menyesuaikan tertentu, kemampuan untuk bersimpatik
diri terhadap emosi dan perilakunya dan berempatik terhadap pengalaman

72
Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL

emosional orang lain, kemampuan untuk wawancara, dan riwayat hidup dengan
memahami bahwa keadaan emosional di subjek, orang tua subjek, dan significant
dalam tidak harus selalu berhubungan other, serta Checklist Deteksi Dini
dengan ekspresi yang tampak di luar, Gangguan Attention Deficit/Hyperactivity
kemampuan untuk melakukan regulasi diri Disorder (ADHD), dan Formulir Deteksi
terhadap emosi negatif tertentu Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Kompetensi Sosial padapada anak Hiperaktivitas (GPPH) (Abbreviated
kembar identik dengan gangguan Attention Conners Rating Scale).
Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) Teknik Analisa Data
merupakan kemampuan yang menunjukan Penelitian ini menggunakan teknik
perilaku yang meliputi kemampuan untuk analisis data menurut Miles dan Huberman
bekerja sama; melakukan problem solving; (dalam Ghony & Almanshur, 2014).
membangun hubungan yang positif; Dengan empat langkah penting, yaitu
mengkomunikasikan perasaan dan pengumpulan data, reduksi data,
perilakunya kepada orang lain di menyajikan data, dan penarikan
lingkugan sosial; menyadari dan kesimpulan/verifikasi.
menyesuaikan diri terhadap emosi dan Teknik Keabsahan Data
perilaku; dan memahami isyarat sosial Teknik pemeriksaan keabsahan
data pada penelitian ini adalah
menggunakan teknik Triangulasi (Ghony
Subjek & Almanshur, 2014). Triangulasi adalah
Desain penelitian adalah studi teknik pemeriksaan keabsahan data yang
kasus tunggal (Single Case Study), yaitu memanfaatkan sesuatu yang lain, yaitu
subjek dengan kriteria: triangulasi dengan sumber, triangulasi
1. Anak kembar identik dengan teori, dan triangulasi dengan
2. Jenis kelamin Laki-laki metode.
3. Usia sekolah/akhir masa HASIL
kanak-kanak (6-12 tahun) Penelitian ini melibatkan sepasang

4. Mengalami gangguan anak kembar identik sebagai subjek utama

Attention Deficit/Hyperactivity observasi, orang tua subjek sebagai subjek

Disorder utama wawancara, dan guru subjek sebagai

Metode Pengumpulan Data significant other.

Pengumpulan data dilakukan Riwayat HidupSubjek (JO dan


dengan menggunakan metode observasi, JE)

73
Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL

JO merupakan anak kedua dan JE dapat menunjukan perasaan kebahagiaan


adalah anak ke 3 dari 3 bersaudara. Subjek ketika diberi pujian oleh ibunya atau ketika
lahir di Surakarta pada tanggal 11 subjek berhasil melakukan suatu hal,
Desember 2009. Pendidikan terakhir JO seperti ketika berhasil menangkap bola
dan JE adalah Taman Kanak-Kanak. JO kasti dengan kedua tangannya.Kedua
menempuh pendidikan Sekolah Dasar adalah kemampuan subjek untuk
(SD) hanya berhenti pada kelas 1 saja, mengekspresikan perasaan sedih. Subjek
kemudian subjek keluar dari sekolah dan cenderung mengekspresikan emosinya
belajar mandiri dengan ibu subjek. dengan meledak-ledak yang disertai
Selama kehamilan, ibu subjek tidak tindakan agresif.
mengalami gangguan kesehatan baik Ketiga adalah kemampuan subjek
secara fisik maupun psikologis. Selama untuk mengekspresikan kemarahannya,
kehamilan, ibu subjek rutin mengkonsumsi yaitu subjek marah yang disertai dengan
obat-obatan dan vitamin yang diberikan tindakan agresif, yaitu dengan memukul,
oleh dokter. Usia kehamilan ibu subjek melempar barang dan membentak.
ketika mengandung subjek adalah 8 tahun Keempat adalah kemampuan subjek untuk
11 bulan, dengan proses kelahiran Caesar mengekspresikan perasaan malu, dimana
dan anak lahir langsung menangis. Selisih subjek dapat mengekspresikan perasaan
waktu kelahiran JO dan JE adalah 1 menit. malu sama seperti anak pada umumnya.
Subjek 1 (JO) sejak lahir sudah b. Regulasi Emosi
memiliki perilaku hiperaktivitas, Indikator pertama adalah
sedangkan subjek 2 (JE) memiliki riwayat kemampuan subjek untuk dapat
demam tinggi yang disertai kejang yang mengendalikan emosi, baik emosi marah
mendapatkan penanganan yang terlambat atau sedih ketika berada di tempat umum.
sehingga menimbulkan masalah pada Subjek menunjukan emosi yang belum
sistem sarah di otaknya. bisa dikontrol dimanapun subjek berada.
Indikator kedua adalah ketika sedang
Deskripsi Hasil Observasi dan marah, subjek memukul atau melempar
Wawancara Subjek 1 (JO) dan Subjek 2 benda di dekatnya, perilaku tersebut selalu
(JE) muncul pada subjek ketika sedang marah
1. Kompetensi Emosi atau sedih.
a. Ekspresi Emosi Indikator ketiga adalah
Pertama, kemampuan subjek kemampuan subjek untuk mengembalikan
mengekspresikan perasaan bahagia. Subjek kestabilan emosi. Hal ini belum bisa
74
Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL

dilakukan sendiri oleh subjek, melainkan bantuan orang lain ketika sedang
membutuhkan intervensi dari orang lain menghadapi kesulitan.
disekitarnya untuk membuat keadaan Indikator selanjutnya adalah
emosi subjek stabil. Indikator selanjutnya kemampuan memecahkan masalah dengan
adalah ketika keinginan tidak terpenuhi, teman sebaya. Subjekapabila ketika
maka subjek akan marah. Subjek bermain dengan teman sebaya bertengkar
cenderung bertindak agresif ketika memperebutkan mainan atau hal lain,
keinginannya tidak terpenuhi. maka subjek cenderung mengalah dan
c. Pengetahuan Emosi memberikan benda tersebut.
Indikator pertama adalah kesadaran b. Bekerja Sama
akan emosi yang sedang dialami diri Indikator pertama adalah subjek
sendiri. Subjek 1 mampu bercerita mampu mengerjakan tugas kelompok.
mengenai apa yang sedang dialami ketika Subjek cenderung tidak mau belajar
subjek ditanya oleh orang lain, sedangkan bersama dan hanya berlarian atau bermain
untuk subjek 2 belum bisa menceritakan dengan saudara kembarnya sambil
apa yang sedang dialaminya. Indikator berteriak-teriak.
kedua adalah subjek mengetahui emosi Indikator selanjutnya adalah subjek
yang sedang dialami orang lain. Hal ini dapat bermain bersama dengan anak lain.
ditunjukan dengan subjek yang mampu Subjek selalu bersama saudara kembarnya
menghibur teman yang sedang menangis ketika bergabung bermain dengan teman
dan melerai teman yang sedang lain, akan tetapi tidak ada masalah ketika
bertengkar. proses bergabung sampai dengan aktivitas
2. Kompetensi Sosial bermain bersama tersebut.
a. Problem Solving c. Hubungan yang
Indikator pertama adalah Positif
kemampuan subjek untuk mengerjakan Indikator pertama adalah subjek
tugas sekolah tanpa bantuan orang lain. memiliki hubungan yang baik dengan
Berdasarkan hasil observasi, subjek belum teman sebayanya di lingkungan rumah.
dapat baca dan tulis sehingga butuh Subjek memiliki beberapa teman bermain
bantuan ketika mengerjakan tugas di yang tinggal di dekat rumahnya, dan
sekolah. Subjek 1 cenderung meminta terkadang mereka bermain bersama di
bantuan kepada orang lain apabila rumah subjek.
menghadapi kesulitan, sedangkan subjek 2 Indikator selanjutnya adalah subjek
cenderung memaksakan dan tidak meminta mampu berkomunikasi 2 arah. Subjek jika
75
Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL

berbicara terkadang tidak dimengerti oleh hubungan yang positif dengan teman
lawan bicara karena pelafalan subjek yang sebayanya, akan tetapi subjek sering
kurang jelas. Apabila berkomunikasi, bertengkar dengan saudara kembarnya.
subjek terkadang tidak membutuhkan e. Menyadari dan
feedback dari lawan bicara, sehingga Menyesuaikan Diri terhadap Emosi
setelah berbicara suatu hal maka subjek dan Perilaku
akan langsung berlarian atau melakukan Indikator pertama adalah subjek
kegiatan yang lain. Subjek ketika berbicara mampu menjaga perilaku ketika sedang
juga terkadang menggunakan nada yang marah. Subjek cenderung sulit untuk
tinggi sehingga mengesankan sedang dikendalikan ketika sedang dalam emosi
marah, padahal tidak sedang marah. yang kuat, seperti ketika marah dan sedih.
d. Mengkomunikasika Indikator selanjutnya adalah subjek
n Perasaan dan Perilakunya kepada menyadari jika melakukan tindakan yang
Orang Lain di Lingkugan Sosial salah. Subjek akan menghentikan perilaku
Indikator pertama adalah subjek yang buruk bukan karena atas kesadaran
mampu menceritakan perasaan atau emosi dirinya, tetapi karena ketakutan apabila
yang dimilikinya. Subjek tidak bisa secara kena marah oleh ayahnya.
sadar atau dengan kehendaknya sendiri f. Memahami Isyarat
bercerita mengenai emosi yang dialaminya Sosial
kepada orang lain. Namun, apabila subjek Indikator pertama adalah subjek
1 ditanya oleh ibunya mengenai keadaan dapat bergabung bermain dengan teman
dirinya, maka subjek 1 dapat menjelaskan sebaya tanpa bantuan orang tua.Ssubjek
apa yang sedang dialaminya, sedangkan dan saudara kembarnya dapat bergabung
subjek 2 belum bisa bercerita. bermain dengan anak lain yang sedang
Indikator kedua adalah subjek berkumpul tanpa dibantu orang tua.
mampu menceritakan permasalahan yang Selama bermain subjek dan saudara
dialaminya. Subjek 1 dan 2 lebih sering kembarnya akan terus diawasi oleh ibunya.
bercerita kepada ibunya mengenai Cara subjek bergabung bermain adalah
pengalaman baru yang dialami, seperti dengan mengajak saudara kembarnya
menemukan kucing liar atau hal yang lain. terlebih dahulu, kemudian membawa
Indikator selanjutnya adalah subjek beberapa mainan, dan selanjutnya
mampu menjaga dan memperlakukan bergabung langsung dengan anak lain.
orang lain. Subjek memperlakukan Indikator selanjutnya adalah subjek
temannya dengan baik. Subjek memiliki mengetahui atau sadar bahwa ia ditolak
76
Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL

dalam sebuah kelompok bermain. Subjek dan akhirnya kedua orang tua subjek
tidak merasa sedang ditolak dalam sebuah memutuskan untuk memberhentikan dan
kelompok, dan acuh saja. Subjek tetap belajar mandiri di rumah.
bergabung bermain dan terkadang Faktor yang mempengaruhi
mengusili temannya, seperti: sandalnya di kompetensi emosi dan kompetensi sosial
sembunyikan atau dilempar-lempar. subjek antara lain: faktor usia-jenis
kelamin, faktor lingkungan keluarga,
faktor media sosial, faktor di luar
PEMBAHASAN lingkungan keluarga, dan faktor
Subjek merupakan anak kembar pengalaman sosial. Faktor yang pertama
identik dengan gangguan Attention adalah usia dan jenis kelamin. Kedua
Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD). subjek berusia 8 tahun, dimana kedua
Subjek lahir premature dengan operasi subjek tersebut memiliki emosi yang
Caesar, dengan berat badan lahir berada di meledak-ledak dan perilaku agresif yang
ambang batas normal. Kondisi kelahiran tinggi. Kemudian jenis kelamin subjek
yang demikian menjadi faktor risiko adalah laki-laki, yang kemungkinan
munculnya gangguan ADHD pada subjek, memiliki kematangan emosi yang lebih
selain itu faktor lingkungan juga berperan lambat daripada perempuan.
dalam mempengaruhi perilaku subjek. Faktor kedua adalah lingkungan
Subjek 1 (JO) sudah dikeluhkan keluarga. Peranan keluarga merupakan
memiliki perialku yang hiperaktif sejak dasar pembentukan dari segala aspek
lahir, sedangkan subjek 2 (JE) mengalami kehidupan subjek. Pada keluarga subjek
perubahan perilaku setelah mengalami sudah ada kesepakatan dari orang tua
demam tinggi yang disertai dengan kejang bahwa yang memegang kendali penuh dan
dan mendapat penanganan yang terlambat pengasuhan kedua subjek adalah ibu.
sehingga terganggunya susunan saraf pada Selain itu, pada lingkungan keluarga ini,
otak JE. kedua subjek kurang mengalami interaksi
Kedua subjek berusia 8 tahun, akan yang baik dengan ayah. Hal ini terjadi
tetapi kedua subjek masih belum bisa karena ayah subjek hanya berada di rumah
membaca dan menulis. Hal ini juga 1-2 kali dalam 1 minggu, serta ayah subjek
diperparah dengan subjek yang sudah tidak berinteraksi dengan subjek hanya sebatas
bersekolah di sekolah formal seperti anak untuk kepentingan mengendalikan subjek
pada umumnya. Hal ini diakibatkan karena (menghentikan perilaku yang bisa
kedua subjek sering tidak masuk sekolah menyebabkan kerugian baik bagi diri
77
Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL

subjek ataupun orang disekitarnya). Selain subjek mendapatkan atau menimbulkan


peran ayah yang kurang, disini peran ibu masalah.
menjadi sangat dominan dalam kehidupan Faktor kelima adalah pengalaman
subjek, akan tetapi dalam kenyataannya sosial. Kedua subjek selama di sekolah
ibu subjek tidak konsisten dalam ketegasan dulu ataupun dengan beberapa teman yang
membimbing atau mengarahkan perilaku ada di sekitar rumah, mereka memiliki
subjek serta sering menggunakan ancaman hubungan yang baik. Kedua subjek tidak
akan ketakutan subjek terhadap ayahnya pernah mengalami pengalaman sosial yang
untuk mengambil kendali subjek. buruk. Kedua subjek ini dikenal oleh
Faktor ketiga adalah media sosial teman-temannya sebagai orang yang
dan televisi. Pada penelitian pada anak sangat usil, sehingga terkadang ada
kembar ini, subjek 1 sangat menyukai beberapa teman yang enggan bermain
menonton film kartun sedangkan subjek 2 bersama mereka.
kurang berminat untuk melakukan suatu Kelima faktor tersebut adalah
kegiatan secara konsisten (cepat bosan). faktor utama yang membentuk kompetensi
Selama melakukan aktivitas baik emosi dan kompetensi sosial. Kompetensi
menonton televisi atau menggunakan emosi terdiri atas 3 indikator, yaitu
media sosial, ibu subjek akan melakukan ekspresi emosi, regulasi emosi dan
pendampingan dan sesekali menyisipkan pengetahuan emosi. Kedua subjek mampu
pengetahuan-pengetahuan umum, akan menunjukan ekspresi emosi yang sesuai
tetapi kedua subjek sering tidak dengan situasi, akan tetapi pada
memperdulikan informasi/ pengetahuan pengalaman emosi yang besar seperti
yang diberikan oleh ibunya. marah dan sedih (emosi negative), maka
Faktor keempat adalah faktor di kedua subjek akan bereaksi dengan agresif
luar lingkungan keluarga. Kedua subjek dan hal ini dapat terjadi dimana saja.
jarang keluar dari rumah untuk Kedua subjek cenderung mampu
berinteraksi dengan teman sebaya di memahami perasaan orang lain, hal ini
sekitar komplek rumahnya, dimana subjek terlihat ketika subjek menghibur temannya
lebih banyak menghabiskan waktu dengan yang sedang sedih. Kemudian untuk
ibu dan saudara kembarnya di dalam kompetensi sosial, secara garis besar kedua
rumah. Apabila kedua subjek terpaksa subjek cenderung memiliki problem
harus berada di luar lingkungan rumah, solving yang berbeda, dimana subjek 1
maka ibu subjek akan menjaga dengan cenderung meminta bantuan sedangkan
ketat, karena kekhawatiran apabila kedua subjek 2 cenderung memaksa. Dalam
78
Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL

situasi bermain, kedua subjek akan serta tindakan agresif dari JE.
cenderung suka mengganggu anak lain. Walaupun demikian, berdasarkan hasil
Kemudian kedua subjek mampu penelitian, kedua subjek cenderung
memahami isyarat sosial baik berupa mampu memahami perasaan orang
perintah, larangan atau sindiran dari orang lain, hal ini terlihat ketika subjek
lain, akan tetapi subjek merespon dengan menghibur temannya yang sedang
negative (melakukan tindakan agresif). sedih dan bisa melerai pertengkaran
PENUTUP antar temannya.
Kesimpulan 2. Subjek 1 (JO) ketika
1. Kedua subjek mampu
menghadapi permasalahan atau
menunjukan ekspresi perasaan atau
hambatan tertentu, seperti kesulitan
emosi (bahagia, dan perasaan malu)
membuka kaleng makanan, atau
yang sesuai dengan situasi. Pada
kesulitan untuk menghidupkan televisi
pengalaman emosi yang besar
maka subjek 1 cenderung meminta
(terutama marah dan sedih), subjek
bantuan dari ibunya atau dari orang
akan bereaksi dengan agresif dan
lain. Subjek 2 (JE) memiliki problem
tindakan tersebut dapat muncul dimana
solving yang berbeda, dimana JE
saja subjek berada. Kedua subjek
cenderung agresif atau memaksa ketika
sangat sulit menurunkan emosi yang
ia menghadapi kesulitan. Hal ini
tinggi untuk dapat kembali ke keadaan
terlihat ketika JE kesulitan
seimbang. Emosi negatif yang tinggi
menghidupkan televisi dengan remote
dari kedua subjek diekspresikan berupa
dan akhirnya JE memukul dan
reaksi atau tindakan agresif, hal ini
membanting remote tersebut untuk
membuat ibu subjek terdorong untuk
menyalakan televisi. Dalam sebuah
melakukan intervensi demi
kelompok bermain, subjek 1 dan 2
menurunkan reaksi tersebut, yaitu
akan selalu bersama dan dalam
dengan memeluk, memegang erat
interaksinya dengan teman sebaya,
tangannya dan bahkan berupa ancaman
kedua subjek cenderung suka
atas ketakutan subjek terhadap
melakukan hal-hal yang mengganggu
ayahnya. Pada subjek pertama (JO)
teman-temannya. Kedua subjek
cara tersebut efektif untuk meredakan
mampu memahami isyarat sosial yang
tindakan agresif, akan tetapi pada
berupa larangan, perintah ataupun
subjek kedua (JE), intervensi tersebut
sindiran dari orang lain, akan tetapi
tidak bisa menghentikan ledakan emosi
kedua subjek merespon isyarat tersebut
79
Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL

secara negatif yaitu berupa tindakan ketegasan membimbing atau


perlawanan atau agresivitas. Hal mengarahkan perilaku subjek sehingga
tersebut terlihat ketika kedua subjek subjek sering melakukan perlawanan
tidak diterima oleh kelompok bermain dan muncul perilaku agresif. Selain itu,
tertentu atau ketika subjek ibu subjek juga menggunakan
mendapatkan teguran dari orang lain, ketakutan subjek terhadap ayahnya
dimana kedua subjek akan semakin sebagai ancaman untuk mengambil
melawan dan bertindak agresif. kendali subjek.
3. Faktor-faktor seperti media 4. Ibu subjek cenderung
sosial dan pengalaman sosial tidak sangat membatasi dalam kehidupan
memiliki dampak yang signifikan pada sosial kedua subjek. Tindakan tersebut
kompetensi emosi dan kompetensi dilakukan karena kekhawatiran ibu
sosial pada kedua subjek. Faktor yang subjek apabila kedua subjek keluar dari
secara signifikan berpengaruh adalah lingkungan rumah akan mendapatkan
keadaan keluarga subjek dan cara masalah atau bahkan menimbulkan
pengasuhan dari orang tua. Pada masalah, hal ini terbukti ketika kedua
keadaan keluarga subjek, kesepakatan subjek hampir ditabrak motor ataupun
pengasuhan anak secara penuh ketika kedua subjek secara sengaja
diberikan kepada ibu subjek. Ayah mendorong mobil yang diparkirkan di
subjek berada di rumah hanya 1-2 kali pinggir jalan. Ibu subjek juga
dalam 1 minggu, hal ini dikarenakan menggunakan ketakutan subjek
ayah subjek harus bekerja di luar kota. terhadap ayahnya sebagai salah satu
Hal tersebut semakin mempengaruhi alternatif untuk mengurangi perilaku
perkembangan anaknya karena Ayah agresif yang muncul dari subjek.
subjek ketika berada di rumah juga
tidak terlalu memperhatikan kedua Saran
anak tersebut dan cenderung sibuk 1. Untuk orang tua dari subjek
dengan aktivitas atau kegiatan yang Kedua orang tua perlu memahami
lain. Interaksi yang terjadi antara ayah dan menjalankan peranannya masing-
dan kedua subjek adalah sebatas untuk masing secara maksimal dalam
kepentingan mengambil kendali membimbing subjek. Dengan melakukan
subjek. Faktor kedua adalah tentang koodinasi mengenai peranan tersebut,
konsistensi pembimbingan dari ibu, maka kedua orang tua dapat saling
dimana ibu tidak konsisten dalam mendukung satu sama lain dalam
80
Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL

membimbing subjek. Saran untuk ayah pendidikan tersebut di sekolah inklusi atau
subjek adalah untuk dapat lebih sekolah yang menyediakan pelayanan atau
menghayati peranannya sebagai seorang fasilitas khusus untuk anak berkebutuhan
ayah dalam kehidupan anak, dimana ayah khusus. Hal ini bertujuan agar anak dengan
memperkuat interaksi yang membangun gangguan perilaku, terutama ADHD dapat
ikatan hubungan perasaan antara subjek diarahkan dengan tepat oleh ahli atau
dan ayah. Selain itu, ayah harus lebih profesi yang memang sudah mengerti atau
memahami peranannya dalam paham mengenai apa yang dibutuhkan
membimbing dan mengarahkan subjek, oleh anak tersebut.
yaitu dengan lebih memahami keadaan 2. Untuk institusi pemerintah
tertentu seperti saat perilaku subjek tidak Institusi pemerintah seperti
diharapkan adalah saat dimana subjek Kemendikbud, Pemberdayaan Perempuan
membutuhkan bimbingan dan arahan. dan Anak, Dinas Sosial perlu membuat
Dengan demikian tindakan yang diambil program untuk edukasi pada orang tua,
tidak dalam rangka mengendalikan tetapi terutama dalam hal edukasi pengasuhan
memberikan petunjuk dan arahan dengan anak. Hal ini mengingat bahwa keluarga
pengertian. Upaya ini dapat dibantu merupakan pondasi awal dan utama bagi
dengan pendampingan oleh psikolog. perkembangan anak.
Saran untuk ibu subjek adalah Institusi pemerintah seperti
untuk lebih konsisten dan tegas dalam Kemendikbud, Pemberdayaan Perempuan
mengarahkan perilaku subjek. Ibu subjek dan Anak, Dinas Sosial sebaiknya
dapat belajar ketrampilan mengatur atau melakukan upaya promotif dan preventif
membimbing subjek. Ibu subjek perlu mengenai pentingnya deteksi dini
belajar memiliki ketrampilan dan mental gangguan Attention Deficit/Hyperactivity
yang kuat dalam menghadapi anak kembar Disorder (ADHD) kepada masyarakat
identik dengan gangguan ADHD. umum sehingga masyarakat dapat
Ketrampilan ini terdiri dari berbagai mengambil langkah yang tepat apabila
tahapan, sesuai situasi yang dihadapi. mendapati bahwa ada kecenderungan
Untuk dapat menguasai ketrampilan ini gangguan tersebut pada anaknya. Upaya
dapat meminta bantuan pendampingan promotif dan preventif ini dapat berupa
psikologi. penyuluhan, seminar, promosi kesehatan,
Selain itu, orang tua juga dan sebagainya yang dilakukan 1 atau 2
disarankan untuk memberikan pendidikan kali dalam satu tahun.
formal, dan lebih baik jika mendapat 3. Untuk peneliti selanjutnya
81
Falenttino, Suci, Arif / KOMPETENSI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL

Peneliti selanjutnya diharapkan Early Childhood Social and Emotional


Development: Key Conceptual and
dapat lebih dalam lagi dalam menggali
Measurement Issues. Journal of Applied
aspek-aspek kehidupan dari anak kembar Developmental Psychology, 45(1), 42-48.
Moleong, L.J. (2008). Metodologi
identik dengan gangguan Attention
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD). Rosdakarya.
Novriana. D. E., Yanis, A., &
Aspek tersebut mencakup faktor-faktor
Masri, M. (2014). Prevalensi Gangguan
yang mempengaruhi, bagaimana Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
pada Siswa dan Siswi Sekolah Dasar
kompetensi emosinya dan bagaimana
Negeri Kecamatan Padang Timur Kota
kompetensi sosial. Selain itu, dalam Padang Tahun 2013. Jurnal Kesehatan
Andalas, 3(2), 141-146
melakukan penelitian dengan subjek anak-
Pinel, J.P.J. (2012). Biopsikologi,
anak sebaiknya dilakukan pada beberapa edisi 7. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Praborini, A. (2013, Agustus).
setting tempat dan waktu yang berbeda dan
Menyusui Bayi Kembar. Indonesian
dilakukan minimal 3 kali. Hal ini Pediatric Society. Retrieved from
www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/menyusui
dilakukan karena subjek anak-anak
-bayi-kembar
memiliki emosi yang masih labil atau Santrock, J.W. (2012). Life Span
Development: Perkembangan Masa
moody sehingga dengan menambah setting
Hidup, Edisi Ketigabelas, Jilid I. Jakarta:
tempat dan waktu yang berbeda akan Erlangga.
Sutopo. (2006). Metodologi
menambah tingkat validitas dari data.
Penelitian Kualitatif. Surakarta:
DAFTAR PUSTAKA Universitas Sebelas Maret.
Desideria, B. (2015, Desember).
Jumlah Kelahiran Bayi Kembar di Negara
ini Meningkat. Retrieved from
http://health.liputan6.com/read/2400821/ju
mlah-kelahiran-bayi-kembar-di-negara-ini-
meningkat
Fabes, R.A., dkk. (2006). Getting
Along with Others: Social Competence in
Early Childhood. Maiden, MA: Blackwell
Fadhli, Aulia. (2010). Kelainan dan
Gangguan Mental pada Anak. dalam Noni
(Eds.). Buku Pintar Kesehatan Anak (39-
40). Yogyakarta : Galangpress.
Ghony, M.D., & Almanshur,
F.(2014). Metodologi Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Hurlock, E.B. (2003). Psikologi
Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:
Erlangga.
Jones, S. M., Zaslow, M., Darling,
K. E., & Halle, T. G. (2016). Assessing
82

Anda mungkin juga menyukai