Anda di halaman 1dari 10

MODUL-3

PENYESUAIAN DIRI DAN KESEHATAN MENTAL

Deskripsi Singkat
Penyesuaian diri erat kaitannya dengan upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya. Pada bab ini, mahasiswa membahas berbagai bentuk penyesuaian diri baik yang
normal dan yang menyimpang. Pada bab ini juga mahasiswa membahas mekanisme
penyesuaian diri manusia dalam kaitannya dengan upaya pemenuhan kebutuhan-
kebutuhannya.

Relevansi
Diharapkan setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa mampu menjelaskan konsep
penyesuaian diri dalam kesehatan mental, mengidentifikasi bentuk dan mekanisme
penyesuaian diri manusia dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan dasar.

Capaian Mata Kuliah


Mahasiswa mampu memahami konsep penyesuaian diri, dengan indikator sebagai
berikut:
 Mahasiswa mampu menjelaskan kembali pengertian penyesuaian diri
 Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan individu dan menjelaskan kaitannya
dengan penyesuaian diri
 Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
penyesuaian diri
 Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme penyesuaian diri

A. Pengertian Penyesuaian Diri


Sejak lahir manusia membawa kebutuhan dasar yang menuntut untuk dipenuhi, baik
kebutuhan fisik-biologis, maupun kebutuhan sosial-psikologis. Oleh karena itu manusia
selalu berupaya untuk mencapai keseimbangan (equilibrium) dalam mencapai
kebutuhan-kebutuhan tersebut yang diwujudkan dalam bentuk tingkah laku. Untuk
mencapai keseimbangan, seseorang harus tunduk kepada norma-norma yang berlaku
sehingga terjadilah proses penyesuaian diri (adjusment).
Secara sederhana penyesuaian diri dapat diartikan sebagai proses yang dilakukan
seseorang dalam memenuhi kebutuhannya sesuai dengan norma-norma yang terdapat
dalam lingkungan, baik norma budaya (tradisi), etika, nilai-nilai religi, ataupun norma
hokum positif.
Semiun (2006:37), menjelaskan pengertian penyesuaian diri sebagai berikut:
Penyesuaian diri adalah proses yang melibatkan respons-respons mental dan tingkah
laku yang menyebabkan individu berusaha menanggulangi kebutuhan-kebutuhan,
tegangan-tegangan, frustrasi-frustrasi, dan konflik-konflik batin serta menyelaraskan
tuntutan-tuntutan batin ini dengan tuntutan-tuntutan yang dikenakan kepadanya oleh
dunia dimana dia hidup
Sejalan dengan pendapat di atas, Yusuf (2009:27) mengemukakan sebagai berikut:

Penyesuaian diri adalah proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan
dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustrasi, dan
konflik dengan memperhatikan norma atau tuntutan lingkungan dimana seseorang
hidup

Sementara itu Surya (1985:13) mengemukakan bahwa: “Penyesuaian diri adalah


proses dimana individu mencapai keseimbangan dalam memenuhi kebutuhan sesuai
dengan lingkungan”.
Pada dasarnya pendapat ketiga pengertian/definisi di atas menyepakati bahwa orang
yang memiliki penyesuaian diri yang baik dapat bereaksi secara efektif terhadap situasi-
situasi yang berbeda, dapat memecahkan konflik dan frustrasi sehingga mencapai
kepuasan yang tidak bertentangan dengan norma pribadi maupun masyarakat. Jadi,
dalam proses penyesuaian diri terdapat dua aspek penting yaitu pemuasan kebutuhan
dasar dan norma-norma lingkungan. Proses penyesuaian diri dilakukan individu dalam
rangka meredakan ketegangan-ketegangan emosi sebagai akibat adanya kebutuhan dasar
yang senantiasa menuntut untuk dipenuhi atau dipuaskan, akan tetapi dalam proses
tersebut individu harus tunduk pada norma atau nilai, baik norma atau nilai pribadi
maupun norma atau nilai yang terdapat di lingkungan dimana dia hidup.
Dalam kaitan hubungan individu dengan lingkungan, terdapat empat jenis hubungan
yaitu: individu bertentangan dengan lingkungan, menggunakan lingkungan,
berpartisipasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Penyesuaian diri bisa berlangsung dalam dua bentuk, yaitu:
 Bentuk autoplastis yaitu mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan (bersifat
pasif). Pada bentuk ini, individu berupaya menyesuaikan diri dengan keadaan,
kebiasaan atau tuntutan lingkungan. Sebagai contoh: seseorang yang pindah ke
lingkungan baru dengan kebiasaan atau tradisi yang berbeda, dia berusaha
menyesuaikan dirinya dengan mengikuti kebiasaan atau tradisi tersebut meskipun
kadang-kadang tidak sesuai dengan kebiasaan sebelumnya atau bahkan bertentangan
dengan hati nuraninya.
 Bentuk alloplastis yaitu mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan individu
(bersifat aktif). Dalam hal ini, individu berupaya merubah lingkungan agar sesuai
dengan kemauan dan membuatnya menjadi nyaman. Sebagai contoh: seseorang yang
melihat bahwa di lingkungannya banyak pemuda pengangguran yang melakukan
tindakan atau perbuatan tidak bermanfaat dan mengganggu ketenangan lingkungan.
Dia berusaha melakukan pendekatan dan mengajak para pemuda untuk bergabung
dan menciptakan kegiatan seperti karang taruna sebagai wadah penyaluran bakat dan
minat sekaligus mengisi waktu luang dengan aktivitas yang positif.
Perlu dipahami bahwa kapasitas individu untuk mengubah dan menanggulangi
permasalahan atau tuntutan yang dihadapi berbeda-beda, sesuai dengan kepribadian dan
perkembangannya. Penyesuaian diri juga berbeda-beda sesuai norma sosial dan budaya
yang dipahami dan diikuti oleh setiap individu.

B. Mekanisme Penyesuaian Diri


Manusia melakukan suatu proses penyesuaian diri dalam rangka memenuhi
kebutuhannya. Akan tetapi dalam prosesnya tidak selalu berjalan seperti yang
diharapkan, kadang-kadang mengalami rintangan sehingga gagal mencapai apa yang
diharapkan. Individu yang dapat menempuh proses tersebut dengan efektif dan efisien
disebut “well adjusted person”; sedangkan individu yang dalam proses penyesuaiannya
tidak menemukan titik penyelesaian disebut “maladjusted person”.
Sebagaimana disinggung di atas bahwa penyesuaian diri dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Salah satu faktor penentu (determinant) yang perlu diperhatikan dalam membina
kesehatan mental adalah determinasi diri (self-determination), yaitu kemampuan
seseorang dalam mengarahkan dan mengendalikan dirinya. Pengendalian diri atau
kontrol diri adalah dasar dari integrasi pribadi yang merupakan salah satu kualitas
penting bagi seseorang dalam proses penyesuaian dirinya. Integrasi pribadi yang
harmonis akan mencegah terjadinya konflik-konflik emosional. Banyaknya konflik
emosional yang tidak teratasi akan berakibat terjadinya frustrasi, stress, bahkan gangguan
yang lebih berat lagi.
Berhasil tidaknya proses penyesuaian diri dapat dilihat dari berbagai hal berikut:
 Ada tidaknya ketegangan psikologis
 Efisiensi kerja
 Ada tidaknya gejala-gejala fisik tanpa sebab organis (psikosomatis)
 Ada tidaknya tingkah laku yang tidak efektif dan efisien
 Diterima tidaknya tingkahlaku oleh lingkungan (social acceptance)
1. Penyesuaian yang normal
Telah dikemukakan di atas bahwa individu yang dapat menyesuaian diri dengan baik
(well adjusted) adalah yang dapat memenuhi tuntutan kebutuhan dan masalahnya
secara wajar, artinya sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat tempat
individu menjalani kehidupannya. Penyesuaian diri yang normal ditandai dengan:
a. Tidak ada ketegangan emosi
b. tidak ada mekanisme psikologis
c. tidak ada frustrasi pribadi
d. memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri
e. mampu belajar
f. menghargai pengalaman
g. bersifat realistis dan obyektif

Adapun bentuk-bentuk penyesuaian yang normal seperti dijelaskan Surya (1985)


adalah sebagai berikut:
a. Menghadapi masalah secara langsung
Ketika mengalami masalah, maka individu akan menghadapinya secara langsung,
dia juga akan menghadapi segala resiko dan bertanggung jawab atas tindakan yang
diambilnya.
b. Melakukan eksplorasi (penjelajahan)
Eksplorasi dilakukan dengan mencari berbagai bahan dan sumber yang dapat
membantu individu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Misalnya:
seorang mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas, ia akan
berusaha untuk mencari sumber-sumber di perpustakaan, internet, atau berdiskusi
dengan teman-temannya.
c. Melakukan tindakan coba-coba (trial and error)
Pada situasi ini pemikiran kurang berperan, individu berupaya mengatasi masalah
dengan tindakan coba-coba. Jika berhasil atau menguntungkan akan dilanjutkan,
sebaliknya jika gagal akan dihentikan dan kemungkinan mencoba cara yang lain.
d. Mencari tujuan pengganti (substitusi)
Kegagalan dalam mencapai suatu tujuan diatasi dengan mencari tujuan pengganti.
Misalnya: gagal menjadi dokter, beralih menjadi seorang perawat atau tenaga
paramedis lainnya.
e. Menggali kemampuan pribadi
Merupakan bentuk penyesuaian diri dengan menggali dan mengembangkan bakat
atau kemampuan khusus yang dapat membantu individu untuk mengatasi masalah
yang dihadapinya.
f. Belajar
Melalui belajar, individu memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat
membantunya dalam mengatasi berbagai permasalah yang dihadapi terutama yang
berkaitan dengan profesi atau pekerjaannya.
g. Inhibisi dan kontrol diri
Keberhasilan dalam proses penyesuaian diri ditentukan pula oleh kemampuan
individu dalam memilih dan mempertimbangkan tindakan yang akan diambil serta
kemampuan dalam mengontrol dirinya ketika melakukan tindakan tersebut.
h. Membuat perencanaan yang cermat
Untuk mencapai keberhasilan dalam mengatasi masalah, diperlukan perencanaan
yang matang dengan mempertimbangkan berbagai aspek, misalnya: baik-buruk,
untung-rugi.
Perlu dipahami bahwa pada kenyataannya tidak ada individu yang dapat
melakukan proses penyesuaian diri secara sempurna. Setiap individu memiliki
kemampuan yang berbeda untuk mengubah atau menanggulangi tuntutan yang
dihadapi, dan hal ini dipengaruhi oleh kepribadian dan tingkat perkembangannya.

2. Penyesuaian yang salah


Penyesuaian yang salah atau sering disebut salah suai merupakan mekanisme
yang dilakukan oleh individu yang mengalami kegagalan dalam proses penyesuaian
dirinya. Mekanisme salah suai ini nampak dalam reaksi sebagai berikut:
a. Mekanisme bertahan (defence mechanism)
Mekanisme bertahan merupakan reaksi individu untuk mempertahankan ego yang
terancam oleh tuntutan-tuntutan, baik tuntutan yang datang dari dirinya sendiri
berupa kebutuhan-kebutuhan (needs) maupun yang datang dari lingkungan
(pressure) berupa aturan atau norma. Individu berusaha mempertahankan diri
untuk menutupi kelemahan atau kegagalan dengan mencari berbagai cara atau
alasan sehingga seolah tidak mengalami kegagalan. Bentuk-bentuk mekanisme
pertahanan diri antara lain:
1) Konpensasi
Konpensasi merupakan upaya individu untuk menutupi kelemahan atau
kegagalan dengan mengembangkan respon-respon yang dapat mengurangi
keterangan dan frustrasi dengan cara mencari kepuasan dalam bidang lain.
Konpensasi dapat berlangsung secara positif, misalnya: lemah dalam bidang
akademik, ditutupi dengan aktif berorganisasi atau berusaha menonjol dalam
bidang olahraga. Konpensasi negative adalah cara individu menutupi kelemahan
dengan cara-cara negative, misalnya: ketidak mampuan belajar ditutupi dengan
cara menunjukkan kekuatan fisik untuk mengintimidasi atau memaksa dengan
ancaman kepada teman untuk membantu (memberi contekan ketika ulangan
atau mengerjakan tugas).
2) Sublimasi
Sublimasi dapat diartikan sebagai upaya individu untuk mencari tujuan
pengganti, tujuannya adalah untuk menjaga keutuhan (integritas) ego dengan
mereduksi konflik dan frustrasi. Reaksi sublimasi sebenarnya mirip dengan
konpensasi, perbedaannya terletak pada latar belakangnya. Konpensai
berkembang dari perasaan tidak mampu (inadequacy), sedangkan sublimasi
berkembang dari perasaan bersalah (guilty feeling). Misalnya: seseorang yang
tidak memiliki anak berupaya menenggelamkan diri dalam kegiatan sosial
seperti panti asuhan, mengurus anak jalanan, dan kegiatan sosial lainnya untuk
mengekspresikan kasih sayang dan kecintaannya kepada anak.
3) Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan mekanisme pertahanan diri untuk menutupi kelemahan
atau kegagalan dengan cara mencari-cari alasan yang dapat diterima oleh orang
lain. Misalnya: seorang mahasiswa yang tidak menyerahkan tugas dengan
alasan komputernya rusak, atau karena sakit. Rasionalisasi bersumber dari
ketidakmampuan menghadapi kegagalan atau kelemahan, merupakan reaksi
yang tidak sehat dan dapat merusak keutuhan (integritas) pribadi.
4) Proyeksi
Bentuk mekanisme pertahanan diri dengan melemparkan kegagalan dirinya
kepada pihak lain. Pada situasi ini, individu merefleksikan ketidakmampuan dan
kegagalan dengan mencela dan menyalahkan orang lain, dan secara tidak
langsung mengakui kelemahannya. Misalnya: seorang mahasiswa tidak lulus
ujian, beralasan bahwa dosen tidak menyukainya.
5) Introjeksi dan identifikasi
Pada situasi ini, individu menempelkan (mengasimilasi) dirinya kepada orang
lain sesuai dengan yang diinginkannya, misalnya: menutupi kelemahan atau
kegagalan dengan membangga-banggakan saudaranya yang sukses. Dalam hal
ini individu berusaha mengasimilasi kualitas yang diingini dari orang lain untuk
melindungi ego dari kelemahan atau kekurangannya.
6) Refresi
Pengalaman yang tidak menyenangkan dan mengancam egonya berusaha
dilupakan dengan cara menekannya ke alam bawah sadar. Misalnya: seseorang
yang mengalami kejadian buruk yang sangat tidak menyenangkan, sedapat
mungkin akan berupaya untuk melupakannya.
7) Egosentris
Sikap egosentris bersumber dari perasaan tidak aman (insecurity) dan akibat
perlakuan orang tua yang terlalu melindungi dan memanjakan. Pada situasi ini,
individu menjadikan dirinya sebagai pusat dari lingkungannya, ia selalu merasa
dirinya paling penting dan paling benar. Sikap demikian sebagai upaya individu
untuk menyembunyikan perasaan rendah dirinya (inferiority).
8) Sour grapes
Anggur masam (sour grapes) merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan individu yang mempertahankan dirinya dengan
memutarbalikkan (mendistori) kenyataan. Mekanisme ini mirip dengan
rasionalisasi yaitu berbohong dan menipu diri sendiri, dan ini merupakan
mekanisme penyesuaian diri yang tidak normal.

Pada batas-batas tertentu, mekanisme pertahanan diri seperti dijelaskan di atas


masih dapat dikatakan normal, sebagai upaya untuk mereduksi konflik, frustrasi,
atau ketegangan. Akan tetapi hal tersebut akan menjadi abnormal apabila individu
mendistorsi kenyataan, merusak hubungan sosial, dan mengarah pada kerusakan
egonya.

b. Mekanisme menyerang (agressive mechanism)


Pada mekanisme ini, individu bereaksi dalam bentuk prilaku verbal dan non-
verbal Sikap menyerang ini dilakukan untuk menutupi kegagalannya yang
ditunjukkan dengan prilaku antara lain: keras kepala, mau menang sendiri, marah
membabibuta, menggertak, bermusuhan, menyerang dan merusak, balas dendam,
dan sebagainya. Prilaku agresif ini tidak memberikan manfaat sama sekali bagi
penyelesaian masalah maupun bagi kesejahteraan bathin individu. Yusuf (2009:38)
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku agresif sebagai berikut:
1) Fisik: sakit-sakitan atau mempunyai penyakit yang sulit disembuhkan
2) Psikis: ketidakmampuan atau ketidakpuasan dalam memenuhi kebutuhan dasar,
seperti: rasa aman, kebebasan, kasih sayang, dan pengakuan sosial.
3) Sosial: perhatian orang tua yang sangat membatasi atau memanjakan, hubungan
anggota keluarga yang tidak harmonis, lingkungan yang membuat tidak aman
dan nyaman.
Mekanisme agreasif ini merupakan bentuk penyesuaian diri yang sering
dihubungkan dengan perilaku yang melanggar norma moral dan sosial masyarakat
yang disebut juga sebagai prilaku nakal (delinquency), yaitu prilaku individu atau
kelompok yang melanggar nilai norma sehingga menimbulkan terjdinya konflik
dengan masyarakat. Misalnya: perkelahian antar kelompok, perusakan fasilitas
umum, pencurian, dan sebagainya.

c. Mekanisme melarikan diri (escape mechanism)


Mekanisme ini merupakan refleksi dari perasaan putus asa, individu berusaha
melarikan diri dari kenyataan yang dianggapnya hanya memberi kekecewaan dan
kepedihan, dan mencari kepuasaan di dunia tidak nyata. Individu melarikan diri
dari kenyataan melalui mabuk-mabukan, menggunakan narkotika, atau melamun
dan menghayal. Kondisi ini dapat semakin parah manakala individu merasa lebih
nyaman berada di dunia yang diciptakannya sendiri sehingga lama kelamaan
terjadi disintegrasi pribadi dimana individu tidak dapat lagi membedakan antara
dunia nyata dan dunia maya (tak nyata).

3. Penyesuaian yang patologis


Merupakan kelanjutan dari penyesuaian yang salah, individu dalam keadaan tidak
memperoleh penyesuaian dan berada dalam situasi yang memerlukan perawatan
khusus dan bahkan bersifat klinis. Dalam hal ini individu mengalami kegagalan dalam
menghadapi kenyataan dan berupaya melarikan diri dari kenyataan Penyesuaian diri
yang patologis berbentuk neurosis dan psikosis yang akan dibahas pada bab tersendiri.
Latihan
Diskusikan dengan kelompok kecil, identifikasi contoh perilaku dari bentuk
penyesuaian diri autoplastis dan alloplastis serta contoh perilaku dari tiap kategori
mekanisme penyesuaian diri.

Rangkuman
Penyesuaian diri adalah proses yang melibatkan respons-respons mental dan tingkah
laku yang menyebabkan individu berusaha menanggulangi kebutuhan-kebutuhan, tegangan-
tegangan, frustrasi-frustrasi, dan konflik-konflik batin serta menyelaraskan tuntutan-tuntutan
batin ini dengan tuntutan-tuntutan yang dikenakan kepadanya oleh dunia di mana dia hidup.
Terdapat dua bentuk penyesuaian diri pada manusia, yaitu autoplastis dan alloplatsis.
Dalam penyesuaian diri untuk memenuhi kebutuhannya, manusia yang dapat menempuh
proses tersebut dengan efektif dan efisien disebut “well adjusted person”; sedangkan
individu yang dalam proses penyesuaiannya tidak menemukan titik penyelesaian disebut
“maladjusted person”. Mekanisme penyesuaian diri pada manusia terbagi menjadi 3 kategori
yaitu: penyesuaian diri yang normal, penyesuaian diri yang salah, dan penyesuaian diri yang
patologis.

Tes Formatif
1. Berikut ini yang merupakan salah satu latar belakang penyesuaian diri individu
adalah...
a. Untuk mencapai kesehatan b. Sebagai dorongan untuk mencapai
mental keseimbangan dari kebutuhan hidup
c. Untuk memenuhi norma- d. Sebagai bentuk tanggungjawab sosial
norma

2. Terkait dengan pengertian penyesuaian diri oleh Semium, hal yang harus diselaraskan
antara tuntuntan batin dan tuntutan lingkungan, kecuali...
a. Kebutuhan dasar b. Tegangan hidup
c. Konflik batin d. Rasa aman

3. Dalam pengertian penyesuaian diri yang dikemukakan oleh Syamsu Yusuf, hal apa
yang perlu diperhatikan dalam proses pemenuhan kebutuhan, mengatasi ketegangan,
frustrasi dan konflik?
a. Norma-norma b. Tingkat kepuasan
c. Tujuan penyesuaian diri d. Manfaat
4. Berkaitan dengan istilah well adjusted dalam mekanisme penyesuaian diri. Manakah
perilaku dibawah ini termasuk dalam well adjusted?
a. Menyalakan lampu pada saat b. Menggunakan jas hujan pada saat
siang hari di ruangan yang mengendarai sepeda motor di kala hujan
cukup terang
c. Makan menggunakan tangan d. Menggunakan kacamata hitam saat
kiri cuaca mendung

5. Berdasarkan pengertian maladjusted dalam penyesuaian diri. Beberapa perilaku di


bawah ini adalah termasuk di dalamnya, kecuali...
a. Bersikap arogan b. Berbicara dengan bahasa daerah asal
dengan teman sedaerahnya ditengah-
tengah orang lain yang bukan berasal
dari daerah yang sama
c. Menggunakan sarung tangan d. Memutar arah kendaraan pada tempat
saat mengendarai sepeda yang tidak sesuai aturan berlalu lintas
motor

6. Salah satu ciri penyesuaian diri yang normal adalah...


a. Tidak terjadinya konflik b. Perilaku efektif
c. Adanya ketegangan saat d. Perilaku yang benar
dilanda stress

7. Salah satu ciri penyesuaian diri yang menyimpang adalah sebagai berikut, kecuali...
a. Mekanisme skizofrenia b. Mekanisme agresif
c. Mekanisme patologis d. Mekanisme melarikan diri

8. Perilaku efektif dan efisien merupakan salah satu ciri penyesuaian diri yang normal,
salah satu contoh perilakunya adalah...
a. Minum air putih 5 gelas b. Bermain futsal menggunakan sepatu
sehari kets
c. Mengambil makanan d. Meniup minuman yang masih panas
secukupnya pada saat berada
di undangan/pesta

9. Yang bukan merupakan kebutuhan manusia berdasarkan rumusan Abraham Maslow


adalah...
a. Integritas b. Otonomi diri
c. Intimasi d. Penghargaan

10. Seiring perkembangan iptek dan zaman dalam upaya pemenuhan kebutuhan fisiologis
manusia (sandang, pangan, papan). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya,
kecuali...
a. Prestise b. Estetika
c. Nilai d. Gaya hidup

Anda mungkin juga menyukai