Anda di halaman 1dari 17

EDITING DAN PUBLIKASI

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Pendidikan Jurnalistik
Dosen Pengampu:

Disusun Oleh:
Ahmad Farid Habibi (1608056047)
Nilla Romadhoni (1608506052)
Jeshica Ayu Rachmawati (1608056065)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2019

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Editing merupakan tahapan yang berkaitan dengan penulisan secara final. Bila
tahap-tahap sebelumnya difokuskan kepada isi, editing lebih difokuskan pada masalah
mekanik, seperti ejaan, penggalan kata, kata hubung, struktur kalimat, dan sebagainya.
Maksud dilakukan editing ini agar tulisan itu memiliki tingkat keterbacaan yang baik.
Pembaca akan mudah memahami tulisan kita. Jarak antara pembaca dengan ide menjadi
lebih dekat dan tulisan itu juga lebih komunikatif.
Menyunting naskah (editing) adalah sebuah proses memperbaiki atau
menyempurnakan tulisan secara redaksional dan substansial. Pelakunya disebut editor
(penyunting) atau redaktur. Secara redaksional, editor memperbaiki kata dan kalimat
supaya lebih logis, mudah dipahami, dan tidak rancu. Setiap kata dan kalimat, selain
harus benar ejaan atau cara penulisannya, juga harus benar-benar punya arti dan enak
dibaca. Tujuan akhir proses editing tidak hanya memiliki ejaan yang benar tetapi juga
komunikatif sehingga pesan dapat tersampaikan pada pembaca dengan tepat.
Ada 3 (tiga) tugas utama dari seorang editor: mencari, memperbaiki dan
menerbitkan naskah atau tulisan atau gambar. Editor beroperasi sebagai penerbit, artinya
editor harus terlibat dalam semua aspek, hingga penerbitan, sehingga editing sangat erat
kaitannya dengan proses publikasi. Sedangkan Publikasi berasal dari kata publish,
publisis, atau publisistik, yang berarti memberitahukan kepada umum, mengumumkan,
segala usaha yang berhubungan dengan kegiatan dalam bidang pengumuman. Editing
dan publikasi jurnalistik merupakan hal yang penting dilakukan, layak/tidaknya suatu
karya jurnalistik tersebut untuk diterbitkan, tentu harus melalui proses editing sebelum
publikasi. Berdasarkan latar belakang tersebut penting bagi kita untuk mengetahui lebih
lanjut tekait edting dan publikasi

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Editing Karya Jurnalistik ?
2. Apa yang dimaksud dengan Publikasi Karya Jurnalistik ?
BAB 2
PEMBAHASAN

A. EDITING
1. Pengertian Editing
Editing merupakan tahapan yang berkaitan dengan penulisan secara final. Bila
tahap-tahap sebelumnya difokuskan kepada isi, editing lebih difokuskan pada masalah
mekanik, seperti ejaan, penggalan kata, kata hubung, struktur kalimat, dan sebagainya.
Maksud dilakukan editing ini agar tulisan itu memiliki tingkat keterbacaan yang baik.
Pembaca akan mudah memahami tulisan kita. Jarak antara pembaca dengan ide
menjadi lebih dekat dan tulisan itu juga lebih komunikatif. 1
Menyunting naskah (editing) adalah sebuah proses memperbaiki atau
menyempurnakan tulisan secara redaksional dan substansial. Pelakunya disebut editor
(penyunting) atau redaktur.
Secara redaksional, editor memperbaiki kata dan kalimat supaya lebih logis,
mudah dipahami, dan tidak rancu. Setiap kata dan kalimat, selain harus benar ejaan
atau cara penulisannya, juga harus benar-benar punya arti dan enak dibaca. Tujuan
akhir proses editing jenis ini adalah tidak hanya memiliki ejaan yang benar tetapi juga
enak dibaca.
Secara substansial, editor harus memperhatikan fakta atau data agar terjaga
keakuratan dan kebenarannya. Editor pun harus memperhatikan apakah isi tulisan itu
dapat mudah dimengerti pembaca atau malah membingungkan. Sistematika juga harus
diperhatikan oleh seorang editor.2 Tujuan proses pengeditan tipe ini adalah tidak hanya
untuk membuat tulisan mudah dimengerti, tetapi juga sistematika tulisan secara
keseluruhan tetap terjaga.
Dari semua kegiatan yang tercakup dalam dua jenis proses pengeditan tersebut,
yang menjadi fokus editor adalah: (1) menyadari perbedaan latar belakang para
pembaca, baik dari segi umur, taraf hidup, dan gaya hidup sehingga naskah yang

1
Sukino, Menulis itu Mudah, (Yogyakarta: PT LkiS Printing Cemerlang, 2010), hlm. 29
2
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula, (Bandung: PT Remaja Rodaksana,
2009), hlm. 67-68
dihasilkan sesuai dengan latar belakang pembaca; (2) tegas; (3) memperbaiki tulisan
tanpa merusak cara penulis dalam memaparkan pendapatnya; dan (4) hati-hati dengan
iklan terselubung yang termuat dalam tulisan.3
Editor penerbitan memiliki peran diantaranya, pertama adalah sebagai petugas
resmi penerbitan yang melakukan review naskah yang ditawarkan penulis. Kedua,
editor penerbitan berperan sebagai penanggung jawab proyek penerbitan buku yang
dieditnya. Ketiga, editor penerbitan berperan melakukan penyuntingan dan koreksi
kebahasaan, menjaga konsistensi sistematika dan istilah, menjaga konsistensi gaya
penulisansesuai dengan jenis buku dan mengelola komunikasi antara penulis dan
penerbit.[4]
Wajah atau gaya pemberitaan sebuah penerbitan pers umumnya bergantung
pada keahlian dan kreativitas para redakturnya dalam teknik menyunting. Kegiatan
menyunting pada dasarnya menyangkut hal-hal berikut:
1. Memperbaiki kesalahan-kesalahan faktual.
2. Menjaga jangan sampai terjadi kontradiksi dan mengedit berita tersebut untuk
memperbaikinya.
3. Memperbaiki kesalahan dalam penggunaan tanda-tanda baca, tatabahasa,
ejaan, angka, nama, dan alamat.
4. Menyesuaikan naskah dengan gaya suratkabar bersangkutan.
5. Mengetatkan tulisan, membuat satu kata melakukan pekerjaan tiga atau empat
kata, menjadikan satu kalimat menyatakan fakta-fakta yang terdapat dalam
satu paragraf. Menyingkat tulisan sesuai dengan ruang yang tersedia.
6. Menjaga jangan sampai terjadi penghinaan, arti ganda, dan tulisan yang
memuakkan (bad taste).
7. Melengkapi tulisan dengan bahan-bahan tipografi, seperti anak judul
(subjudul), di mana diperlukan.
8. Menulis judul untuk berita bersangkutan agar menarik.

3
Mudrajad Kuncoro, Mahir Menulis “Kiat Jitu Menulis Artikel, Opini, Kolom, dan Resensi
Buku”, (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2009), hlm. 108
9. Di beberapa suratkabar, editing juga termasuk menulis caption (keterangan
gambar) untuk foto dan pekerjaan lain yang berhubungan dengan cerita yang
disunting itu.
10. Setelah edisi itu naik cetak, menelaah koran tersebut secermat mungkin
sebagai perlindungan lebih lanjut terdapat kesalahan dan melakukan
perbaikan jika deadline masih memungkinkan.
Dengan demikian, menyunting tidak semata-mata memotong (cutting) naskah
agar cukup pas masuk dalam kolom atau ruangan (space) yang tersedia, tetapi juga
membuat tulisan itu enak dibaca, menarik, dan tidak mengandung kesalahan faktual.

2. Kode Etik Penyunting


Dalam melaksanakan kewajibannya, seorang editor harus pula memperhatikan hal-hal
berikut:
1. Tujuan utama pekerjaan seorang penyunting adalah mengolah naskah sesuai
dengan patokan pembakuan yang di persyaratkan.
2. Penyunting harus memiliki pemikiran yang terbuka terhadap pendapat–
pendapat terbaru yang bertentangan dengan pendapat yang dianut umum.
3. Penyunting tidak boleh mementingkan pendapatnya sendiri, temannya atau
penulis yang disenanginya, sehingga tidak berkesan pilih kasih atas hal-hal yang
tidak terkait dengan isi teknis suatu naskah.
4. Merupakan tindakan kriminal bagi seorang penyunting untuk mendiamkan suatu
naskah atau menggunakan pengetahuanya yang diperoleh dari naskah lalu
menerbitkan tulisan serupa atas namanya sendiri, baru kemudian menolaknya.
5. Penyunting harus merahasiakan informasi yang terdapat dalam naskah agar
gagasan, pendelatan, metode, hasil penemuan dan simpulan tidak dapat disadap
orang lain sebelum diterbitkan.
6. Penyunting disiplin waktu dalam mengolah naskah dan menjadwalkan
penerbitan agar tidak merugikan orang lain karena adanya prioritas penemuan,
kemutakhiran data, kemajuan promosi dan lain-lain.
7. Penyunting harus bersikap jujur pada dirinya kalau tidak mampu menilai suatu
naskah agar tidak memberi petunjuk yang salah pada penulis.
8. Kewenangan besar diberikan kepada penyunting untuk menangani dan
mempersiapkan naskah untuk diterbitkan semata-mata ditujukan untuk
melancarkan arus informasi guna mamjukan ilmu dan bukan untuk
disalahgunakan untuk maksud lain.
9. Dalam penerbitan hendaknya selalu diingat bahwa penyunting hanya
bertanggung jawab pada bentuk formal penerbitan dan hanya penyuntingnya
yang bertanggung jawab atas isi dan segala pernyataan dalam setiap tulisan.
10. Penyuntingan bersifat anonim, secara resmi penyunting tidak berhak atas kredit
apapun dari suatu karya yang terbit, kecuali hak kredit kepenyuntingan seluruh
terbitan.
11. Penyunting bertindak sebaik-baiknya sesuai dengan apa yang ia ketahui, yang ia
yakini, dan sesuai pula dengan kemampuan yang ia miliki.
12. Penyunting wajib memberi surat tanda tibanya suatu naskah di meja penyunting,
disusul dengan surat pemberitahuan segera sesudah diputuskan diterima,
disarankan, diperbaiki, atau ditolaknya naskah tersebut.
13. Dalam menelaah dan mengevaluasi naskah penyunting tidak cukup hanya
menyatakan “Naskah ini terlalu panjang” tanpa menunjuk bagian yang harus
dibuang, atau yang perlu ditambah penekanana, peluasan atau penyulihan.
14. Penyunting wajib membiarkan gaya penulis tersebut walau tidak berkenan
dengan selera penyunting.
15. Perubahan naskah yang disarankan haruslah merupakan perbaikan nyata dalam
ketepatan, kejelasan dan keringkasan.
16. Setiap perubahan dan perbaikan terhadap naskah akan membuka peluang
masuknya kesalahan atau pernyataan keliru yang mungkin tidak dimaksudkan
oleh penulisnya.
17. Penyunting harus berpihak keada penulis, sehingga ia perlu berpanjang fikir
dalam bertindak dan selalu mawas diri serta bertepa selira.
18. Penyunting dituntut untuk selalu menanyakan pada dirinya sendiri secara jujur
ketiak setiap kali akan meloloskan suatu naskah. 4
3. Persoalan-persoalan Editing

4
Mien A. rifai. 1995. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan dan penerbitan. Gajah Mada University Press.
Dalam hal editing, ada beberapa alasan yang digunakan oleh redaktur. Pertama,
tulisan tersebut cenderung berorientasi pada kepentingan sumber berita dan bukan
pembaca. Kedua, bahasa wartawan kurang menarik. Ketiga, karena tempat yang
tersedia sangat terbatas.
a) Tulisan yang berorientasi pada sumber berita
Wartawan dengan spesialisasinya pada satu bidang, didorong untuk merasa dekat
dengan sumber beritanya. Sikap netral wartawan menjadi luntur dan akibatnya
berita atau laporan yang ditulisnya berpihak pada sumber beritanya. Keadaan
tersebut merupakan situasi yang sangat berbahaya walaupun dalam kode etik
jurnalistik ditekankan “balancing news” dengan kata lain “chek and recheck”.
Tugas menghilangkan subyektivitas bertujuan mengolah tulisan, berita,
laporan agar menjadi netral ketika sampai di tangan pembaca tentang kedekatan
wartawan dengan sumber berita , persoalan ini seringkali sumber berita dapat
mempengaruhi wartawan untuk mengarahkan beritanya.
Tugas seorang redaktur atau editor bukan sekadar menyempurnakan
bahasanya agar menjadi menarik tetapi harus mengolahnya kembali. Bahkan ia
harus mengambil tindakan untuk melakukan “tour of duty” atau pergeseran tempat
agar wartawan tersebut tidak menjadi mapan di suatu tempat. Tujuan “tour of duty”
bukan untuk memutuskan hubungan dengan sumber berita, namun untuk
mengasah kepekaan wartawan agar ia tetap obyektif dalam memburu berita.
b) Bahasa
Penyuntingan yang menyangkut pembenahan bahasa bukanlah pekerjaan
sederhana di dalam suatu karya jurnalistik. Layak atau tidaknya suatu berita
tergantung pada penggunaan bahasa secara baik dan benar. Jabatan redaktur bukan
jabatan struktural tetapi fungsional, pada faktanya jabatan tersebut diberikan
kepada wartawan senior. Alasannya karena ia memiliki pengalaman lapangan
yang luas bukan masa kerja wartawan tersebut.
Seringkali wartawan yang baru pulang dari daerah lain meliput suatu
kejadian dengan lancar, namun ketika disuruh menuliskannya ia tidak mampu
mengungkapkannya dengan baik. Bagi wartawan, menulis berita merupakan
kewajiban pokok dan keharusan baginya untuk mampu menulis dengan baik.
Terkadang menulis dengan baik diperlukan waktu yang longgar dalam suasana
yang tenang, namun ketika desakan waktu “deadline” justru menjadi pemacu
kreativitas. Dalam menyajikan berita, redaktur atau editor secara sadar mengerti
bahwa pembacanya berasal dari berbagai tingkat pendidikan, namun diharuskan
dipilih ukuran pendidikan yang terendah. Itu artinya penyajian tulisan harus
sesederhana mungkin.
c) Ruangan atau space
Tugas penyuntingan yang dilakukan redaktur karena keterbatasan ruangan
atau space yang ada memiliki keunikan tersendiri. Pada surat kabar, penyuntingan
dapat dilakukan dengan memotong bagian yang tidak penting. Menggunakan
sitem piramida terbalik, bagian tidak penting selalu ditulis di bagian bawah.
Penyuntingan dipotong bagian paling bawah, lalu ke atas.
Penyuntingan berita memang lebih mudah dibandingkan penyuntingan
bentuk tulisan lainnya. Dengan menggunakan sistem piramida terbalik, berita
sangat mudah disederhanakan.
d) Tanda-tanda koreksi
Untuk melakukan penyuntingan selain bahasa jurnalistik, tanda-tanda
koreksi juga harus dikuasi redaktur. Tanda-tanda koreksi menyangkut alinea baru,
terusan kalimat, penyambungan kata, pemisahan kata, penghilangan huruf,
penyisipan kata, pemindahan kata, perubahan setting, penghidupan kata atau
kalimat yang dibuang.
e) Alinea Baru
Apabila Pokok persoalan yang diungkapkan dalam alinea beraneka ragam,
padahal diperlukan satu ide saja untuk menulis satu alinea. Ide-ide lain harus
dijadikan alinea baru.
f) Terusan Kalimat
Kebalikan dari pembentukan alinea baru, pembentukan kalimat terusan
berasal dari alinea baru. Prinsip dasarnya hanya melakukan penyambungan alinea
menjadi satu karena adanya kesamaan ide atau gagasan.
g) Penyambungan Kata
Tanda koreksi penyambungan kata ini juga sering digunakan karena banyak
wartawan atau penulis yang kurang mengindahkan cara penulisan menurut ejaan
Bahasa Indonesia
Contoh : tuna susila , dasa warsa, foto kopi
Menjadi: tunasusila, dasawarsa, fotokopi
h) Pemisahan Kata
Kebalikan dari penyambungan kata, memisahkan dua kata yang ditulis
menjadi satu juga sering terjadi. Misal kata-kata yang ditulis berikut:
Tigaratus, Kemana, Dimana
Menurut ejaan yang disempurnakan, kata-kata itu harus dipisahkan, dengan
demikian kata-kata itu akan diset secara benar menjadi:
Tiga ratus, Ke mana, Di mana
i) Penghilangan kata atau huruf
Apabila yang dihilangkan hanya satu huruf, berarti hanya huruf yang
bersangkutan yang dicoret. Sedangkan apabila yang diharuskan dihilangkan satu
kata atau kalimat, yang dimaksud yang harus dicoret.
Contoh: enam ratus orang mengikuti test di sekolah theologia.
Menurut ejaan yang benar, kata test harus ditulis dengan tes, dan theologia
cukup ditulis dengan teologi. Huruf-huruf yang harus dihilangkan saja yang
dicoret, sehingga sebagai berikut:
Test menjadi tes
Theologia menjadi teologi.
Demikian pula untuk menghilangkan atau membuang kata, dilakukan dengan
mencoretnya.
j) Penyisipan huruf atau kata
Terkadang wartawan lupa bahwa ketelitian menulis juga sangat perlu. Karena
terburu-buru sering kali wartawan tidak sempat memikirkan kembali ketelitian
dalam menulis.
k) Memindahkan Kata
Untuk memindahkan kata atu membalikan susuna kata yang salah tempat
diperlukan tanda koreksi khusus. Kesalahan penyusunan kata seperti itu terkadang
terjadi karena pemakaian struktur atau susunan asing seperti susunan Belanda
(hukum MD = menerangkan-diterangkan, dengan contoh mobil brigade).
Kalimat lisan menjadi kalimat tulisan seperti: “Tak mau lagi aku seperti itu”
atau “Aku tak mau lagi seperti itu”. Susunan kalimat tersebut seharusnya “Aku
tak mau seperti itu lagi”.
l) Perubahan setting
Perubahan setting dari huruf besar menjadi hruud kecil atau sebaliknya sering
kali terjadi dalam proses editing.
Contoh: TITIK TOLAK KITA BERSAMA
Menjadi: Titik tolak kita bersama
Dengan cara memberi garis bawah pada huruf pertama. Untuk
memudahkan biasanya perubahan dari huruf kecil menjadi kapital untuk satu kata
atau lebih selalu diberi tanda Cap/Kap. Sedangkan untuk merubah huruf besar
menjadi huruf kecil, digunakan tanda OC yang merupakan kependekan dari Onder
Cast pda kalimat dan kata yang harus diset dena huruf kecil.

m) Cetak tebal dan cetak miring


Untuk memberi penekanan pada suatu kata, biasanya dilakukan dengan
mencetak tebal pada kata tersebut. Dalam proses editing, untuk merubah suatu
kata agar dicetak tebal cukup dilakukan dengan memberi tanda garis bawah pada
kata yang dimaksud.
Contoh: Pada dasarnya wartawan harus mampu menyajikan berita secara
bertanggungjawab.
Kata harus yang digaris bawahi akan dicetak tebal oleh setter dengan satu
pengertian bahwa kata itu mendapat tekanan. Selain itu nama orang juga sering
dicetak tebal.
Hampir sama dengan tanda koreksi untuk cetak tebal, untuk cetak miring
dipergunakan garis bawah bergerigi. Tetapi apabila yang harus dicetak miring
terdiri dari banyak kalimat, bisa diberi tanda CF pada halaman yang harus dicetak
miring.
Contoh: Huruf miring
Menjadi: Huruf miring.5
n) Adapun langkah-langkah menyutingan adalah sebagai berikut :
a) Bacalah setiap kalimat dengan renungan berulang-ulang. Untuk membuat
kalimat lebih baik, tidak jarang anda membaca satu kalimat berkali-kali,
sampai anda mendapatkan esensinya, kemudian anda tuangkan dalam bentuk
murni.
b) Baca lagi naskah anda beberapa kali dengan fokus yang berbeda-beda,
misalnya pada sekali waktu, anda fokus pada ejaan. Lalu di waktu berikutnya,
anda fokus di tata bahasa, atau konsistensi istilah, atau gambar serta
keterangannya, dan lain sebagainya.
c) Kenali pola kesalahan yang biasanya anda dapat setelah karya tulis di
proofread atau diediting. Untuk itu, anda perlu mewaspadai pola-pola
kesalahan yang sering anda lakukan dan berusaha memperbaikinya.
d) Gunakan spelling check pada komputer bila tulisan anda dibut dalam bahasa
inggris atau bahasa internasional lainnya. Namun demikian komputer juga
mungkin bisa membuat kesalahan, misalnya ejaanya bisa jadi benar, tetapi
artinya berbeda, seperti: paper - pepper, line - lain, you’re - your, their - there,
its - it’s, dan sebagainya.
e) Perhatikan ide utama dan ide pendukung dalam setiap paragraf. Anda harus
memastikan setiap paragraf mengandung satu ide utama yang tercantum
dalam kalimat topik paragraf itu. Kalimat-kalimat lainya sebagai pendukung
kalimat topik. Apabila ada kalimat yang tidak mendukung kalimat topik anda
harus membuang atau memasukannya kalimat “nyasar” tersebut ke dalam
paragraf lain yang didukungnya.
f) Revisi kalimat-kalimat yang terlalu panjang atau sebaliknya terpotong-
potang, kalimat yang tidak menggunakan kata sambung, kalimat-kalimat
ambigu, dan sebagainya.
g) Bebaskan kemuangkinan adanya pelanggaran seperti pelecehan, fitnah,
penghujatan dan lain-lain. Bila anda ragu-ragu dengan apa anda tulis,
konsultasikan dengan pihak-pihak yang berkompeten.

5
PUNYA FARIDS WKWKKKW TOLONG DIISI KAKNIL
h) Bantu tegaskan bahwa setiap informasi yang anda tulis benar dan dapat
dipercaya.
i) Konsultasikan jargon, pengertian, atau bagian yang meragukan dengan
pihak yang berkompeten. Tuliskan daftar istilah bila perlu.
j) Gunakan kamus, tesaurus (kamus sinonim), buku tata bahasa, artikel
penggunaan tanda baca, internet (kamus idiom daring), dan berbagai sarana
yang membantu anda dalam penyutingan.
k) Cari pembaca sukarela (terutama mereka yang menekuni bidang yang sesuai
dengan topik yang anda buat) untuk diminta masukan6

B. PUBLIKASI
1. Pengertian Publikasi
Publikasi berasal dari kata publish, publisis, atau publisistik, yang berarti
memberitahukan kepada umum, mengumumkan, segala usaha yang berhubungan
dengan kegiatan dalam bidang pengumuman. Pengumuman tersebut dilakukan melalui
alat-alat komunikasi massa, yaitu alat-alat yang dapat menghubungkan atau
mengadakan komunikasi dengan massa.7 Publikasi adalah bidang komunikasi berita
atau ide dalam satu situasi dimana khalayak ramai akan menerima semua ide ini
sebagaimana yang anda harapkan.8

Publikasi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai media massa


seperti website, pers, film, radio, televisi, majalah, pamflet, buku dan lain sebagainya.
Internet merupakan media promosi pemasaran yang cukup efektif, dengan memiliki
website anda dapat mempublikasikan produk atau layanan anda tanpa batas tempat dan
waktu.

Walaupun demikian, tidak berarti dengan kepemilikan website promosi lalu


media cetak dihentikan, karena tentu tidak semua masyarakat memiliki akses internet.

6
Sutanto Leo, Kiat Jitu Menulis Dan Menerbitkan Buku, (Jakarta: Erlangga, 2010),hlm.114-115
7
http://desainwebsite.org/index.php/publikasi/156, diakses pada 26 September 2019, jam 20:47
8
M.L. Stein, Bagaimana Menjadi Wartawan, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 1993), hlm.70
Dan juga website yang telah dimiliki perusahaan harus dipromosikan agar diketahui
masyarakat atau pasar yang dituju.9

2. Kode etik penerbit


Kode etik penerbit, diantaranya:
1. Penerbit perlu menggalakkan dan merangsang penulis untuk dapat berkarya
secara optimum dalam menghasilkan buah kreativitasnya, karena keberhasilan
pengarang akan berdampak pula pada keberhasilan penerbit dalam menunaikan
fungsi kemasyarakatannya.
2. Penerbit supaya menggariskan ruang lingkup sumbangsih yang diyakininya
dibituhkan masyarakat, beserta pedoman kebijakan yag dapat digunakan sebagai
pengarahan oleh penulis dalam berkarya sesuai dengan panggilan hati nuraninya.
3. Penerbit berkepentingan menghormati kepercayaan yang dilimpahkan penulis
kepadanya untuk menangani penerbitan hasil jerih payahnya secara penuh, yaitu
hak eksklusif untuk mencetak, menyebarluaskan dan memperdagangkan naskah
yang diterbitkan.
4. Penerbit berkewajiban mengolah naskah yang diserahkan penulis secepatnya
dan seefektifnya agar tidak merugikan penulis, dan dalam jangka panjang juga
tidak merugikan dirinya sendiri.
5. Untuk memenuhi baku mutu yang dianutnya, penerbit akan mencari bantuan
penyunting dan pendapat pakar berkeahlian dalam menangani naskah yang
dipercayakan penulis, mengatur penyuntingan untuk mengolahnya agar siap
cetak, merencanakan jadwal dan melaksanakan penerbitan.
6. Bersama-sama penulis, penerbit mengupayakan pencarian penyandang dana
tambahan yang mungkin diperlukan untuk memperlancar penerbitan naskah.
7. Dengan dibantu penulis, penerbit akan mempromosikan hasil terbitan seluas-
luasnya agar sampai ke lingkungan masyarakat pembaca yang sesuai.
8. Penerbit wajib menyediakan imbalan (honorarium, royalti, atau bentuk insentif
lain yang tidak selamanya berupa uang) bagi penulis, yang harus dilaksanakan

9
http://desainwebsite.org/index.php/publikasi/156, diakses pada 26 September 2019, jam 20:47
secara wajar dan terbuka sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan tata
hubungan kerjasama kemitraan yang belaku.
9. Penerbit haru melaksanakan pengelolaan segi ekonomi terbitan dengan penuh
tanggung jawab demi kepentingan penulis dan dirinya sendiri.
10. Penerbit dituntut untuk ikut melindungi hak cipta, hak kepemilikan intelektual,
dan hak hukum lain penulis atas karya yang diterbitkannya.
Publikasi dengan media online
3. Publikasi jurnalistik online
Media publikasi karya jurnalisme online disebut media online (online media).
Jurnalistik online bukan satu-satunya istilah yang merujuk pada proses jurnalistik secara
online di internet. Istilah lainnya yaitu sebagai berikut:

a. Jurnalistik internet (internet journalism)


b. Jurnalistik website (web journalism)
c. Jurnalistik digital (digital journalism)
d. Jurnalistik siber (cyber journalism)
e. Jurnalistik judul (headline journalism)
Jurnalisme online adalah proses pengumpulan, penulisan, penyuntingan, dan
penyebarluasan berita secara online di internet. Munculnya internet memberikan
dampak yang banyak terhadap pola hidup manusia, salah satunya yaitu bagi orang yang
memiliki profesi jurnalistik. Adanya internet membantu masyarakat memperoleh akses
informasi dengan lebih cepat. Dampak dari internet juga menjadikan terciptanya
jurnalisme di internet atau sering dikenal dengan istilah jurnalisme online atau
jurnalisme digital. Jurnalisme online tidak banyak berbeda dari jurnalisme media cetak.
Perbedaan paling utama adalah jurnalisme online diakses melalui media elektronik dan
melalui jaringan internet. Berita di internet telah menjadi suatu fitur yang umum sejak
tahun 1980. Salah satu contoh penting pertama penulisan jurnalistik di web adalah
Wired Magazine yang secara luas diakui, edisi online dimulai pada bulan januari 1993.10

10
https:/www-kompasiana-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/mariaagusta/jurnalisme-
online-apa-itu-jurnalisme-online, diakses pada 27 september 2019, jam 12:21
Publikasi web seharusnya bukan sekedar mengulangi apa-apa yang telah
diterbitkan di media cetak, tetapi juga harus berisi berita-berita terkini yang mungkin
membutuhkan sumber daya tambahan untuk mengelola situs ini, baik itu sumber daya
manusia maupun peralatan. Publikasi mungkin perlu merekrut anggota tambahan untuk
mengelola publikasi online. Mereka yang punya pengetahuan dan keahlian softwere
online akan bisa banyak membantu. Atau jurnalis siswa dapat bekerjasama dengan siswa
yang ahli dalam bidang ini untuk memberi informasi yang baru dan segar. Publikasi
harus memiliki rencana pasti untuk penyediaan isi online sebelum memulai publikasi
online. Menciptakan situs online yang tak perbah diperbaharui atau diubah khususnya
setelah ada iklan jelas akan gagal.11

Aturan yang mengatur apa-apa yang dipubikasikan di internet terus berkembang


mengiringi perkembangan teknologi yang dipakai dalam bentuk komunikasi ini.
Publikasi di internet, dalam beberapa hal tidak berbeda dengan publikasi lewat media
lain, seperti media cetak. Pada umumnya, undang-undang yang berlaku untuk jurnalis
siswa/mahasiswa yang mempublikasikan Koran dan majalah cetak, atau yearbook, juga
berlaku untuk versi publikasi online dari publikasi cetak yang sama. Sebagaimana media
cetak, dimana dan kapan sebuah “publikasi” online diproduksi juga menjadi faktor
penting dalam kaitannya dengan aplikasi undang-undang. Bahkan pemberitaan dan
proses pengumpulan informasi dengan menggunakan internet mungkin juga diatur oleh
undang-undang tersendiri.12

11
Tom E. Rolnicki et. Al., Pengantar Dasar Jurnalisme, (Jakarta: Kencana,2008) hlm.311-312
12
Tom E. Rolnicki et. Al., Pengantar Dasar Jurnalisme, hlm.382
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai