Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya kita semua bisa menulis. Baik kita seorang pendidik, siswa, mahasiswa,
praktisi hukum, seniman, ekonom, pebisnis, salesman, ibu rumah tangga, dan lain
sebagainya. Singkat kata siapa pun bisa menulis. Karena yang terpenting dalam menulis
adalah kita mampu menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan sesuai dengan latar belakang,
keahlian dan keilmuan kita, sehingga kredibilitas kita sebagai penulis tidak diragukan lagi.

Di negara maju, menulis menjadi pekerjaan yang menarik dan bergengsi. Karena
dengan menulis selain mendapatkan honor yang lumayan juga dapat menyumbangkan
pemikiran-pemikiran atau gagasan-gagasan kita yang disertai dengan solusinya kepada
masyarakat luas. Semua media massa, baik itu surat kabar, majalah maupun tabloid sangat
membutuhkan tulisan-tulisan yang bersifat views itu. Bahkan beberapa surat kabar dan
majalah seringkali melakukan perekrutan kepada para akademisi atau praktisi agar bersedia
menulis untuk mengisi ruangan atau halaman yang telah disediakannya.

Pada dasarnya, dalam penyusunan karya tulis ilmiah terdapat lima tahap, yaitu:
persiapan, pengumpulan data, pengorganisasian dan pengonsepan, penyuntingan atau
pemeriksaan, dan penyajian.

Tidak jarang tulisan yang menarik dan bagus dari sisi ilmiah tidak dapat dimuat oleh
redaksi. Ini pada gilirannya menghendaki penggunaan bahasa ilmiah yang populer. Artinya
secara ilmiah dapat dipertanggung jawabkan, sekaligus enak dibaca dan perlu. Oleh karena
itu, pengeditan sangat membantu. Pengeditan akan semakin menyenpurnakan bahasa yang
kita gunakan.

Yang termasuk tahap penyuntingan adalah pembacaan dan pengecekan kembali


masalah yang kurang lengkap dilengkapi, yang kurang relevan dibuang. Dalam karya ilmiah
mungkin saja terdapat penyajian yang berulang-ulang atau tumpang tindih, pemakaian
bahasa yang kurang efektif, baik dari segi penilisan dan pemilihan kata, penyusunan
kalimat, penyusunan paragraf, maupun segi penerapan kaidah ejaan.

1
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Penyuntingan Kaya Tulis Ilmiah”

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum
Di dalam tujuan umum ini kelompok berharap mahasiswa mampu memahami dan
menerapkan Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah:
a. Agar mahasiswa mampu memahami dan menganalisa Hakikat Penyuntingan Karya
Tulis Ilmiah
b. Agar mahasiswa mampu memahami dan menganalisa Macam-macam
Penyuntingan
c. Agar mahasiswa mampu memahami dan menganalisa Tujuan Penyuntingan Karya
Tulis Ilmiah
d. Agar mahasiswa mampu memahami dan menganalisa Langkah-langkah dalam
Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis
Diharapkan makalah ini dapat mendeskripsikan tentang Penyuntingan Karya Tulis
Ilmiah, sehingga penulis mampu memahami tentang Penyuntingan pada Karya Tulis
Ilmiah
2. Bagi Instansi Terkait (Sekolah)
Diharapkan makalah ini dapat menambah informasi mengenai, Penyuntingan pada
Karya Tulis Ilmiah sehingga pihak sekolah dapat membuatnya sebagai bahan ajar.
3. Bagi Pembaca
Sebagai referensi dan sarana penambah pengetahuan bagi pembaca terutama berkaitan
dengan Penyuntingan pada Karya Tulis Ilmiah.

2
E. Sistematika Penulisan

Berdasarkan dari hasil penyusunan makalah ini, disini kelompok membuat sistematika
penulisan yang dimulai dari:
BAB I : PENDAHULUAN
Yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : PEMBAHASAN
Yang terdiri dari : Hakikat Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah, Macam-macam
penyuntingan, Tujuan Penyuntingan, dan Langkah-langkah penyuntingan
BAB III : PENUTUP
Yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, editing adalah: 1) mempersiapkan karya tulis
ilmiah yang siap cetak atau siap terbit (dengan memperhtikan terutama segi ejaan, diksi
dan struktur kalimat), makna ini sering diterjemahkan menjadi menyunting; 2)
merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah); 3) menyusun (film, pita
rekaman) dengan memotong dan memadukan kembali. Orang yang melakukan pengeditan
dipanggil dengan sebutan editor.

Sebelum mengetik konsep, penyusun lebih dahulu memeriksaanya. Tentu ada bagian
yang tumpang tindih atau ada penjelasan yang berulang-ulang. Buanglah penjelasan yang
tidak perlu dan tambahkan penjelasan yang dirasakan sangat menunjang pembahasan.

Penyuntingan sebaiknya dilakukan beberapa saat setelah selesai penulisan. Hal ini,
unuk menjaga ketenangan berpikir dan ketelitian mengoreksi karya tulis ilmiah.

Karya tulis ilmiah yang telah selesai ditulis keseluruhannya pasti belum sempurna.
Belum layak untuk dikirim langsung ke penerbit. Pada beberapa bagian selalu terdapat
kesalahan-kesalahan yang fatal, sehingga perlu diperbaiki. Proses perbaikan itu disebut
editing atau penyuntingan. Editing adalah proses memperbaiki karya tulis ilmiah dengan
cara mengoreksi, memeriksa, atau meneliti kembali apa yang sudah ditulis atau diterbitkan.
Penyempurnaan karya tulis ilmiah agar seiap diterbitkan perlu dibaca dan ditata ulang oleh
penulisnya atau orang lain yang dianggap berkemampuan atau sering kali disebut sebagai
editor ahli.

Langkah berikutnya, sebelum karya tulis ilmiah itu dikirim ke penerbit, kewajiban
penulis adalah melakukan editing atau penyuntingan terlebih dahulu. Kecepatan atau
keterlambatan proses penerbitan buku oleh penerbit banyak terkait dengan kesempurnaan
karya tulis ilmiah yang ditulisnya. Bahkan kegagalan sebuah buku yang akan diterbitkan
terletak pada hasil akhir editing. Kecerobohan dalam penyulitan merupakan awal kesulitan
dalam proses penerbitan.

4
Pada saat ini hampir semua penerbit memiliki editor penerbitan, dimana keberadaan
editor ini menjadi ciri khas industri penerbitan. Editor penerbitan ini berbeda dengan editor
ahli. Karya tulis ilmiah yang ditawarkan seorang penulis atau calon penulis kepada
penerbitnya biasanya di-review terlebih dahulu oleh editor untuk dilihat kelayakannya.
Baru setelah itu sang editor tersebut menyetujui penerbitannya, maka barulah dilakukannya
perjanjian penerbitan anatara penulis dan penerbit.

Setelah perjanjian disepakati bersama antara penulis dan penerbit, maka karya tulis
ilmiah akan diedit atau disnunting oleh editor penerbitan untuk kemudian dilakukan
pendesainan isi, lalu dilakukan koreksi yang bisa dilakukan oleh editor yang bersangkutan
atau korektor. Setelah koreksian selesai dilakukan dan dilakukan penyempurnaan disain,
barulah karya tulis ilmiah yang sudah diedit editor penerbitan dan didesain rapi ini
dikembalikan kepada peenulis untuk dikoreksi ulang. Setelah penulis melakukan koreksi
ulang, barulah dilakukan tahap persiapan pencetakannya.

Dalam menulis karya tulis ilmiah, penulis juga berkewajiban menyelaraskan isi bahasa,
dan alur pikiran materi sebelum karya tulis ilmiah dikirimkan ke penerbit. Tentu itu bukan
bahwa karya tulis ilmiahnya akan diterima begitu saja oleh penerbit tanpa di kutak katik
dan langsung diterbitkan begitu saja. Di penerbit ada penyunting (bisa disebut editor) yang
berhak meluruskan dan menyelaraskan isi bahasakarya tulis ilmiah itu, misalnya dengan
menghapus bagian-bagian yang perlu ditambahkan. Mengapa penyuntingan perlu
dilaksanakan ? salah satu alasannya adalah agar tulisan kita lebih jelas, menarik dan mudah
dipahami oleh pembaca. Selain itu, penyuntingan perlu dilakukan untuk memperbaiki
bahasa yang mungkin masih bermasalah.

Alwasilah dalam artikelnya “Ada Apa dengan Ilmu Bahasa ?” menyatakan sebagai
berikut. “Penulis dengan segala keterbatasannya bisa jadi tidak menyadari kessalahan-
kesalahan berbahasa yang dilakukannya, meski ia sudah berulang kali karya tulis ilmiah”.
Mengakui kesalahannya sendiri memang tidak mudah, sebaliknya menunjukan kesalahan
orang lain lebih mudah, sesui pribahasa: “semut diseberang lautan tampak, fajah di pelupuk
mata tidak tampak.” Untuk itu perlu kita sadari betapa besarnya andil seorang editor atau
profeder dalam membantu menulis.

5
Peran penyunting (editor) sangat besar bagi penulis karena mereka merupakan rekan
penulis dalm mewujudkan impiannya, yakni menerbitkan karya tulis ilmiah. Inilah senarai
peranan mereka, yaitu :

1. Membantu penulis agar karyanya layak dibaca dan bisa diterbitkan.


2. Membeaskan karya tulis dari dari masalah kebahasaan seperti ejaan, tata bahasa, tanda
baca, dan sebagainya.
3. Membantu agar tulisan memiliki koherensi yang baik antara kalimat-kalimat yang ada
dalam suatu paragaf, antara paragaf yang satu dengan paragaf yang lainnya , dan antara
subbab yang satu dengan subbab yang lainnya.
4. Meluruskan ide-ide yang salah atau kurang tepat.
5. Mendukung konsistensi dalam penulisan.
6. Membuat tulisan menjadi lebih sistematis, mudah dipahami, enak dibaca dan menarik.
7. Membanu penulis mengenal selera pembaca.
8. Menghindarkan pelanggaran-pelangaran yang berakibat tidak baik.

Disinilah editor berperan sebagai pemandu, editor bertugas sebagai memandu penulis
agar mencapai tujuannya dalam waktu yang sesingkat mungkin dengan tingkat kesalahan
seminimal mungkin, karena kerja sama antar penyunting dan penulis sangat diperlukan
untuk menghindari masalah yang timbul dalam penyuntingan. Sebelum penyuntingan
dimulai harus terlebih dahulu menyadari bahwa penyuntingan diperlukan untuk membuat
kata, ungkapan, kalimat, paragaf, dan subbab berkoherensi, halus, menarik dan lebih jelas
supaya tidak terjadi kesalahan- kesalahan dalam penyuntingan.

Secara umum, proses editing atau pengeditan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

1. Penyuntingan secara redaksional. Menurut cara ini, editor memeriksa setiap kata dan
kalimat agar logis, mudah dipahami, dan tidak rancu (memiliki ejaan yang benar,
mempunyai arti, dan enak dibaca). Proses editing ini mencakup kegiatan kegiatan
seperti memperbaiki kesalahan ejaan (tanda baca, tata bahasa, angka, nama, alamat, dan
sebagainya), menyusuaikian gaya bahasa dengan gaya surat kabar bersangkutan dan
mengetatkan tulisan (meringkas beberapa kalimat menjadi satu atau dua kalimat dengan
tidak mengubah makna kumpulan kalimat sebelumnya). Tujuan akhir proses editing
jenis ini adalah agar tulisan tidak hanya memiliki ejaan yang benar dan arti yang jelas,
tetapi juga enak dibaca.

6
2. Penyuntingan secara substansial, yakni editor memperhatikan data dan fakta agar tetap
akurat dan benar. Kegiatan-kegiatan yang dicakup dalam proses pengeditan jenis ini
adalah :
a. Memperbaiki kesalahan-kesalahan faktual
b. Menghindari kontradiksi dan mengedit berita untuk diperbaiki
c. Menghindari unsur-unsur seperti penghinaan, ambiguitas dan tulisan yang
memuakkan (bad taste)
d. Melengkapi tulisan dengan bahan-bahan tipografi, misla anak judul atau sub judul
e. Menulis judul yang menarik
f. Memberikan penjelasan tambahan untuk gambar atau tabel
g. Menelaah kembali hasil tulisan yang telah dicetak karena tidak menutup
kemungkinan masih terdapat kesalahan redaksional dan seubstansial.

Tujuan pengeditan tipe ini adalah untuk membuat tulisan menjadi mudah dimengerti,
tetapi juga sistematika tulisan secara keseluruhan tetap terjaga. Dari semua kegiatan yang
tercakup dalam dua jenis proses pengeditan tersebut, yang menjadi fokus editor adalah :

1. Menyadari perbedaan latar belakang para pembaca, baik dari segi umur, taraf hidup,
dan gaya hidup sehingga naskah yang dihasilkan sesuai dengan latar belkang pembaca
2. Tegas
3. Memperbaiki tulisan tanpa merusak cara penulis dalam memaparkan pendapatnya
4. Hati-hati dengan iklan terselebung yang termuat dalam tulisan.

Kebutuhan pengeditan muncul karena adanya prinsip dasar bahasa jurnalistik yang
harus terpenuhi dalam sebuah tulisan. Bahasa jurnalistik berfungsi sebagai bahasa
komunikasi masa. Karena peranannya tersebut, bahasa yang dipakai haruslah lebih jelas
dan mudah dibaca dengan tingkat intelektual minimal.

7
B. Macam-macam Editing
1. Editing Isi/ Materi/ Gagasan

Ketika dalam proses penjulisan naskah ada kemungkinan terdapat ide yang tercecer,
ada pemikiran yang terputus, dan ada uraian yang tidak relevan. Maka dalam
penyuntingan tahap awal ini difokuskan dulu pada isi naskah dan tidak perlu
memikirkan ejaan, perhurufan, pengetikan, maupun lay out-nya.

Pada langkah ini perlu kecermatan tersendiri dalam pemahaman isi. Perhatikan
kalimat yang satu dengan kalimat yang lain, lalu dari alinea satu ke alinea lain.
Hubungan antar-kalimat dan antar-alinea mestinya merupakan mata rantai pemikiran
yang sambung-menyambung.

Tidak kalah pentingnya juga, perlu dicermati aktualitas, ketepatan, dan kebenaran
pada data, grafik, tabel, foto, began yang disajikan dalam naskah. Sebab kesalahan data
bisa berakibat fatal.

Isi/ materi/ gagasan yang terdapat dalam bentuk teks buku di ibaratkan sebagai gizi
sebuah buku. Ketebalan atau tipisnya halaman buku terletak pada banyak atau
sedikitnya materi buku yang dituliskannya.

Karya tulis ilmiah yang akan diterbitkan memerlukan ketebalan yang memadai agar
buku itu secara estetika enak dipandang atau disimpan. Ketebalan buku berkaitan
dengan jumlah halaman yang menggambarkan isi/ materi/ gagasan. Buku yang jumlah
halamanya kurang tidak memberikan daya tarik, terutama untuk penyimpanan dan
pendokumentasian.

Penyuntingan terhadap isi karya tulis ilmiah dapat dilakukan dengan cara
pengurangan, penggantian, dan penambahan isinya yang relevan dengan topik dan tema
kajiannya. Pengurangan terhadap isi/materi/ gagasan bila memang dianggaptidak
relevan dengan topik kajiannya. Kemudian mengantinya dengan suatu topik yang
sedang dibahas. Kalau kemungkinan ada sumber lain yang lebih aktual dan
akurat,seorang penulis dapat saja menambahkan isi/ materi/ gagasan itu untuk
melengkapinya, misalnya grafik, tabel, gambar, atau data lain yang dianggap perlu.

8
Proses editing atau penyuntingan ini dilakukan selain berkaitan dengan akurasi
data, informasi yang faktual, juga untuk menambah wawasan ilmu dan pengetahuan
bagi penulis dan pembacanya. Dengan demikian dapat menambah ketebalan halaman
buku secara langsung hingga mencapai ukuran ideal sebuah buku mata ajar kuliah yang
ajan diterbitkan. Namun begitu, seorang penulis jangan terjebak oleh suatu keinginan
hanya untuk mempertebal jumlah halaman tanpa memerhatikan isi/materi/gagasan
yang dituliskannya.

Setelah penyuntingan isi ini dianggap selesai, barulah dilakukan penyuntingan


sistematika penulisan. Sebab, bisa jadi ketika menulis naskah tidak terfikirkan
sistematika penulisan. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan adalah cara-cara
penulisan pendahuluan, latar belakang, pembahasan, penutup, dan lainnya sesuai jenis
tulisannya.

2. Editing Paragaf

Editing atau penyuntingan terhadap isi/ materi/ gagasan akan berpengaruh pada
kepadatan paragaf, sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antar
paragaf, ada yang tebal dan ada yang tipis. Paragaf yang tidak berimbang tebal atau
tipisnya dapat mempengaruhi nilai estetika buku. Dengan demikian penyuntingan
berikutnya harus diarahkan terhadap bentuk idealis paragaf. Paragaf yang tipis harus
diseimbangkan dengan paragaf yang mencapai ketebalan standar hingga semua
ketebalan paragaf dianggap relatif seimbang. Ketebalan ideal sebuah buku dengan
kertas ukuran A4 terdiri dri 3-4 paragaf.

Kalau isi/materi/ gagasan diibaratkan sebagai gizi sebuah buku maka paragaf
merupakan dagingnya. Karena itu penulisan antar paragaf dalam sebuah karya tulis
ilmiah sangat diperlukan keseimbangannya. Penyeimbangan ini dibutuhkan untuk
memenuhi standar estetika buku ketika dilakukan penilian dalam sebuah kompetisi.
Paragaf yang terlalu tebal dapat mempengaruhi daya baca seseorang dalam memahami
teks. Seorang penulis mesti memperhatikan ini, karena teks yang dibaca tanpa ada
upaya memahaminya dari pembaca menjadikan buku yang diterbitkan mubadzir.
Sebaliknya ketipisan paragaf juga dikhawatirkan tidak mewakili gagasan yang
disampaikan penulis. Malah bisa jadi gagasannya itu tidak selesai diungkapkan dengan
kata-kata dan kalimat terbatas.

9
3. Editing Ragangan (Outline)

Ragangan atau outline dalam sebuah karya tulis ilmiah diibaratkan sebagai tulang-
tulangnya yang berfungsi mengikat daging yang mengandung gizi. Oleh sebab itu,
ragangan harus disusun secara sistematis berdasarkan topik dan subtopiknya.
Sistematika ragangan berkaitan dengan urut-urutan dan letak subtopik pembahasan
yang akan ditulis.ragangan dalam penulisan karya tulis ilmiah yang tela ditetapkan
sejak awal bukanlah harga mati. Dalam arti, ragangan yang tidak sesuai dengan isi/
materi/ gagasan dalam karya tulis ilmiah masih bisa dibongkar pasang untuk
menyesuaikannya. Sama halnya dengan judul tulisan atau buku yang sudah di setting
sejak awal boleh saja digonta ganti sesuai dengan tema yang telah disajikannya.

Ragangan dapat saja diubah saat penulisan sedang berjalan atau nanti di akhir
penulisan. Mengedit ragangan bisa dengan cara mengurangi, mengganti atau
menambahkan sesua dengan subtopik kajian. Pada dasarnya ragangan yang sudah
ditulis sejak awal penulisan harus disesuaikan dengan apa yang dibahas dalam isi/
materi/gagasan dalam buku. Pertimbagnanya akan lebih mudah mengganti ragangan
daripada harus menulis ulang tema kajian nya. Editing ragangan yang terbaik adalah
saat finalisasi penulisan, sekaligus dalam menetukan halaman pada daftar isi.

4. Editing Kebahasaan

Kebahasaan dalam sebuah karya tulis ilmiah disamakan dengan sebuh kulit sebagai
pembungkus daging dan tulang serta melindungi keberadaan gizinya. Karena itu,
bahasa karya tulis ilmiah harus memenuhi standardisasi bahasa yang berlaku. Bahasa
Indonesia yang menjadi dasar rujukan harus menggunakan ejaan yang disempurnakan
(EYD). Penulisan karya tulis ilmiah populer bahasanya tidak bisa seenaknyapenulis,
tetapi harus menggunkan bahasa formal atau semi formal.

Editing atau penyuntingan terhadap bahasa mutlak diperlukan kalau karya tulis
ilmiah itu akan diterbitkan. Penyutingan berkaitan dengan penghurufan, penomoran,
pelambangan, ejaan dan tanda baca. Hal ini dapat dipelajari tentang pengunaan EYD.
Editng kebahasaan mempunyai banyak fungsi, antara lain untuk standardisasi sebuah
karya tulis ilmiah. Hal ini sangat diperlukan dalam memberikan bobot atas karya tulis
ilmiah. Selain itu juga, bahasa dapat menjadi pemanis dalam menambah daya tarik

10
pembaca. Namun demikian, untuk penulisan karya tulis ilmiah tidak perlu menggunkan
bahasa seindah puisiatau sajak. Kebahasaan yang dimaksudkan di sini adalah
berdasarkan kaidah tata bahasa yang berlaku. Fungsi lain dari ketatabahasaan juga
untuk mempercepat pemahaman pembaca terhadap sebuah karya tulis ilmiah yang
tersusun dari kata, kalimat dan paragaf.

Perangkat kebahasaan dipersiapkan untuk mempermudah penulisan karya tulis agar


lebih efektif. Perangkat ini mencakup perhurufan, penomoran atau angka, lambang,
ejaan, dan tanda baca.

Dalam buku lain dikatakan bahwa perbaikan materi tulisan (editing) menyangkut
beberapa aspek, diantaranya yaitu:

a. Revisi judul

Karena terkadang judul yang kita buat sifatnya masih sementara, maka kita
harus membuat judul yang lebih sesuai dengan isi tulisan, yang lebih menarik, lebih
“menggigit” dan lebih mengena sasaran pembaca. Untuk membuat judul yang
“menggigit”, diperlukan kepekaan rasa, keindahan bahasa serta ketegasan makna.

Sering terjadi judul karya tulis ilmiah konsumsi yang dibuat penulis pemula
terlalu panjang, terlalu singkat, datar, tidak menarik, tidak membumi, dan terlalu
akademis. Kerap terjadi, judul karya tulis ilmiah yang dibuat sama persis dengan
judul laporan penilitian atau judul skripsi yang terasa dingin, kaku, dan sangat
formal.

b. Revisi intro

Seringkali penulis pemula menulis intro berkepanjangan, bertele-tele, berputar-


putar, tidak jelas, tidak ringkas, tidak menarik, membosankan, bahkan adakalanya
membingungkan. Intro adalah bagian pembuka atau pendahuluan. Dalam pidato,
intro adalah pengantar sebelum sampai kepada pokok bahasan. Intro artikel yang
baik cukup tiga paragraf. Pastika intro yang sudah ditulis memenuhi syarat :
ringkas, jelas, menarik, dan ditulis dalam bahasa jurnalistik yang baik.

11
c. Revisi komposisi

Komposisi berarti susunan yang seharusnya beraturan. Karya tulis ilmiah yang
baik harus sesuai dengan hukum komposisi. Sekali keluar dari hukum tersebut,
kepala dibuat kaki da sebalikanya, maka artikel yang dibuat tak ubahnya seperti
sirkus. Untuk itu, perlu diperiksa apakah komposisi artikel yang dibuat sudah baik.

d. Revisi akurasi dan relevansi data

Teliti dalam mengutip nama seseorang, jabatan, pangkat, kedudukan, alamat,


angka, tanggal, bulan dan tahun. Setelah diyakini semuanya tak ada yang salah
tulis atau salah kutip, teliti lagi apakah data yanng telah dikutip relevan dengan
pokok bahasan. Jika tidak relevan, maka harus dibuang.

e. Revisi ejaan dan istilah teknis

Tanpa sadar, kita sering menggunakan istilah-istilah teknis yang hanya


dimengerti dan dipahami oleh lingkungan sendiri yang sangat terbatas. Ganti
istilah-istilah tersebut dengan istilah yang lebih dipahami oleh umum.

f. Revisi gramatika

Berkomunikasi secara tertulis berbeda dengan berkomunikasi secara lisan.


Bahasa lisan lebih menekankan pengertian, sedangkan bahasa tulis lebih
menekankan pada struktur bahasa dan makna. Selain itu, bahasa artikel juga harus
menggunakan bahasa jurnalistik yang menggunakan kalimat-kalimat pendek,
tegas, jelas, sederhana, dan mudah dimengerti.

g. Revisi bobot dan substansi materi tulisan

Menulis tidak hanya sekedar untuk memberikan informasi, meyakinkan,


membujuk atau mempengaruhi dan menghibur pembaca. Menulis sekaligus untuk
menunjukkan kapasitas dan kredibilitas penulis. Menulis seharusnya sesuai
dengan pengetahuan , keahlian, dan disiplin ilmu penulis. Hal seperti itu
diperlukan agar suatu ketika penulis tidak salah dalam mengirim karya tulis ilmiah.

12
h. Asumsi dampak yang diharapakan berkomunikasi. Menurut teori, komunikator
yang baik adalah yang senantiasa memperhatikan umpan balik. Komunikasi harus
efektif, yaitu mencapai hasil yang diharapkan. Menulis seharusnya dalam koridor
normatif yang ada, realitas karya tulis ilmiah adalah rasional, bukan realitas virtual
atau fiksional.

C. Tujuan Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah

Tahap pemeriksaan atau penyuntingan konsep ini bertujuan untuk:

1. Melengkapi data yang dirasa masih kurang.


2. Membuang dan mengedit data yang dirasa tidak relevan serta tidak cocok dengan pokok
bahasan karya ilmiah.
3. Mengedit setiap kata-kata dalam karya ilmiah untuk menghindari penyajian bahan-
bahan secara berulang-ulang atau terjadi tumpang tindih antara tulisan satu dengan
tulisan yang lain.
4. Mengedit setiap bahasa yang ada dalam karya ilmiah untuk menghindari pemakaian
bahasa yang kurang efektif, contoh dalam penyusunan dan pemilihan kata, penyesuaian
kalimat, penyesuaian paragraf, maupun penerapan kaidah ajaan sesuai EYD.

D. Langkah-langkah Yang Dilakukan Dalam Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah

Adapun langkah-langkah dalam penyuntingan adalah :

1. Bacalah setiap kalimat dan renungkan berulang-ulang. Untuk membuat kalimat lebih
baik, tidak jarang anda harus membaca satu kalimat bekali-kali, sampai mendapatkan
esensinya, kemudian tuangkan dalam bentuk yang murni.
2. Bacalah naskah beberapa kali dengan fokus yang berbeda-beda, misalnya sekali waktu,
difokuskan kepada ejaan, lalu diwaktu berikutnya di fokuskan di tata bahasa, dan lain
sebagainya.Kenali pola kesalahan yang biasanya didapati setelah karya tulis di edit,
untuk itu perlu mewaspadai pola-pola kesalahan yang sering dilakukan dan berusaha
memperbaikinya.
3. Kenali pola kesalahan yang biasanya kita dapati setelah karya tulis diproofread atau
diedit. Kita perlu mewaspadai pola-pola kesalahan yang sering kita lakukan dan
berusaha memperbaikinya.

13
4. Gunakan spelling check pada komputer bila tulisan kita dibuat dalam bahasa Inggris
atau bahasa Internasional. Namun demikian, komputer sesungguhnya mungkin juga
membuat kesalahan. Misalnya ejaan bisa jadi benar, tetapi artinya bebeda seperti:
paper-pepper.
5. Perhatikan ide utama dan ide pendukung dalam setiap peragaf. Kita harus memastikan
bahwa setiap paragraf mengandung satu ide utama yang tercantum dalam kalimat topik
paragraf itu. Kalimat-kalimat lainnya merupakan pendukung kalimat topik. Bila ada
kalimat yang tidak mendukung kalimat topik, kita harus membuangnya atau
memasukkan kalimat “nyasar” tersebut kedalam paragraf lain yang didukungnya.
6. Revisi kalimat-kalimat yang terlalu panjang atau sebaliknya yang terpotong-potong,
kalimat-kalimat yang tidak menggunakan kata sambung, kalimat-kalimat ambigu, dan
sebagianya.
7. Bebaskan kemungkinan adanya pelanggaran seperti pelecehan, fitnah, penghujatan,
dan lain-lain. Bila kita ragu-ragu dalam apa yang kita tulis, konsultasikanlah dengan
pihak-pihak yang berkompeten.
8. Bantu tegaskan bahwa setiap informasi yang kita tulis benar dan dapat dipercaya.
9. Konsultasikan jargon, pengertian atau bagian yang meragukan kepada pihak yang
berkompeten. Tuliskan semacam daftar istilah bila perlu.
10. Gunakan kamus, tesaurus (kamus sinonim), buku tata bahasa, artikel penggunaan tanda
baca, internet, dan berbagai sarana lain yang dapat membantu kita dalam melakukan
penyuntingan.
11. Cari pembaca sukarela (terutama mereka yang menekuni bidang yang sesuai dengan
topik buku yang kita buat) untuk dimintai masukan.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa editing adalah: pertama


mempersiapkan karya tulis ilmiah yang siap cetak atau siap terbit (dengan memperhtikan
terutama segi ejaan, diksi dan struktur kalimat), makna ini sering diterjemahkan menjadi
menyunting; kedua merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah),
menyusun (film, pita rekaman) dengan memotong dan memadukan kembali. Ketiga proses
memperbaiki karya tulis ilmiah dengan cara mengoreksi, memeriksa, atau meneliti kembali
apa yang sudah ditulis atau diterbitkan. Orang yang melakukan pengeditan dipanggil
dengan sebutan editor. Proses editing atau penyuntingan ini dilakukan selain berkaitan
dengan akurasi data, informasi yang faktual, juga untuk menambah wawasan ilmu dan
pengetahuan bagi penulis dan pembacanya.

Macam-macam Editing :

1. Editing Isi/ Materi/ Gagasan

Pada langkah ini perlu kecermatan tersendiri dalam pemahaman isi. Perhatikan kalimat
yang satu dengan kalimat yang lain, lalu dari alinea satu ke alinea lain. Hubungan antar-
kalimat dan antar-alinea mestinya merupakan mata rantai pemikiran yang sambung-
menyambung. Maka dalam penyuntingan tahap awal ini difokuskan dulu pada isi karya
tulis ilmiah dan tidak perlu memikirkan ejaan, perhurufan, pengetikan, maupun lay out-
nya.

2. Editing Paragaf

Editing atau penyuntingan terhadap isi/ materi/ gagasan akan berpengaruh pada
kepadatan paragaf, sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antar
paragaf, ada yang tebal dan ada yang tipis.

15
3. Editing Ragangan (Outline)

Ragangan atau outline dalam sebuah karya tulis ilmiah diibaratkan sebagai tulang-
tulangnya yang berfungsi mengikat daging yang mengandung gizi. Oleh sebab itu,
ragangan harus disusun secara sistematis berdasarkan topik dan subtopiknya.

4. Editing Kebahasaan

Kebahasaan dalam sebuah karya tulis ilmiah disamakan dengan sebuh kulit sebagai
pembungkus daging dan tulang serta melindungi keberadaan gizinya. Karena itu,
bahasa karya tulis ilmiah harus memenuhi standardisasi bahasa yang berlaku. Bahasa
Indonesia yang menjadi dasar rujukan harus menggunakan ejaan yang disempurnakan
(EYD). Penulisan karya tulis ilmiah populer bahasanya tidak bisa seenaknyapenulis,
tetapi harus menggunkan bahasa formal atau semi formal. Editing atau penyuntingan
terhadap bahasa mutlak diperlukan kalau karya tulis ilmiah itu akan diterbitkan.
Penyutingan berkaitan dengan penghurufan, penomoran, pelambangan, ejaan dan tanda
baca.

Dalam buku lain dikatakan bahwa perbaikan materi tulisan (editing) menyangkut beberapa
aspek, diantaranya yaitu:

a. Revisi judul
b. Revisi intro
c. Revisi komposisi
d. Revisi akurasi dan relevansi data
e. Revisi ejaan dan istilah teknis
f. Revisi gramatika
g. Revisi bobot dan substansi materi tulisan
h. Asumsi dampak yang diharapakan

Salah satu tujuan penyuntingan yaitu mengedit setiap bahasa yang ada dalam karya ilmiah
untuk menghindari pemakaian bahasa yang kurang efektif, contoh dalam penyusunan dan
pemilihan kata, penyesuaian kalimat, penyesuaian paragraf, maupun penerapan kaidah ajaan
sesuai EYD. dalam menyunting sebaiknya memperhatikan beberapa langkah yang harus
ditempuh

16
B. Saran

Para mahasiswa/mahasiswi agar dapat dikemudian hari menyempurnakn makalah ini dan
memperbanyak literatur tentang Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah dan menerapkannya
dalam pembelajaran.

17
DAFTAR PUSTAKA

Dwiloka, Bambang dan Riana, Rati. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta).

Dalman. 2012. Menulis Karya Ilmiah, (Jakarta: Rajawali Pers).

Haris Sumadiria, AS. 2004. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media).

HS, Lasa. 2009. Menulis Itu Segampang Ngomong, cet. III, (Yogyakarta: Pinus).

Kuncoro, Mudrajad. 2009. Mahir Menulis, (Jakarta: Erlangga).

Leo, Sutanto. 2010 Kiat Jitu Menulis Dan Menerbitkan Buku, (Jakarta: Erlangga).

Rahmat Rosyadi, A. 2008. Menjadi Penulis Profesional Itu Mudah., (Bogor: Ghalia Indonesia).

18

Anda mungkin juga menyukai