Nim : 3192431005
Kelas : Geografi B
Konsep Profesionalisasi
Profesional adalah kata benda dari profesi, merupakan lawan kata dari amateur
yang berkaitan dengan seseorang yang menerima bayaran atas jasa pekerjaannya.
Pengertian lain adalah seseorang yang mempraktekkan suatu profesi dan seseorang
yang dipandang sebagai ahli dalam suatu cabang ilmu (one who is regarded an
expert since he has mastery of a specific branch of learning). Jadi seseorang yang
mempraktekkan suatu pekerjaan yang diterima sebagai status profesional, maka ia
adalah seorang yang ahli dari cabang ilmu yang digelutinya, dengan demikian
lembaga profesional yang bersangkutan mempunyai kewajiban untuk
mengawasinya. Seorang yang profesional akan senantiasa terus-menerus mencari
kesempurnaan (mastery) dari cabang ilmu yang ia kuasai dan melakukan pekerjaan
dengan itu, sehingga ia akan lebih sempurna dalam memberikan pelayanan kepada
publiknya.
Untuk menjadi profesional harus melalui pendidikan dan atau latihan yang khusus.
Pendidikan profesional adalah suatu pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
dengan panggilan atau pekerjaan profesional. Profesionalisasi berasal dari kata
professionalization yang berarti kemampuan profesional. Dedi Supriadi (1998)
mengartikan profesionalisasi sebagai pendidikan prajabatan dan/atau dalam
jabatan. Proses pendidikan dan latihan ini biasanya lama dan intensif.
Menurut Eric Hoyle (1980) konsep profesionalisasi mencakup dua dimensi yaitu :
“…..the improvement of status and the improvement of practice”. Pendapat ini
mengemukakan bahwa dimensi yang pertama meliputi upaya yang terorganisir
untuk memenuhi kriteria profesi yang ideal dan bila telah mencapai tingkatan
profesi yang sudah mapan, maka upaya tersebut adalah mempertahankan serta
membina posisi yang telah mapan itu. Profesionalisasi dalam dimensi ini
mengandung implikasi untuk meningkatkan periode latihan bagi anggota profesi
yang memiliki kualitas sehingga terlihat jelas batas yang berprofesi dan berhak
melaksanakan profesinya secara resmi dengan tidak, selanjutnya mempunyai
implikasi dalam meningkatkan kontrol terhadap aktivitas-aktivitas profesi dan
kontrol atas latihan yang dilakukan anggota profesi.
(2) Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat
pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan
dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku;
(3) Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: (a) Kompetensi pedagogik; (b)
Kompetensi kepribadian; (c) Kompetensi profesional; dan (c) Kompetensi sosial;
(4) Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/atau sertifikat keahlian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan
diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan
kesetaraan;
Sadar dan tanggap akan perubahan zaman artinya, pola tindak keguruannya tidak
rutin, maju dalam penguasaan dasar keilmuan dan perangkat instrumentalnya. Jadi
guru tersebut diharapkan menguasai daya foresight, intellectual coriosity, dan
kemampuan berpikir lateral.
Guru profesional yaitu guru yang tahu mendalam tentang apa yang diajarkan,
mampu mengajarkannya secara efektif, efisien, dan berkepribadian mantap. Guru
yang bermoral tinggi dan beriman tingkah lakunya digerakkan oleh nilai-nilai
luhur.
Syah (1995) memperinci kompetensi profesional guru ke dalam tiga aspek, yaitu:
(1) kompetensi kognitif; (2) kompetensi afektif; dan (3) kompetensi psikomotorik.
Kompetensi kedua yaitu sikap dan perasaan diri yang berkaitan dengan profesi
keguruan, yang meliputi self concept, self efficacy, attitude of self-acceptance dan
pandangan seorang guru terhadap kualitas dirinya.
(c) Kemampuan personal guru, mencakup : (1) penampilan sikap yang positif
terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi
pendidikan beserta unsur-unsurnya; (2) pemahaman, penghayatan dan penampilan
nilai-nilai yang seyogianya dianut oleh seorang guru; (3) penampilan upaya untuk
menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya.
Aktualisasi profesi guru dalam proses pembelajaran merupakan hal paling pokok
dalam menjawab isu-isu pokok pendidikan dewasa ini. Pelaksanaan pekerjaan
dalam bidang ini secara garis besar terdiri atas tiga tahapan: (1) tahap kesiapan
guru untuk melakukan tugas yang ditunjukkan dengan perencanaan pengajaran; (2)
tahap pelaksanaan prosedur pengajaran berdasarkan perencanaan yang telah
dipersiapkan; dan (3) tahap ketiga berkaitan dengan kemampuan guru dalam
membina hubungan antarpribadi.
Sejalan dengan uraian di atas, Wotruba dan Wright (1975) mengidentifikasi enam
karakteristik mengajar yang efektif.
Pertama, pengorganisasian yang baik dari pokok bahasan dan mata pelajaran.
Organisasi yang baik dari pokok bahasan ditunjukkan dalam tujuan-tujuan, materi
pelajaran, tugas-tugas, aktivitas kelas, dan ujian.
Tahapan penyiapan kelas dan efektivitas penggunaan waktu di dalam kelas, juga
merupakan indikator dari organisasi yang baik dari pokok bahasan dan mata
pelajaran.
Riset menunjukkan bahwa pengorganisasian mata pelajaran mempunyai hubungan
dengan cara siswa belajar. Apabila pelajaran diberikan secara terorganisasi akan
dapat membantu mengembangkan kemampuan belajar siswa, maka dapat
dinyatakan bahwa organisasi bahan pengajaran yang baik memberikan kontribusi
terhadap efektivitas mengajar.
Ketiga, pengetahuan dari —dan perhatian pada— bahan pelajaran serta proses
pembelajaran. Guru harus mengetahui bahan pelajaran yang mereka bina agar
mereka dapat mengorganisasikannya secara tepat sehingga dapat
mengkomunikasikannya secara tepat pula.
Keempat, sikap yang positif kepada siswa. Sikap-sikap yang disukai siswa di
antaranya ialah pemberian pertolongan oleh pengajar atau instruktur ketika siswa
mengalami kesulitan berkenaan dengan materi pelajaran, pemberian kesempatan
mengajukan pertanyaan atau mengekspresikan opini siswa, dan kepedulian
terhadap hal-hal yang dipelajari siswa.
Sikap positif terhadap siswa dicerminkan pula dalam dukungan dan kepercayaan
diri siswa. Mengajar yang efektif sesungguhnya melibatkan harapan-harapan yang
tepat, pembimbingan dan dorongan kepada siswa.
Kelima, adil dalam ujian dan penilaian. Sejak awal pembelajaran, siswa harus
diberitahu mengenai jenis-jenis penilaian seperti karya tulis, proyek, ujian, kuis-
kuis, yang akan dijumlahkan pada akhir perkuliahan. Keterkaitan masing-masing
materi yang tercakup dalam pelajaran merupakan aspek penting dari keadilan.
Konsistensi penting bagi tujuan pelajaran, isi pelajaran, ujian, kuis-kuis, dan
penilaian.
Batas waktu dan manfaat umpan balik mengenai kinerja siswa, juga merupakan
elemen penting dari keadilan sebagaimana kesesuaian antara beban kerja dengan
kredit yang diterima. Umpan balik dalam bentuk peringkat dan komentar tidak
hanya dapat menjadi indikator pencapaian pengetahuan relatif siswa terhadap
dibanding rekan sekelasnya, tetapi harus dapat pula menjadi indikator
pertumbuhan pribadi.