PASCASARJANA UNSRAT
2020
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI.................................................................................................................................2
PENDAHULUAN........................................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................................5
A. KABUPATEN MINAHASA SELATAN.........................................................................5
B. PRODUK CAP TIKUS 1978 MINAHASA SELATAN.................................................11
C. TEORI MENDUKUNG..................................................................................................16
PENUTUP..................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................28
2
PENDAHULUAN
Dewasa ini, berbagai macam dan bentuk minuman keras sudah bisa beredar
dalam kehidupan masyarakat sehari – hari baik minuman keras yang bersifat legal dan
illegal. Konsumsi minuman keras telah menjadi gaya hidup bagi masyarakat di kota –
kota besar yang membentuk sebuah pemikiran bahwa seseorang yang dinilai telah
menjadi dewasa ketika dia bisa mengkonsumsi minuman keras dan menjadi sebuah hal
mandatory ketika kita pergi mengunjungi tempat tongkrongan di kota – kota besar.
Beragam jenis minuman keras yang beredar saat ini, seperti yang kita kenal di daerah
Sulawesi Utara adalah Cap Tikus atau Sopi. Dengan kekayaan alam yang dimiliki
Sulawesi Utara, yakni suburnya tanah di Minahasa dengan berlimpahnya pohon kelapa,
pala, cengkeh, vanili, dan pohon enau atau dikenal dengan pohon seho. Memanfaatkan
kekayaan alam ini, maka masyarakat di seluruh pelosok Minahasa menjadikan kegiatan
bertani adalah salah satu kegiatan yang ditekuni dari jaman nenek moyang hingga
sekarang ini. Namun seiring berjalannya waktu, kegiatan bertani tidak lagi menjadi salah
satu mata pencarian utama para masyarakat di daerah Minahasa.
3
Tingginya tingkat permintaan dari masyarakat dikarenakan faktor budaya yang
telah berlangsung di Sulawesi Utara khususnya di tanah Minahasa karena Cap Tikus
atau sopi digunakan oleh masyarakat untuk tradisi, adat, upacara, menghangatkan
tubuh, perayaan hari syukuran, penghiburan duka, pelengkap acara pertemuan sanak
saudara, teman, dll.
Adapun Metode pengolahan Cap Tikus secara tradisional (destilasi bambu)
banyak digunakan karena membutuhkan biaya yang sedikit. Alat sederhana dan
mudah ini membutuhkan waktu produksi yang lama. Selain butuh tenaga ekstra,
dampak bagi kesehatan para petani Cap Tikus sangat beresiko karena menghirup
asap dari tungku. Sedangkan metode pengolahan Cap Tikus secara modern (destilasi
pipa logam) membutuhkan lebih banyak biaya karena penyulingan menggunakan
pipa logam. Kelebihannya adalah waktu produksi lebih cepat, tidak mengeluarkan
banyak tenaga, kualitas Cap Tikus lebih baik dan tidak menghasilkan banyak asap
seperti pada proses metode tradisional, serta Cap Tikus tidak akan berasa seperti
bambu.
Kekayaan tanah Minahasa dalam hal ini minuman keras Cap Tikus telah
diperkenalkan oleh pemerintah Sulawesi Utara dalam hal ini Bupati Minahasa
Selatan periode 2015 – 2020, Ibu Christiany Eugenia Paruntu. Produk Cap Tikus
dari Minahasa Selatan telah legal dan dipasarkan ke seluruh Indonesia dan bisa
ditemukan pada berbagai e-commerce dan pusat souvenir / oleh-oleh tertentu. Selain
memperkenalkan produk Cap Tikus ke seluruh Indonesia, pemerintah Minahasa
Selatan berniat untuk memperkenalkan produk asli Minahasa Selatan ke berbagai
negara. Dengan menggandeng pihak swasta, pemerintah kabupaten Minahasa
Selatan melegalkan produk Cap Tikus 1978 yang bisa menjadi salah satu oleh – oleh
khas Sulawesi Utara yang di produksi di Minahasa Selatan.
Untuk itu makalah ini akan membahas peran cap tikus dalam peningkatan
perekonomian di Minahasa Selatan.
4
PEMBAHASAN
5
Dengan demikian rasio jenis kelamin di Minahasa Selatan adalah 106,60. Rasio tersebut
menjelaskan bahwa tiap 100 penduduk berjenis kelamin perempuan, terdapat 106-107
penduduk berjenis kelamin laki-laki. Angka ini masih sama jika dibandingkan dengan
tahun 2018. Terkait kepadatan penduduk, pada Kabupaten Minahasa Selatan tahun 2019
mencapai 144,66 jiwa/km2. Sehingga dalam setiap kilometer wilayah Minahasa Selatan
rata-rata dihuni oleh 144-145 jiwa.Dilihat berdasarkan perannya sebagai ibukota
Kabupaten, Kelurahan Amurang menjadi kelurah dengan tingkat kepadatan tertinggi
yaitu mencapai 531 jiwa/km2.
6
ditemukan bahwa sebanyak 34,05% pendidikan penduduk bekerja merupakan
tamatan SD sederajat. Kemudian disusul oleh tamatan perguruan tinggi sebanyak
33,57%, tamatan SMP sebanyak 22,47% dan tamatan SMA sebanyak 9,91%.
Sedangkan hasil yang didapat pada bagian pendidikan pengangguran sebanyak
45,98% penduduk yang menganggur adalah tamatan perguruan tinggi. Lalu
disusul oleh tamatan SMP, SD dan SMA.
Berdasarkan infografis ketenagakerjaan secara tidak langsung dapat
dikatakan bahwa presentase penduduk pengangguran dapat mempengaruhi
tingkat kemiskinan pada kabupaten Minahasa Selatan.Hal tersebut terjadi karena
tidak adanya gaji/upah yang didapatkan oleh penduduk yang menganggur.
Ketika penduduk pengangguran memilih untuk tidak berusaha atau mencari
pekerjaan maka kebutuhan kehidupan tidak bisa terpenuhi yang akan berujung
pada peningkatan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi daerah yang stagnan atau
lamban hingga kelayakan hidup yang tidak sesuai. Jika dilihat dari tabel tenaga
kerja sebanyak 12.555 jiwa memiliki status pekerjaan utama sebagai buruh tidak
tetap/ tidak dibayar.Sebanyak 12.801 masyarakat memiliki status pekerjaan
utama sebagai pekerja keluarga atau tidak tidak dibayar.Berdasarkan data
tersebut maka dapat disimpulkan sebanyak 25.356 masyarakat Kabupaten
Minahasa Selatan tidak memiliki pendapatan tetap dari pekerjaan mereka.
7
Infografis Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Minahasa Selatan
8
Sumber : BPS kabupaten Minahasa Selatan
Berdasarkan tabel diatas, dilihat bahwa beberapa hasil produksi tanaman perkebunan
dalam jumlah ton, yang dijabarkan berdasarkan kecamatan di Minahasa Selatan.
Berbagai hasil tanaman yang ada di Minahasa Selatan berupa Kelapa, Kopi Robusta,
Kopi Arabika, Kako, Cengkeh, Pala, dan Aren. Dilihat dari tabel, produksi tanaman
khususnya Aren dapat ditemui di seluruh kecamatan di Minahasa Selatan. Berdasarkan
angka produksi Aren, menggambarkan bahwa Minahasa Selatan memiliki hasil alam
Aren yang melimpah. Hasil dari produksi tanaman Aren dapat dikelola menjadi
beberapa hasil yang dapat diperjual belikan karena sesuai dengan tingkat kebutuhan di
Masyarakat terlebih khusus Masyarakat Sulawesi Utara. Yang menjadi fokus dari hasil
Aren adalah minuman cap tikus, yakni minuman berakohol yang selalu dicari oleh
masyarakat. Dari data diatas, menunjukan kemampuan dari kabupaten Minahasa Selatan
untuk menjawab permintaan dari masyarakat akan minuman Cap Tikus yang
dibutuhkan.
Melihat hasil alam berupa Aren, maka pemerintah bersama dengan pihak swasta bekerja
sama untuk melakukan pengolahan ekstra terhadap hasil tanaman aren, dalam hal ini
9
ialah minuman Cap Tikus. Pemerintah bekerja sama dengan pihak swasta untuk
mengembangkan dan berinovasi terhadap minuman berakohol yang satu ini. Dari segi
mutu, kualitas, dan tampilan akan produk minuman keras Cap Tikus. Dari sisi
pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan, pemerintah berupaya melegalkan minuman
beralkohol tersebut agar dapat diperjualbelikan secara sah. Pada sisi yang lain, ini
merupakan upaya pemerintah Minahasa Selatan untuk meningkatkan tingkat
kesejahteraan petani di Minahasa Selatan khususnya petani aren, agar mampu memenuhi
kebutuhan hidup mereka dengan mengelola hasil perkebunan milik petani.
Dengan melakukan kerja sama antar pihak swasta dan pemerintah Minahasa Selatan,
produk cap tikus 1978 diperjuangkan untuk dilegalkan. Sekitar tahun 2018 – 2019, telah
hadir produk minuman keras Cap Tikus 1978 dari Minahasa Selatan yang legal dan
mendapatkan izin edar dari BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan). Peranan
pemerintah memiliki andil yang besar bagi hadirnya minuman ini. Produk ini
diperjuangkan oleh pemerintah Minahasa Selatan karena memang selayaknya memiliki
hasil khas yang diperdagangkan dan juga untuk mendongkrak perekonomian
masyarakat.
Dengan adanya produk cap tikus 1978, mampu mendorong perekonomian di Minahasa
Selatan dari pendapatan cukai minuman keras Cap Tikus 1978. Ini merupakan tantangan
yang berhasil dijawab pemerintah, ketika adanya tingkat permintaan yang tinggi di
masyarakat, pemerintah mampu menjawab permintaan tersebut. Di satu sisi, pemerintah
memberi edukasi kepada masyarakat untuk berinovasi guna mendongkrak peningkatan
perekonomian. Selain itu pemerintah juga mengenalkan Cap Tikus 1978 ini sebagai
salah satu ikon souvenir khas daerah Sulawesi Utara khususnya Minahasa Selatan.
Dengan mengkonsumsi produk yang telah legal dapat berpartisipasi dalam
pembangunan daerah yakni dengan membayar cukai pada produk, sedangkan produk
illegal tidak memberikan kontribusi bagi pemerintah. Produk Cap Tikus 1978 yang
legal, telah dijamin sterilisasinya dan terjamin kandungannya, ditambah dengan kemasan
yang berkualitas, unik dan menarik. Selanjutnya produk Cap Tikus 1978 melewati
berbagai quality control pada pabrik, dengan melakukan beberapa kali penyulingan yang
diawasi. Selanjutnya dengan hadirnya Cap Tikus 1978, maka menambah salah satu oleh
10
– oleh khas Sulawesi Utara yang diproduksi di Kabupaten Minahasa Selatan
menggunakan produk hasil alam asli tanah Minahasa.
12
dengan dibentuknya alur produksi yang jelas. Petani pengelolaan hasil nira dan
dapat memasok bahan cap tikus ke perusahaan yang sudah legal, karena perusahaan
ini membutuhkan kurang lebih 60-100 ribu liter cap tikus per bulan. Air pohon nira
yang merupakan bahan dasar Cap Tikus itu telah menjadi komoditas yang semakin
dicari sejak dilegalkannya minuman alkohol tersebut. Dari bertani nira, setiap
anggota kelompok petaninya bisa mendapat keuntungan sebanyak Rp 4.500.000,00
per bulan. Berkat legalisasi ini, ada sekitar 200.000 petani nira yang terbantu dan
terjamin kesejahteraannya. Kalau sudah dilegalisasi, masyarakat Minahasa Selatan
akan cenderung mengonsumsi minuman alkohol legal yang standar dan mutunya
sudah dijamin Pemerintah melalui standar BPOM (Badan Pengawas Obat dan
Makanan) Republik Indonesia.
Adanya Cap Tikus yang mudah didapat juga dipercaya bisa mengurangi angka
kematian akibat minuman oplosan yang kandungannya tidak jelas dan cenderung
mematikan, seperti kejadian ratusan orang yang meninggal akibat oplosan seperti
di berbagai daerah di Tanah Air dapat diminimalisir. Hal ini dapat mencegah
masyarakat untuk lari ke oplosan. Tentu, kebijakan legalisasi minuman beralkohol
tidak dibuat Pemerintah untuk membahayakan masyarakat. Justru sebaliknya,
dengan kebijakan ini pemerintah Minahasa Selatan menjamin siapapun yang ingin
minum, selama mengikuti aturan umur dan batas pembelian minuman, kalian bisa
dapet akses produk minuman beralkohol yang legal dan aman, serta tidak kalah
penting ialah harga yang pas di kantong.
APA DAMPAK YANG DIRASAKAN OLEH MASYARAKAT
MINAHASA SELATAN?
Kalau sudah dilegalkan, masyarakat Minahasa Selatan akan cenderung
mengonsumsi minuman alkohol legal yang standar dan mutunya sudah dijamin
Pemerintah melalui standar BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) Republik
Indonesia. Adanya Cap Tikus yang mudah didapat juga dipercaya bisa mengurangi
angka kematian akibat minuman oplosan yang kandungannya tidak jelas dan
mematikan. Hal ini dapat mencegah masyarakat untuk mengkonsumsi minuman
beralkohol oplosan yang mematikan. Tentu, kebijakan legalisasi minuman
beralkohol tidak dibuat Pemerintah untuk membahayakan masyarakat. Justru
13
sebaliknya, dengan kebijakan ini pemerintah Minahasa Selatan menjamin siapapun
yang ingin minum, selama mengikuti aturan umur dan batas pembelian minuman,
kalian bisa mengakses produk Cap Tikus 1978 yang legal dan aman, dan tidak kalah
penting harganya yang pas di kantong. Kini berkat Cap Tikus 1978 yang telah legal,
banyak petani nira terbantu. Akun instagram @captikus1978 menulis bahwa ada
sebanyak 200.000 petani nira yang terbantu dan terjamin kesejahteraannya. di
Minahasa, produsen cap tikus berada di banyak lokasi dan dibuat oleh warga. salah
satunya di Desa Rumengkor, Kecamatan Tombulu, Kabupaten Minahasa, Sulawesi
Utara. Dikutip dari Antara, salah satu pembuat minuman keras cap tikus di desa itu
adalah Alex Sius Rabung (53). Alex Sius memiliki peralatan sederhana untuk
membuat cap tikus dimana pembakar dilakukan dengan kayu bakar. Masyarakat di
daerah itu meyakini cap tikus sebagai minuman kesehatan untuk menghilangkan
berbagai penyakit yang ada di dalam tubuh. Harga minuman cap tikus buatan Alex
Sius dijual hanya 10 ribu rupiah per botol, yang biasanya hanya dijual illegal. Kini
petani cap tikus dapat berperan serta dalam pembangunan daerah dengan
berpartisipasi sebagai penyedia bahan bagi perusahaan produksi cap tikus legal. Cap
Tikus yang sudah resmi bisa diperjual belikan secara legal, Bahkan sudah bisa
dibawa sebagai oleh-oleh ke luar daerah karena telah memiliki pita cukai.
14
ada di Pasal 19 yang berbunyi, ”Setiap orang yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dipidana dengan pidana penjara paling
sedikit (2) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling sedikit
Rp200.000.000 (dua ratus juta) dan paling banyak Rp1.000.000.000 (satu miliar
rupiah)”.
Detail tentang minuman beralkohol diatur dalam Pasal 4. Pada pasal 4 terdiri
atas 2 ayat yaitu sebagai berikut:
15
bahwa rancangan ini bersifat infantil, banyak hal dilarang. Beliau menambahkan
bahwa yang dibutuhkan saat ini ialah pengendalian, pengaturan dan pengawasan
yang ketat dan mesti diikuti oleh penegakan hukum yang konsisten. Menurutnya,
aturan terkait minuman beralkohol telah diatur dalam KUHP pasal 300 dan 492 dan
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 25 Tahun 2019. Selain itu beliau
berpendapat bahwa terdapat RUU lain yang lebih mendesak untuk dibahas oleh
DPR karena terabaikan, seperti RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dan RUU
Perlindungan Pekerja Rumah Tangga.
Selain itu, dalam artike lokezone.com menurut Edi Hasibuan (Kriminolog dan
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia)
mengungkapkan bahwa RUU ini belum terlalu penting / mendesak dan menyoroti
bahwa ada RUU lain yang lebih penting dan prioritas perlu dibahas bagi kebutuhan
masyarakat. Menurut Edi, tingginya angka kriminalitas bukan disebabkan konsumsi
minuman beralkohol, melainkan faktor ekonomi yang tidak tercukupi.
Pendapat terkait ruu dilontarkan oleh mantan anggota DPRD Minahasa Selatan,
Setli Kohdong. Setli mengatakan bahwa ruu ini perlu dikaji mendalam, karena
menyangkut kearifan lokal yang sudah diwariskan selama berabad-abad. Setli juga
menambahkan bahwa banyaknya petani yang mengolah pohon nira untuk
memproduksi minuman Cap Tikus akan sangat terdampak. Karena pendapatan dari
memproduksi minuman tersebut digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga
dan tentu berperan besar dalam membiayai pendidikan anak-anak petani bahkan
hingga perguruan tinggi.
16
beralkohol entah itu legal atau ilegal. Berikut merupakan salah satu artikel terkait
tanggapan dari Petani Cap Tikus terhadap RUU Minol
17
C. TEORI MENDUKUNG
Jika dikaitkan dengan teori dari Walt Whitman, terdapat 5 tahap
pembangunan yaitu
1. Tahap Tradisional
Pertanian padat tenaga kerja
Belum mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi (Era
Newton)
Ekonomi mata pencaharian
Hasil – Hasil tidak disimpan atau diperdagangkan
Adanya sistem barter
18
2. Prakondisi Lepas Landas
Pendirian industri - industri pertambangan
Peningkatan penggunaan modal dalam pertanian
Perlunya pendanaan asing
Tabungan dan investasi meningkat
Terdapat lembaga organiasai tingkat nasional
Adanya elit – elit baru
Perubahan seringkali dipicu oleh gangguan dari luar
3. Jaman Konsumsi Masal yang tinggi
Proporsi ketenagakerjaan yang tinggi dibidang jasa
Meluasnya konsumsi atas barang – barang yang tahan lama
dan jasa
Peningkatan atas belanja jasa – jasa kemakmuran
4. Tahap Lepas Landas
Industrialisasi meningkat
Tabungan dan investasi semakin meningkat
Peningkatan pertumbuhan regional
Tenaga kerja di sector pertanian menurun
Stimulus ekonomi berupa revolusi politik
Inovasi teknologi
Perubahan ekonomi internasional
Laju investasi dan tabungan meningkat 5 – 10% dari
pendapatan nasional
Sector usaha perdagangan atau manufaktur
Pengaturan kelembagaan
5. Tahap Bergerak ke Kedewasaan
Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan
Diversifikasi industry
Penggunaan teknologi secara meluas
Pembangunan di sektor – sektor baru
19
Investasi dan tabungan meningkat 10 – 20% dari pendapatan
nasional
TEORI SCHUMPETER
20
yang menunjang kreativitas para wiraswasta. Adanya lingkungan yang menunjang
kreativitas akan menimbulkan beberapa wiraswasta perintis (pioneer) yang mencoba
menerapkan ide-ide baru dalam kehidupan ekonomi (cara berproduksi baru, produk
baru, bahan mentah, dan sebagainya). Mungkin tidak semua perintis tersebut akan
berhasil dalam melakukan inovasi. Bagi yang berhasil melakukan inovasi tersebut
akan menimbulkan posisi monopoli bagi pencetusnya. Posisi monopoli ini akan
menghasilkan keuntungan di atas keuntungan normal yang diterima para pengusaha
yang tidak berinovasi. Keuntungan monopolistis ini merupakan imbalan bagi para
inovator can sekaligus juga merupakan rangsangan bagi para calon inovator.
21
Faktor-faktor Penunjang Inovasi : Schumpeter membedakan inovasi dan
invensi (penemuan). Seseorang yang menemukan msein uap bisa disebut
inventor (penemu), tetapi bukan inovator. Pengusaha yang mendirikan
perusa¬haan karena api adalah inovatornya. Dengan kata lain, inovasi
adalah penerapan pengetahuan teknologi di dunia ekonomi, komersial,
dan kemasyarakatan. Jadi seorang inovator belum tentu inventor, atau
sebaliknya.
22
a) adanya kemungkinan bagi mereka untuk mendapatkan
keuntungan monopolistis jika usahanya berhasil, dan
b) adanya semangat dan keinginan pada diri mereka untuk bisa
mengalahkan saingan-saingan mereka melalui ide baru. Jelas
bahwa seorang inovator atau entrepreneur, menurut Schumpeter,
bukanlah sekadar pengusaha atau wiraswasta biasa.
Hanya mereka yang berani mencoba dan melaksanakan ide-ide baru yang
bisa tersebut entrepreneur menurut Schumpeter. Pengusaha yang hanya
mengelola secara rutin perusahaannya bukan entrepreneur tetapi hanyalah
seorang manajer.
Teori dari Schumpeter ini memiliki hubungan dengan produk local minuman keras Cap
Tikus 1978, karena menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan
output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi
yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan "teknologi"
dan sebagainya. Inovasi tersebut menyangkut perbaikan kuantitatif dari sistem ekonomi
itu sendiri yang bersumber dari kreativitas para wiraswastanya. Pembangunan ekonomi
23
berawal pada suatu lingkungan sosial, politik, dan teknologi yang menunjang kreativitas
para wiraswasta.
Dengan adanya inovasi dari pihak swasta, mampu memperkenalkan produk khas
Sulawesi Utara dan dianggap mampu bersaing di pasaran minuman keras khas daerah,
baik di Indonesia maupun dunia.
24
ASAL USUL CAP TIKUS 1978
25
26
27
PENUTUP
Dilihat dari sumber daya alam yang dimiliki oleh Kabupaten Minahasa Selatan,
maka bidang pertanian menjadi sumber utama yang bisa dikelola untuk dijadikan mata
pencarian sekaligus pendapatan daerah guna meningkatkan perekonomian di Kabupaten
Minahasa Selatan, menurunkan tingkat kemiskinan dan pengangguran dan
meningkatkan produktivitas masyarakat. Untuk meningkatkan produktivitas, maka
sebaiknya sumber daya alam yang dimiliki oleh kabupaten Minahasa Selatan dikelola
agar bisa mendapatkan keuntungan untuk daerah dan masyarakat.
Hasil dari produksi tanaman Aren dapat dikelola menjadi beberapa hasil yang
dapat diperjualbelikan karena sesuai dengan tingkat kebutuhan di masyarakat terlebih
khusus masyarakat Sulawesi Utara. Yang menjadi fokus dari hasil Aren adalah minuman
cap tikus, yakni minuman berakohol yang selalu dicari oleh masyarakat. Dari data
diatas, menunjukan kemampuan dari Kabupaten Minahasa Selatan untuk menjawab
permintaan dari masyarakat akan minuman Cap Tikus yang dibutuhkan.
28
Larangan konsumsi miras dalam RUU Minuman Beralkohol ini dikecualikan. Ini
tercantum dalam Pasal 8 RUU itu. Larangan konsumsi miras tidak berlaku untuk
kepentingan adat, ritual keagamaan,wisatawan, farmasi, tempat-tempat yang diizinkan
oleh peraturan perundang-undangan. Salah satu yang diatur di RUU Minuman
Beralkohol itu adalah miras tradisional. Di Indonesia ada cukup banyak miras
tradisional. Beberapa di antaranya bahkan sudah dinyatakan legal.
Teori dari Schumpeter, memiliki hubungan dengan produk lokal minuman keras
Cap Tikus 1978, karena menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah
peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor
produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan
"teknologi" dan sebagainya. Inovasi tersebut menyangkut perbaikan kuantitatif dari
sistem ekonomi itu sendiri yang bersumber dari kreativitas pihak swasata. Pembangunan
ekonomi berawal pada suatu lingkungan sosial, politik, dan teknologi yang menunjang
kreativitas para wiraswasta ditambah dengan adanya kolaborasi antara pemerintah dan
pihak swasta menjadikan inovasi berkembang dan berdampak positif bagi masyarakat
khususnya dalam hal ini petani produsen cap tikus dari pohon Aren.
29
DAFTAR PUSTAKA
30