Anda di halaman 1dari 22

“KONSEP DASAR DAN KOMPONEN SEMINAR”

Disusun Oleh :

Kelompok 1
Lara Anjaleti Tarigan (3193331008)

Muhammad Iswar Habibi (3193331019)

Naila Putri Azzahra (3193331001)

Sri Cinta Sinurat (3192431005)

Suprianto Berutu (3192431011)

Omeria Waruwu (3193331020)

Wulandira Tania (3191131001)

Kelas : B-2019

Mata Kuliah : Seminar Geografi

Dosen Pengampu : Eni Yuniatusti S.Pd.,M.Sc

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL-UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

FEBRUARI 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada ibu Eni Yuniatusti S.Pd.,M.Sc selaku dosen pengampu
mata kuliah Seminar Geografi yang telah memberikan kami kesempatan untuk bekerja
sama dalam menyusun makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami mendapat tantangan untuk mencari sumber
informasi sesuai materi yang diberikan. Akan tetapi, atas kerja sama dari setiap anggota,
tantangan tersebut teratasi. Oleh karena itu, kami menyusun makalah ini sebaik mungkin.
Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kami maupun kepada para pembaca.

Kami juga mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan atau penulisan
makalah ini. Kami senantiasa mengharapkan masukan, baik berupa saran atau kritik demi
penyempurnaan makalah ini.

Medan, Februari 2022

Kelompok 1

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................II
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................III
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................1
BAB II.........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
2.1 Konsep Dasar Seminar.................................................................................................................2
2.2 Komponen Seminar.....................................................................................................................5
2.3 Prosedur Seminar Proposal Penelitian.........................................................................................6
2.4 Ciri-Ciri Komponen Karya Ilmiah...............................................................................................7
2.5 Teknik Penulisan Karya Ilmiah....................................................................................................9
BAB III......................................................................................................................................................16
PENUTUP.................................................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................16
3.2 Saran..........................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................17

III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata seminar berasal dari kata Latin semin yang berarti “benih”. Jadi, seminar berarti “ tempat
benih-benih kebijaksanaan”. Seminar merupakan pertemuan ilmiah yang dengan sistematis
mempelajari suatu topik khusus di bawah pimpinan seorang ahli dan berwenang dalam bidang
tersebut.Seminar merupakan suatu pertemuan atau persidangan untuk membahas suatu masalah di
bawah pimpinan ketua sidang (guru besar atau seseorang ahli). Pertemuan atau persidangan dalam
seminar biasanya menampilkan satu atau beberapa pembicaraan dengan makalah atau kertas kerja
masing-masing. Seminar biasanya diadakan untuk membahas suatu masalah secara ilmiah.

Yang berpartisipasi pun orang yang ahli dalam bidangnya. Seminar tentang pemasaran suatu
produk, tentu dihadiri oleh para pakar bidang pemasaran. Seminar pendidikan tentu saja dihadiri
oleh para ahli pendidikan. Sementara itu, peserta berperan untuk menyampaikan pertanyaan,
ulasan, dan pembahasan sehingga menghasilkan pemahaman tentang suatu masalah.

Istilah seminar sangat populer di masyarakat, terutama Juga sebagaimana istilah diskusi, seminar
sangat akrab di kalangan perguruan tinggi. Memang, agak sulit membedakan mana seminar dan
mana pula diskusi. Kedua kegiatan ini juga membahas suatu masalah secara mendalam. Seminar
bisa diartikan sebagai bentuk pertemuan atau persidangan untuk membahas suatu masalah di
bawah pimpinan ahli atau guru besar atau para pakar (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, 1991:907). Jika berpegang pada pengertian seminar yang tercantum di
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut, maka salah satu ciri khas seminar adalah bahwa
adanya peran atau keterlibatan langsung para ahli, guru besar, atau pakar bidang tertentu,
berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam seminar itu sendiri. Yang jelas, bahwa seminar
merupakan forum atau pertemuan untuk membahas sesuatu secara mendalam, tuntas, dan dapat
dijadikan sebagai acuan atau bahan pertimbangan atas keberadaan suatu masalah atau bisa
dijadikan acuan dalam melakukan atau menyikapi sesuatu. Wajar jika seminar melibatkan para ahli
agar segala yang muncul dan berkembang saat seminar dapat dipertanggungjawabkan dari segi
kekuatan pemikirannya.

Seminar sebagai sebuah pertemuan ilmiah berarti juga hanyak melibatkan pengungkapan gagasan
dan pemikiran yang dituangkan secara lisan dan juga tentu berdasarkan gagasan dari pemikiran
yang telah ditulis oleh para penyaji makalah. Seminar tentu disertai dengan penyaji atau pembicara.
Penyaji atau pembicara dalam seminar biasanya menyertakan gagasan, pemikiran, atau mungkin
hasil penelitiannya yang ditulis dalam bentuk makalah.

Persiapan seminar tidak jauh berbeda dengan bagaimana menyiapkan sebuah diskusi. Dalam
seminar juga terdapat penyaji makalah, moderator atau pemandu, sekretaris atau notulis, dan
1
peserta. Segala hal yang berkaitan dengan diskusi kiranya dapat saja diterapkan dalam pelaksanaan
seminar. Diskusi tidak jauh berbeda, agak sulit memberikan batas perbedaan di antara satu dengan
yang lainnya. Seminar tampaknya lebih formal dan diskusi, mungkin bisa dianggap lebih besar. Amat
jarang sebuah seminar yang pesertanya hanya sepuluh orang. Sebaliknya, dalam sebuah diskusi
mungkin pesertanya bisa kurang dan sepuluh orang. Namun, diskusi tidak jarang juga dihadiri
ratusan orang. Forum seminar terkadang juga disebut atau dinyatakan sebagai diskusi. Berapa
jumlah yang ideal untuk peserta kedua forum ini memang sulit ditentukan, tidak ada jumlah minimal
mutlak yang menjadi syarat layaknya sebuah diskusi atau seminar.

Istilah seminar juga sangat populer di masyarakat, terutama Juga sebagaimana istilah diskusi,
seminar sangat akrab di kalangan perguruan tinggi. Memang, agak sulit membedakan mana seminar
dan mana pula diskusi. Kedua kegiatan ini juga membahas suatu masalah secara mendalam.
Seminar bisa diartikan sebagai bentuk pertemuan atau persidangan untuk membahas suatu
masalah di bawah pimpinan ahli atau guru besar atau para pakar (Tim Penyusun Kamus Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1991:907). Jika berpegang pada pengertian seminar yang
tercantum di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut, maka salah satu ciri khas seminar
adalah bahwa adanya peran atau keterlibatan langsung para ahli, guru besar, atau pakar bidang
tertentu, berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam seminar itu sendiri. Yang jelas, bahwa
seminar merupakan forum atau pertemuan untuk membahas sesuatu secara mendalam, tuntas,
dan dapat dijadikan sebagai acuan atau bahan pertimbangan atas keberadaan suatu masalah atau
bisa dijadikan acuan dalam melakukan atau menyikapi sesuatu. Wajar jika seminar melibatkan para
ahli agar segala yang muncul dan berkembang saat seminar dapat dipertanggungjawabkan dari segi
kekuatan pemikirannya.

Seminar sebagai sebuah pertemuan ilmiah berarti juga hanyak melibatkan pengungkapan gagasan
dan pemikiran yang dituangkan secara lisan dan juga tentu berdasarkan gagasan dari pemikiran
yang telah ditulis oleh para penyaji makalah. Seminar tentu disertai dengan penyaji atau pembicara.
Penyaji atau pembicara dalam seminar biasanya menyertakan gagasan, pemikiran, atau mungkin
hasil penelitiannya yang ditulis dalam bentuk makalah.

Persiapan seminar tidak jauh berbeda dengan bagaimana menyiapkan sebuah diskusi. Dalam
seminar juga terdapat penyaji makalah, moderator atau pemandu, sekretaris atau notulis, dan
peserta.

Segala hal yang berkaitan dengan diskusi kiranya dapat saja diterapkan dalam pelaksanaan seminar.
Diskusi tidak jauh berbeda, agak sulit memberikan batas perbedaan di antara satu dengan yang
lainnya. Seminar tampaknya lebih formal dan diskusi, mungkin bisa dianggap lebih besar. Amat
jarang sebuah seminar yang pesertanya hanya sepuluh orang. Sebaliknya, dalam sebuah diskusi
mungkin pesertanya bisa kurang dan sepuluh orang. Namun, diskusi tidak jarang juga dihadiri
ratusan orang. Forum seminar terkadang juga disebut atau dinyatakan sebagai diskusi. Berapa
jumlah yang ideal untuk peserta kedua forum ini memang sulit ditentukan, tidak ada jumlah minimal
mutlak yang menjadi syarat layaknya sebuah diskusi atau seminar.

Seminar tentunya haruslah direncanakan baik waktu, tempat, peserta dan juga menentukan
pengarah dan sumber dari hasil karya ilmiah agar dapat terlaksana dengan baik sesuai dengn tujuan
seminar yang akan dilaksanakan. Sebagaimana kita ketahui tujuan seminar pendidikan adalah untuk

2
mengkoreksi kembali hasil dari sebuah karya ilmiah untuk mengambil keputusan bersama demi
kesempurnaan hasil.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini ialah
1. Apa Pengertian dari seminar?
2. Bagaimana konsep dasar seminar?
3. Apa saja komponen seminar?
4. Bagaimana prosedur seminar proposal penelitian?
5. Apa saja ciri ciri komponen karya ilmiah?
6. Bagaimana teknik penulisan karya ilmiah?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa Pengertian dari seminar

2. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar seminar

3. Untuk mengetahui apa saja komponen seminar

4. Untuk mengetahui Bagaimana prosedur seminar proposal penelitian

5. Untuk mengetahui Apa saja ciri ciri komponen karya ilmiah

6. Untuk mengetahui bagaimana teknik penulisan karya ilmiah

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Seminar


Kata seminar berasal dari kata Latin semin yang berarti “benih”. Jadi, seminar berarti
“tempat benih-benih kebijaksanaan”. Seminar merupakan pertemuan ilmiah yang
dengan sistematis mempelajari suatu topik khusus di bawah pimpinan seorang ahli dan
berwenang dalam bidang tersebut.Seminar merupakan suatu pertemuan atau persidangan
untuk membahas suatu masalah di bawah pimpinan ketua sidang (guru besar atau
seseorang ahli). Pertemuan atau persidangan dalam seminar biasanya menampilkan satu
atau beberapa pembicaraan dengan makalah atau kertas kerja masing-masing. Seminar
biasanya diadakan untuk membahas suatu masalah secara ilmiah.
Yang berpartisipasi pun orang yang ahli dalam bidangnya. Seminar tentang
pemasaran suatu produk, tentu dihadiri oleh para pakar bidang pemasaran. Seminar
pendidikan tentu saja dihadiri oleh para ahli pendidikan. Sementara itu, peserta berperan
untuk menyampaikan pertanyaan, ulasan, dan pembahasan sehingga menghasilkan
pemahaman tentang suatu masalah.
4
Istilah seminar sangat populer di masyarakat, terutama Juga sebagaimana istilah
diskusi, seminar sangat akrab di kalangan perguruan tinggi. Memang, agak sulit
membedakan mana seminar dan mana pula diskusi. Kedua kegiatan ini juga membahas
suatu masalah secara mendalam. Seminar bisa diartikan sebagai bentuk pertemuan atau
persidangan untuk membahas suatu masalah di bawah pimpinan ahli atau guru besar
atau para pakar (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
1991:907). Jika berpegang pada pengertian seminar yang tercantum di dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia tersebut, maka salah satu ciri khas seminar adalah bahwa
adanya peran atau keterlibatan langsung para ahli, guru besar, atau pakar bidang tertentu,
berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam seminar itu sendiri. Yang jelas, bahwa
seminar merupakan forum atau pertemuan untuk membahas sesuatu secara mendalam,
tuntas, dan dapat dijadikan sebagai acuan atau bahan pertimbangan atas keberadaan
suatu masalah atau bisa dijadikan acuan dalam melakukan atau menyikapi sesuatu.
Wajar jika seminar melibatkan para ahli agar segala yang muncul dan berkembang saat
seminar dapat dipertanggungjawabkan dari segi kekuatan pemikirannya.
Seminar sebagai sebuah pertemuan ilmiah berarti juga hanyak melibatkan
pengungkapan gagasan dan pemikiran yang dituangkan secara lisan dan juga tentu
berdasarkan gagasan dari pemikiran yang telah ditulis oleh para penyaji makalah.
Seminar tentu disertai dengan penyaji atau pembicara. Penyaji atau pembicara dalam
seminar biasanya menyertakan gagasan, pemikiran, atau mungkin hasil penelitiannya
yang ditulis dalam bentuk makalah.
Persiapan seminar tidak jauh berbeda dengan bagaimana menyiapkan sebuah diskusi.
Dalam seminar juga terdapat penyaji makalah, moderator atau pemandu, sekretaris atau
notulis, dan peserta. Segala hal yang berkaitan dengan diskusi kiranya dapat saja
diterapkan dalam pelaksanaan seminar. Diskusi tidak jauh berbeda, agak sulit
memberikan batas perbedaan di antara satu dengan yang lainnya. Seminar tampaknya
lebih formal dan diskusi, mungkin bisa dianggap lebih besar. Amat jarang sebuah
seminar yang pesertanya hanya sepuluh orang. Sebaliknya, dalam sebuah diskusi
mungkin pesertanya bisa kurang dan sepuluh orang. Namun, diskusi tidak jarang juga
dihadiri ratusan orang. Forum seminar terkadang juga disebut atau dinyatakan sebagai
diskusi. Berapa jumlah yang ideal untuk peserta kedua forum ini memang sulit
ditentukan, tidak ada jumlah minimal mutlak yang menjadi syarat layaknya sebuah
diskusi atau seminar.

5
Istilah seminar juga sangat populer di masyarakat, terutama Juga sebagaimana istilah
diskusi, seminar sangat akrab di kalangan perguruan tinggi. Memang, agak sulit
membedakan mana seminar dan mana pula diskusi. Kedua kegiatan ini juga membahas
suatu masalah secara mendalam. Seminar bisa diartikan sebagai bentuk pertemuan atau
persidangan untuk membahas suatu masalah di bawah pimpinan ahli atau guru besar
atau para pakar (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
1991:907). Jika berpegang pada pengertian seminar yang tercantum di dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia tersebut, maka salah satu ciri khas seminar adalah bahwa
adanya peran atau keterlibatan langsung para ahli, guru besar, atau pakar bidang tertentu,
berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam seminar itu sendiri. Yang jelas, bahwa
seminar merupakan forum atau pertemuan untuk membahas sesuatu secara mendalam,
tuntas, dan dapat dijadikan sebagai acuan atau bahan pertimbangan atas keberadaan
suatu masalah atau bisa dijadikan acuan dalam melakukan atau menyikapi sesuatu.
Wajar jika seminar melibatkan para ahli agar segala yang muncul dan berkembang saat
seminar dapat dipertanggungjawabkan dari segi kekuatan pemikirannya.
Seminar sebagai sebuah pertemuan ilmiah berarti juga hanyak melibatkan
pengungkapan gagasan dan pemikiran yang dituangkan secara lisan dan juga tentu
berdasarkan gagasan dari pemikiran yang telah ditulis oleh para penyaji makalah.
Seminar tentu disertai dengan penyaji atau pembicara. Penyaji atau pembicara dalam
seminar biasanya menyertakan gagasan, pemikiran, atau mungkin hasil penelitiannya
yang ditulis dalam bentuk makalah.
Persiapan seminar tidak jauh berbeda dengan bagaimana menyiapkan sebuah diskusi.
Dalam seminar juga terdapat penyaji makalah, moderator atau pemandu, sekretaris atau
notulis, dan peserta.
Segala hal yang berkaitan dengan diskusi kiranya dapat saja diterapkan dalam
pelaksanaan seminar. Diskusi tidak jauh berbeda, agak sulit memberikan batas
perbedaan di antara satu dengan yang lainnya. Seminar tampaknya lebih formal dan
diskusi, mungkin bisa dianggap lebih besar. Amat jarang sebuah seminar yang
pesertanya hanya sepuluh orang. Sebaliknya, dalam sebuah diskusi mungkin pesertanya
bisa kurang dan sepuluh orang. Namun, diskusi tidak jarang juga dihadiri ratusan orang.
Forum seminar terkadang juga disebut atau dinyatakan sebagai diskusi. Berapa jumlah
yang ideal untuk peserta kedua forum ini memang sulit ditentukan, tidak ada jumlah
minimal mutlak yang menjadi syarat layaknya sebuah diskusi atau seminar.

6
Seminar tentunya haruslah direncanakan baik waktu, tempat, peserta dan juga
menentukan pengarah dan sumber dari hasil karya ilmiah agar dapat terlaksana dengan
baik sesuai dengn tujuan seminar yang akan dilaksanakan. Sebagaimana kita ketahui
tujuan seminar pendidikan adalah untuk mengkoreksi kembali hasil dari sebuah karya
ilmiah untuk mengambil keputusan bersama demi kesempurnaan hasil.
Kegiatan seminar pendidikan tanpa perencanaan akan jauh dari pada tujuan seminar
tersebut, seorang peneliti atau narasumber dalam seminar juga harus benar-benar sudah
memahami dan menguasai isi dari hasil yang ia dapatkan dan peserta juga telah
mengetahui untuk apa dia mengikuti seminar dan benar-benar sudah mengetahui
minimal judul dari yang akan diseminarkan serta harus ada seorang pengarah dalam
acara seminar tersebut.

2.2 Komponen Seminar


Umumnya, ada berbagai macam istilah untuk kegiatan diskusi seminar. Setiap
kegiatan berbasis seminar tersebut harus memiliki komponen di dalamnya. Tujuannya
adalah agar seminar bisa berjalan maksimal. Komponen pada seminar juga tergantung
dari jenisnya sendiri. Namun, setiap komponen memiliki perannya masing-masing pada
jalannya seminar. Terdapat enam komponen yang menjadi karakteristik dari seminar.
Keenamnya adalah ruang untuk seminar, pengarah, peserta, moderator, notulen dan
jalannya acara.
Sudaryanto menjelakan bahwa komponen yang terlibat dalam seminar adalah
pemrasaran, pembahas, moderator, notulis (sekretaris), dan peserta diskusi. Brikut
adalah penjelasan dari komponen-komponen tersebut:
1. Pemrasaran
Pemrasaran disebut juga pembawa makalah, penyaji, atau pembicara dalam
sebuah seminar, dan umumnya perorangan. Tugasnya adalah menjelaskan
makalah dengan penekanan pada hal-hal yang dianggap penting.
2. pembahas
Pembahas pada seminar ada dua macam, yaitu :
a pembahas utama yang bisasanya hanya seorang

7
b pembahasa umum, yaitu semua orang yang hadir dalam seminar
Pembahas utama bertugas sebagai pembahas secara keseluruhan makalah
yang dibuat pemrasaran, baik isi, sistematika, maupun pengungkapannya.
Adapun pembahas umum tugasnya cukup membahas segi-segi tertentu yang
menarik atau hal-hal yang belum tentu terungkapkan oleh pembahas utama.
3. Moderator
Seperti halnya dalam kegiatan diskusi yang lain, moderator bertugas
mengetahui aturan berdiskusi, membuka diskusi, mengatur jalannya diskusi,
menyimpulkan diskusi, dan menutup diskusi.
4. sekretaris (Notulis)
Sekretaris diskusi, bertugas menulis hal-hal yang pokok dalam setiap
pembicaraan.

5. Peserta Diskusi
Peserta diskusi, memiliki tugas untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya
dengan jalan mencari keterangan yang bertalian dengan masalah yang akan
didiskusikan. Dalam pelaksanaanya, peserta harus mendengarkan pembicaraan
secara partisipatif dan interaktif.
Sebelum seminar dimulai, biasanya moderator memperkenalkan terlebih
dahulu riwayat hidup pembicara. Pokok yang diperkenalkan kepada peserta
biasanya riwayat pendidikan terakhir yang dicapainya, profesinya, keaktifan
dalam lingkungan bekerjanya, dan karya-karya yang telah dibuatnya.
Setelah itu, pembicara atau pemrasaran membacakan atau membahas
makalahnya. Selama pembahasan makalah, para peserta berusaha
mendengarkan informasi yang disampaikan oleh pemrasaran. Kemudian,
dilanjutkan dengan tanya jawab atau memberikan respons terhadap isi makalah.

2.3 Prosedur Seminar Proposal Penelitian


Mahasiswa :
1. Mendaftarkan diri ke jurusan minimal 6 hari sebelum pelaksanaan seminar.
8
2. Mahasiswa menghubungi dosen pembimbing dan dosen pembahas untuk
menetapkan jadwal pelaksanaan seminar.
3. Melaporkan pada jurusan tentang kepastian jadwal seminar beserta dosen
pembahasnya.

Staf Jurusan:

Menyusun dan mengirimkan surat penugasan kepada dosen pembimbing dan


pembahas seminar, surat ini ditandatangani oleh ketua jurusan.

Dosen:

1. Memimpin/menjadi moderator jalannya seminar mahasiswa.


2. Dosen pembahas bertindak sebagai pembahas utama dalam seminar.
3. Dosen pembimbing melakukan pencatatan tentang saran- saran perbaikan proposal
untuk diperbaiki oleh mahasiswa.
4. Dosen pembimbing melakukan penilaian akhir dari kegiatan seminar, nilai ini
akan menjadi bahan pertimbangan untuk penialaian ujian skripsi mahasiswa.
5. Dosen pembimbing mengumumkan hasil seminar proposal yang dapat berupa (a)
lulus tanpa revisi, (b) lulus dengan revisi proposal, (c) tidak lulus atau harus
mengulang seminar.

Staf Administrasi:

1. Menyiapkan pelaksaanaan seminar.


2. Menyiapkan dokumen pendukung seperti lembar penilaian, saran, dan revisi
proposal untuk peserta seminar.
3. Mengarsip lembar saran perbaikan proposal dan nilai seminar.

Ketua Jurusan:

Menetapkan dosen pembahas seminar berdasarkan kompetensi dan relevansi topik


yang akan diseminarkan.

2.4 Ciri-Ciri Komponen Karya Ilmiah


1. Reproduktif

9
Artinya karya ilmiah ditulis oleh peneliti atau penulis harus diterima dan
dimaknai oleh pembacanya sesuai dengan makna yang ingin disampaikan. Pembaca
harus bisa langsung memahami konten dari karya ilmiah.

2. Tidak Ambigu
Ciri ini ada kaitannya dengan reproduktif. Sebuah karya ilmiah harus
memberikan pemahaman secara detil dan tidak dikemas dengan bahasa yang tidak
membingungkan. Dengan begitu, maksud dari karya ilmiah itu bisa langsung diterima
oleh pembacanya.

3. Tidak Emotif
Artinya, karya ilmiah ditulis tidak melibatkan aspek perasaan dari penulisnya.
Sebab, karya ilmiah harus memaparkan fakta yang didapatkan dari hasil analisis
penelitian, bukan dari perasaan subjektif dari penulisnya.

4. Menggunakan Bahasa Baku


Menggunakan bahasa dan kata baku agar mudah dipahami. Penggunaan
bahasa baku itu meliputi setiap aspek penulisannya. Mulai dari penulisan sumber,
teori, hingga penulisan kesimpulan. Ketidakbakuan pada tulisan karya ilmiah hanya
akan membuat pembacanya bingung dan apa yang ingin disampaikan dalam tulisan
tidak dipahami pembaca.

5. Menggunakan Kaidah Keilmuan


Penulisan karya ilmiah harus menggunakan kaidah keilmuan atau istilah-
istilah akademik dari bidang penelitian si penulis. Hal itu bertujuan untuk
menunjukkan bahwa peneliti atau penulisnya memiliki kapabilitas pada bidang kajian
yang dibahas dalam karya ilmiah. Penggunaan kaidah atau istilah ilmiah itu juga
menjadi takaran seberapa ahli peneliti pada bidang keilmuannya.

6. Bersifat Dekoratif
Artinya penulis karya ilmiah harus menggunakan istilah atau kata yang
memiliki satu makna. Rasional artinya penulis harus menonjolkan keruntutan pikiran
yang logis dan kecermatan penelitian. Kedua hal itu penting karena karya ilmiah

10
harus bisa menyampaikan maksud dari penelitian yang dilakukan oleh penulis tanpa
membingungkan.

7. Terdapat Kohesi
Artinya karya ilmiah harus memiliki kesinambungan antar bagian dan babnya
dan bersifat straight forward maksudnya ialah tidak bertele-tele atau tepat sasaran.
Sebuah karya ilmiah setiap bagian atau babnya harus memiliki alur logika yang
saling bersambung. Selain itu, penyampaiannya harus tepat sasaran dengan apa yang
ingin disampaikan.

8. Bersifat Objektif
Karya ilmiah harus bersifat objektif. Hal ini sangat penting karena karya
ilmiah tidak dibuat berdasarkan perasaan penulisnya. Karya ilmiah harus
menunjukkan fakta-fakta dan data-data dari hasil analisisnya. Jadi, tidak memiliki
kecondongan subjektifitas.

9. Menggunakan Kalimat Efektif


Dan, penulisan karya ilmiah harus menggunakan kalimat efektif. Ciri ini
berkaitan dengan semua ciri sebelumnya. Tujuan penggunaan kalimat dalam karya
ilmiah agar pembaca tidak dipusingkan dengan penggunaan kalimat yang berputar-
putar. Penggunaan kalimat seperti itu hanya akan membuat pembaca bingung.

2.5 Teknik Penulisan Karya Ilmiah


Teknik penulisan ilmiah maksudnya adalah teknik menulis karya ilmiah dengan
mengikuti kaidah ilmiah dan menggunakan bahasa tulis yang benar dan baku. Dalam
makalah ini akan diuraikan secara ringkas tentang teknik dan gaya penyajian karya ilmiah,
meliputi ketentuan dalam pengetikan, aspek bahasa, ilustrasi, kutipan, catatan kaki dan
daftar pustaka.
1. Pengetikan

11
Karya ilmiah pada umumnya diketik pada kertas HVS 80 gram berukuran
21,25 cm x 28,00 cm atau kuarto. Huruf yang digunakan adalah huruf standar.
Naskah diketik dengan spasi 2 (rangkap) pada halaman dengan pias 4,0 cm dari
pinggir kiri dan pias 3,0 cm dari kanan, atas serta bawah kertas. Khusus untuk abstrak
dan ringkasan, pengetikan dilakukan dengan jarak 1 spasi. Setiap awal paragraf,
pengetikan dimulai dengan menjorok ke dalam (indensi) sebanyak 5 karakter.
Demikian pula pada kutipan langsung panjang dan baris pertama catatan kaki.

Penomoran halaman untuk bagian awal (sebelum teks) menggunakan angka


Romawi kecil dan ditempatkan di tengah halaman bawah (i, ii, iii, iv, ... dan
seterusnya). Adapun untuk bagian teks dan lampiran, penomoran halaman
menggunakan angka Arab dan ditempatkan di tepi sebelah kanan atas (1, 2, 3, ...
dan seterusnya). Pada halaman judul, nomor halaman tidak dicantumkan tetapi tetap
diperhitungkan, dan setiap halaman judul bab baru, nomor halaman ditempatkan di
tengah halaman bagian bawah.

2. Aspek Bahasa

Penulisan karya ilmiah diwajibkan menggunakan Bahasa Indonesia yang


baik dan benar sesuai dengan “Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan” dan “Pedoman Umum Pembentukan Istilah” yang dikeluarkan oleh
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Selain dapat diperoleh dalam terbitan
khusus yang tersendiri, kedua pedoman tersebut terlampirkan dalam “Kamus Besar
Bahasa Indonesia”.
Aspek kebahasaan yang perlu diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah,
antara lain penggunaan huruf, pengejaan kata, pemenggalan kata, penggunaan tanda
baca, pemilihan kata dan istilah, penataan kalimat, pengefektifan paragraf, serta
penulisan angka, satuan dan lambang. Khusus untuk penulisan angka dan satuan
digunakan pedoman dasar yang dianut secara universal yaitu Satuan Sistem
Internasional (SI).

3. Ilustrasi
Ilustrasi merupakan suatu bentuk penyajian informasi dalam bentuk tabel,
grafik, diagram alir, foto atau gambar. Dengan ilustrasi, informasi dapat disajikan

12
lebih efektif dan penggunaan kalimat yang panjang dapat dihindari sehingga
pembaca dapat memahami tulisan dengan lebih mudah. Prinsip yang harus diingat
dalam pembuatan ilustrasi adalah bahwa ilustrasi harus menarik dan mampu
menjelaskan tentang apa yang ingin disampaikan. Dalam penulisan karya ilmiah,
semua ilustrasi yang berupa bentuk tabel dinyatakan sebagai Tabel, sedangkan
ilustrasi dalam bentuk grafik, diagram alir, foto dan gambar dinyatakan sebagai
Gambar.
Judul tabel diletakkan di atas tabel dengan diawali oleh huruf kapital tanpa
diakhiri dengan tanda titik. Sedangkan judul gambar - yang dapat berupa satu
kalimat atau lebih - diletakkan di bawah gambar dan diawali oleh huruf kapital
serta diakhiri dengan tanda titik. Pencantuman judul tabel atau gambar sebaiknya
memperhatikan hal-hal berikut : (a) merupakan kalimat pernyataan yang ringkas,
(b) memberikan informasi singkat yang dapat dipahami secara mudah tanpa harus
membaca tubuh tulisan, (c) menyatakan kunci-kunci informasi saja, dan (d)
merupakan kalimat yang berdiri sendiri dan dapat menerangkan arti tabel atau
gambar.

4. Kutipan
Mengutip tulisan dari pengarang lain, dalam penulisan karya ilmiah, dapat
dibenarkan (tidak dilarang). Meskipun demikian, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menyisipkan kutipan yaitu : (a) hindari membuat kutipan yang
terlalu banyak, (b) mengutip jika dirasa sangat perlu saja, (c) pengutipan yang
terlalu banyak dikhawatirkan akan mengganggu kelancaran uraian dalam teks.
Kutipan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kutipan langsung dan
kutipan tidak langsung. Kutipan langsung adalah kutipan yang dilakukan persis
seperti sumber aslinya. Dibedakan kutipan langsung pendek dan kutipan langsung
panjang. Kutipan langsung pendek adalah kutipan langsung yang panjangnya tidak
melebihi tiga baris ketikan. Sedang apabila melebihi tiga baris ketikan
diklasifikasikan sebagai kutipan langsung panjang. Kutipan langsung pendek dijalin
dalam teks dengan cara memberi tanda petik di antara bahan yang dikutip. Sedang
kutipan langsung panjang harus diberi tempat tersendiri dalam alinea baru yang
berdiri sendiri. Diketik dengan jarak satu spasi, dengan indensi tujuh ketukan huruf
(karakter) untuk baris pertama dan lima ketukan huruf untuk baris berikutnya, dan

13
tanda petik tidak perlu digunakan.
Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang tidak persis sama seperti tulisan
aslinya. Kutipan ini merupakan pokok-pokok pikiran atau ringkasan kesimpulan yang
disusun menurut jalan pikiran dan dinyatakan dalam bahasa pengutip sendiri.
Dibedakan menjadi kutipan tidak langsung pendek dan kutipan tidak langsung
panjang. Kutipan tidak langsung tidak dituliskan di antara tanda petik, dan diketik
dengan jarak 1,5 spasi sebagaimana uraian dalam teks.
Pengacuan kutipan perlu dituliskan baik pada kutipan langsung maupun tidak
langsung dengan cara menuliskan nama (keluarga) penulis, tahun dan halaman yang
dikutip. Sebagai contoh, perhatikan pengacuan pada kutipan tidak langsung berikut
ini :
Memilih sumber-sumber pembelanjaan perusahaan hendaknya
memperhatikan pedoman biaya modal atau biaya penggunaan modal.
Karena tanpa memperhatikan hal tersebut perusahaan tidak akan memiliki
gambaran secara jelas dan komplit dalam rangka menambah dana, dan
dengan pengetahuan terhadap “cost of capital” bisa membantu manajer
keuangan memilih tambahan finansial yang diinginkan dari sumber-sumber
yang berbeda (Hampton, 1980: 376).

5. Catatan Kaki
Pencantuman catatan kaki diperlukan dalam penulisan karya ilmiah.
Catatan kaki mempunyai empat fungsi, yaitu : (a) untuk menyatakan penghargaan
kepada penulis lain yang buah pikiran tertulisnya telah kita pinjam, (b) untuk
menyatakan kepada pembaca dari mana pengutip memperoleh informasi yang
dikemukakan, (c) sebagai catatan penjelasan yang memberikan keterangan
tambahan, yang dirasa tidak layak bila dimasukkan dalam teks, (d) sebagai referensi
silang tentang topik yang dibahas dalam tulisan tersebut.
Unsur pokok catatan kaki adalah nama penulis, judul tulisan, data publikasi
(kota tempat terbit, nama penerbit dan tahun penerbitan), serta nomor halaman.
Semua sumber kutipan yang baru muncul pertama kali harus ditulis secara
lengkap, sedang untuk pemunculan berikutnya digunakan singkatan ibid,op,cit, atau
loc.
Ibid. adalah singkatan dari ibidem, digunakan apabila segera sumber kutipan
pertama diikuti dengan kutipan berikutnya yang sumbernya sama, tanpa diselingi
14
dengan sumber kutipan lain.
Op. cit. adalah singkatan dari opere citato, artinya dalam karya yang telah
dikutip (dikutip terlebih dahulu). Kutipan berasal dari sumber yang sama dengan
sumber yang pernah dikutip (hanya halamannya berbeda), tetapi telah diselingi
dengan sumber kutipan lain.
Loc. cit. adalah singkatan dari loco citato, artinya yaitu tempat yang pernah
dikutip. Kutipan berasal dari sumber yang sama dengan sumber yang pernah dikutip
(termasuk halamannya sama), tetapi telah diselingi dengan sumber kutipan lain.

Contohnya adalah sebagai berikut :

1) William H. Newman, Administrative Action (London: Prentice Hall, Inc.,


1963), p.
463.
2) Ibid.

3) Ibid., p. 473.

Panglaykim dan Hazil, Management: Suatu Pengantar (Jakarta:


4)
PT Pembangunan, 1969), hal. 55

5) Newman, loc. cit.

6) Newman, op. cit., p. 581.

7) William H. Newman, The Process of Management (London: Prentice


Hall, Inc., 1961), p. 261.

8) Gunawan Adisaputro et al., Business Forecasting: Latar Belakang


Teoritis, Vol. I (Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada,
1974), hal. 53.

9) Newman, Administrative Action, op. cit., p. 590.

10) Newman, The Process of Management, loc. cit.

15
6. Daftar Pustaka

Daftar pustaka ialah suatu daftar yang terperinci dan sistematis dari pada
semua literatur yang oleh penulis telah dipergunakan untuk menulis karya
ilmiahnya, baik dipergunakan secara langsung (ada bagian yang dikutip) maupun
tidak langsung (dibaca sebagai bahan perbandingan). Jadi daftar pustaka itu
berupa dan berisi sumber-sumber bacaan yang dipergunakan untuk menyusun
karya ilmiah (baik langsung maupun tidak langsung).
Fungsi daftar pustaka adalah untuk memelihara kode etik yakni untuk
menghargai penulis-penulis lain yang hasil karyanya telah dimanfaatkan untuk
menyusun karya ilmiah penulis yang bersangkutan. Sebagai pedoman, kode etik
tersebut di antaranya : (a) semua sumber kutipan yang dimasukkan dalam teks
harus pula dimasukkan dalam daftar pustaka; kecuali keterangan lisan yang tidak
dipublikasikan, (b) semua bahan yang dipergunakan dalam penyusunan karya
ilmiah harus dimasukkan dalam daftar pustaka walaupun tidak dikutip
langsung.

Ketentuan dalam penulisan daftar pustaka adalah sebagai berikut :

 Tuliskan nama pengarang, judul karangan, dan data tentang penerbitannya (tempat,
penerbit, tahun).
 Daftar pustaka disusun secara alfabetis, tidak hanya untuk huruf terdepannya saja
tetapi juga huruf kedua dan seterusnya.
 Tiap pustaka diketik dengan satu spasi, dan jarak untuk masing-masing pustaka
adalah 1,5 spasi.
 Huruf pertama dari baris pertama masing-masing pustaka diketik tepat pada garis tepi
kiri tanpa indensi, sedang untaris berikutnya digunakan indensi 5 karakter.
 Penulisan nama pengarang diawali dengan nama keluarga (lastname/surname) baru
kemudian given name-nya, dan diakhiri dengan middle name bilamana ada. Untuk
dua atau tiga pengarang, nama pengarang kedua atau ketiga tidak perlu dibalik.
 Jika seorang pengarang menulis dua atau lebih karangan dalam dua tahun penerbitan
yang berbeda, maka daftar pustaka disusun menurut urutan waktu (tahun).

16
 Dalam daftar pustaka, sama se kali tidak diperbolehkan mencantumkan sumber
referensi yang tidak pernah dibaca.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kata seminar berasal dari kata Latin semin yang berarti “benih”. Jadi, seminar berarti
“tempat benih-benih kebijaksanaan”. Seminar merupakan pertemuan ilmiah yang dengan
sistematis mempelajari suatu topik khusus di bawah pimpinan seorang ahli dan berwenang
dalam bidang tersebut.Seminar merupakan suatu pertemuan atau persidangan untuk
membahas suatu masalah di bawah pimpinan ketua sidang (guru besar atau seseorang ahli).
Pertemuan atau persidangan dalam seminar biasanya menampilkan satu atau beberapa
pembicaraan dengan makalah atau kertas kerja masing-masing. Seminar biasanya diadakan
untuk membahas suatu masalah secara ilmiah.
Umumnya, ada berbagai macam istilah untuk kegiatan diskusi seminar. Setiap kegiatan
berbasis seminar tersebut harus memiliki komponen di dalamnya. Tujuannya adalah agar
seminar bisa berjalan maksimal. Komponen pada seminar juga tergantung dari jenisnya
sendiri. Namun, setiap komponen memiliki perannya masing-masing pada jalannya seminar.
Terdapat enam komponen yang menjadi karakteristik dari seminar. Keenamnya adalah
ruang untuk seminar, pengarah, peserta, moderator, notulen dan jalannya acara.

3.2 Saran
Meskipun kami sebagai penulis menginginkan kesempurnaan dalam menyusun makalah
ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu kami perbaiki. Hal
ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan kami. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat kami harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Muljono, Pudji. Teknik Penulisan Ilmiah.


https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/33900/1/KPMpjm-artik16-teknik
%20penulisan....pdf

Rachma’s.2012.”Komponen-Komponen Yang Terlibat Dalam Seminar”.


http://rachmaramadhanis.blogspot.com/2012/05/komponen-komponen-yang-terlibat-
dalam.html. (Diakses pada,12 Februari 2022,pukul 23:32)

:https://www.dosenpendidikan.co.id/seminar-pendidikan/

https://sevima.com/pengertian-struktur-dan-ciri-ciri-karya-tulis-ilmiah/

19

Anda mungkin juga menyukai