Anda di halaman 1dari 2

Aspek Kompetensi Jabatan

Kompetensi jabatan memiliki rumusan pengertian yang berbeda-beda karena belum ada
kesepakatan universal dari beberapa ahli. Brannick dan Levine (dalam Bukit, Malusa, dan
Rahmat, 2017) berpendapat bahwa kompetensi terkait akan beberapa hal, diantaranya: (1)
pengetahuan, keterampilan, kemampuan atau karakteristik yang berkaitan dengan kinerja yang
baik dari suatu jabatan, atau (2) penjelasan tertulis dari kebiasaan kerja yang dapat diukur dan
keterampilan pribadi yang berguna dalam tercapainya sasaran kerja. Selain itu, secara umum
Tendelilin (2004) menyimpulkan bahwa yang dikatakan sebagai kompetensi SDM ialah
“capability to perform”. Hal ini mengakibatkan adanya berbagai variabel dalam kompetensi
SDM.

Menurut Sanchez dkk. (dalam Tendelilin, 2004) kompetensi SDM dapat dikategorikan
menjadi 2, yaitu: (1) kompetensi yang bersifat visible, seperti kompetensi pengetahuan
(knowledge competency) dan kompetensi keahliaa (skill competency), (2) kompetensi yang
bersifat invisible (hidden competency) yaitu konsep diri, sifat dan motif yang semua itu
dikategorikan kedalam variabel sikap (attitude). Sedangkan menurut Robbins (dalam Tendelilin,
2004) kompetensi SDM yang termasuk kedalam biographical characteristic ialah kemampuan
(ability) yang memuat intellectual ability dan physical ability.

Adapun menurut Tendelilin sendiri, secara komprehensif, kompetensi memiliki 4


variabel, yaitu:

1. Knowledge (pengetahuan)
2. Skill (keahlian)
3. Ability (kemampuan)
4. Attitude (sikap)

Keempat variabel tersebut diintegrasikan menjadi sebuah model yang dikenal dengan
“HR Competency Model” yang dapat menjadi implementasi dari keempat variabel tersebut
secara efektif dan efisien.
Model tersebut menjelaskan bahwa variabel knowledge menjadi variabel utama yang
berpengaruh dan berkorelasi dengan ketiga variabel lainnya. Kualitas knowledge yang dimiliki
SDM akan berpengaruh terhadap perbedaan kualitas ability, skill, dan attitude antar individu.
Sehingga, dalam peningkatann kompetensi SDM, variabel yang menjadi penentu bagi varibel
lainnya ialah variabel knowledge.

Referensi:

Tandelilin, E. (2004). Employee empowerment based on competency. Journal of Management


and Business, 3(1), 22-30

Bukit, B., Malusa, T., & Rahmat, A. (2017). Pengembangan Sumber Daya Manusia: Teori,
Dimensi Pengukuran, dan Implementasi dalam Organisasi. Sleman, Yogyakarta: Zahir
Publishing.

Anda mungkin juga menyukai