Anda di halaman 1dari 10

Nama : Sri Cinta Sinurat

Nim : 3192431005
Mapel : Perkembangan Peserta Didik

PENYESUAIAN DIRI DAN FAKTOR – FAKTOR YANG


MEMPENGARUHINYA

Pengertian Penyesuaian Diri

Pengertian penyesuaian diri menurut Sekneiders dapat ditinjau dari tiga sudut
pandang yaitu :

a. Penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation)

b. Penyesuaian diri sebagai bentuk konfornitas (confornity)

c. Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery)

a.Penyesuaian Diri Sebagai Adaptasi (Adaptation)

Ditinjau dari latar belakang perkembangan nya, pada mulanya penyesuain diri
diartikan sama dengan adaptasi(adaptation).

Padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam
arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari
daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku di
daerah dingin tersebut. Dengan demikian dilihat dari sudut pandang ini,
penyesuaian diri cenderung diartikan sebagai usaha memertahan kan diri secara
fisik (self-maintenance atau survival). Oleh sebab itu jika penyesuaian diri hanya
diartikan sama dengan usaha mempertahankan diri maka hanya selaras dengan
keadaan fisik saja, bukan penyesuaian dalam arti psikologis.

b.Penyesuaian Diri Sebagai Bentuk Konfornitas (Confornity)


Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup
konfornitas terhadap suatu norma. Pemakmanaan penyesuaian diri seperti ini pun
terlalu banyak membawa akibat lain. Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai
usaha konfornitas, menyiratkan bahwa disana individu seakan akan mendapat
tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan dari dari penyimpangan
perilaku, baik secara moral, sosial maupun emosional.

Norma yang berlaku pada suatu budaya tertentu tidak sama dengan norma pada
budaya lainnya sehingga tidak mungkin merumuskan serangkaian prinsip-prinsip
penyesuaian diri berdasarkan budaya yang dapat diterima secara universal. Dengan
demikian konsep penyesuaian diri sesungguhnya bersifat dinamis dan tidak dapat
disusun berdasarkan konfornitas sosial.

c.Penyesuaian Diri Sebagai Usaha Penguasaan (Mastery)

Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha
penguasaan (mastery), yaitu kemampuan untuk merencanakan dari
mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik,
kesulitan dan frustasi terjadi. Dengan kata lain penyesuaian diri diartikan sebagai
kemampuan penguasaan dalam mengembangkan diri sehingga dorongan, emosi
dan kebiasaan menjadi terkendali dan terarah.

Namun, demikian, pemaknaan penyesuaian diri sebagai penguasaan (mastery)


mengandung kelemahan, yaitu menyamaratakan semua individu. Oleh sebab itu
perlu dirumuskan prinsip-prinsip penting mengenai hakikat penyesuaian diri, yaitu
sebagai berikut :

1)Setiap individu memiliki kualitas penyesuaian diri yang berbeda.

2)Penyesuaian diri sebagian besar ditentukan oleh kapasitas internal atau


kecenderungan yang telah dicapai.

3)Penyesuaian diri juga ditentukan oleh faktor internal dalam hubungan nya
dengan tuntutan lingkungan individu yang bersangkutan.

Berdasarkan tiga sudut pandang tentang makna penyesuaian diri sebagaimana


dijelaskan diatas, maka penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang
mencakup respons-respons mental dan behavioral yang diperjuangkan individu
agar dapat berhasil mengahdapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan,
frustasi, konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari
dalam individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu yang
berbeda.

Proses Penyesuaian Diri

Proses penyesuaian diri menurut yang dikemukakan oeh Sehmenders (1948)


setidaknya melibatkan tiga unsur. Adapun ketiga unsur tersebut yaitu:

a.Motivasi

Faktor motivasi dapat dikatakan sebagai kunci untuk memahami proses


penyesuaian diri. Motivasi, sama halnya dengan kebutuhan, perasaan dan emosi
merupakan kekuatan internal yang menyebakan ketegangan dan ketidak
seimbangan dalam organisme. Ketegangan dan ketidakseimbangan merupakan
kondisi yang tidak menyenangkan karena sesungguhnya kebebasan dari
ketegangan dan ketidakseimbangan dari ketentuan-ketentuan internal lebih wajar
dalam organisme apabila dibandingkan dengan kedua fisik tersebut.

b.Sikap Terhadap Realitas Dan Proses Penyesuaian Diri

Berbagai aspek penyesuaian diri ditentukan oleh sikap dan cara individu bereaksi
terhadap manusia di sekitarnya, benda-benda dan hubungan-hubungan yang
membentuk realitas. Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap yang sehat
terhadap realitas dan kontak yang baik terhadap realitas itu sangat diperlukan bagi
proses penyesuaian diri yang sehat. Beberapa perilaku seperti ini sikap anti sosial,
kurang berminat terhadap hiburan, sikap bermusuhan, kenakalan dan semuanya
sendiri, semuanya itu sangat mengganggu hubungan antara penyesuaian diri
dengan realitas.

c.Pola Dasar Pola Penyesuaian Diri

Dalam penyesuaian diri sehari-hari terdapat suatu pola dasar penyesuaian diri
misalnya, seorang anak membutuhkan kasih sayang dari orang tuanya yang selalu
sibuk. Dalam situasi ini, anak akan frustasi dan berusaha menemukan pemecahan
yang berguna mengurangi ketegangan antara kebutuhan akan kasih sayang dengan
frustasi yang dinamis. Boleh jadi suatu saat upaya yang dilakukan itu mengalami
hambatan. Untuk itu dia akan berusaha mencari kegiatan yang dapat mengurangi
ketegangan yang ditimbulkan sebagai akibat tidak terpenuhi kebutuhannya.

Karakteristik Penyesuaian Diri Remaja

Penyesuaian karakteristik dikalangan remaja sangat khas diantaranya:

a.Penyesuaian Diri Remaja Terhadap Peran Dan Identitasnya

Pesatnya perkembangan fisik dan pikis seringkali menyaebabkan remaja


mengalami krisis peran dan identitas. Remaja senantuasa berjuang agar dapat
memainkan perannya. Tujuannya adalah memperoleh identitas diri yang semakin
jelas dan dapat dimengerti serta dapat diterima oleh lingkungan.

b.Penyesuaian Diri Remaja Terhadap Pendidikan

Pada umumnya remaja sebenarnya mengetahui bahwa untuk menjadi orang sukses
harus rajin belajar. Namun, karena dipengaruhi oleh upaya pencarian identitas diri
yang kuat menyebabkan mereka mereka lebih senang mencari kegiatan selain
belajar tetapi menyaenangkan bersama sama dengan kelompoknya.

c.Penyesuaian Diri Remaja Terhadap Kehidupan

Penyesuaian diri remaja dalam konteks ini adalah mereka ingin memahami kondisi
seksualdirinya dan lawan jenisnya serta mampu bertindak untuk menyalurkan
dorongan seksualnya yang dapat dimengerti dan dibernarkan oleh norma social dan
agama.

d.Penyesuaian Diri Remaja Terhadap Norma Sosial

Remaja cenderung membenttuk kelompok sendiri.seringkali memiliki kesepakatan


untuk aturan sendiri dan kurang dimengerti oleh lingkunga masyarakat di luar
kelompok remaja tersebut.penyesuaian diri remaja terhadap norma social
mengarah pada dua dimensi. Pertama, remaja ingin diakui keberadaanya di
lingkungan masyarakat luas. Kedua, remaja ingin menciptakan aturan aturan
sendiri yang lebih sesuai untuk kelompoknya.
e.Penyesuaian Diri Remaja Terhadap Penggunaan Waktu Luang

Upaya penyesuaian diri remaja adalah melakukan penyasuaian antara dorongan


kebebasannya serta inisiatif dan kreatifitasnya dengan kegiatan-kegiatan
bermanfaat. Dengan demikian pengguanaan waktu luang akan menunjang
pengembanagan diri dan manfaat social.

f.Penyesuaian Diri Remaja Terhadap Penggunaan Uang

Remaja berusaha untuk mampu bertindak secara professional, melakukan


penyesuaian diharapkan penggunaan uang akan menjadi efektif dan efisien serta
tidak menimbulkan menimbulkan keguncangan pada diri remaja sendiri.

g.Penyesuaian Diri Remaja Terhadap Kecemasan Konflik Dan Frustasi

Karena dinamika perkembangan, remaja seringkali dihadapka pada kecemasan dan


frustasi. Penyesuaian dinamika tersebut melalui mekanisme oleh Sigmud Freud,
seperti kosensasi, rasionalisasi, proyeksi, sublimasi, identifikasi, regresi dan
fikasasi. Namun, cara tersebut ada yang cenderung negative.

Faktor-Faktor Mempengaruhi Proses Penyesuaian Remaja

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses penyesuaian remaja. Dalam
hal ini, menurut Schneides (1984), setidaknya ada lima faktor. Untuk lebih
jelasnya kelima faktor yang dimaksud tersebut akan dibahas dalam uraian berikut.

a.Kondisi Fisik

Aspek-aspek yang berkaitan dengan kondisi fisik yaitu:

1.Hereditas dan Konstitusi Fisik

Dalam mengidentifikasi pengaruh hereditas terdapat penyesuaian dari lebih


digunakan pendekatan fisik karena hereditas dipandang lebih dekat dan tidak
terpisahkan dari mekanisme fisik.

2.Sistem Utama Tubuh


Termasuk kedalam sistem utama tubuh yang memiliki pengaruh terhadap
penyesuaian diri adalah sistem syarat, kelenjar dan otak. Sistem syarat yang
berkembang dengan normal dan sehat merupakan syarat mutlak bagi fungsi-fungsi
psikologis agar dapat berfungsi secara maksimal yang akhirnya berpengaruh secara
baik pula kepada penyesuaian diri individu.

3.Kesehatan Fisik

Penyesuaian diri seseorang akan lebih mudah dilakukan dan dipelihara dalam
kondisi fisik yang sehat dari pada yang tidak sehat. Kondisi fisik yang sehat dapat
menimbulkan penerimaan diri, percaya diri, harga diri, dan sejenisnya, yang akan
menjadi kondisi yang sangat menguntungkan bagi proses penyesuaian diri.

b.Kepribadian

Unsur-unsur kepribadian yang penting pengaruhnya terhadap penyesuaian diri


adalah:

1.Kemauan dan kemampuan untuk berubah (modifiability)

Kemauan dan kemampuan untuk berubah merupakan karakteristik kepribadian


yang pengaruhnya sangat menonjol terhadap proses penyesuaian diri.

2.Pengaturan Diri (Self Regulation)

Pengaruh diri yang pentingnya dengan proses penyesuaian diri dan pemeliharaan
stabilitas mental, kemampuan untuk mengatur diri, dan mengarahkan diri.

3.Realisasi Diri (Self Realization)

Telah dikatakan bahwa kemampuan pengaturan diri mengimplikasikan potensi dan


kemampuan kearah realisasi diri.

4.Intelegensi

Kemampuan pengaturan diri sesungguhnya muncul tergantung pada kualitas dasar


lainya yang penting peranannya dalam penyesuaian diri, yaitu kualitas intelegensi.

c.Edukasi / Pendidikan
Adapun unsur-unsur penting dalam edukasi/pendidikan yang dapat mempengaruhi
penyesuaian diri individu adalah sebagai berikut:

1.Belajar

Kemampuan belajar merupakan unsur penting dalam penyesuaian diri individu dan
karena pada umumnya respon-respon dan sifat-sifat kepribadian yang diperlukan
bagi penyesuaian diri diperoleh dan menyerap kedalaman diri individu melalui
proses belajar.

2.Pengalaman

Ada 2 jenis pengalaman yang memiliki nilai signifikan terhadap proses


penyesuaian diri, yaitu : (1) pengalaman yang menyehatkan (salutary experiences)
dan (2) pengalaman traumatik (traumatic experiences).

3.Latihan

Latihan merupakan proses belajar yang diorientasikan kepada perolehan


keterampilan atau kebiasaan. Penyesuaian diri sebagai suatu proses yang kompleks
yang mencakup didalamnya proses psikologis dan sosiologis maka memerlukan
latihan yang sungguh-sungguh agar mencapai hasil penyesuaian diri yang baik.

4.Determinasi Diri

Determinasi diri merupakan faktor yang sangat kuat yang dapat digunakan untuk
kebaikan atau keburukan untuk mencapaian penyesuaian diri secara tuntas atau
bahkan untuk merusak diri sendiri.

d.Lingkungan

Adapun yang dimaksud dengan lingkungan yang berpengaruh terhadap


penyesuaian diri yaitu:

1.Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan utama yang sangat penting atau


bahkan tidak ada yang lebih penting dalam kaitannya. Dengan penyesuaian diri
individu, unsur-unsur didalam keluarga, seperti konstelasi keluarga, interaksi orang
tua dengan anak, interaksi antar anggota keluarga, peran sosial dalam keluarga,
karakteristik anggota keluarga, kekohesifan keluarga dan gangguan dalam
keluarga, akan berpengaruh terhadap penyesuaian diri individu anggotanya.

Ada sejumlah karakteristik menonjol dalam interaksi orang tua dengan anak yang
memiliki pengaruh terhadap penyesuian diri yaitu, sebagai berikut:

1.Penerimaan (neceptance)

Penerimaan orang tua terhadap anaknya yang diwujutkan dalam bentuk perhatian,
kehangatan kasih sayang akan memberikan sumbangan yang berari bagi
berkembangnya penyesuaian diri yang baik pada anak, sebaliknya penolakan orang
tua terhadap anak juga akan berpengaruh negatif terhadap perkembangan
penyesuian diri pada anak.

2.Idebtifikasi

Anak memiliki kecenderungan untuk mengidentifikasikan dirinya terhadap pola


sikap dan perilaku orang tuanya. Proses identifikasi ini sangat berpengaruh
terhadap perkembangan penyesuaian diri anak. Jika orang tua dapat dijadikan
model identifikasi yang baik, akan berpengaruh positif pula terhadap
perkembangan penyesuaian diri anak.

3.Idealisasi (idealization)

Proses idealisasi diwujudkan dalam bentuk mengidealkan salah satu dari kedua
orang tuanya yang dipilih, baik dalam cara berfikir, bersikap, maupun berprilaku.

4.Identifikasi Negatif (Negative Identification)

Proses ini muncul jika anak justru mengidentifikasi sifat-sifat negatif dari orang
tuanya. Jika ada tanda-tanda bahwa proses identifikasi yang justru berkembang
pada anak, harus segera dilakukan pencegahan karena akan mengganggu
perkembangan penyesuian kearah yang baik, satu cara yang amat efektif untuk
mencegah tumbuhnya identifikasi negatif ini, adalah orang tua harus berusaha
semaksimal mungkin menghilangkan sifat-sifat negatifnya.

5.Identifikasi Menyilang (Eross Identification)

Identifikasi menyilang adalah identifikasi yang dilakukan oleh anak kepada orang
tuanya berlawanan jenis. Misalnya anak laki-laki mengidentifikasi dirinya kepada
figur ibunya. Sedangkan ana perempuannya mengidentifikasikan dirinya kepada
figur ayahnya.

6.Tindakan Hukuman dan Disiplin yang Terlalu Keras (Punishment and


Adverdiscipline)

Pemberian hukuman dan disiplin yang terlalu keras juga berakibat kuarang abik
terhadap perkembangan penyesuian diri anak karena dapat menimbulkan perasaan
terancam tidak aman atau bahkan serasa turun harkat dan martabat
kemanusiaannya. Oleh karena itu penerapan hukuman dan disiplin menurut
keterampilan orang tua agar dilakukan dengan kebijaksanaan dan memberikan
iklim yang menimbulkan efeksi pengkargoan.

7.Kecemburuan dan Kebencian (Jialousy and Hatred)

Kecemburuan dan kebencian biasanya muncul karena pemberian hukuman dan


peraturan kedisiplinan yang terlalu keras, sehingga mengakibatkan anak membenci
orang tua dan orang tua membenci anak. Padahal sesungguhnya anak sangat
membutuhkan perhatian, rasa aman, perasaan ingin memiliki, serta penghargaan.
Kebutuhan-kebutuhan ini tidak akan terpengaruhi jika suasan kebencian,
kecemburuan dan penolakan orang tua justru berkembang didalam keluarga.

8.Pemanjaan dan Perlindungan yang Berlebihan

Secara sepintas seolah-olah mamberikan rasa aman terhadap anak, tetapi


sesungguhnya secara psikologis yang siftanya mendasar justru menimbulkan
perasaan yidak aman, kecemburuan, gugup, kurang percaya diri, dan jenis-jenis
kesulitan lainnya dalam penyesuaian diri.

9.Penolakan (rejection)

Penolakan rang tua terhadap anak merupakan pengalaman yang paling tidak
mengenakan, sangat tidak menguntungkan dan bahkan dapat merusak anak.
Dengan penolakan orang tua, anak akan merasa dirinya tidak berharga, tidak
berguna, tidak bermartabat, meskipun sebenarnya ingin atau bahkan sudah berbuat
yang sebaik-baiknya menurut ukuran mereka. Prasaan seperti itu akan sangat
berpengaruh tidak baaik terhadap perkembangan penyesuaian anak.
10.Lingkungan Sekolah

Sebagaimana lingkungan keluarga, lingkungan sekolah juga dapat menjadi kondisi


yang memungkinkan berkembangnya atau terhambatnya proses perkembangan
penyesuaian diri. Pada umumnya sekolah dipandang sebagai media yang sangat
berguna untuk mempengaruhi kehidupan dan perkembangan intelektual, sosial,
nilai-nilai, sikap dan moral siswa. Apa lagi bagi anak-anak SD seringkali figur
guru sangat disenangi, dihargai, dan dituruti. Tidak jarang-jarang anak SD lebih
mendengarkan dan menuruti apa yang dikataakan oleh gurunya, dari pada orang
tuanya. Oleh sebab itu, proses sosialisasi yang dilakukan melalui iklim kehidupan
sekolah yang diciptakan oleh guru dalam interaksi edukatifnya sangat berpengaruh
terhadap perkembangan penyesuian diri anak.

11.Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat juga menjadi faktor yang dapat berpengaruh terhadap


perkembangan penyesuaian dirim konsistensi nilai-nilai, sikap, aturan-aturan,
norma, normal dan perilaku masyarakat akan diidentifikasikan oleh individu yang
berada dalam masyarakat tersebut sehingga akan berpengaruh terhadap proses
perkembangaan penyesuaian dirinya.

e.Agama dan Budaya

Agama berkaiatan erat dengatn faktor budaya. Agama memberikan sumbangan


nilai-nilai keyakinan, praktik-praktik yang memberikan makna sangat mendalam,
tujuan serta kestabilan dan keseimbangan hidup individu. Agama secara konsisten
dan terus menerus kontinyu mangingatkan manusia yang diciptakan oleh Tuhan,
bukan sekedar nilai-nilai instrumental sebagaiman yang dihasilkan oleh manusia.

Anda mungkin juga menyukai