Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PERAN CAP TIKUS DALAM PENINGKATAN PEREKONOMIAN DI


MINAHASA SELATAN

TEORI PARADIGMA PEMBANGUNAN

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PEMBANGUNAN

PASCASARJANA UNSRAT

2020
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI.................................................................................................................................2
PENDAHULUAN........................................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................................5
A. KABUPATEN MINAHASA SELATAN.........................................................................5
B. PRODUK CAP TIKUS 1978 MINAHASA SELATAN.................................................11
C. TEORI MENDUKUNG..................................................................................................16
PENUTUP..................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................28

2
PENDAHULUAN

Dewasa ini, berbagai macam dan bentuk minuman keras sudah bisa beredar
dalam kehidupan masyarakat sehari – hari baik minuman keras yang bersifat legal dan
illegal. Konsumsi minuman keras telah menjadi gaya hidup bagi masyarakat di kota –
kota besar yang membentuk sebuah pemikiran bahwa seseorang yang dinilai telah
menjadi dewasa ketika dia bisa mengkonsumsi minuman keras dan menjadi sebuah hal
mandatory ketika kita pergi mengunjungi tempat tongkrongan di kota – kota besar.
Beragam jenis minuman keras yang beredar saat ini, seperti yang kita kenal di daerah
Sulawesi Utara adalah Cap Tikus atau Sopi. Dengan kekayaan alam yang dimiliki
Sulawesi Utara, yakni suburnya tanah di Minahasa dengan berlimpahnya pohon kelapa,
pala, cengkeh, vanili, dan pohon enau atau dikenal dengan pohon seho. Memanfaatkan
kekayaan alam ini, maka masyarakat di seluruh pelosok Minahasa menjadikan kegiatan
bertani adalah salah satu kegiatan yang ditekuni dari jaman nenek moyang hingga
sekarang ini. Namun seiring berjalannya waktu, kegiatan bertani tidak lagi menjadi salah
satu mata pencarian utama para masyarakat di daerah Minahasa.

Dalam lingkup masyarakat di daerah khususnya di Minahasa, biasanya minuman


keras dikonsumsi dengan tujuan untuk menghangatkan tubuh ketika telah selesai bekerja
tani, atau meningkatkan nafsu makan seseorang. Akan tetapi, realita yang terjadi yakni
dengan adanya produk minuman keras yang diedarkan, membuat tingkat kriminalitas di
daerah menjadi tinggi yang dimana faktor pemicunya adalah karena penyalahgunaan
konsumsi minuman keras. Dilihat dari sisi perekonomian, hasil dari semua olahan
pohon enau dapat meningkatkan perekonomian keluarga petani. Pohon Enau atau biasa
dikenal Seho, memiliki beragam manfaat ketika diolah oleh masyarakat. Dari pohon
enau, masyarakat bisa mengolahnya menjadi, gula batu, saguer hingga captikus atau sopi
yang memiliki kadar alkohol yang cukup tinggi. Dari produk olahan pohon enau, yang
menjadi fokus utama para petani adalah memproduksi cap tikus atau sopi. Karena kita
ketahui bersama, tingginya tingkat permintaan dimasyarakat terhadap cap tikus maka,
para petani tersebut berusaha memenuhi permintaan sekaligus mencukupi kebutuhan
hidup mereka.

3
Tingginya tingkat permintaan dari masyarakat dikarenakan faktor budaya yang
telah berlangsung di Sulawesi Utara khususnya di tanah Minahasa karena Cap Tikus
atau sopi digunakan oleh masyarakat untuk tradisi, adat, upacara, menghangatkan
tubuh, perayaan hari syukuran, penghiburan duka, pelengkap acara pertemuan sanak
saudara, teman, dll.
Adapun Metode pengolahan Cap Tikus secara tradisional (destilasi bambu)
banyak digunakan karena membutuhkan biaya yang sedikit. Alat sederhana dan
mudah ini membutuhkan waktu produksi yang lama. Selain butuh tenaga ekstra,
dampak bagi kesehatan para petani Cap Tikus sangat beresiko karena menghirup
asap dari tungku. Sedangkan metode pengolahan Cap Tikus secara modern (destilasi
pipa logam) membutuhkan lebih banyak biaya karena penyulingan menggunakan
pipa logam. Kelebihannya adalah waktu produksi lebih cepat, tidak mengeluarkan
banyak tenaga, kualitas Cap Tikus lebih baik dan tidak menghasilkan banyak asap
seperti pada proses metode tradisional, serta Cap Tikus tidak akan berasa seperti
bambu.
Kekayaan tanah Minahasa dalam hal ini minuman keras Cap Tikus telah
diperkenalkan oleh pemerintah Sulawesi Utara dalam hal ini Bupati Minahasa
Selatan periode 2015 – 2020, Ibu Christiany Eugenia Paruntu. Produk Cap Tikus
dari Minahasa Selatan telah legal dan dipasarkan ke seluruh Indonesia dan bisa
ditemukan pada berbagai e-commerce dan pusat souvenir / oleh-oleh tertentu. Selain
memperkenalkan produk Cap Tikus ke seluruh Indonesia, pemerintah Minahasa
Selatan berniat untuk memperkenalkan produk asli Minahasa Selatan ke berbagai
negara. Dengan menggandeng pihak swasta, pemerintah kabupaten Minahasa
Selatan melegalkan produk Cap Tikus 1978 yang bisa menjadi salah satu oleh – oleh
khas Sulawesi Utara yang di produksi di Minahasa Selatan.
Untuk itu makalah ini akan membahas peran cap tikus dalam peningkatan
perekonomian di Minahasa Selatan.

4
PEMBAHASAN

A. KABUPATEN MINAHASA SELATAN


Kabupaten Minahasa Selatan diresmikan pada 4 Agustus 2003, setelah
sebelumnya bergabung dengan Kabupaten Minahasa. Berdasarkan pembagian wilayah
administratif pemerintah daerah, Minahasa Selatan dibagi menjadi 17 Kecamatan, 167
desa, 10 kelurahan, dan 1051 SLS dalam hal ini dikenal sebagai Jaga atau Lingkungan.
Salah satu fenomena demografi yang sangat penting pada suatu daerah adalah
pertumbuhan penduduk.Pertumbuhan penduduk menunjukkan penambahan penduduk
dalam jangka waktu tertentu. Jumlah penduduk yang besar disertai kualitas yang baik
akan menjadi modal dasar pembangunan daerah. Namun sebaliknya, jumlah penduduk
yang besar tanpa diimbangi kualitas hanya akan menjadi penghalang atau beban
pembangunan suatu daerah.

Statistik Jumlah PNS Daerah Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2020

Kabupaten Minahasa Selatan, berdasarkan hasil proyeksi Sensus Penduduk 2020,


memiliki jumlah penduduk sebanyak 210.695 jiwa pada tahun 2019. Meningkat 0,57
persen dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2019, penduduk Kabupaten Minahasa
Selatan terdiri dari atas 108.771 penduduk laki-laki dan 101.984 penduduk perempuan.

5
Dengan demikian rasio jenis kelamin di Minahasa Selatan adalah 106,60. Rasio tersebut
menjelaskan bahwa tiap 100 penduduk berjenis kelamin perempuan, terdapat 106-107
penduduk berjenis kelamin laki-laki. Angka ini masih sama jika dibandingkan dengan
tahun 2018. Terkait kepadatan penduduk, pada Kabupaten Minahasa Selatan tahun 2019
mencapai 144,66 jiwa/km2. Sehingga dalam setiap kilometer wilayah Minahasa Selatan
rata-rata dihuni oleh 144-145 jiwa.Dilihat berdasarkan perannya sebagai ibukota
Kabupaten, Kelurahan Amurang menjadi kelurah dengan tingkat kepadatan tertinggi
yaitu mencapai 531 jiwa/km2.

Dari data yang didapat terkait tenaga kerja di Kabupaten Minahasa


Selatan ialah sebagai berikut:

Infografis Ketenagakerjaan Penduduk Kabupaten Minahasa Selatan

Berdasarkan infografis diatas, dapat disimpulkan bahwa 70,1% penduduk


merupakan angkatan kerja atau usia yang layak untuk bekerja. Sedangkan
sebanyak 29,9% penduduk merupakan bukan angkatan kerja. Selanjutnya bisa

6
ditemukan bahwa sebanyak 34,05% pendidikan penduduk bekerja merupakan
tamatan SD sederajat. Kemudian disusul oleh tamatan perguruan tinggi sebanyak
33,57%, tamatan SMP sebanyak 22,47% dan tamatan SMA sebanyak 9,91%.
Sedangkan hasil yang didapat pada bagian pendidikan pengangguran sebanyak
45,98% penduduk yang menganggur adalah tamatan perguruan tinggi. Lalu
disusul oleh tamatan SMP, SD dan SMA.
Berdasarkan infografis ketenagakerjaan secara tidak langsung dapat
dikatakan bahwa presentase penduduk pengangguran dapat mempengaruhi
tingkat kemiskinan pada kabupaten Minahasa Selatan.Hal tersebut terjadi karena
tidak adanya gaji/upah yang didapatkan oleh penduduk yang menganggur.
Ketika penduduk pengangguran memilih untuk tidak berusaha atau mencari
pekerjaan maka kebutuhan kehidupan tidak bisa terpenuhi yang akan berujung
pada peningkatan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi daerah yang stagnan atau
lamban hingga kelayakan hidup yang tidak sesuai. Jika dilihat dari tabel tenaga
kerja sebanyak 12.555 jiwa memiliki status pekerjaan utama sebagai buruh tidak
tetap/ tidak dibayar.Sebanyak 12.801 masyarakat memiliki status pekerjaan
utama sebagai pekerja keluarga atau tidak tidak dibayar.Berdasarkan data
tersebut maka dapat disimpulkan sebanyak 25.356 masyarakat Kabupaten
Minahasa Selatan tidak memiliki pendapatan tetap dari pekerjaan mereka.

7
Infografis Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Minahasa Selatan

Dalam infografis diatas menunjukan hasil dinamis ke arah yang baik,


dimana tingkat kemiskinan di Kabupaten Minahasa Selatan mengalami
penurunan selama 5 tahun terakhir. Akan tetapi, pemerintah setempat harus
merancang strategi untuk masyarakat yang tidak memiliki pendapatan tetap
dengan cara mengadakan pelatihan untuk membentuk UMKM dengan
memanfaatkan hasil alam yang ada di Kabupaten Minahasa Selatan. Jika adanya
edukasi pada masyarakat pengangguran maka akan berdapak pada penurunan
tingkat pengangguran dan kemiskinan. Selain itu dengan adanya kebijakan untuk
mempermudah pembentukan UMKM, pemberian modal usaha, dan pemberian
sarana pertanian-perkebunan serta pembangunan sarana guna menunjang akses
pegiat usaha; kiranya dapat meningkatkan hasil produksi pertanian-perkebunan
dan menyerap tenaga kerja hingga akhirnya menuntaskan angka kemiskinan.
Dilihat dari sumber daya alam yang dimiliki oleh Kabupaten Minahasa
Selatan, maka bidang pertanian menjadi sumber utama yang bisa dikelola untuk
dijadikan mata pencarian sekaligus pendapatan daerah guna meningkatkan
perekonomian di kabupaten Minahasa Selatan, menurunkan tingkat kemiskinan
dan pengangguran dan meningkatkan produktivitas masyarakat. Untuk
meningkatkan produktivitas, maka sebaiknya sumber daya alam yang dimiliki
oleh kabupaten Minahasa Selatan dikelola agar bisa mendapatkan keuntungan
untuk daerah dan masyarakat. Berikut data yang mencakup bidang perkebunan di
Minahasa Selatan.

8
Sumber : BPS kabupaten Minahasa Selatan

Berdasarkan tabel diatas, dilihat bahwa beberapa hasil produksi tanaman perkebunan
dalam jumlah ton, yang dijabarkan berdasarkan kecamatan di Minahasa Selatan.
Berbagai hasil tanaman yang ada di Minahasa Selatan berupa Kelapa, Kopi Robusta,
Kopi Arabika, Kako, Cengkeh, Pala, dan Aren. Dilihat dari tabel, produksi tanaman
khususnya Aren dapat ditemui di seluruh kecamatan di Minahasa Selatan. Berdasarkan
angka produksi Aren, menggambarkan bahwa Minahasa Selatan memiliki hasil alam
Aren yang melimpah. Hasil dari produksi tanaman Aren dapat dikelola menjadi
beberapa hasil yang dapat diperjual belikan karena sesuai dengan tingkat kebutuhan di
Masyarakat terlebih khusus Masyarakat Sulawesi Utara. Yang menjadi fokus dari hasil
Aren adalah minuman cap tikus, yakni minuman berakohol yang selalu dicari oleh
masyarakat. Dari data diatas, menunjukan kemampuan dari kabupaten Minahasa Selatan
untuk menjawab permintaan dari masyarakat akan minuman Cap Tikus yang
dibutuhkan.

Melihat hasil alam berupa Aren, maka pemerintah bersama dengan pihak swasta bekerja
sama untuk melakukan pengolahan ekstra terhadap hasil tanaman aren, dalam hal ini

9
ialah minuman Cap Tikus. Pemerintah bekerja sama dengan pihak swasta untuk
mengembangkan dan berinovasi terhadap minuman berakohol yang satu ini. Dari segi
mutu, kualitas, dan tampilan akan produk minuman keras Cap Tikus. Dari sisi
pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan, pemerintah berupaya melegalkan minuman
beralkohol tersebut agar dapat diperjualbelikan secara sah. Pada sisi yang lain, ini
merupakan upaya pemerintah Minahasa Selatan untuk meningkatkan tingkat
kesejahteraan petani di Minahasa Selatan khususnya petani aren, agar mampu memenuhi
kebutuhan hidup mereka dengan mengelola hasil perkebunan milik petani.

Dengan melakukan kerja sama antar pihak swasta dan pemerintah Minahasa Selatan,
produk cap tikus 1978 diperjuangkan untuk dilegalkan. Sekitar tahun 2018 – 2019, telah
hadir produk minuman keras Cap Tikus 1978 dari Minahasa Selatan yang legal dan
mendapatkan izin edar dari BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan). Peranan
pemerintah memiliki andil yang besar bagi hadirnya minuman ini. Produk ini
diperjuangkan oleh pemerintah Minahasa Selatan karena memang selayaknya memiliki
hasil khas yang diperdagangkan dan juga untuk mendongkrak perekonomian
masyarakat.

Dengan adanya produk cap tikus 1978, mampu mendorong perekonomian di Minahasa
Selatan dari pendapatan cukai minuman keras Cap Tikus 1978. Ini merupakan tantangan
yang berhasil dijawab pemerintah, ketika adanya tingkat permintaan yang tinggi di
masyarakat, pemerintah mampu menjawab permintaan tersebut. Di satu sisi, pemerintah
memberi edukasi kepada masyarakat untuk berinovasi guna mendongkrak peningkatan
perekonomian. Selain itu pemerintah juga mengenalkan Cap Tikus 1978 ini sebagai
salah satu ikon souvenir khas daerah Sulawesi Utara khususnya Minahasa Selatan.
Dengan mengkonsumsi produk yang telah legal dapat berpartisipasi dalam
pembangunan daerah yakni dengan membayar cukai pada produk, sedangkan produk
illegal tidak memberikan kontribusi bagi pemerintah. Produk Cap Tikus 1978 yang
legal, telah dijamin sterilisasinya dan terjamin kandungannya, ditambah dengan kemasan
yang berkualitas, unik dan menarik. Selanjutnya produk Cap Tikus 1978 melewati
berbagai quality control pada pabrik, dengan melakukan beberapa kali penyulingan yang
diawasi. Selanjutnya dengan hadirnya Cap Tikus 1978, maka menambah salah satu oleh

10
– oleh khas Sulawesi Utara yang diproduksi di Kabupaten Minahasa Selatan
menggunakan produk hasil alam asli tanah Minahasa.

B. PRODUK CAP TIKUS 1978 MINAHASA SELATAN


Cap Tikus adalah minuman beralkohol tradisional Minahasa dari hasil
fermentasi dan distilasi Air Nira dari Pohon Aren (pinnata). Minuman ini sudah
dikenal sejak lama oleh masyarakat Minahasa, dan umumnya dikonsumsi oleh
para Bangsawan atau oleh masyarakat umum dalam acara adat. Cap Tikus
akhirnya bisa lebih bernilai. Dikemas lebih menarik dengan sebuah botol
kecokelatan berukuran sedang. Tutup botolnya dipakaikan kertas cukai.
Sementara sebagian botolnya dikemas dengan memakai kertas bertuliskan Cap
Tikus 1978. Kini minuman ini bisa dijadikan ikon souvenir atau oleh-oleh bagi
wisatawan lokal maupun mancanegara. Dengan legalnya Cap Tikus, para petani
sudah bisa bernafas lega. Ada lebih dari 200 ribu orang mencari nafkah. Namun
saat ini para petani Cap Tikus bisa bernafas lega, inovasi Bupati Minsel saat ini
sedang gencar melakukan upaya melegalkan minuman khas Cap Tikus, salah
satunya dengan menggandeng pengusaha yang siap mengemas cap tikus menjadi
minuman khas dari minsel. Menjadi harapan baru untuk petani cap tikus di
minsel jika minuman cap tikus menjadi legal dan bisa dipasarkan keluar negeri.
Dengan kerjasama dengan APINDO, BPOM Manado, dan Pemerintah
Kabupaten Minahasa Selatan yang mau mengangkat captikus menjadi minuman
khas yang legal.
Untuk lebih memperhatikan kesejahteraan para petani cap tikus yang
sudah turun temurun bertani dan membudidayakan minuman khas ini dan juga
mengangkat nilai jual cap tikus menjadi lebih besar dan berharga. Karena sudah
legal, cap tikus 1978 pun sudah bisa dibeli di Bandara Sam Ratulangi, Multi
Mart Kawasan Mega Mas, beberapa toko yang menjual minuman beralkohol di
Manado. Harga per botol cap tikus dijual Rp 80.000,00. Cap tikus merupakan
minuman keras tradisional khas Manado dengan kadar alkohol 40 persen. Cap
Tikus 1978 ini dikemas dalam sebuah botol berbentuk klasik. Tutup botolnya
pun unik dimana cara membukanya seperti membuka botol soda. Logonya pun
11
unik, yakni gambar tikus menoleh kiri dengan warna kecoklatan. Produk cap
tikus 1978 ini akan menjadi andalan Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) karena
produk ini bisa menjadi oleh-oleh bagi para wisatawan yang datang berkunjung
ke daerah Sulut dan ini sangat luar biasa karena mengangkat kesejahteraan
ekonomi masyarakat Sulut lebih khusus Petani Cap Tikus yang ada disini.
Produk unggulan yang dapat menjadi pendorong sektor pariwisata sekaligus
bentuk kepedulian Bupati Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) Dr. Christiany
Eugenia Tetty Paruntu SE (atau yang kerap disapa CEP) terhadap warganya yang
sebagian besar merupakan petani aren (Cap Tikus). “Saya merasa senang dan
bersyukur karena akhirnya setelah berjuang beberapa tahun akhirnya produk cap
tikus ini mendapat izin,” tegas Bupati CEP sekaligus menghimbau agar pihak
perusahaan untuk bisa memperhatikan harga pembelian yang baik bagi para
petani “Ini bentuk komitmen dan perhatian saya terhadap para petani cap tikus di
Minsel maupun Sulut yang tak bisa dipungkiri mereka juga yang menjadi andil
pembangunan di Sulut lebih khusus Minsel.” “Tak bisa dipungkiri peran dan
kontribusi petani cap tikus di Minsel pada pembangunan selama ini. Dan ini
menjadi salah satu alasan saya untuk terus memperjuangkannya,” tambahnya
lagi. Lanjut Bupati CEP produksi cap tikus ini akan ikut mendorong sektor
perekonomian rakyat serta pariwisata Minsel bahkan Sulut yang akan ikut
dikenal hingga ke seluruh dunia

 ALASAN PEMERINTAH MELEGALKAN CAP TIKUS

Legalisasi minuman khas Sulawesi Utara ini diperjuangkan oleh Pemerintah


Kabupaten (Pemkab) Minahasa Selatan (Minsel) sendiri. Digagas oleh Bupati
Minsel, Dr. Christiany Eugenia Tetty Paruntu, dia mengakui banyak rintangan yang
dihadapi dan berbagai proses harus ditempuh, dari lobi pengusaha minuman
beralkohol, pengurusan izin BPOM, dan pengurusan izin-izin lainnya di Jakarta.
Minuman Cap Tikus berhasil dilegalisasi dan diproduksi oleh pabrik di Desa
Kapitu, Kecamatan Amurang Barat. Pabrik tersebut dibangun oleh PT. Cawan Mas
yang menjadi mitra Pemkab Minsel dalam alur produksi minuman alkohol ini.
Tujuan utama dari legalisasi ini adalah untuk membantu kesejahteraan petani nira

12
dengan dibentuknya alur produksi yang jelas. Petani pengelolaan hasil nira dan
dapat memasok bahan cap tikus ke perusahaan yang sudah legal, karena perusahaan
ini membutuhkan kurang lebih 60-100 ribu liter cap tikus per bulan. Air pohon nira
yang merupakan bahan dasar Cap Tikus itu telah menjadi komoditas yang semakin
dicari sejak dilegalkannya minuman alkohol tersebut. Dari bertani nira, setiap
anggota kelompok petaninya bisa mendapat keuntungan sebanyak Rp 4.500.000,00
per bulan. Berkat legalisasi ini, ada sekitar 200.000 petani nira yang terbantu dan
terjamin kesejahteraannya. Kalau sudah dilegalisasi, masyarakat Minahasa Selatan
akan cenderung mengonsumsi minuman alkohol legal yang standar dan mutunya
sudah dijamin Pemerintah melalui standar BPOM (Badan Pengawas Obat dan
Makanan) Republik Indonesia.
Adanya Cap Tikus yang mudah didapat juga dipercaya bisa mengurangi angka
kematian akibat minuman oplosan yang kandungannya tidak jelas dan cenderung
mematikan, seperti kejadian ratusan orang yang meninggal akibat oplosan seperti
di berbagai daerah di Tanah Air dapat diminimalisir. Hal ini dapat mencegah
masyarakat untuk lari ke oplosan. Tentu, kebijakan legalisasi minuman beralkohol
tidak dibuat Pemerintah untuk membahayakan masyarakat. Justru sebaliknya,
dengan kebijakan ini pemerintah Minahasa Selatan menjamin siapapun yang ingin
minum, selama mengikuti aturan umur dan batas pembelian minuman, kalian bisa
dapet akses produk minuman beralkohol yang legal dan aman, serta tidak kalah
penting ialah harga yang pas di kantong.
 APA DAMPAK YANG DIRASAKAN OLEH MASYARAKAT
MINAHASA SELATAN?
Kalau sudah dilegalkan, masyarakat Minahasa Selatan akan cenderung
mengonsumsi minuman alkohol legal yang standar dan mutunya sudah dijamin
Pemerintah melalui standar BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) Republik
Indonesia. Adanya Cap Tikus yang mudah didapat juga dipercaya bisa mengurangi
angka kematian akibat minuman oplosan yang kandungannya tidak jelas dan
mematikan. Hal ini dapat mencegah masyarakat untuk mengkonsumsi minuman
beralkohol oplosan yang mematikan. Tentu, kebijakan legalisasi minuman
beralkohol tidak dibuat Pemerintah untuk membahayakan masyarakat. Justru

13
sebaliknya, dengan kebijakan ini pemerintah Minahasa Selatan menjamin siapapun
yang ingin minum, selama mengikuti aturan umur dan batas pembelian minuman,
kalian bisa mengakses produk Cap Tikus 1978 yang legal dan aman, dan tidak kalah
penting harganya yang pas di kantong. Kini berkat Cap Tikus 1978 yang telah legal,
banyak petani nira terbantu. Akun instagram @captikus1978 menulis bahwa ada
sebanyak 200.000 petani nira yang terbantu dan terjamin kesejahteraannya. di
Minahasa, produsen cap tikus berada di banyak lokasi dan dibuat oleh warga. salah
satunya di Desa Rumengkor, Kecamatan Tombulu, Kabupaten Minahasa, Sulawesi
Utara. Dikutip dari Antara, salah satu pembuat minuman keras cap tikus di desa itu
adalah Alex Sius Rabung (53). Alex Sius memiliki peralatan sederhana untuk
membuat cap tikus dimana pembakar dilakukan dengan kayu bakar. Masyarakat di
daerah itu meyakini cap tikus sebagai minuman kesehatan untuk menghilangkan
berbagai penyakit yang ada di dalam tubuh. Harga minuman cap tikus buatan Alex
Sius dijual hanya 10 ribu rupiah per botol, yang biasanya hanya dijual illegal. Kini
petani cap tikus dapat berperan serta dalam pembangunan daerah dengan
berpartisipasi sebagai penyedia bahan bagi perusahaan produksi cap tikus legal. Cap
Tikus yang sudah resmi bisa diperjual belikan secara legal, Bahkan sudah bisa
dibawa sebagai oleh-oleh ke luar daerah karena telah memiliki pita cukai.

 PRO - KONTRA RUU (RANCANGAN UNDANG – UNDANG)


MINUMAN BERALKOHOL
Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia berkali-kali
mencoba membuat aturan larangan minuman beralkohol. Beberapa fraksi di DPR
pernah mengusulkannya pada tahun2009 dan mencobanya lagi pada tahun 2014,
namun tidak pernah berhasil karena antarfraksi tidak bisa menemukan kata sepakat.
Pada akhir tahun ini usulan tersebut dinaikkan lagi. Kali ini, dengan mayoritas
partai-partai Islam sebagai pengusul (seperti Partai Persatuan Pembangunan / PPP
dan Partai Keadilan Sejahtera / PKS) larangan terhadap minuman beralkohol
kembali dengan alasan untuk menegakkan nilai-nilai ajaran agama Islam.
Perihal sanksi bagi pelanggar RUU Larangan Minuman Beralkohol ini diatur di
BAB VI tentang Ketentuan Pidana. Sebagaimana dikutip dari Detikcom, aturan itu

14
ada di Pasal 19 yang berbunyi, ”Setiap orang yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dipidana dengan pidana penjara paling
sedikit (2) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling sedikit
Rp200.000.000 (dua ratus juta) dan paling banyak Rp1.000.000.000 (satu miliar
rupiah)”.

Detail tentang minuman beralkohol diatur dalam Pasal 4. Pada pasal 4 terdiri
atas 2 ayat yaitu sebagai berikut:

(1)Minuman beralkohol yang dilarang diklasifikasi berdasarkan golongan dan


kadarnya sebagai berikut:
a. Minuman beralkohol golongan A adalah minuman beralkohol dengan kadar
etanol lebih dari 1% (satu persen) sampai dengan 5% (lima persen);
b. Minuman beralkohol golongan B adalah minuman beralkohol dengan kadar
etanol lebih dari 5% (lima persen) sampai dengan 20% (dua puluh persen);
dan
C. Minuman beralkohol golongan C adalah minuman beralkohol dengan kadar
etanol lebih dari 20% (dua puluh persen) sampai dengan 55% (lima puluh lima
persen).
(2) Setiap minuman beralkohol berdasarkan golongan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilarang minuman beralkohol yang meliputi:
a. Minuman beralkohol tradisional; dan
b. Minuman beralkohol campuran atau racikan.

Pasal 5, 6, dan 7 RUU Minol melarang produksi, menyimpan, mengedarkan,


menjual, dan mengonsumsi semua jenis minuman beralkohol. "Larangan
sebagaimana dimaksud Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 7 tidak berlaku untuk
kepentingan terbatas," bunyi pasal 8 ayat (1). Dan pada Pasal 8 memuat ketentuan,
minuman beralkohol diperbolehkan untuk kepentingan adat, ritual keagamaan,
wisatawan, farmasi, dan tempat-tempat yang diizinkan oleh peraturan perundang-
undangan.
Banyak pihak menanggapi rancangan undang-undang tersebut, salah satunya ialah
Gomar Gultom (Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia) menegaskan

15
bahwa rancangan ini bersifat infantil, banyak hal dilarang. Beliau menambahkan
bahwa yang dibutuhkan saat ini ialah pengendalian, pengaturan dan pengawasan
yang ketat dan mesti diikuti oleh penegakan hukum yang konsisten. Menurutnya,
aturan terkait minuman beralkohol telah diatur dalam KUHP pasal 300 dan 492 dan
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 25 Tahun 2019. Selain itu beliau
berpendapat bahwa terdapat RUU lain yang lebih mendesak untuk dibahas oleh
DPR karena terabaikan, seperti RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dan RUU
Perlindungan Pekerja Rumah Tangga.

Selain itu, dalam artike lokezone.com menurut Edi Hasibuan (Kriminolog dan
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia)
mengungkapkan bahwa RUU ini belum terlalu penting / mendesak dan menyoroti
bahwa ada RUU lain yang lebih penting dan prioritas perlu dibahas bagi kebutuhan
masyarakat. Menurut Edi, tingginya angka kriminalitas bukan disebabkan konsumsi
minuman beralkohol, melainkan faktor ekonomi yang tidak tercukupi.

Pendapat terkait ruu dilontarkan oleh mantan anggota DPRD Minahasa Selatan,
Setli Kohdong. Setli mengatakan bahwa ruu ini perlu dikaji mendalam, karena
menyangkut kearifan lokal yang sudah diwariskan selama berabad-abad. Setli juga
menambahkan bahwa banyaknya petani yang mengolah pohon nira untuk
memproduksi minuman Cap Tikus akan sangat terdampak. Karena pendapatan dari
memproduksi minuman tersebut digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga
dan tentu berperan besar dalam membiayai pendidikan anak-anak petani bahkan
hingga perguruan tinggi.

Melalui tulisan ini, penulis menarik kesimpulan bahwa sejatinya DPR


mematangkan perundang-undangan yang lebih mendesak dan terkait kebutuhan
masyarakat. Sejauh ini sudah terdapat aturan main dalam produksi dan perdagangan
minuman beralkohol. Terkait akses dan konsumsi minuman tersebut dapat di
kendalikan, dan diawasi secara ketat oleh penegakan hukum secara konsisten.
Dalam mendapatkan dan mengkonsumsi minuman beralkohol diperlukan kesadaran
dari masyarakat yang bulat sehingga tidak jatuh pada penyalahgunaan efek alkohol
terutama dalam perbuatan melanggar hukum. Apabila RUU Minuman Beralkohol
tersebut terealisasi maka akan sangat berdampak pada perusahaan produsen dan
juga masyarakat yang menggantungkan hidup dari memproduksi minuman

16
beralkohol entah itu legal atau ilegal. Berikut merupakan salah satu artikel terkait
tanggapan dari Petani Cap Tikus terhadap RUU Minol

17
C. TEORI MENDUKUNG
 Jika dikaitkan dengan teori dari Walt Whitman, terdapat 5 tahap
pembangunan yaitu
1. Tahap Tradisional
 Pertanian padat tenaga kerja
 Belum mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi (Era
Newton)
 Ekonomi mata pencaharian
 Hasil – Hasil tidak disimpan atau diperdagangkan
 Adanya sistem barter

Berdasarkan realita pada Kabupaten Minahasa Selatan, tahap tradisional


masih dipergunakan dalam kehidupan bermasyarakat, walaupun dalam kondisi
sekarang pemerintah setempat telah melakukan perbaikan dan perkembangan
infrastruktur pada beberapa titik strategis di wilayah Kabupaten Minahasa
Selatan. Hal ini dilakukan karena pemerintah telah menyiapkan strategi
persiapan untuk meninggalakan tahap pembangunan tradisonal.Adanya tahap
tradisional dikarenakan sebagian besar penduduk Minahasa Selatan yang
merupakan masyarakat pedesaan masih mengandalkan penghasilan utama dari
pertanian dan perkebunan, yakni contohnya aren, cengkeh, kelapa, dan kopra,
jagung, padi, kacang. Hal ini didasari karena penduduk di desa masih merasa
nyaman dengan tahap tradisional yakni kerja mengelola kebun milik pribadi.
Faktor yang membuat masyarakat masih nyaman mengolah secara tradisional
dan perorangan ialah masih terbatasnyapengetahuan untuk meningkatkan hasil
dan kualitas panen dan kesadaran akan pentingnya kerjasama serta pemasaran
produk. Maka dari itu sebagian besar penduduk di desa pada Kabupaten
Minahasa Selatan masih mengandalkan hasil pertanian secara tradisional dan
bersifat perorangan serta pemasarannya hanya terbatas.Tetapi sebagian besar
masyarakat Kabupaten Minahasa Selatan bekerja di instansi pemerintah dan juga
swasta dan tak banyak yang berwirausaha.

18
2. Prakondisi Lepas Landas
 Pendirian industri - industri pertambangan
 Peningkatan penggunaan modal dalam pertanian
 Perlunya pendanaan asing
 Tabungan dan investasi meningkat
 Terdapat lembaga organiasai tingkat nasional
 Adanya elit – elit baru
 Perubahan seringkali dipicu oleh gangguan dari luar
3. Jaman Konsumsi Masal yang tinggi
 Proporsi ketenagakerjaan yang tinggi dibidang jasa
 Meluasnya konsumsi atas barang – barang yang tahan lama
dan jasa
 Peningkatan atas belanja jasa – jasa kemakmuran
4. Tahap Lepas Landas
 Industrialisasi meningkat
 Tabungan dan investasi semakin meningkat
 Peningkatan pertumbuhan regional
 Tenaga kerja di sector pertanian menurun
 Stimulus ekonomi berupa revolusi politik
 Inovasi teknologi
 Perubahan ekonomi internasional
 Laju investasi dan tabungan meningkat 5 – 10% dari
pendapatan nasional
 Sector usaha perdagangan atau manufaktur
 Pengaturan kelembagaan
5. Tahap Bergerak ke Kedewasaan
 Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan
 Diversifikasi industry
 Penggunaan teknologi secara meluas
 Pembangunan di sektor – sektor baru

19
 Investasi dan tabungan meningkat 10 – 20% dari pendapatan
nasional

 TEORI SCHUMPETER

Teori Schumpeter ini pertama kali dikemukakan dalam bukunya yang


berbahasa Jerman pada tahun 1911 yang dikemukakan pada tahun 1934 diterbitkan
dalam bahasa Inggris dengan judul The Theory of Economic Development.
Kemudian Schumpeter menggambarkan teorinya lebih lanjut tentang proses
pembangunan dan faktor utama yang menentukan pembangunan dalam bukunya
yang diterbitkan pada tahun 1939 dengan judul Business Cycle. Salah satu pendapat
Schumpeter yang penting, yang merupakan landasan teori pembangunannya, adalah
keyakinannya bahwa sistem kapitalisme merupakan sistem yang paling baik untuk
menciptakan pembangunan ekonomi yang.pesat. Namun demikian, Schumpeter
meramalkan secara pesimis bahwa dalam jangka panjang sistem kapitalisme akan
mengalami kemandegan (stagnasi). Pendapat ini sama dengan pendapat kaum
Klasik. Sekarang bagaimana proses perkembangan ekonomi ?

Menurut Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan perkembangan


ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya adalah para inovator atau wiraswasta
(entrepreneur). Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa diterapkan dengan
adanya inovasi oleh para entrepreneur. Dan kemajuan ekonomi tersebut diartikan
sebagai peningkatan output total masyarakat. Dalam membahas perkembangan
ekonomi, Schumpeter membedakan pengertian pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan ekonomi walaupun keduanya merupakan sumber peningkatan output
masyarakat.

Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output


masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang
digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan "teknologi"
dan sebagainya. Inovasi tersebut menyangkut perbaikan kuantitatif dari sistem
ekonomi itu sendiri yang bersumber dari kreativitas para wiraswastanya.
Pembangunan ekonomi berawal pada suatu lingkungan sosial, politik, dan teknologi

20
yang menunjang kreativitas para wiraswasta. Adanya lingkungan yang menunjang
kreativitas akan menimbulkan beberapa wiraswasta perintis (pioneer) yang mencoba
menerapkan ide-ide baru dalam kehidupan ekonomi (cara berproduksi baru, produk
baru, bahan mentah, dan sebagainya). Mungkin tidak semua perintis tersebut akan
berhasil dalam melakukan inovasi. Bagi yang berhasil melakukan inovasi tersebut
akan menimbulkan posisi monopoli bagi pencetusnya. Posisi monopoli ini akan
menghasilkan keuntungan di atas keuntungan normal yang diterima para pengusaha
yang tidak berinovasi. Keuntungan monopolistis ini merupakan imbalan bagi para
inovator can sekaligus juga merupakan rangsangan bagi para calon inovator.

Hasrat untuk berinovasi terdorong oleh adanya harapan memperoleh


keuntungan monopolistis tersebut. Inovasi mempunyai 3 pengaruh yaitu:

1) diperkenalkannya teknologi baru


2) menimbulkan keuntungan lebih (keuntungan monopolistis) yang
merupakan sumber dana penting bagi akumulasi modal.
3) inovasi akan diikuti oleh timbulnya proses peniruan (imitasi) yaitu
adanya pengusaha-pengusaha lain yang meniru teknologi baru
tersebut. Proses peniruan (imitasi) tersebut di atas pada akhirnya akan
diikuti oleh investasi (akumulasi modal) oleh para peniru (imitator)
tersebut.

Proses peniruan ini mempunyai pengaruh berupa:

a) menurunnya keuntungan monopolistis yang dinikmati oleh para


inovator, dan
b) penyebaran teknologi baru di dalam masyarakat, berarti teknologi
tersebut tidak lagi menjadi monopoli bagi pencetusnya.

Kesemua proses yang dijelaskan dimuka meningkatkan output


masyarakat dan secara keseluruhan merupakan proses pembangunan
ekonomi. Dan menurut Schumpeter, sumber kemajuan ekonomi yang
lebih penting adalah pembangunan ekonomi tersebut.

21
Faktor-faktor Penunjang Inovasi : Schumpeter membedakan inovasi dan
invensi (penemuan). Seseorang yang menemukan msein uap bisa disebut
inventor (penemu), tetapi bukan inovator. Pengusaha yang mendirikan
perusa¬haan karena api adalah inovatornya. Dengan kata lain, inovasi
adalah penerapan pengetahuan teknologi di dunia ekonomi, komersial,
dan kemasyarakatan. Jadi seorang inovator belum tentu inventor, atau
sebaliknya.

Menurut Schumpeter ada 5 macam kegiatan yang dimasukkan sebagai


inovasi yaitu:

1. diperkenalkannya produk baru yang sebelumnya tidak ada.


2. 2. diperkenalkannya cara berproduksi baru. 3.
3. pembukaan daerah-daerah pasar baru. 4.
4. penemuan sumber-sumber bahan mentah baru. 5.
5. perubahan organisasi industri sehingga efisiensi industri.
produksi itu sendiri.

Syarat-syarat terjadinya inovasi:

a) harus tersedia cukup calon-calon pelaku inovasi (inovator dan


wiraswasta) di dalam masyarakat.
b) harus ada lingkungan sosial, politik, dan teknologi yang bisa
merangsang semangat inovasi dan pelaksanaan ide-ide untuk
berinovasi.

Sedangkan yang dimaksudkan dengan inovator atau entrepreneur


adalah orang-orang yang terjun dalam dunia bisnis yang mempunyai
semangat dan keberanian untuk menerapkan ide-ide baru menjadi
kenyataan. Seorang inovator atau entrepreneur biasanya berani
mengambil resiko usaha, karena memang ide-ide baru tersebut belum
pernah dicoba diterapkan secara ekonomis sebelumnya.

Biasanya mereka berani mengambil resiko usaha tersebut karena:

22
a) adanya kemungkinan bagi mereka untuk mendapatkan
keuntungan monopolistis jika usahanya berhasil, dan
b) adanya semangat dan keinginan pada diri mereka untuk bisa
mengalahkan saingan-saingan mereka melalui ide baru. Jelas
bahwa seorang inovator atau entrepreneur, menurut Schumpeter,
bukanlah sekadar pengusaha atau wiraswasta biasa.

Hanya mereka yang berani mencoba dan melaksanakan ide-ide baru yang
bisa tersebut entrepreneur menurut Schumpeter. Pengusaha yang hanya
mengelola secara rutin perusahaannya bukan entrepreneur tetapi hanyalah
seorang manajer.

Ada 2 faktor lain yang menunjang terlaksananya inovasi yaitu:

1. tersedianya cadangan ide-ide baru secara memadai.


2. adanya sistem perkreditan yang bisa menyediakan dana bagi para
entrepreneur untuk merealisir ide-ide tersebut menjadi kenyataan.

Cadangan ide-ide baru merupakan hasil-hasil penemuan para inovator.


Cadangan yang cukup berarti adanya kelompok inovator yang cukup di dalam
masyarakat dan adanya lingkungan ilmiah yang menunjang. Di sini peranan
masyarakat ilmiah yang berkembang dan dinamis yaitu sebagai salah satu unsur
utama dari lingkungan inovasi. Sistem perkreditan, yang menyediakan dana bagi
mereka yang tidak memiliki dana tetapi mempunyai rencana penggunaan dana, juga
merupakan faktor penunjang bagi terwujudnya inovasi. Tanpa adanya sistem kredit,
hanya mereka yang mempunyai danalah yang bisa menjadi inovator. Oleh karena itu
antara penyedia dana dan calon inovator perlu kerjasama.

Teori dari Schumpeter ini memiliki hubungan dengan produk local minuman keras Cap
Tikus 1978, karena menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan
output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi
yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan "teknologi"
dan sebagainya. Inovasi tersebut menyangkut perbaikan kuantitatif dari sistem ekonomi
itu sendiri yang bersumber dari kreativitas para wiraswastanya. Pembangunan ekonomi

23
berawal pada suatu lingkungan sosial, politik, dan teknologi yang menunjang kreativitas
para wiraswasta.

Dengan adanya inovasi dari pihak swasta, mampu memperkenalkan produk khas
Sulawesi Utara dan dianggap mampu bersaing di pasaran minuman keras khas daerah,
baik di Indonesia maupun dunia.

24
ASAL USUL CAP TIKUS 1978

25
26
27
PENUTUP

Kabupaten Minahasa Selatan diresmikan pada 4 Agustus 2003, setelah


sebelumnya bergabung dengan Kabupaten Minahasa. Berdasarkan pembagian wilayah
administratif pemerintah daerah, Minahasa Selatan dibagi menjadi 17 Kecamatan, 167
desa, 10 kelurahan, dan 1051 SLS dalam hal ini dikenal sebagai Jaga atau Lingkungan.
Salah satu fenomena demografi yang sangat penting pada suatu daerah adalah
pertumbuhan penduduk

Dilihat dari sumber daya alam yang dimiliki oleh Kabupaten Minahasa Selatan,
maka bidang pertanian menjadi sumber utama yang bisa dikelola untuk dijadikan mata
pencarian sekaligus pendapatan daerah guna meningkatkan perekonomian di Kabupaten
Minahasa Selatan, menurunkan tingkat kemiskinan dan pengangguran dan
meningkatkan produktivitas masyarakat. Untuk meningkatkan produktivitas, maka
sebaiknya sumber daya alam yang dimiliki oleh kabupaten Minahasa Selatan dikelola
agar bisa mendapatkan keuntungan untuk daerah dan masyarakat.

Hasil dari produksi tanaman Aren dapat dikelola menjadi beberapa hasil yang
dapat diperjualbelikan karena sesuai dengan tingkat kebutuhan di masyarakat terlebih
khusus masyarakat Sulawesi Utara. Yang menjadi fokus dari hasil Aren adalah minuman
cap tikus, yakni minuman berakohol yang selalu dicari oleh masyarakat. Dari data
diatas, menunjukan kemampuan dari Kabupaten Minahasa Selatan untuk menjawab
permintaan dari masyarakat akan minuman Cap Tikus yang dibutuhkan.

Legalisasi minuman khas Sulawesi Utara ini diperjuangkan oleh Pemerintah


Kabupaten (Pemkab) Minahasa Selatan (Minsel) sendiri. Digagas oleh Bupati Minsel,
Dr. Christiany Eugenia Tetty Paruntu, dia mengakui banyak rintangan yang dihadapi dan
berbagai proses harus ditempuh, dari lobi pengusaha minuman beralkohol, pengurusan
izin BPOM, dan pengurusan izin-izin lainnya di Jakarta. Minuman Cap Tikus berhasil
dilegalisasi dan diproduksi oleh pabrik di Desa Kapitu, Kecamatan Amurang Barat.

28
Larangan konsumsi miras dalam RUU Minuman Beralkohol ini dikecualikan. Ini
tercantum dalam Pasal 8 RUU itu. Larangan konsumsi miras tidak berlaku untuk
kepentingan adat, ritual keagamaan,wisatawan, farmasi, tempat-tempat yang diizinkan
oleh peraturan perundang-undangan. Salah satu yang diatur di RUU Minuman
Beralkohol itu adalah miras tradisional. Di Indonesia ada cukup banyak miras
tradisional. Beberapa di antaranya bahkan sudah dinyatakan legal.

Berdasarkan realita pada Kabupaten Minahasa Selatan, tahap tradisional (teori


Walt Whitman) masih dipergunakan dalam kehidupan bermasyarakat, walaupun dalam
kondisi sekarang pemerintah setempat telah melakukan perbaikan dan perkembangan
infrastruktur pada beberapa titik strategis di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan. Hal
ini dilakukan karena pemerintah telah menyiapkan strategi persiapan untuk
meninggalakan tahap pembangunan tradisonal.Adanya tahap tradisional dikarenakan
sebagian besar penduduk Minahasa Selatan yang merupakan masyarakat pedesaan masih
mengandalkan penghasilan utama dari pertanian dan perkebunan, yakni contohnya aren,
cengkeh, kelapa, dan kopra, jagung, padi, kacang.

Teori dari Schumpeter, memiliki hubungan dengan produk lokal minuman keras
Cap Tikus 1978, karena menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah
peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor
produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan
"teknologi" dan sebagainya. Inovasi tersebut menyangkut perbaikan kuantitatif dari
sistem ekonomi itu sendiri yang bersumber dari kreativitas pihak swasata. Pembangunan
ekonomi berawal pada suatu lingkungan sosial, politik, dan teknologi yang menunjang
kreativitas para wiraswasta ditambah dengan adanya kolaborasi antara pemerintah dan
pihak swasta menjadikan inovasi berkembang dan berdampak positif bagi masyarakat
khususnya dalam hal ini petani produsen cap tikus dari pohon Aren.

29
DAFTAR PUSTAKA

B.F. Pasaribu, Rownlad. 2009. Ekonomi Pembangunan. Depok : Universitas


Gunadarma.
https://id.wikipedia.org/wiki/Cap_tikus
https://lifestyle.kontan.co.id/news/viral-minuman-beralkohol-khas-manado-cap-
tikuskini-sudah-legal?page=all
https://minselkab.bps.go.id/
https://minselkab.bps.go.id/galery.html
https://suar.grid.id/read/201365825/miras-cap-tikus-berkadar-alkohol-45-
persendilegalkan-sebegini-harga-jual-per-botolnya?page=all
https://theconversation.com/tidak-praktis-dan-realistis-menggugat-alasan-dpr-dalam-
pembahasan-ruu-minol-150177
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201113111933-20-569357/pgi-soal-ruu-
minol-apa-apa-dilarang-kapan-dewasa
https://www.kompas.com/tren/read/2020/11/14/100300765/apa-itu-ruu-larangan-
minuman-beralkohol-isi-dan-pasal-yang-disorot?page=all.
https://www.manadonews.co.id/2018/12/28/akhirnya-cap-tikus-legal-bisa-jadi-ole-
ole/
https://www.stopoplosan.org/artikel/fakta-alkohol/harus-tahu-ini-dia-fakta-
tentanglegalisasi-cap-tikus-di-indonesia
http://www.teropongsulut.com/2019/01/07/lounching-produk-lokal-cap-tikus-1978-
bupati-minsel-tety-berharap-kesejahteraan-petani-makin-bertamba/

30

Anda mungkin juga menyukai