Anda di halaman 1dari 3

MODUL 1

KB 2 : Menulis Sebagai Proses


A. BERBAGAI PENDEKATAN DALAM MENULIS
Berikut berbagai pendapat tentang pembelajaran menulis.
1. Pendekatan frekuensi, menyatakan bahwa banyaknya latihan menulis atau mengarang.
Sekalipun tidak dikoreksi (seperti buku harian atau surat), akan mempertinggi
keterlampilan menulis seseorang.
2. Pendekatan gramatikal, berpendapat bahwa pengetahuan seseorang mengenai struktur
bahasa akan mempercepat kemahiran seseorang dalam menulis.
3. Pendekatan koreksi, berkeyakinan bahwa banyaknya koreksi atau masukan yang
diperoleh sesorang akan tulisannya dapat mempercepat penguasaan kemampuan
menulis.
4. Pendekatan formal, mengungkapkan bahwa perolehan keterlampilan menulis terjadi
bila pengetahuan bahasa, pengalineaan, pewacanaan, serta konvensi atau aturan
penulisan dikuasai dengan baik.
Menulis sebagai suatu aktivitas yang berperoses, tidak tercakup dalam berbagai tindakan
diatas. Sebagai proses, menulis merupakan rangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan
beberapa fase yaitu :
a. Prapenulisan, persiapan, atau perancangan penulisan
b. Penulisan, serta
c. Pascapenulisan berupa penyuntingan dan perbaikan.

1. Tahap prapenulisan
Tahap ini merupakan fase persiapan menulis, seperti halnya pemanasan (warming up) bagi
orang yang berolahraga.
Ketika anak-anak sebelum menulis mereka akan berfikir “Saya mau menulis tentang
apa?,Kira-kira apa saja tulisan itu?” maka sebenarnya dia sedang berada pada fase
persiapan tersebut.
Menurut Proett dan Gill (1986), tahap persiapan ini merupakan fase mencari, menemukan,
dan mengingat kembali pengetahuan atau pengalaman yang diperoleh dan diperlakukan
penulis. Bertujuan untuk mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-kemungkinan
lain dalam menulis sehingga apa yang akan ditulis disajikan dengan baik.
a. Menentukan topik
Topik merupakan suatu pokok persoalan atau inti permasalahan yang menjiwai seluruh
karangan. Ada pertanyaan pemicu yang dapat digunakan untuk mencari, Misalnya :
“Saya mau menulis tentang apa? Apa yang akan saya tulis?” Nah, jawaban atas
pertanyaan itu merupakan topik karangan.
b. Menentukan tujuan menulis
Dalam memperoleh tujuan penulisan, dapat melontarkan suatu pertanyaan, seperti
“Mengapa saya menulis dengan topik ini? Dalam rangka apa saya menulis topik ini?
Apa tujuan saya menulis dengan topik ini?
Tujuan penulisan itu sendiri ialah menghibur, memerikan,
menginformasikan/menjelaskan, atau mempengaruhi sikap/pendapat pembaca.
c. Memperhatikan sasaran karangan
Penulis berharap karangannya akan dibaca, dipahami, dan direspons oleh pembaca.
Untuk itu penulis harus mengetahui dan memperhatikan siapa pembaca tulisan atau
sasaran. Suatu tulisan harus disesuaikan dengan tingkat sosial, pengalaman,
pengetahuan, dan kebutuhan pembaca.
d. Mengumpulkan informasi pendukung
Karena apa yang akan ditulis tidak selalu siap dan lengkap, maka sebelum menulis
perlu mencari, mengumpulkan, mempelajari, dan memilih informasi yang dapat
memperluas, memperdalam dan memperkaya isi tulisan. Dari berbagai sumber yang
ada seperti buku, jurnal, hasil penelitian dan sebagainya.
e. Mengorganisasikan ide dan informasi
Sebelum mengarang, biasanya para penulis membuat rancangan karangan, yang kerap
disebut dengan kerangka (outline). Penyususnan kerangka karangan dilakukan karena
umumnya kita tidak dapat secara langsung menuangkan isi pikiran secara teratur,
terperinci, rapi dan sempurna.

2. Tahap penulisan
Dalam menulis karangan, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, terutama bagi
penulis pemula.
1) Mengambil keputusan tentang seberapa dalam dan luas isi tulisan, jenis informasi
yang disuguhkan, serta penyajiannya. Keputusan tersbut harus diselaraskan dengan
topik, tujuan, corak, dan pembaca karangan.
2) Menulis adalah sebuah proses. Untuk menghasilkan tulisan seperti yang diharapkan,
tulislah dan tulislah bingga buram (draft) karangan selesai, dengan mengabaikan
kekurangan dan kesalahan yang ada hingga waktunya menyunting dan memperbaiki
tulisan. Sebab, jika setiap selesai satu atau dua alenia lalu di baca, lalu diperbaiki atau
bahkan diganti, maka tulisan tidak akan pernah utuh dan tidak pernah selesai.

3. Tahap Pascapenulisan
Fase ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan suatu karangan. Pada fase ini
dilakukan kegiatan penyuntingan dan perbaikan. Penyuntingan menyacu pada aktivitas
membaca ulang, memeriksa, dan menilai ketepatan isi, penyajian maupun bahasa sebuah
buram (draft) karangan. Tujuannya ialah untuk menemukan informasi mengenai unsur-
unsur karangan yang masih memerlukan perbaikan. Sementara itu perbaikan dilakukan
berdasarkan penyuntingan. Kegiatan perbaikan dapat berupa penambahan, penggantian,
penghilangan, pengubahan, atau penyusunan kembali unsur-unsur karangan.
Tingatan revisi/perbaikan bervariasi yaitu:
 Revisi ringan, biasanya disebabkan oleh kesalahan-kesalahan mekanik bahasa,
seperti pesoalan ejaan dan pungtuasi.
 Revisi sedang, biasanya tidak hanya disebabkan oleh mekanika bahasa, tetapi juga
pengalimatan atau pengalineaan yang tidak pas, peletakan uraian yang kurang
sesuai, ilustrasi dan penjelasan yang keliru atau kekurangan subtansi.
 Revisi berat, biasanya berkaitan dengan adanya kekurangan atau kesalahan yang
parah pada berbagai elemen karangan.
Lalu, bagaimana melakukan kegiatan penyuntingan dan perbaikan? Langkah-langkah yang
perlu dilakukan ialah:
1) Membaca keseluruhan karangan
2) Memindai hal-hal yang perlu diperbaiki
3) Memberikan catatan bila ada hal-hal yang harus diubah, diganti, ditambahkan, atau
disempurnakan.
4) Melakukan perbaikan sesuai dengan temuan ketia penyuntingan dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai