Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN BAB

PERANAN KEPEMIMPINAN DALAM PROSES ADMINISTRASI DAN


MANAJEMEN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Administrasi

Dosen Pengampu :

Dr. H. Fajar Trisakti, M.Si

Penyusun :

AHMAD HAERUDINSYAH (1178010012)

ANISYA SEPTA PITALOKA (1178010028)

DANIE SAPUTRA PRIYATNA (1178010035)

DEANI INDAH AGUSTIANI (1178010037)

KELAS A SEMESTER 2

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2018
I. ISI BUKU

A. Pengertian

1. Administrasi
Administrasi didefinisikan sebagai keseluruhan proses kerja sama
antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Ada
beberapa hal yang terkandung dalam definisi administrasi salah satunya
adalah administrasi sebagai seni merupakan suatu proses yang diketahui
hanya permulaannya sedang akhirnya tidak diketahui. Yang kedua adalah
administrasi merupakan unsur-unsur tertentu yaitu adanya dua manusia
atau lebih, adanya tujuan yang hendak dicapai, adanya tugas atau tugas-
tugas yang harus dilaksanakan dan adanya kegiatan memnuhi
peralatan/perlengkapan untuk melaksanakan tugas tersebut.1
2. Manajemen
Manajemen dapat didefinisikan dari dua sudut pandang, yaitu
sebagai proses penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam rangka
penerapan tujuan dan sebagai kemampuan atau keterampilan orang yang
menduduki jabatan manajerial untuk memperoleh sesuatu hasil dalam
rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Dengan
demikian dilihat dari definisi tersebut manajemen merupakan inti dari
administrasi karena memang manajemen merupakan alat pelaksana dari
administrasi. 2

Dalam hubungan ini perlu diperhatikan bahwa manajemen dalam


arti kelompok pimpinan tidak melaksanakan sendiri kegiatan-kegiatan

1 ( Prof. Dr. Sondang P. Siagian, M.P.A., Filsafat Administrasi Edisi


Revisi, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2014, hlmn 2 )

2 ( Prof. Dr. Sondang P. Siagian, M.P.A., Filsafat Administrasi Edisi


Revisi, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2014, hlmn 5 )
yang bersifat operasional, melainkan mengatur tindakan-tindakan
pelaksanaan oleh sekelompok orang yang disebut bawahan. Dengan kata
lain manajemen dan administrasi tidak dapat dipisahkan. Hanya kegiatan-
kegiatannya dapat dibedakan.

Apabila dilihat dari segi fungsional manajemen pada hakikatnya


berfungsi untuk melakukan semua kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas-batas kebijaksanaan umum
yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Sedangkan tugas
fungsional administrasi hanyalah menentukan tujuan menyeluruh yang
hendak dicapai (organizational goal) dan menentukan kebijaksanaan
umum yang mengikat seluruh organisasi.
3. Kepemimpinan (Leadership)
Sering dikatakan bahwa kepemimpinan merupakan inti
manajemen. Memang demikianlah halnya karena kepemimpinan
merupakan “motor atau daya penggerak semua sumber-sumber dan alat
(resources) yang tersedia bagi suatu organisasi”.
Resources tersebut dapat digolongkan kepada dua golongan besar,
yaitu :
a. Sumber daya manusia
Secara garis besar, pengertian Sumber Daya Manusia adalah individu
yang bekerja sebagai penggerak suatu organisasi, baik institusi maupun
perusahaan dan berfungsi sebagai aset yang harus dilatih dan
dikembangkan kemampuannya.
b. Sumber daya lainnya
Selain dari pada sumber daya manusia.3

Karena dapat dikatakan bahwa sukses atau tidaknya suatu organisasi


mencapai tujuan yang telah ditentukan sangat tergantung atas kemampuan
para anggota pimpinannya untuk menggerakkan sumber-sumber dan alat-

3 ( Prof. Dr. Sondang P. Siagian, M.P.A., Filsafat Administrasi Edisi


Revisi, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2014, hlmn 5, 6 )
alat tersebut sehingga penggunaannya berlangsung dengan efisien,
ekonomis dan efektif.

Administrasi tidak bisa terjadi dengan sendirinya oleh karena itu


diperlukan adanya dua orang yang melakukan kerja sama untuk mencapai
sebuah tujuan yang telah direncanakan. Tujuan tersebut tidak mungkin
dapat tercapai jika tidak adanya sebuah manajemen yang tersusun dengan
baik. Selain itu tanpa adanya pemimpin yang baik yang dapat mengambil
keputusan dengan tepat dan dapat mengatur bawahannya sebaik apapun
administrasi dan manajen yang dilakukan tidak akan memberikan hasil
yang optimal bagi perusahaan.4

B. Peranan Kepemimpinan Dalam Proses Administrasi Dan Manajemen


Kepemimpinan di dalam suatu organisasi hanya efektif jika
kepemimpinan itu diterima oleh orang lain yang disebut bawahan. Maka
kepemimpinan harus diimbangi oleh kepengikutan (followership).
Kepengikutan itu harus didasarkan kepada “teori penerimaan” (acceptance
theory). Dengan perkataan lain kepemimpinan seseorang harus diakui dan
diterima oleh para bawahannya, sehingga wewenangnya untuk memimpin,
keinginan-keinginannya yang hendak direalisasikan, dimanifestasikan oleh
kerelaan dan kemampuan bawahan untuk melaksanakannya sesuai dengan
keinginan pemimpin tersebut.5
Agar semua itu dapat terwujud maka seorang pemimpin harus
memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Memiliki kondisi fisik yang sehat sesuai dengan tugasnya. Tugas
kepemimpinan tertentu menutut sifat kesehatan tertentu pula. Misalnya,

4 ( Prof. Dr. Sondang P. Siagian, M.P.A., Filsafat Administrasi Edisi


Revisi, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2014, hlmn 6 )

5 ( Prof. Dr. Sondang P. Siagian, M.P.A., Filsafat Administrasi Edisi


Revisi, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2014, hlmn 32 )
seseorang yang menurut ukuran biasa sehat, akan tetapi berkacamata,
menjadi tidak sehat untuk suatu tugas tertentu.
2. Berpengetahuan luas. Berpengetahuan luas tidak selalu dapat
diidentikkan dengan berpendidikan tinggi. Ada sekelompok orang yang
meskipun pendidikannya tinggi, pandangannya masih sempit, yaitu
terbatas kepada bidang keahliannya saja. Sebalikknya banyak orang yang
tidak berpendidikkan tinggi, akan tetapi karena pengalamannya dan
kemauan keras untuk self development memiliki pengetahuan yang luas
tentang banyak hal.
3. Mempunyai keyakinan bahwa organisasi akan berhasil mencapai tujuan
yang telah ditentukan melalui dan berkat pimpinannya. Kepercayaan
pada diri sendiri merupakan modal yang sangat besar dan penting artinya
bagi seorang pemimpin. Tanpa keyakinan itu dalam tindakkannya ia akan
kelihatan sering ragu – ragu.
4. Mengetahui dengan jelas sifat hakiki dan kompleksitas dari tujuan yang
hendak dicapai. Pada umumnya, semakin besar suatu organisasi semakin
rumit pula sifat dan ruang lingkup tujuan yang hendak dicapai dan
semakin kompleks pula kegiatan – kegiatan yang harus dilaksanakan
untuk mencapai tujuan itu.
5. Memiliki stamina (daya kerja) dan antusiasme yang besar. Pekerjaan
memimpin pada dasarnya adalah pekerjan mental yang tidak dimulai
pada waktu ia tiba di kamar kerjanya di pagi hari, dan dapat dihentikan
pada waktu pemimpin itu mau pulang kerumahnya pada siang atau sore
hari. Di samping itu stamina bekerja sangat diperlukan karena tekanan
yang dihadapi oleh seseorang yang menjadi pelaksanaan biasa pada
umumnya lebih kecil jika dibandingkan dengan tekanan yang dihadapi
oleh seorang yang menduduki jabatan pimpinan. Tambahan pula,
semakin tinggi kedudukkan seseorang, ia semakin “kesepian” dalam
melaksanakan tugasnya.
6. Gemar dan cepat mengambil keputusan. Karena tugas terpenting dari
seorang pemimpin adalah untuk mengambil keputusan yang harus
dilaksanakan oleh orang lain, maka ia harus mempunyai keberanian
mengambil keputusan dengan cepat, terutama dalam keadaan darurat
yang tidak dapat menunggu. Penundaan pengambilan keputusan pada
hakikatnya merupakan suatu kelemahan yang tidak boleh dimiliki oleh
seorang pemimpin yang baik.
7. Objektif dalam arti dapat menguasai emosi dan lebih banyak
mempergunakan rasio. Seorang pemimpin yang emosional akan
kehilangan objektivitasnya karena tindakkannya tidak didasarkan lagi
pada akal sehat, akan tetapi lebih sering didasarkan atas pertimbangan
personal likes and dislikes, baik terhadap seseorang maupun terhadap
penggunaan alat – alat yang diperlukan.
8. Adil dalam memperlakukan bawahan. Yang dimaksud dengan “keadilan”
disini ialh kemampuan memperlakukkan bawahan atas dasar kapasitas
kerja bawahan itu, terlepas dari pandangan – pandangan kedaerahan,
kesukuan, kepartaian, ikatan keluarga, dan lain sebagainya. Juga keadilan
disini berarti kesanggupan untuk mengenal dan mengkompensasikan
pelaksanaan tugas yang baik oleh bawahan dan kemampuan memberikan
koreksi dan bimbingan kepada bawahan yang kurang cakap. Seorang
pemimpin yang dalam menggerakan bawahannya selalu atau sering
bersifat punitif tidak dapat dikatakan sebagai seorang pemimpin yang
baik.
9. Menguasai prinsip-prinsip human relations. Karena human relations
adalah inti kepemimpinan, maka seorang pemimpin yang baik harus
dapat memusatkan perhatian, tindakan dan kebijaksanaannya, kepada
pembinaan teamwork yang intim dan harmonis. Hal ini pula berarti
kemampuan untuk membedakan manusia dengan alat-alat produksi
lainnya.
10. Menguasai teknik-teknik berkomunikasi. Berkomunikasi dengan pihak
lain (bawahan, sesama atasan, dan pihak luar) baik tertulis maupun
secara lisan sangat penting karena melalui saluran-saluran komunikasilah
instruksi, nasihat, saran, ide, berita, informasi, dan bimbingan
disampaikan. Menguasai teknik-teknik berkomunikasi sekaligus berarti
pula penguasaan terhadap bahasa yang biasa dipergunakan di dalam
organisasi. Seseorang yang gugup merupakan manifestasi
ketidakmampuan berkomunikasi dengan orang/ pihak lain.
11. Dapat dan mampu bertindak sebagai penasihat, guru, dan kepala terhadap
bawahannya tergantung atas situasi dan masalah yang dihadapi. Dalam
hubungan ini harus diperhatikan pula sifat-sifat bawahan yang dihadapi
itu.
12. Mempunyai gambaran yang menyeluruh tentang semua aspek kegiatan
organisasi. Seorang pemimpin yang baik tidak boleh menganakemaskan
sesuatu bagian di dalam organisasi dan menganaktirikan yang lain.
Dalam arti seorang pemimpin menjadi seorang generalist.6

Harus ditambahkan bahwa tidak ada seorang manusia pun yang serta-
merta memiliki semua ciri-ciri tersebut di atas. Karena itu sangat penting
bagi seorang pemimpin untuk menganalisis diri sendiri untuk melihat ciri-ciri
kepemimpinan apa yang telah dimilikinya dan ciri-ciri apa yang masih perlu
dikembangkannya melalui pendidikan, baik pendidikan yang bersifat formal
maupun yang bersifat informal.

C. Tipe - Tipe Pemimpin

6 ( Prof. Dr. Sondang P. Siagian, M.P.A., Filsafat Administrasi Edisi


Revisi, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2014, hlmn 33 )
Dilihat dari sudut gaya manajerialnya, para pemimpin dalam
berbagai bentuk organisasi dapat digolongkan dalam lima tipe, yaitu sebagai
berikut. Tipe-tipe itu ialah:
1. Tipe pemimpin otokratik
Seorang pemimpin dapat dikategorikan pada tipe otokratik apabila
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
b. Mengindentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
c. Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata
d. Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat
e. Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya
f. Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan approach
yang mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat menghukum)
2. Tipe pemimpin militeristik
Seorang pemimpin tipe militeristik tidak identik dengan seorang
pemimpin organisasi militer. Pemimpin tipe ini memiliki sifat-sifat
sebagai berikut :
a. Dapat menggerakkan bawahan sistem perintah yang lebih sering
dipergunakan
b. Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat
dan jabatannya
c. Senang kepada formalitas berlebih-lebihan
d. Menuntut disiplin tinggi dan kaku terhadap bawahan
e. Sukar menerima kritikan dari bawahannya
f. Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan
Terlihat pula dari sifat-sifat tersebut bahwa seorang pemimpin yang
militeristik bukanlah seorang pemimpin yang ideal.
3. Tipe pemimpin paternalistik
Seorang pemimpin yang tergolong paternalistik memiliki sifat-sifat
sebagai berikut :
a. Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
b. Bersikap terlalu melindungi (over protective)
c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengambil keputusan
d. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengambil inisiatif
e. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengembangkan daya kreasi dan fantasinya
f. Sering bersikap mahatahu
Harus diakui bahwa untuk keadaan tertentu, seorang pemimpin yang
demikian sangat diperlukan, akan tetapi sifat-sifatnya yang negatif
mengalahkan sifat-sifatnya yang positif.

4. Tipe pemimpin karismatik


Sampai dengan saat ini, para sarjana belum berhasil menemukan
sebab-sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma, yang
tampak adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik
yang amat besar dan karena pada umumnya mempunyai pengikut yang
jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak
dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu.
5. Tipe pemimpin demokratik.

Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe


pemimpin yang demokratiklah yang paling tepat untuk organisasi
modern karena:

a. Dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari


pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk termulia di dunia
b. Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan
organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi para bawahannya
c. Ia senang menerima saran, pendapat, bahkan kritik dari
bawahannya
d. Selalu berusaha mengutamakan kerja sama dan teamwork dalam
usaha mencapai tujuan
e. Dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada
bawahannya untuk berani bertindak meskipun mungkin berakibat
pada kesalahan yang kemudian dibimbing dan diperbaiki agar
bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, akan tetapi
lebih berani untuk bertindak di masa depan
f. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses
daripadanya
g. Berusaha mengembankan kapasitas diri pribadinya sebagai
pemimpin
Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe
demokratik bukanlah suatu hal yang mudah untuk dicapai. Akan tetapi
karena pemimpin yang demikianlah yang paling ideal dan yang perlu
dikembangkan.

D. Timbulnya Seorang Pemimpin Yang Baik


Mengenai timbulnya seorang pemimpin yang baik akan terlihat dari
beberapa teori sebagai berikut :
1. Teori genetik (hereditary theory)
Inti dari teori ini bersumber pada ungkapan bahwa leaders are born and
not made yang artinya seorang pemimpin akan menjadi pemimpin
karena ia tlah dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan. Dalam
keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan, karena ia telah
ditakdirkan menjadi pemimpin, satukali kelak ia akan ditampilkan
sebagai pemimpin. Secara filosofis pandangan ini tergolong kepada
pandangan yang fatalistik atau deterministik.
2. Teori sosial
Inti ajaran dari teori sosial ini adalah bahwa leaders are made and not
born yang merupakan kebalikan dari teori genetik yaitu setiap orang
bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pelatihan
yang cukup.
3. Teori ekologis
Inti dari teori ini adalah seseorang hanya akan berhasil menjadi
pemimpin yang baik, apabila ia pada waktu lahirnya telah memiliki
bakat-bakat kepemimpinan yang kemudian dikembangkan melalui
pendidikan yang teratur dan pengalaman-pengalaman yang
memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat yang
memang telah dimiliki itu.7

7 ( Prof. Dr. Sondang P. Siagian, M.P.A., Filsafat Administrasi Edisi


Revisi, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2014, hlmn 34, 35, 36, 37 )
II. KOMPARASI (PERBANDINGAN)

A. Pengertian Administrasi
1. Menurut Sondang P. Siagian
Administrasi adalah keseluruhan proses kerja sama antara dua
orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu
untuk mencapai tujuan yang telah dibentukan sebelumnya. 8
2. Ulbert Silalahi
Administrasi dalam arti sempit merupakan penyusunan dan
pencatatan data dan informasi secara sistenatis ke dalam bentuk
pembukuan.9

B. Pengertian Manajemen
1. Menurut George R. Terry
Manajemen merupakan suatu proses yang khas yang terdiri atas
tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
8( Prof. Dr. Sondang P. Siagian, M.P.A., Filsafat Administrasi Edisi Revisi,
PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2014, hlmn 2)
9 (silalahi, loc. Cit., CV sinar baru, 1992, hlmn. 5)
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya.10
2. Menurut James A.F. Stoner
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, dan
penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.11

C. Pengertian Kepemimpinan
1. Menurut Prajudi Atmosudirjo
Kepemimpinan adalah kepribadian (personality) seseorang
yang mendatangkan keinginan pada sekelompok orang untuk
mencontohnya dan mengikutinya, atau seseorang yang memancarkan
pengaruh tertentu, kekuatan atau wibawa, sedemikian rupa sehingga
membuat sekelompok orang bersedia melakukan apa yang
dihendakinya.12
2. Menurut Amitai Etzioni
Kepemimpinan merupakan kekuatan karena adanya tabiat
pemimpin yang berwatak penguasa dan memerintah dengan dasar
kekuatan yang absolut. 13

D. Teori Kepemimpinan
1. Teori-teori kepemimpinan yang berkembang menurut Dr. H. M. Anton
Athoillah,M.M , yaitu sebagai berikut:

10 ( Prof. Dr. Ahmad saebani, M.Si filsafat manajemen, cv pustaka setia, bandung,
2012, hlmn 80 )
11 ( Prof. Dr. Ahmad saebani, M.Si filsafat manajemen, cv pustaka setia, bandung,
2012, hlmn 80 )
12 (Dr. H.M Anton Athoillah, Dasar – Dasar Manajemen, M.M. CV PUSTAKA
SETIA, BANDUNG, 2010, hlmn 191 )
13 (Dr. H.M Anton Athoillah, Dasar – Dasar Manajemen, M.M. CV PUSTAKA
SETIA, BANDUNG, 2010, hlmn 192 )
a. Teori genetic, yaitu kepemimpinan diartikan sebagai traits within
the individual leader: Seseorang dapat menjadi pemimpin karena
memang dilahirkan sebagai pemimpin dan bukan karena dibuat
atau dididik untuk itu (leaders were borned and not made).
b. Teori sosial, teori yang memandang kepemimpinan sebagai fungsi
kelompok (function of the group). Menurut teori ini, sukses
tidaknya suatu kepemimpinan tidak hanya dipengaruhi oleh
kemampuan atau sifat-siifat yang ada pada seseorang, tetapi justru
yang lebih penting adalah dipengaruhi oelh sifat-sifat dan ciri-ciri
kelompok yang dipimpinnya.
c. Teori situasional, suatu teori yang berpandangan bahwa
kepemimpinan sangat bergantung pada situasinya. Seorang kiai
dapat menjadi pemimpin yang berpengaruh bagi santrinya yang
diasuh di pondok pesantren yang dipimpinnya. Semua santri patuh
dan taat pada perintahnya. Akan tetapi, ketika kiai itu menjadi
kepala desa di wilayahnya, masyarakat yang dipimpinnya banyak
yang menentang, karena mereka bukan santri, dan semua kalangan
meminta agar kiai itu kembali ke pondok pesantren yang
dipimpinnya. Teori ini tidak hanya melihat kepemimpinan dari
sudut pandang yang bersifat psikologis dan sosiologis, tetapi juga
atas ekonomi dan politik.
d. Teori ekologis, suatu teori yang mengatakan bahwa kepemimpinan
merupakan penggabungan antara bakat alami yang sudah ada sejak
dilahirkan dengan pendidikan dan pelatihan yang intensif. Teori ini
tidak menolak adanya sumber natural kepemimpinan, tetapi
sumber struktural pun sangat membantu terbentuknya seorang
pemimpin yang fungsional dan berpengaruh.
e. Teori sosio-behavioristik, yaitu teori yang mengatakan bahwa
kepemimpinan dilahirkan oelh hal-hal berikut:
1) Bakat, turunan, dan kecerdasan yang alamiah;
2) Pengalaman dan kepemimpinan.14

2. Teori kepemimpinan menurut Dr. Ulber silalahi, MA.


a. Teori sifat, studi ini dilakukan berangkat dari asumsi bahwa kunci
keberhasilan seseorang menjadi pemimpin adalah karena ia
memiliki keunggulan nilai – nilai berupasifat pribadi (personal
traits) dalam kelompoknya. Sifat – sifat yang dimaksud berupa
karakteristik fisik (sebagai contoh : tinggi, besar, penampilan,
energi), karakteristik penampilan dan kemampuan (sebagai contoh:
inteligensi, pengetahuan, kompetensi teknis), dan faktor – faktor
sosial (sebagai contoh : keterampilan interpersonal, sosiabilitas,
dan posisi sosio-ekonomi) ini dianggap sebagai kunci keberhasilan
dari seorang pemimpin.
b. Teori perilaku, asumsi yang dikembangkan adalah kemampuan
untuk memimpin dan kemauan untuk mengikuti didasarkan atas
perilaku pemimpin atau gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan
adalah pola perilaku spesifik yang ditampilkan oleh pemimpin
dalam upaya mempengaruhi bawahan atau pengikut atau
subordinasi.
c. Teori kontinjensi, menilai sifat – sifat atau perilaku pemimpin
adalah contingent, atau dependent dalam karakterisktik situasional
yang sesuai. Sebab itu makin dapat pemimpin mengadaptasi gaya
kepemimpinan mereka untuk memenuhi tuntutan situasi tertentu
dan tuntutan kebutuhan pengikut atau subordinasi atau
bawahannya, maka pemimpin tersebut cenderung akan semakin
efektif dalam upaya mencapai atau mewujudkan tujuan pribadi dan
organisasi.15

14 (Dr. H.M Anton Athoillah, Dasar – Dasar Manajemen, M.M. CV PUSTAKA


SETIA, BANDUNG, 2010, hlmn 194 )
15 ( Dr. Ulbert Silalahi M.A, Asas – asas manajemen, PT. Refika Aditama,
Bandung, 2013 ,hlmn 320 )
III. KESIMPULAN

Administrasi didefinisikan sebagai keseluruhan proses kerja sama antara


dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Manajemen merupakan
bagian dari administrasi karena memang manajemen merupakan alat pelaksana
dari administrasi. Dalam hubungan ini perlu diperhatikan bahwa manajemen
dalam arti kelompok pimpinan tidak melaksanakan sendiri kegiatan-kegiatan yang
bersifat operasional, melainkan mengatur tindakan-tindakan pelaksanaan oleh
sekelompok orang yang disebut bawahan. Dengan kata lain manajemen dan
administrasi tidak dapat dipisahkan. Tanpa adanya pemimpin yang baik dan dapat
diterima oleh seluruh bawahan yang ada maka sebaik apapun administrasi dan
manajemen yang dijalankan tidak akan tercapai tujuan organisai yang efisien dan
efektif.
IV. DAFTAR PUSTAKA

Siagian, P. Sondang. 2008. Filsafat Administrasi. Jakarta : Bumi Aksara


Saebani, Ahmad Beni. 2012. Filsafat Manajemen. Bandung : CV Pustaka Setia
Rahmat. 2013. Filsafat Administrasi. Bandung : CV Pustaka Setia
Silalahi, Ulber , 2013, Asas – Asas Manajemen, Bandung : PT. Refika Aditama
Athoillah, Anton, 2010 , Dasar – Dasar Manajemen, BANDUNG: CV Pustaka
Setia
V. DOKUMEN LAIN

https://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_manusia
staffnew.uny.ac.id/upload/131655982/pendidikan/modul-kepemimpinan-i.pdf

Anda mungkin juga menyukai