Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BAHASA INDONESIA

PROSES PENYUNTINGAN KARYA ILMIAH

Dosen Pengampu : Nur Hapsari Pratnya Paramita, M.Pd.I

Disusun oleh:

Kelompok 11

1. Fakih (23104020035)
2. Lintang Langit Sabrina (23104020112)
3. Fitrotus Sururoh (23104020031)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. Yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, kesehatan, dan juga nikmat-Nya sehingga
kami bisa menyelesaikan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yaitu makalah
yang bertema “Proses Penyuntingan Karya Ilmiah”.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua


pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini.
tentunya tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari
berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari masih banyak kekurangan baik


dari segi penyusunan, tata bahasa, maupun penyampaian dalam makalah ini.
Oleh karena itu kami dengan senang hati menerima saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah kami.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan


manfaat kepada para pembaca.

Yogyakarta, 10 Desember 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................II
DAFTAR ISI..........................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A . Latar Belakang Masalah..................................................................................1
B . Rumusan Masalah............................................................................................2
C . Tujuan Penulisan..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
A . Hakikat Penyuntingan Karya Ilmiah ...............................................................3
B . Tahap Tahap Dalam Penyuntingan Karya Ilmiah............................................4
C . Tujuan Penyuntingan Dalam Sebuah Karya Ilmiah ........................................6
D . Persyaratan Penting yang Harus Diimiliki oleh Seorang Penyunting ............7
BAB III PENUTUP................................................................................................11
A . Kesimpulan....................................................................................................11
B . Saran...............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar Belakang Masalah


Pada dasarnya semua orang bisa menulis, mulai dari ibu
rumah tangga, pelajar, guru, mahasiswa, dosen dan lain sebagainya.
Singkat kata siapapun bisa menulis. Karena yang terpenting dalam
menulis adalah kita mampu menuangkan gagasan dalam bentuk
tulisan sesuai dengan latar belakang, keahlian, dan keilmuan kita.
Sehingga kredibilitas kita sebagai penulis tidak diragukan lagi.
Di negara maju, menulis adalah sebuah kewajiban yang
setiap orang harus kuasai. Karena dengan menulis, selain mendapat
honor yang lumayan, juga dapat menyumbangkan pemikiran-
pemikiran atau gagasan-gagasan kita yang disertai dengan solusi
pemecahannya. Semua media masa, baik itu surat kabar, majalah
maupun tabloid sangat membutuhkan tulisan-tulisan yang bersifat
views itu. Bahkan beberapa surat kabar dan majalah seringkali
melakukan perekrutan kepada para akademisi atau praktisi agar
bersedia menulis untuk mengisi ruangan atau halaman yang telah
disediakan.
Pada dasarnya, pada penulisan karya tulis ilmiah memiliki
beberapa tahapan, yaitu: persiapan, pengumpulan data,
pengorganisasian dan pengonsepan, penyuntingan atau pemeriksaan,
dan pengajian. Yang merupakan tahap penyuntingan adalah
pembacaan dan pengecekan kembali karya yang kurang lengkap
maka dilengkapi, yang kurang relevan akan dibuang. Dalam karya
ilmiah mungkin saja terdapat penyajian yang berulang-ulang atau
tumpang tindih, pemakaian bahasa yang kurang efektif baik dari segi
penulisan dan pemilihan kata; penyusunan kalimat; penyusunan
paragraph; maupun segi penerapan kaidah ejaan.

1
B . Rumusan Masalah
Kami sudah menyusun sebagian permasalahan yang hendak
dibahas dalam makalah ini. Ada pula sebagian permasalahan yang
hendak dibahas dalam karya tulis ini, diantaranya :
1. Apa hakikat penyuntingan karya ilmiah?
2. Apa saja tahap-tahap penyuntingan karya ilmiah?
3. Apa tujuan dalam penyuntingan karya ilmiah?
4. Apa saja persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang
penyunting?

C . Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, berikut ini adalah
beberapa tujuan penulisan yaitu :
1. Menjelaskan tentang hakikat penyuntingan karya ilmiah
2. Memaparkan tahap-tahap penyuntingan karya ilmiah
3. Menjelaskan tujuan dalam penyuntingan karya ilmiah
4. Menjelaskan tentang persyaratan apa saja yang harus dimiliki
oleh seorang penyunting

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Penyuntingan Karya Ilmiah


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyunting adalah
: 1) mempersiapkan karya tulis ilmiah yang siap cetak atau siap
terbit (dengan memperhatikan terutama seperti diksi dan
struktur kalimat), makna ini sering diterjemahkan menjadi
menyunting; 2) merencanakan penerbitan (surat kabar,
majalah); 3) menyusun (film, video rekaman) dengan
memotong dan memadukan kembali dan yang melakukan
pengeditan dipanggil dengan sebutan editor ahli.1

Sebelum mengetik konsep, penyusun lebih dahulu


memeriksanya. Tentu ada bagian yang tumpang tindih dan ada
penjelasan yang berulang-ulang. Buanglah penjelasan yang
tidak perlu dan tambahkan penjelasan yang dirasakan sangat
menunjang pembahasan.2Penyuntingan sebaiknya dilakukan
beberapa saat setelah selesai penulisan. Hal ini untuk menjaga
ketenangan berpikir dan ketelitian mengoreksi karya tulis
ilmiah.3

Dalam menulis karya tulis ilmiah, penulis juga berkewajiban


menyelaraskan isi bahasa, dan alur pikiran materi sebelum
karya tulis ilmiah dikirimkan pada penerbit. Tentu itu bukan
bahwa karya tulis imiahnya akan diterima begitu saja oleh
1
Mudrajad Kuncoro, Mahir Menulis, Jakarta : Erlangga, 2009, hlm. 107.
2
Bambang Dwiloka & Rati Riana, Teknik Menulis Karya Tulis Ilmiah, Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 2005, hlm. 24.
3
Lasa HS, Menulis Itu Segampang Ngomong, cet. III, Yogyakarta : Pinus, 2009, hlm. 190

3
penerbit tanpa dikutak-katik dan langsung diterbitkan begitu
saja.

Peran penyunting (editor) sangat besar bagi penulis, karena


merupakan rekan penulis dalam mewujudkan impianya, yakni
menerbitkan karya tulis ilmiah, inilah senarai peranan mereka,
yaitu :

1. Membantu penulis agar karyanya layak dibaca dan bisa


diterbitkan.
2. Membebaskan karya tulis dari masalah kebahasaan, seperti
ejaan, tata bahasa, tanda baca.
3. Membantu agar tulisan memiliki koherensi yang baik anatar
kalimat-kalimat yang ada dalam suatu paragraf, antara paragraf
satu denan paragraf yang lain, dan antara subbab satu dengan
subbab yang lainya.
4. Meluruskan ide-ide yang salah atau kurang tepat.
5. Mendukung konsistensi dalam penulisan.
6. Membuat tulisan menjadi lebih sistematis, mudah dipahami,
enak dibaca dan menarik.
Disinilah editor berperan sebagai pemandu penulis agar
mencapai tujuanya yang sesingkat mungkin dengan tingkat
kesalahan seminimal mungkin, karena kerja sama antar
penyunting dan penulis sangat diperlukan untuk menghindari
masalah yang timbul dalam penyuntingan. Sebelum
penyuntingan dimulai harus terlebih dahulu menyadari bahwa
penyuntingan diperlukan untuk membuat kata, ungkapan,
kalimat, paragraf, dan subbab koheerensi, halus, menarik, dan
lebih jelasnya supaya tidak terjadi kesalahan-kesalahan dalam
penyuntingan.4

Secara umum proses pengeditan ada dua cara, yaitu :

1. Penyuntingn secara redaksional. Menurut cara ini, editor


memeriksa setiap kata dan kalimat agar logis, mudah dipahami
dan tidak rancu (mempunyai ejaan ynag benar, mempunya arti
dan mudah dibaca).
2. Penyuntingan secara substansional, yakni editor memperhatikan
data dan fakta agar tetap akurat dan benar. Kegiatan-kegiatan
yang dicakup dalam proses pengeditan jenis ini adalah :
a) Memperbaiki kesalahan-kesalahan faktual
b) Menghindari kontradiksi dan mengedit berita untuk diperbaiki
c) Menghindari unsur-unsur seperti penghinaan
d) Menulis judul yang menarik
4
Sutanto Leo, kiat Jitu Menulis dan Menerbitkan Buku, Jakarta : Erlangga, 2010, hlm. 109

4
e) Membeerikan penjelassan tambahan untuk gambar atau tabel
f) Menelaah kembali hasil tulisan yang telah dicetak karena tidak
menutup kemungkinan masih terdapat kesalahan redaksional dan
substansional.5

Kebutuhan pengeditan muncul karena adanya prinsip dasar


bahasa jurnalistik yang harus terpenuhi dalam sebuah tulisan.
Bahasa jurnalistik berfungsi sebagai bahasa komunikasi masa.
Karena perananya tersebut, bahasa yang dipakai haruslah lebih
jelas dan mudah dibaca dengan tingkat intelektual minimal.6

B. Tahap-tahap Dalam Penyuntingan Karya Ilmiah

TAHAP PENYUSUNAN KARYA ILMIAH

Karya ilmiah adalah salah satu bentuk karya tulis yang


dihasilkan oleh seseorang baik melalui hasil pemikiran maupun
hasil penelitian. Penyusunan karya ilmiah terdapat empat tahap
yaitu: persiapan, pengumpulan data, pemeriksaan atau
penyuntingan konsep (editing), dan penyajian.

A. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan hal yang harus dilakukan adalah
pemilihan masalah atau topik dan mempertimbangkannya.
Topik atau masalah adalah pokok pembicaraan.7 Hal yang
harus di pertimbangkan saat penyusunan karya ilmiah adalah
sebagai berikut :
a) Topik yang dipilih harus berada di sekitar kita, baik
di sekitar pengalaman kita maupun di sekitar
pengetahuan kita.

5
Mudrajad Kuncoro, Mahir Menulis, Jakarta : Erlangga, 2009, hlm. 108
6
Lasa HS, Menulis Itu Segampang Ngomong, cet. III, Yogyakarta : Pinus, 2009, hlm. 190
7
Ishak Bagea dkk, Karya Tulis Ilmiah Akademik dan Bahasa Pers, (Kendari : CV. Azka
Pustaka, 2022), hal. 41-42

5
b) Topik yang dipilih harus topik yang sangat menarik
perhatian kita.
c) Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup
yang sempit dan terbatas.
d) Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang
objektif.
e) Topik yang dipilih harus kita ketahui prinsip-prinsip
ilmiahnya, walaupun serba sedikit.
f) Topik yang dipilih harus memiliki sumber acuan,
memiliki bahan kepustakaan yang dapat memberikan
informasi tentang pokok masalah yang hendak ditulis.

B. Tahap Pengumpulan Data


Pada tahap pengumpulan data, penulis perlu memperhatikan
hal-hal berikut:8
a) Pencarian keterangan dari bahan bacaan atau
referensi.
b) Pengumpulan keterangan dari pihak-pihak yang
mengetahui masalah yang akan dijadikan tema dalam
karya ilmiah .
c) Pengamatan langsung (observasi) ke objek yang akan
diteliti dan dijadikan tema dari karya ilmiah.
d) Melakukan percobaan di laboratorium atau pengujian
data di lapangan.

C. Tahap Pemeriksaan atau Penyuntingan Konsep (Editing)


Jika data sudah terkumpul, penyusun memilih dan memilah
data tersebut. Dalam hal ini penyusun harus
mengklasifikasikan data menurut jenis, sifat atau bentuknya.
Kompiler menentukan data mana yang akan dibahas nanti.
Oleh karena itu, penyusun harus mengolah dan menganalisis
8
Ishak Bagea dkk, Karya Tulis Ilmiah Akademik dan Bahasa Pers, (Kendari : CV. Azka
Pustaka, 2022), hal. 42-43

6
data yang ada dengan menggunakan teknik tertentu.
Misalnya penelitian bersifat kuantitatif maka datanya akan
diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik statistik.
Penyusun kemudian dapat mulai mengonsep karya ilmiah
sesuai urutan yang telah di tetapkan.9

Sebelum menulis draf, penulis harus memeriksanya terlebih


dahulu. Tentu saja ada bagian yang tumpang tindih atau
mengulang penjelasannya. Hilangkan penjelasan-penjelasan
yang tidak diperlukan dan tambahkan penjelasan-penjelasan
yang menurut Anda sangat mendukung pembahasan.

Tahap pemeriksaan atau penyuntingan konsep bertujuan


untuk:10
1. Melengkapi data yang dirasa masih kurang.
2. Membuang dan mengedit data yang dirasa tidak
relevan serta tidak cocok dengan pokok bahasan
karya ilmiah.
3. Mengedit setiap kata-kata dalam karya ilmiah untuk
menghindari penyajian bahan-bahan secara berulang-
ulang atau terjadi tumpang tindih antara tulisan satu
dengan tulisan yang lain.
4. Memodifikasi bahasa dalam karya ilmiah untuk
menghindari penggunaan bahasa yang tidak efektif.

D. Tahap Penyajian

9
Ishak Bagea dkk, Karya Tulis Ilmiah Akademik dan Bahasa Pers, (Kendari : CV. Azka
Pustaka, 2022), hal. 43

10
Ishak Bagea dkk, Karya Tulis Ilmiah Akademik dan Bahasa Pers, (Kendari : CV. Azka
Pustaka, 2022), hal. 45

7
Tahap penyajian karya ilmiah harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut yaitu:11
1. Segi kerapian dan kebersihan.
2. Tata letak (layout) unsur-unsur dalam format karya
ilmiah, misalnya pada halaman pembuka, halaman
judul, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar
gambar, daftar pustaka, dan lain-lain.
3. Menggunakan standar yang berlaku dalam penulisan
karya ilmiah, misalnya standar penulisan kutipan,
catatan kaki, daftar pustaka, dan penggunaan bahasa
sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI).
Tahap-tahap di atas sebaiknya diperhatikan secara cermat
dan saksama oleh penyusun karya ilmiah agar tulisannya
dapat terarah dan sistematis. Oleh sebab itu, seorang penulis
karya ilmiah tidak diperkenankan menulis asal jadi atau
seperti membalikan kedua telapak tangan, akan tetapi
menulis karya ilmiah itu haruslah melalui tahapan- tahapan
seperti yang diuraikan di atas.

C. Tujuan Penyuntingan Karya Ilmiah

Tujuan penyuntingan karya ilmiah adalah untuk memastikan


data dan fakta yang disampaikan dalam karya ilmiah tersebut
jelas, tepat, dan tidak ambigu. Selain itu, penyuntingan juga
bertujuan untuk membuat isi karya tulis ilmiah dapat dipahami
oleh pembacanya.
Proses penyuntingan meliputi tiga kegiatan, yaitu penyuntingan
pra-penulisan, penyuntingan isi, dan penyuntingan
pengorganisasian karya tulis ilmiah.

11
Ishak Bagea dkk, Karya Tulis Ilmiah Akademik dan Bahasa Pers, (Kendari : CV. Azka
Pustaka, 2022), hal. 45-46

8
Dalam penyuntingan isi karya ilmiah, terdapat beberapa aspek
yang ditinjau, seperti pemeriksaan ejaan, pemeriksaan diksi,
pemeriksaan kalimat, dan pemeriksaan paragraf.
Atau lebih jelasnya Tahap pemeriksaan atau penyuntingan
konsep ini bertujuan untuk:
1. Melengkapi data yang dirasa masih kurang.
2. Membuang dan mengedit data yang dirasa tidak relevan
serta tidak cocok dengan pokok bahasan karya ilmiah.
3. Mengedit setiap kata-kata dalam karya ilmiah untuk
menghindari penyajian bahan-bahan secara berulang-
ulang atau terjadi tumpang tindih antara tulisan satu
dengan tulisan yang lain.
4. Mengedit setiap bahasa yang ada dalam karya ilmiah
untuk menghindari pemakaian bahasa yang kurang
efektif, contoh dalam penyusunan dan pemilihan kata,
penyesuaian kalimat, penyesuaian paragraf, maupun
penerapan kaidah ajaan sesuai.

D. Penersyaratan Penting yang Harus Diimiliki oleh Seorang


Penyunting

Persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang penyunting antara


lain sebagai berikut:12
1. Menguasai Ejaan
Seseorang yang ingin menjadi penyunting naskah pada
satu penerbitan, harus menguasai kaidah ejaan bahasa
Indonesia yang baku saat ini. Dia harus paham benar
penggunaan huruf kecil dan huruf kapital, pemenggalan
kata, dan penggunaan tanda-tanda baca (titik, koma, dan
lain-lain).

2. Penguasaan Tata Bahasa


Seperti halnya ejaan, seorang penyunting naskah pun
dituntut untuk menguasai bahasa Indonesia dalam arti
luas. Bukan berarti dia perlu menghafal semua arti kata
12
Pamusuk Eneste, Buku Pintar Penyuntingan Naskah, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2005), hlm. 15-21.

9
yang terdapat dalam kamus, misalnya. Akan tetapi,
seorang penyunting naskah harus tahu mana kalimat
yang baik dan benar, dan mana kalimat yang salah dan
tidak benar.

Menguasai bahasa Indonesia tentu tidak lain dan tidak


bukan adalah menguasai tata bahasa Indonesia. Jadi,
seorang penyunting naskah harus mengerti susunan
kalimat bahasa Indonesia yang baik, kata-kata yang
baku, bentuk-bentuk yang salah kaprah, pilihan kata
yang pas, dan sebagainya

3. Bersahabat dengan Kamus


Seorang penyunting naskah atau ahli bahasa sekalipun,
tidak mungkin menguasai semua kata yang ada dalam
satu bahasa tertentu. Belum lagi kalau kita berbicara
mengenai bahasa asing. Oleh karena itu, seorang
penyunting naskah perlu akrab dengan kamus. Entah itu
kamus satu bahasa maupun kamus dua bahasa. Dalam
hal ini, tentu termasuk pula kamus istilah, leksikon, dan
ensiklopedia.

Dengan kata lain, seorang yang enggan atau malas


membuka kamus, sebetulnya tidak cocok menjadi
penyunting naskah. Mengapa? Karena seorang
penyunting naskah tidak pernah bisa lepas dari segala
macam kamus, termasuk leksikon dan ensiklopedia.

4. Memiliki Kepekaan Bahasa


Karena selalu berhubungan dengan ejaan, tata bahasa,
dan kamus, seorang penyunting naskah pun dituntut
untuk memiliki kepekaan bahasa. Dia harus tahu mana
kalimat yang kasar dan kalimat yang halus; harus tahu
mana kata yang perlu dihindari dan mana kata yang
sebaiknya dipakai; harus tahu kapan kalimat atau kata
tertentu digunakan atau dihindari.

Untuk semua itu, seorang penyunting naskah perlu


mengikuti tulisan pakar bahasa di media cetak. Di
samping itu, seorang penyunting naskah perlu
mengikuti kolom bahasa yang ada di sejumlah media
cetak. Tentu tidak kurang pentingnya adalah mengikuti
perkembangan bahasa Indonesia dari hari ke hari.

10
5. Memiliki Pengetahuan Luas
Seorang penyunting naskah pun dituntut untuk memiliki
pengetahuan yang luas. Artinya, dia harus banyak
membaca buku, membaca majalah dan koran, dan
menyerap informasi melalui media audio-visual.
Dengan demikian, si penyunting naskah tidak
ketinggalan informasi.

6. Memiliki Ketelitian dan Kesabaran


Seorang penyunting naskah dituntut pula untuk bekerja
dengan teliti dan sabar. Meskipun sudah capek bekerja,
seorang penyunting naskah dituntut untuk tetap teliti
dan sabar dalam menyunting naskah. Kalau tidak,
penyunting naskah bisa terjebak pada hal-hal yang
merugikan penerbit di kemudian hari. Misalnya, karena
ada kalimat yang lolos dan lupa disunting.

Seorang penyunting naskah harus sabar menghadapi


setiap naskah. Kalau tidak, orang itu tidak cocok
menjadi penyunting naskah. Mengapa? Karena seorang
penyunting naskah harus bolak-balik memeriksa naskah.

7. Memiliki Kepekaan terhadap SARA dan Pornografi


Seorang penyunting naskah tentu harus tahu kalimat
yang layak cetak, kalimat yang perlu diubah
konstruksinya, dan kata yang perlu diganti dengan kata
lain. Dalam hal ini, seorang penyunting naskah harus
peka terhadap hal-hal yang berbau SARA (suku, agama,
ras, dan antargolongan). Kalau tidak peka, penerbit bisa
rugi di kemudian hari. Mengapa? Karena buku yang
diterbitkan bisa dilarang beredar oleh pihak yang
berwenang, atau penerbitnya dituntut oleh pihak tertentu
ke pengadilan.

Di samping itu, seorang penyunting naskah pun harus


peka terhadap hal-hal yang berbau pornografi. Dalam
hal ini, seorang penyunting naskah harus
mempertimbangkan apakah kalimat tertentu layak cetak
atau tidak, dan apakah gambar/ilustrasi tertentu layak
siar atau tidak.

8. Memiliki Keluwesan
Seorang penyunting naskah haruslah dapat bersikap dan
berlaku luwes (supel). Hal ini penting karena seorang

11
penyunting naskah sering berhubungan dengan orang
lain. Minimal, seorang penyunting naskah berhubungan
dengan penulis/pengarang naskah. Dalam berhubungan
dengan pihak luar, seorang penyunting naskah bertindak
sebagai duta atau wakil penerbit. Oleh karena itu,
penyunting naskah harus menjaga citra dan nama baik
penerbit.

9. Memiliki Kemampuan Menulis


Seorang penyunting naskah juga perlu memiliki
kemampuan menulis, minimal mampu menyusun tulisan
yang elementer. Mengapa? Karena dalam pekerjaannya
sehari-hari, seorang penyunting naskah pada suatu saat
harus menulis surat/surel kepada penulis atau calon
penulis naskah, menulis ringkasan isi buku (sinopsis),
atau menulis biografi singkat (biodata) penulis.

10. Menguasai Bahasa Asing


Seorang penyunting naskah pun perlu menguasai bahasa
asing yang paling banyak digunakan di dunia
internasional, yakni bahasa Inggris. Mengapa? Karena
dalam menyunting naskah, seorang penyunting naskah
akan berhadapan dengan istilah-istilah bahasa Inggris
atau istilah-istilah yang berasal dari bahasa Inggris dan
bisa jadi bahasa selain Inggris.

11. Memahami Kode Etik Penyuntingan Naskah


Kode Etik Penyuntingan Naskah. Dengan kata lain,
penyunting naskah harus tahu mana yang boleh dan
mana yang tidak boleh dilakukan dalam penyuntingan
naskah.

Jika penyunting naskah tidak memahami Kode Etik


Penyuntingan Naskah, ada kemungkinan dia akan salah
langkah atau salah sunting. Hal ini bisa berakibat buruk
di kemudian hari.

12
BAB III
PENUTUP

A . Kesimpulan

• Menyunting adalah mempersiapkan karya tulis ilmiah yang siap cetak atau
siap terbit (dengan memperhatikan terutama seperti diksi dan struktur
kalimat).

• Penyusunan karya ilmiah terdapat empat tahap yaitu: persiapan,


pengumpulan data, pemeriksaan atau penyuntingan konsep (editing), dan
penyajian.

• Tujuan penyuntingan karya ilmiah adalah untuk memastikan data dan


fakta yang disampaikan dalam karya ilmiah tersebut jelas, tepat, dan tidak
ambigu.

13
• Persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang penyunting antara lain
adalah:

1.Menguasai Ejaan

2.Menguasai Tata Bahasa

3.Bersahabat dengan Kamus

4.Memiliki Kepekaan Bahasa

5.Memiliki Pengetahuan Luas

6.Memiliki Ketelitian dan Kesabaran

7.Memiliki Kepekaan terhadap SARA dan Pornografi

8.Memiliki Keluwesan

9.Memiliki Kemampuan Menulis


10.Menguasai Bahasa Asing
11.Memahami Kode Etik Penyuntingan Naskah

B.Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna karena
kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat
kami harapkan guna perbaikan makalah ini dikemudian hari. Dan semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca, Amiin.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://baihaqi-annizar.blogspot.com/2014/11/penyuntingan-karya-tulis-
ilmiyah.html?m=1

Bagea, Ishak dkk. (2022). KARYA TULIS Ilmiah Akademik & Bahasa
Pers. Kendari. CV. Azka Pustaka

https://www.academia.edu/

Eneste, Pamusuk. 2005. Buku Pintar Penyuntingan Naskah. Jakarta : PT.


Gramedia Pustaka Utama

15

Anda mungkin juga menyukai