NIM :20202101041
2020
PENDAHULUAN
Selain kompetensi sumber daya manusia, penerapan aspek – aspek sumber daya
manusia dan manajemen pengetahuan merupakan hal penting untuk menciptakan
kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Seiring dengan penerapan kompetensi
untuk sumber daya manusia, maka akan terbentuk sikap dan kebiasaan yang baik pada
lingkup sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia berbasis
kompetensi dilakukan agar mendapatkan hasil kinerja yang sesuai dengan tujuan instansi
berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan. Setiap sumberdaya manusia memiliki
kompetensi yang berbeda, tetapi melalui kompetensi yang ada, pegawai seharusnya
mendukung penerapan visi dan misi instansi melalui pelaksanaan kinerja organisasi.
Maka, kinerja pegawai baik secara individu maupun dalam tim sangat berperan dalam
peningkatan produktifitas instansi dan hasil pencapaian sumberdaya manusia yang ada
dalam instansi tersebut. Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai kompetensi dalam
manajemen sumberdaya manusia yang berfokus pada definisi, jenis kompetensi, tipe
kompetensi, alasan adanya kompetensi, kunci sukses kompetensi dan aspek manajemen
sumberdaya manusia dan manajemen pengetahuan.
RUMUSAN MASALAH
A. KOMPETENSI
Keberadaan manusia dalam suatu organisasi memiliki posisi yang sangat penting,
karena keberhasilan suatu organisasi sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya
manusia yang bekerja di dalamnya. Peranan kompetensi dalam konteks manajemen
sumber daya manusia, mengacu pada atribut atau karakteristik seseorang pegawai yang
membuat keberhasilan dalam pekerjaannya. Kompetensi merupakan kumpulan sumber
daya manusia yang secara dinamis menunjukkan kapasitas intelektual, kualitas sikap
mental dan kapabilitas seseorang. Kompetensi modal awal yang harus dimiliki seorang
pegawai untuk dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya. Perkembangan kompetensi yang semakin luas dari sumber daya manusia
memastikan bahwa manajemen sumber daya manusia memegang peranan penting dalam
kesuksesan organisasi. Salah satu tugas manajemen sumber daya manusia yaitu
mengupayakan agar kinerja pegawai dapat terus meningkat dan terus menjadi lebih baik
sesuai dengan kebutuhan organisasi. Oleh karena itu kompetensi pegawai menjadi aspek
penting untuk dibahas dalam hal peningkatan kinerja pegawai. Peningkatan kompetensi
sangat penting dilakukan untuk mendukung kemampuan kerja pegawai sekaligus
meningkatkan kinerja pegawai, artinya semakin tinggi kompetensi seorang pegawai
maka kinerja pegawai tersebut juga akan semakin tinggi.
1. Kompetensi Intelektual
Kompetensi intelektual adalah karakter sikap dan perilaku atau kemampuan
intelektual individu ( berupa pengetahuan, keterampilan, pemahaman profesional,
pemahaman konstektual, dan lain-lain) yang bersifat relatif stabil ketika menghadapi
permasalahan di tempat kerja.
Kompetensi intelektual ini terinternalisasi dalam bentuk sembilan kompetensi
sebagai berikut:
a. Berprestasi
Kemauan atau semangat seseorang untuk berusaha mencapai kinerja yang terbaik
dengan menetapkan tujuan yang menantang serta menggunakan cara yang lebih
baik secara terus-menerus.
b. Kepastian Kerja
Kemauan dan kemampuan seseorang untuk meningkatkan kejelasan kerja
dengan menetapkan rencana yang sistematik dan mampu memastikan pencapaian
tujuan berdasarkan data atau informasi yang akurat.
c. Inisiatif
Kemauan bertindak melebihi tuntutan, atau keinginan untuk mengetahui hal-hal
baru dengan mengevaluasi, menyeleksi, dan melaksanakan berbagai metode dan
strategi untuk meningkatkan kinerja. Inisiatif berkaitan dengan kreativitas, yaitu
kompetensi yang berhubungan erat dengan kemampuan seorang pegawai berfikir
dan bertindak secara berbeda dari kebiasaan dan lebih efektif. Dimensi dari
kreativitas ini memiliki empat ciri yaitu: (a). Peka terhadap masalah, (b). Kaya
akan gagasan atau alternatif pemecahan, (c). Mampu menghasilkan ide asli, dan
(d). Memiliki fleksibilitas (bersedia mempertimbangkan berbagai gagasan).
d. Penguasaan Informasi
Kepedulian untuk meningkatkan kualitas keputusan dan tindakan berdasarkan
informasi yang handal dan akurat serta berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan atas permasalahan kondisi lingkungan kerja.
e. Berfikir Analitik
Kemampuan memahami situasi dengan cara menguraikan permasalahan menjadi
komponen-komponen yang lebih rinci serta menganalisis permasalahan secara
sistematik berdasarkan pendekatan logis.
f. Berfikir Konseptual
Kemampuan memahami dan memandang permasalahan sebagai satu kesatuan
yang meliputi kemampuan yang memahami akar permasalahan.
g. Keahlian Praktikal
Kemampuan menguasai pengetahuan eksplisit berupa keahlian menyelesaikan
pekerjaan serta kemauan memperbaiki dan mengembangkan diri sendiri.
h. Kemampuan Linguistik
Kemampuan menyampaikan pemikiran atau gagasan secara lisan atau tulis untuk
kemudian di diskusikan atau di dialogkan sehingga terbentuk kesamaan persepsi.
i. Kemampuan Naratif
Kemampuan menyampaikan pokok-pokok pikiran dan gagasan dalam suatu
pertemuan formal atau informal dengan menggunakan media cerita.
2. Kompetensi emosional
Kompetensi emosional adalah karakter sikap dan perilaku atau kemampuan
menguasai diri dan memahami lingkungan secara objektif dan moralis sehingga pola
emosinya relatif stabil. Ketika menghadapi berbagai permasalahan di tempat kerja.
Kompetensi emosional terinternalisasi dalam bentuk enam kompetensi sebagai
berikut:
a. Sensitivitas atau Saling Pengertian
Kemampuan memahami, mendengarkan, dan menanggapi hal-hal yang tidak
dikatakan orang lain, yang bisa berupa pemahaman atas pemikiran dan perasaan
serta kelebihan dan keterbatasan orang lain.
b. Pengendalian Diri
Kemampuan mengendalikan prestasi dan emosi pada saat menghadapi tekanan
sehingga tidak melakukan tindakan yang negatif dalam situasi apapun.
c. Percaya Diri
Keyakinan untuk menunjukkan citra diri, keahlian, kemampuan serta
pertimbangan yang positif.
d. Kemampuan Beradaptasi
Kemampuan menyesuaikan diri dan bekerja secara efektif pada berbagai situasi.
e. Komitmen pada Organisasi
Kemampuan untuk mengikatkan diri terhadap visi dan misi organisasi dengan
memahami kaitan antara tanggung jawab pekerjaannya dengan tujuan organisasi
secara keseluruhan.
3. Kompetensi social
Kompetensi sosial adalah karakter sikap dan perilaku atau kemauan untuk
membangun simpul-simpul kerja sama dengan orang lain ketika menghadapi
permasalahan di tempat kerja.
Kompetensi sosial terinternalisasi dalam bentuk tujuh kompetensi, sebagai berikut:
a. Pengaruh dan Dampak
Kemampuan mempengaruhi orang lain untuk secara efektif dan terbuka dalam
berbagi pengetahuan, pemikiran dan ide-ide secara perorangan atau dalam
kelompok agar mau mendukung gagasan atau idenya.
b. Kesadaran Berorganisasi
Kemampuan untuk memahami posisi dan kekuasaan secara komprehensif.
c. Membangun Hubungan Kerja
Kemampuan membangun dan memelihara jaringan kerja sama agar tetap hangat
dan akrab.
d. Mengembangkan Orang Lain
Kemampuan meningkatkan keahlian bawahan atau orang lain dengan
memberikan umpan balik yang bersifat membangun berdasarkan fakta yang
spesifik serta memberikan pelatihan, dan memberi wewenang memberdayakan
dan meningkatkan partisipasinya.
e. Mengarahkan Bawahan
Kemampuan memerintah, mempengaruhi, dan mengarahkan bawahan dengan
melaksanakan strategi dan hubungan interpersonal agar mereka mau mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
f. Kerja Tim
Keinginan dan kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain secara
koperatif yang menjadi bagian yang bermakna dari suatu tim untuk mencapai
solusi yang bermanfaat bagi semua pihak.
g. Kepemimpinan Kelompok
Keinginan dan kemampuan berperan sebagai pemimpin kelompok dan mampu
menjadi teladan bagi anggota kelompok yang dipimpinnya.
Menurut Wibowo, ada beberapa tipe kompetensi yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Planning Competency
Dikaitkan dengan tindakan tertentu seperti menetapkan tujuan, menilai resiko dan
mengembangkan urutan tindakan untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Influence Competency
Dikaitkan dengan tindakan seperti mempunyai dampak pada orang lain, memaksa
melakukan tindakan tertentu atau membuat keputusan tertentu dan memberi inspirasi
untuk bekerja menuju organisasional.
3. Communication Competency
Bentuk kemampuan berbicara, mendengarkan orang lain, komunikasi tertulis dan
nonverbal.
4. Interpersonal Competency
Meliputi empati, membangun konsensus, networking, persuasi, negosiasi, diplomasi,
manajemen konflik dan menghargai orang lain.
5. Thinking Competency
Berkenaan dengan berfikir strategis, berfikir analitis, berkomitmen terhadap
tindakan, mengindentifikasi mata rantai dan membangkitkan gagasan kreatif.
6. Organizational Competency
Meliputi kemampuan merencanakan pekerjaan, mengukur kemajuan dan mengambil
resiko yang diperhitungkan.
Untuk memahami strategi pemberdayaan dalam sebuah lembaga yaitu melihat sejauh
mana kekuatan dan kelemahan organisasi yang harus diperhitungkan sebelum konsep
pemberdayaan pegawai diberikan. Kekuatan dan kelemahan merupakan kondisi yang
bias dilihat, dan dirasakan dari setiap kejadian yang ada. Atau bisa dipantau dari
kegiatan yang dilakukan dengan memperhatikan kinerjanya baik atau buruk. Kekuatan
dan kelemahan tersebut bisa muncul dari beberapa aspek antara lain: aspek manajemen,
aspek informasi, aspek profil personil dan aspek produktivitasnya dan strateginya bisa
diterapkan dengan hal-hal sebagai Strategi dalam sudut pandang bisa diterapkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Buy, cara ini dilakukan dengan mengganti karyawan yang lama dengan yang
baru, yang memiliki kualitas lebih baik. Stratgei buy disini mencakup seleksi dan
staffing mulai dari entry level sampai officer level. Metode ini akan berjalan baik
bila bakatnya tersedia dan dapat diakses, selain itu metode ini memiliki resiko
kegagalan yang besar.
2. Build, investai dilakukan terhadap para karyawan untuk meningkatkan kualitas
mereka menjadi lebih baik. Motorola dan General Electric melakukan investasi
yang sangat besar dalam membantu karyawannya mempelajari teknik baru dan
ketrampilan manajerial. Sebagaimana pembelajaran dalam bantuk program
latihan formal, namun sebagian besar dalam bentuk on-the-job experience.
Strategi build ini akan berjalan baik jika manajer senior manjamin bahwa
pengembangan lebih dari sekedar pelatihan akademik, jika pelatihan didasarkan
pada hasil dan bukan pada teori, jika pembelajaran sistmatik dari 250
pengalaman kerja terjadi. Resiko dari penerapan strategi ini adalah
menghabiskan dana sangat besar dan waktu untuk kepentingan pelatihan.
3. Borrow, dalam strategi ini, perusahaan mencari keluar sumber daya manusia
yang mampu memberikan ide atau gagasan, kerangka kerja, dan alat untuk
menjadikan perusahaan lebih kuat. Penggunaan konsultan maupun partner yang
efektif dimungkinkan untuk membagi pengetahuan, menciptakan pengetahuan
baru, dan desain kerja. Banyak perusahaan sedang belajar bagaimana
menggunakan konsultan dan bukan tergantung pada mereka. Strategi ini
mensyaratkan adaptasi model dari konsultan dan bukan adopsi, karena setiap
perusahaan memiliki cara yang berbeda untuk mengaplikasikan gagasan tersebut.
Cara borrow ini juga memiliki resiko, yaitu adanya kemungkinan investasi yang
sangat besar namun dengan return yang kecil. Selain itu, adanya kemungkinan
perusahaan akan menjadi tergantung pada konsultan tanpa adanya transfer
pengetahuan, serta penerapan metode dan gagasan tanpa adaptasi.
4. Bounce, perusahaan harus mengeluarkan karyawannya yang gagal melakukan
tugas standar. Karyawan yang tetap bekerja maupun yang dikeluarkan harus
memahami mengapa dan apa yang diharapkan dari mereka. Proses yang fair
harus memenuhi persyaratan hukum. Resiko cara ini adalah jika dalam
pengambilan keputusan lebih didasarkan pada persepsi dan bukan fakta, maka
ada kemungkinan perusahaan mengalami kerugian dengan hilangnya
karyawannya yang terbaik, selain itu kredibilitas manajemen akan turun sebagai
akibatnya.
5. Bind, mengikat karyawan merupakan tindakan yang kritikal pada semua tingkat.
Menjaga manajer senior yang memiliki visi, arahan, dan kompetensi sangat
penting, dan menahan para teknikal, operasional, dan pekerja paruh wkatu juga
merupakan hal yang penting karena investasi untuk membangun mereka
memakan waktu yang lama.
E. KUNCI KOMPETENSI
H. MANAJEMEN PENGETAHUAN
Pembelajaran
Pengembangan/sharing
Penempatan orang di tempat yang tepat dan waktu yang tepat
Pembuatan keputusan yang efektif
Kreativitas
Membuat pekerjaan jadi lebih mudah
Mendorong tumbuhnya bisnis baru dan nilai bisnis
Wibowo. 2012. Manajemen Kinerja. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.