Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam aktivitas hidup dan kehidupan manusia, manajemen merupakan sebuah


komponen yang tidak dapat diabaikan. Karena disadari ataupun tidak, fungsi manajemen
merupakan hal yang melekat dengan manusia, tidak terkecuali dengan dunia pendidikan.
Fungsi manajemen, perencanaan (planing), pengorganisasian (organizing),
penggerakkan/pemimpin (actuating/leading), dan pengendalian (controlling), merupakan
rangkaian proses yang hampir selalu dialui dalam dunia pendidikan. Namun dalam kenyataan
tak jarang fungsi manajemen tersebut tidak dapan diajalankan dengan benar.
Profesionalisme dalam bekerja sebagai salah satu aspek manajemen yang masih marak
dibicarakan sampai saat ini. Walaupun kata profesi sudah menjadi istilah populer dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari, namun maknanya berkaitan dengan nilai-nilai ideal yang
berkaitan dengan kapasitas seseorang melakukan pekerjaannya. Sekali pun sangat dekat
dengan pemikiran, namun istilah itu tidak mudah diwujudkan.
Salah satu kesulitan merealisasikan dalam tindakan sehari-hari karena ketidakjelasan
indikator kinerja sebagai penjabaran dari konsep teoritis ke dalam tindakan praktis. Dengan
adanya permasalah itu, sekolah sering tidak dapat mengetahui dengan jelas apakah seseorang
guru telah bertindak profesional sehingga dapat mengerjakan tugasnya dengan baik atau
belum. Pembicaraan tentang profesi sering retorika dalam setiap rapat atau penataran
sehingga hasilnya tidak terukur dan teramati dengan jelas.
Suatu penelitian telah memperlihatkan bahwa suatu lingkungan kerja yang
menyenangkan sangat penting untuk mendorong tingkat kinerja karyawan yang paling
produktif. Dalam interaksi sehari-hari, antara atasan dan bawahan, berbagai asumsi dan
harapan lain muncul. Ketika atasan dan bawahan membentuk serangkaian asumsi dan harapan
masing-masing yang sering agak berbeda, perbedaan-perbedaan ini yang akhirnya
berpengaruh pada tingkat kinerja.
Apabila dikaitkan dengan performance sebagai kata benda (noun), maka pengertian
performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok
orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing
dalam upaya pencapaian tujuan organisasi secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak
bertentangan dengan moral dan etika.
Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tapi berhubungan dengan
banyak faktor: keterampilan, kemampuan dan sifat-sifat individu, iklim organisasi dan
komponen-komponen manajemen lainnya. Oleh karena itu, dalam setiap langkah interaktif
sehari-hari harus didisain sebagai sebuah proses untuk meningkatkan kapasitas kompetensi
dalam meningkatkan daya saing di dalam dunia pekerjaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kompetensi
1. Pengertian Kompetensi

Kompetensi merupakan salah satu aspek yang harus dimiliki seseorang

berkaitan dengan prestasi yang ingin dicapai. Para pakar memberikan pengertian yang

beragam tentang kompetensi. Perbedaan pengertian tersebut antara lain disebabkan

oleh latar belakang profesi masing-masing pakar, keragaman pendekatan yang

digunakan, dan relevansinya dengan disiplin ilmu lain.

Husaini Usman, misalnya, memberikan pengertian kompetensi sebagai


kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seseorang, yang mencakup
kepribadian, majerial, entrepreneurship, supervise, sosial, administrasi, dan teknis
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
Menurut PK Singla, Sunita Rani Jain dan KM Rastogi, kompetensi secara luas
didefinisikan sebagai kemampuan seseorang yang memungkinkan dirinya mampu
mengerjakan menyelesaikan, dan menyempurnakan tugasnya, memperoleh solusi, dan
merealisasikannya dalam situasi kerjanya.
Sedangkan Sujitra mendefinisikan kompetensi sebagai seperangkat kecakapan,
pengetahuan, dan sikap terpadu yang memungkinkan seseorang mampu melakukan
aktivitas dalam pekerjaan yang diemban, atau menjalankan tugasnya sesuai standar
yang ditetapkan.
Dari pengertian-pengertian di atas, secara umum dapat disimpulkan bahwa

kompetensi diartikan sebagai kecakapan, kemampuan, pengetahuan dan keterampilan,

dan kepribadian yang dimiliki oleh seseorang dalam menjalankan tugas dan fungsinya

untuk mencapai tujuan yang dinginkan.

2. Macam-Macam Kompetensi
Sebagai salah satu aspek yang penentu keberhasilan, kompetensi dapat

diklasifikasikan menjadi kompetensi generik dan kompetensi spesifik. Kompetensi

generik adalah kompetensi yang bersifat umum yang harus dimiliki setiap pekerja,

sedangkan kompetensi spesifik adalah kompetensi khusus untuk mengerjakan pekerjaan

khusus. Selain itu, kompetensi dapat juga diklasifikasikan mejadi kompetensi yang

dapat dilatih, dan kompetensi yang tidak dapat dilatih/sulit diubah. Secara rinci, PK

Singla, Sunita Rani Jain dan KM Rastogi mengklasifikasikan aspek-aspek kompetensi

sebagai berikut:

1) Aptitude ( verbal, numerical, spatial);


2) Skills and abilities (thinking, leadership);
3) Knowledge (general, profession specific, job specific, level specific, organizational
specific);
4) Physical competencies (stamina, energy);
5) Styles (leader, manager, employee);
6) Personality (social orientation);
7) Principles, values, beliefs, attitudes and spirituality (fairness, equity);
8) Interests (dealing with people, dealing with facts)
Dalam aplikasi keseharian, kompetensi diklasifikasikan berdasarkan tingkatan
(level), yaitu :
1) Level 1: kompetensi yang menyertakan aplikasi ilmu pengetahuan dalam
melaksanakan serangkaian aktivitas yang beragam, yang sebagian besarnya berupa
rutinitas dan dapat diprediksi.
2) Level 2: kompetensi yang menyertakan aplikasi ilmu pengetahuan dalam serangkaian
aktivitas penting dilaksanakan dalam konteks beragam. Sebagian dari aktivitas
tersebut bersifat kompleks, bukan rutinitas dan membutuhkan pertanggungjawaban
atau otonomi. Kolaborasi dengan yang lain melalui kerja kelompok mungkin
dibutuhkan dalam melaksanakan aktivitas tersebut.
3) Level 3: kompetensi yang menyertakan aplikasi ilmu pengetahuan dalam serangkaian
aktivitas beragam yang luas dilaksanakan dalam beragam konteks yang luas, yang
sebagian besarnya merupakan kompleks dan bukan rutinitas. Dalam hal ini
tanggungjawab dan otonomi yang besar dan pengawasan atau bimbingan seringkali
dibutuhkan.
4) Level 4: kompetensi yang menyertakan aplikasi ilmu pengetahuan dalam serangkaian
teknik kompleks atau aktivitas ahli dilaksanakan dalam konteks beragam yang luas
dan dengan tingkat pertanggungjawaban personal yang besar. Dalam hal ini
pertanggungjawaban dan otonomi dari anggota lain dan alokasi sumber terkait
seringkali muncul.
5) Level 5: kompetensi yang menyertakan aplikasi ilmu pengetahuan dalam serangkaian
konteks beragam yang tidak diprediksi dan berkenaan dengan prinsip-prinsip pokok.
Dalam hal ini otonomi dan pertanggungjawaban personal sangat penting sekali dan
alokasi sumber-sumber penting sangat dibutuhkan dalam upaya akuntabilitas
personal dengan cara menganalisa, mendiagnosa, mendesain, merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi.

B. Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Secara leksikal kata manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu manus (tangan)
dan agere (melakukan), yang kalau digabung menjadi managere dan berarti menangani.
Kata managere kemudian diserap ke dalam Bahasa Inggris menjadi bentuk kata kerja to
manage, kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan
manajemen. Dari kata management itulah kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.
Secara terminologi definisi manajemen telah banyak diungkapkan oleh para
pakar sesuai dengan pendekatan dan latar belakang disiplin ilmu masing-masing. Salah
satu definisi yang agak umum dinyatakan oleh Darwis, Djoehana, dan Sumardi bahwa
manajemen adalah “segenap perbuatan menggerakkan sekelompok orang dan
mengerahkan fasilitas dalam suatu usaha kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu”.
Sementara Husaini Usman menyatakan manajemen dalam arti luas sebagai
“perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (P4) sumber daya
organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien”. Lain halnya dengan
Sudjana yang memberikan definisi manajemen lebih operasional sebagai “serangkaian
kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan, dan
mengembangkan segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya
manusia, sarana dan prasarana secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan”.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnnya
pengertian manajemen mengandung tiga aspek, yaitu aspek kegiatan yang dilakukan
seorang pengelola bersama-sama dengan orang lain baik secara perorangan maupun
kelompok. Yang kedua aspek tujuan, yang merupakan muara akhir kegiatan bersama,
dan yang ketiga aspek organisasi, sebagai wadah yang di dalamnya terdapat sarana dan
prasarana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Fungsi Manajemen
Dalam berbagai aktivitas kehidupan dan kelembagaan, seperti dalam bidang
ekonomi, pemerintahan, militer, kemasyarakatan, dan pendidikan, aspek manajemen
merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan. Kenyataan tersebut sesuai dengan
fungsi yang dimiliki sebuah manajemen. Secara umum fungsi manajemen adalah
“perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakkan/pemimpinan
(actuating/leading), dan pengendalian (controlling).
Sejalan dengan perkembangannya, para pakar manajemen mengemukakan

pendapat yang berbeda mengenai fungsi-fungsi manajemen. Perbedaan paparan tersebut

antara lain disebabkan oleh keragaman latar belakang profesi masing-masing pakar,

variasi pendekatan yang digunakan dalam menerapkan fungsi manajemen, dan

berkembangnya tuntutan dan kebutuhan, ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai aspek

yang harus dipertimbangkan dalam penyelenggaraan manajemen. Adapun fungsi-fungsi

manajemen menurut para pakar dirangkum dalam bagan berikut:

Bagan Fungsi- Fungsi Manajemen


G.R. TERRY JOHN F. MEE LOUIS A. ALLEN MC NAMARA

1. Planning Planning Leading Planning


2. Organizing Organizing Planning Programming
3. Actuating Motivating Organizing Budgeting
4. Controlling Controlling Controlling System

HAROLD
KOONTZ & PROF. DR. OEY
HENRY FAYOL DR. S.P. SIAGIAN
CYRIL LIANG LEE
O’DONNEL
1. Planning Planning Planning Perencanaan
2. Organizing Organizing Organizing Pengorganisasian
3. Commanding Staffing Motivating Pengarahan
4. Coordinating Directing Controlling Pengkoordinasian
5. Controlling Controlling Evaluating Pengontrolan

LUTHER LYNDALL F.
W.H. NEWMAN JOHN D. MILLET
GULLICK URWIK
1. Planning Planning Forecasting Directing
2. Organizing Organizing Planning Facilitating
3. Assembling
Staffing Organizing -
Resources
4. Directing Directing Commanding -
5. Controlling Coordinating Coordinating -
6. - Reporting Controlling -
7. - Budgeting - -
Dalam memahami fungsi-fungsi manajemen yang terpenting adalah bukan

memperdebatkan perbedaan-perbedaan komponen tersebut di atas, melainkan

bagaimana fungsi-fungsi tersebut dijalankan oleh setiap individu pelaksana agar tujuan

yang ditetapkan dapat tercapai dengan maksimal.

C. Manajemen Kompetensi
Dalam pekerjaan atau sebagai tenaga pendidik setiap orang dituntut untuk memilika
sikap profesionalisme yang tinggi. Dalam kehidupan sehari-hari istilah profesi merupakan
lawan kata amatir. Istilah ini populer dalam kegiatan olah raga atau kesenian atau bidang.
Orang melakukan aktivitas sebatas untuk memperoleh kesenangan maka aktivitasnya
termasuk kelompok amatir, sedangkan jika sudah dilakukan secara bersungguh-sungguh dan
memperoleh penghasilan darinya maka aktivitas dapat dikategorikan sebagai profesi. Dalam
konteks yang berbeda profesi sering disejajarkan dengan kompetensi. Alasannya, karena
seserorang yang masuk kategori profesional seharusnya memiliki kompetensi yang tangguh
dalam bidangnya. Ketangguhan itu ditunjukan dengan tingkat penguasaan ilmu dan
kesanggupan untuk menggunakan ilmu pengetahuannya dalam pekerjaan atau memiliki
keterampilan tinggi
Misal saja diambil contoh profesi guru dan dosen, berkenaan dengan kompetensi,
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Bab I
Ketentuan Umum Pasal 1, ayat (10), memberikan batasan bahwa “kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Adapun
kompetensi yang harus dimiliki guru “meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi. Dengan memperhatikan berbagai batasan itu maka istilah profesi dalam
pelaksanaan aktivitas sehai-hari merupakan konsep pelaksanaan tugas yang memerlukan
keterampilan khusus dengan berlandaskan ilmu pengetahuan sebagai landasan teori serta
keterampilan itu selalu ditingkatkan melalui latihan yang berkelanjutan dalam rangka
memberikan pelayanan terbaik kepada pengguna layanan.
Pengembangan profesi dalam perkembangan terakhir merupakan bagian strategis
dalam meningkatkan daya adaptasi lembaga (organisasi) untuk dapat bertahan hidup dan
meningkatkan daya kompetisi dalam tingkat persaingan semakin ketat. Pemikiran ini
menempatkan kepentingannya semakin meningkat setelah diyakini bahwa sumber daya
manusia sebagai sumber daya utama dan terutama dalam mengembangkan daya adaptasi
organisasi. Masalah lain yang tidak kalah penting adalah perubahan akibat perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat yang telah berdampak pada perubahan
dalam berbagai bidang pekerjaan. Perubahan yang sangat cepat dalam era teknologi
informasi telah berdampak pada bertambahnya jenis-jenis pekerjaan baru terutama di negara
maju yang tidak selalu terantisipasi oleh lembaga pendidikan.
Dengan alasan itulah maka pengembangan profesi perlu pengembangan secara sitemik
dan bersifat antisipatif, melibatkan seluruh unsur personal maupun kelembagaan untuk
selalu terlibat dalam proses pembaharuan. Hal ini penting untuk mengintegrasikan kinerja
individu yang ditingkatkan dalam rangka mempercepat tujuan kelembagaan. Dengan
demikian pengembangan kemampuan profesi tidak hanya mengenai individu-individu,
namun seharusanya berkembang pada wilayah kelompok. Itu berarti interaksi antar individu
dalam kelompok harus menjadi wilayah pengembangan sehingga berdampak pada
pembangunan tim kerja yang solid yang dilandasi dengan nilai-nilai profesi serta pada
tataran puncaknya adalah lembaga yang bekerja secara profesional, yang mampu
mengintegrasikan seluruh sumber daya secara efektif dan efisien.
Skenario pengembangan profesi secara kelembagaan ini amat penting untuk dipahami
mengingat daya tahan organisasi seperti sekolah untuk berkembang dalam kompetisi yang
sangat ketat ke depan sangat bergantung pada kapasitas setiap orang dalam melakukan
pekerjaannya dengan menghasilkan produk pekerjaan yang bermutu seperti yang diharapkan
organisasi; baik secara sendiri-sendiri maupun tim. Konsep implementasi seperti itu dapat
mendorong terjadinya peningkatan atau pengembangan profesi secara berkelanjutan.
. Dalam mendorong agar proses itu dapat berjalan secara terarah selanjutnya sangat
memerlukan rumus tujuan kinerja secara organisasi dengan jelas. Tujuan ini pasti berkaitan
dengan visi dan tujuan khusus dalam pengembangan sumber daya manusia.
Pengembangan kemampuan profesi harus berdasarkan prioritas dengan fokus yang
jelas dan upaya pengembangan harus mengarah pada meningkatnya rasa kepemilikan
terhadap lembaga, meningkatkan dukungan kinerja setiap orang yang bekkerja dalam
lembaga dan meningkatkan target pencapaian pelayanan lembaga tersebut .
BAB III
PENUTUP
Kinerja yang profesional hanya dapat berjalan apabila konsep pengembangan sumber

daya manusia dalam upaya meningkatkan kompetensi individu didukung dengan konsep

lembaga (organisasi). Perencanaan yang jelas serta indikator-indikator pencapaiannya

merupakan landasan untuk menetapkan standar. Oleh karena itu, untuk menghasilkan kinerja

yang baik diperlukan dukungan organisasi dan dukungan manajemen yang sepenuhnya.
DAFTAR PUSTAKA

A. Sujitra. Competency Based Curriculum. http://vocelt.vec.go.th/Curriculum/ Presentation


CBCASujitra.pdf

Darwis S. Gani, Djoehana Setyamidjaja, dan Sumardi. “Landasan Teori Manajemen


Pendidikan”, Bahan Kuliah. Bogor: Program Pascasarjana Universitas Pakuan, 2007

D. Sudjana S. Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Nonformal dan


Pengembangan Sumber Daya Manusia. Cet. Ketiga, Edisi Revisi. Bandung:
Penerbit Falah Production, 2004

Husaini Usman. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Edisi 3, Cet. Pertama.
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009

Malayu S.P. Hasibuan. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Cet. Keenam, Edisi
Revisi. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 2007

Mohamad Surya. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Cet. Pertama. Bandung: Pustaka
Bani Quraisy, 2004

Nanang Fattah. Landasan Manajemen Pendidikan. Cet. Kesembilan. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2008

Natassia Ayudiarini. Pengaruh Iklim Organisasi dan Pengembangan Karir Terhadap


Kepuasan Kerja. http://www.gunadarma.ac.id/library/
articles/postgraduate/psychology/ Artikel 94107008.pdf

PK Singla, Sunita Rani Jain, KM Rastogi. Competency Based Curriculum Paper2.


cce.iisc.ernet.in/.../Competency-Based%20Curriculum%20Develop ment%20-
%20Paper2.P...
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157

Anda mungkin juga menyukai