Anda di halaman 1dari 17

MODUL-2

SEJARAH GERAKAN KESEHATAN MENTAL

Deskripsi Singkat
Pada bab ini, mahasiswa aka membahas gerakan kesehatan mental di berbagai belahan
dunia dan lintas zaman. Bahasan bab ini mencakup berbagai macam interpretasi mengenai
penyakit mental dan cara-cara mengurangi-nya atau menghilangkannya. Pada bab ini juga
berisi uraian terkait perilaku normal dan abnormal serta penanganan terhadap orang-orang
yang sakit mental.

Relevansi
Setelah mengikuti perkuliahan ini, diharapkan mahasiswa mampu mengindentifikasi
dan menjelaskan kembali sejarah gerakan kesehatan mental di berbagai belahan dunia dan
lintas zaman.

Capaian Mata Kuliah


Mahasiswa mampu memahami sejarah gerakan kesehatan mental, dengan indikator:
 Mengidentifikasi tokoh dan teori gerakan kesehatan mental
 Menjelaskan perkembangan gerakan kesehatan mental lintas zaman di berbagai belahan
dunia

A. Zaman Prasejarah
Dalam perkembangan sejarah, walaupun ada beberapa pengecualian, peradaban-
peradaban manusia ditandai dengan penganiayaan terhadap para pasien sakit mental,
dimana para pasien diperlakukan dengan kasar dan kejam serta mereka dipandang sebagai
pengganggu masyarakat.
Seperti selalu terjadi dalam masyarakat, jika ada suatu kebutuhan, maka ada yang
mengisinya. Munculnya para dukun yang menjadikan penyakit mental sebagai bagian dari
bidang praktek mereka. Sering kali dukun-dukun ini merupakan para cendekiawan
terkemuka dari kelompok. Mungkin beberapa dukun tersebut memiliki kecenderungan
untuk memperhatikan dan mendapat kepuasan dalam melayani sesama mereka.
Dalam setiap masyarakat beberapa dukun berpaling ke bidang-bidang lain yang
semakin luas dan agama menjadi lembaga sosial yang penting. Dengan demikian dalam
banyak contoh, pendahulu-pendahulu dari dokter modern terlibat dalam agama awal yang
terorganisasi. Dokter-dokter tersebut seringkali adalah imam-imam. Hubungan antara ilmu
kedokteran dan agama tentu saja bertahan terus dengan begitu kuat sampai pada zaman
kita sekarang ini. Banyak organisasi keagamaan terkenal karena pelayanan
pengobatannya, tidak hanya dalam karya misioner di luar negeri tetapi juga dalam negeri
mereka sendiri. Lagi pula hubungan antara agama dan penyakit mental lebih erat
dibandingkan dengan hubungan antara agama dengan penyakit lain. Misalnya, ada
Akademi Agama dan Kesehatan Mental, suatu organisasi yang terkenal dan aktif di
Amerika Serikat.

B. Peradaban-peradaban Awal
Dalam semua peradaban awal yang kita kenal di Mesopotamia, Mesir, Yahudi,
India, Cina, dan Benua Amerika, imam-imam dan tukang-tukang sihir merawat orang-
orang yang sakit mental. Di antara semua peradaban tersebut sepanjang zaman kuno (dari
5000 tahun SM sampai 500 tahun M), penyakit mental mulai menjadi hal yang umum,
kekalutan-kekalutan mental menjadi kawan seperjalanan yang setia bagi manusia pada
waktu ia bergerak menuju kehidupan yang terorganisasi.

1. Babilonia dan Ninive (Mesopotamia)


Orang yang pertama terjun dalam ilmu kedokteran adalah para imam. Pola ini
berlangsung terus-menerus selama beribu-ribu tahun dan berlangsung sampai sekarang
ini. Penyakit mental dihubungkan dengan setan-setan dan pengobatan atau
perawatannya dilakukan dengan upacara-upacara agama dan upacara-upacara magis
supaya setan keluar dari tubuh si pasien.
Orang-orang Babilonia adalah orang-orang pertama yang menyelidiki riwayat
hidup penderita penyakit dan mengkodifikasikan pertanggungjawaban dokter terhadap
pasien serta memajukan ilmu kedokteran masyarakat. Keping-keping batu yang
bertuliskan huruf paku dimana termuat kodifikasi hukum dan adat istiadat mereka
merupakan usaha yang sangat mencolok dan barangkali yang pertama bagi analisis dan
perkembangan sistem yang dijumpai di dunia. Ilmu kedokteran dan penyakit mental
mendapat bagian penting dalam tata tertib tersebut.

2. Mesir
Ilmu kedokteran di Mesir erat berhubungan dengan agama. Meskipun coraknya
magis dan berhubungan dengan agama dan dengan dewa-dewa yang ditetapkan untuk
melindungi kesehatan, namun ilmu kedokteran Mesir maju dan sangat rasional dalam
beberapa hal. Dalam tulisan-tulisan Mesir, otak digambarkan untuk pertama kalinya
dan diketahui juga perannya dalam proses-proses mental. Orang-orang Mesir memiliki
sekolah kedokteran di kuil Imhotep (dewa utama penyembuhan). Di kuil tersebut
terdapat sebuah rumah sakit. Di sana dikembangkan terapi untuk pasien berupa rekreasi
dan pekerjaan, serta ditetapkan semacam psiko-terapi.

3. Yahudi
Dokter-dokter yang sekaligus imam, kepercayaan akan setan dan suatu pendekatan
untuk merawat penyakit mental yang serupa dengan yang terdapat di Mesir dan
Mesopotamia juga merupakan ciri khas dari ilmu kedokteran Yahudi. Banyak
gambaran mengenai macam-macam penyakit mental ditemukan dalam Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru. Sumber-sumber Alkitab menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi
mengartikan penyakit mental sebagai hukuman dari Allah dan perawatannya hanya
dengan cara bertobat kepada-Nya. Perhatian orang-orang Yahudi tidak hanya tertuju
pada keterlibatan agama dalam gejala-gejala kekalutan mental, tetapi mereka juga
sangat memperhatikan segi-segi kemanusiaan dari ilmu kedokteran dan kesejahteraan
masyarakat. Pada tahun 490 M, ada sebuah rumah sakit di Yerusalem yang didirikan
semata-mata untuk para pasien sakit mental.

4. Persia
Para dokter yang sekaligus imam di Persia berpendapat bahwa ada 99999 penyakit
yang menimbulkan penderitaan pada manusia dan semuanya disebabkan oleh setan-
setan. Ada bermacam-macam dokter untuk menanganinya, seperti “dokter pisau”,
“dokter jamu”, dan “dokter kata”. Mereka berkeyakinan bahwa setiap manusia harus
ber-juang terus. Kekuatan tubuh atau fisik yang mencari kenikmatan adalah jahat.
Mental yang baik atau kekuatan psikis/jiwa selalu mencari kesucian, kebajikan, dan
kebaikan hati. Jalan satu-satunya untuk bisa menang ialah terus-menerus mengusir yang
jahat. Dengan demikian, seluruh penekanan ilmu kedokteran me-reka terletak pada
cara-cara yang bersifat magis dan keagamaan.

5. Cina dan India serta Timur Jauh


Metode-metode pengobatan Cina dan Hindu mirip dengan yang terdapat di Persia.
Ada kepercayaan-kepercayaan yang serupa dengan kekuatan-kekuatan yang berperang
antara yang baik dengan yang buruk, di mana roh-roh jahat memasuki badan manusia
dan terus-menerus diusir. Dalam pandangan orang-orang Cina, gangguan mental dilihat
sebagai penyakit dan dianggap sebagai gangguan proses alam atau ketidakseimbangan
antara Yin dan Yang (Kao, 1979). Untuk orang-orang Cina, Yin dan Yang adalah dua
kekuatan dalam alam semesta – baik dan buruk, pria dan wanita, gelap dan terang,
positif dan negatif. Fungsi normal dan sehat membutuhkan keseimbangan antara
kekuatan-kekuatan ini, yang dicapai dengan mengikuti cara-cara yang ditetapkan oleh
alam dan masyarakat, serta bersikap ugahari (sederhana) dalam pikiran dan perbuatan.
Karena gangguan-gangguan mental dianggap sebagai tidak adanya keseimbangan
fisik, maka orang yang mengalami gangguan mental tidak dianggap sebagai hal yang
memalukan (yang mendatangkan aib). Keluarga melindungi para anggotanya yang sakit
dan berusaha mencari orang-orang yang bisa menyem-buhkan dan memberikan
pengobatan untuk gangguan tersebut.
Abad ke-20 Cina menggunakan banyak sikap dan prosedur dari psikiatri Barat
tetapi dengan suatu perbedaan, yakni pengobatan yang dilakukan oleh orang-orang
Cina sangat eklektis dan merupakan campuran dari pengobatan tradisional, psikoterapi
modern, dan pengobatan farmakologi.
Demikian juga orang-orang Hindu memiliki kekuatan baik yang disebut Vishnu
dan berperang melawan kekuatan jahat yang disebut Shiva. Dalam tulisan-tulisan para
dokter di India sekitar tahun 600 SM, ditemukan gambaran-gambaran terinci mengenai
beberapa bentuk penyakit mental dan epilepsi dengan saran-saran agar dirawat dengan
ramah. Penekanan agama Budha supaya orang berpaling kepada diri batiniah dan
menarik diri dari dunia luar mengandung arti psikoterapi yang mirip sekali dengan
bentuk-bentuk tertentu yang digunakan dewasa ini.
Peradaban-peradaban awal di Timur Jauh dan di Benua Amerika selama zaman
orang-orang Inca dan Aztec mempunyai ciri-ciri yang sama berkenaan dengan penyakit
dan kesehatan mental. Perawatan meliputi tidak hanya berupa mantra, upacara-upacara
keagamaan, dan upacara-upacara magis lainnya, tetapi juga berupa obat-obatan, terapi-
terapi berupa rekreasi, bekerja, dan hiburan.

6. Afrika
Dalam tradisi Afrika, penyakit disebabkan oleh penyebab-penyebab natural (fisik).
Para ahli obat tradisional itu adalah pengamat-pengamat dan pendiagnosis-pendiagnosis
yang terampil terhadap gangguan-gangguan mental, dan mereka bisa menggunakan
upacara-upacara penyembuhan dan excorcisme dan juga ramuan-ramuan untuk
menghilangkan gangguan-gangguan mental.

7. Yunani
Pendekatan yang rasional dan manusiawi terhadap penyakit mental yang muncul
dalam zaman ini sebagian besar disebabkan oleh penemuan beberapa orang terkemuka
dari Yunani. Tradisi-tradisi dalam ilmu kedokteran yang selalu mendapat perhatian
manusia berlangsung sejak dokter-dokter yang sangat hebat dari Yunani, yakni
Aesculapius dan Hippokrates. Ilmu kedokteran mulai memisahkan diri dari dominasi
agama. Para pasien sakit mental dibawa ke kuil-kuil itu, di mana pe-rawatannya
bertujuan untuk menghilangkan penyebab-penyebab gangguan mental. Dalam waktu
yang lama orang percaya bahwa penyakit mental disebabkan oleh roh-roh jahat atau
roh-roh dewa. Beberapa orang Yunani yang terkenal di bidang kesehatan mental dapat
disebutkan di bawah ini:
a. Pythagoras (± 500 SM)
Sebelum tahun 500 SM, para dokter yang juga imam memberikan saran diet,
pijat, rekreasi, dan juga memberi resep, mantra-mantra dan sesajian yang lebih
teratur. Tetapi dalam semua perawatan, motif utama adalah mau memenuhi
keinginan roh-roh baik atau roh-roh jahat. Pythagoras me-rupakan orang pertama
yang mem-berikan penjelasan alamiah terhadap penyakit mental. Ia melihat otak
sebagai pusat intelijensi dan penyakit mental disebabkan oleh gangguan pada otak.
b. Hippokrates (460-377 SM)
Ia adalah dokter yang terkemuka di zamannya sendiri maupun sepanjang zaman.
Ia disebut sebagai “Bapak Ilmu Kedokteran”. Ia berpendapat bahwa kekalutan
mental disebabkan oleh hal-hal alamiah dan memerlukan perawatan seperti
penyakit-penyakit lain. Ditekankan juga bahwa otak merupakan organ sentral
kegiatan intelektual dan penyakit mental disebabkan oleh faktor-faktor patologik
tertentu. Sejak zaman Hippokrates, cita-cita mengenai etika para dokter sangat
tinggi. Pada pokoknya sumpah Hippokrates tetap berlaku, khususnya tentang: (a)
menghormati kehidupan manusia dalam segala bentuknya sejak pembuahan, (b)
menolak melaksanakan pembunuhan apa pun, (c) tidak pernah menodai kehormatan
pasien, baik yang jasmani maupun yang rohani (misalnya membuka rahasia tentang
sakitnya).
c. Plato (429-347 SM)
Filsuf Yunani ini memperlihatkan wawasan yang tajam mengenai kepribadian
manusia. Ia mengetahui adanya perbedaan-perbedaan individual dalam intelijensi
dan ciri-ciri khas psikologis lainnya, dan berpendapat bahwa manusia itu digerakkan
oleh “nafsu-nafsu alamiah”. Bagi Plato, gangguan mental sebagian merupakan
gangguan moral, sebagian merupakan gangguan fisik, dan sebagian lagi merupakan
gangguan yang berasal dari dewa-dewa. Plato juga menunjukkan pentingnya
pengaruh-pengaruh budaya sebagai faktor-faktor dalam berpikir dan bertindak.
d. Aristoteles (384-322 SM)
Ia menerima dasar fisiologis bagi penyakit mental seperti yang diajarkan oleh
Hippokrates. Meskipun ia melihat adanya penyebab psikologis, namun ia
menolaknya, dan pengaruhnya begitu kuat pada pemikiran filosofis sehingga hampir
2000 tahun segi pandangannya melumpuhkan penyelidikan-penyelidikan lebih lanjut
dalam bidang ini.
e. Iskandar Agung (356-322 SM)
Ia mendirikan sanatorium-sanatorium bagi orang-orang yang sakit mental, di
mana disediakan pekerjaan, hiburan, dan olah raga – kebiasaan-kebiasaan yang
diteruskan selama masa Yunani dan Romawi kemudian.

8. Romawi
Ketika Roma mulai berkuasa, orang-orang Roma meniru orang-orang Yunani
dalam ilmu kedokteran seperti juga dalam bidang lain. Banyak sekali pengetahuan
medis di Roma berasal dari orang-orang Yunani yang berpraktek di sana untuk mencari
popularitas dan kekayaan. Dokter-dokter Yunani yang sangat terkenal ialah
Aesclepiades, Aretaeus, dan Galenus yang menetap di Roma dan meneruskan
penyelidikan-penyelidikan dan ajaran-ajaran mereka.
a. Aesclepiades (± 124-40 SM)
Meskipun ia telah menerima pendidikan ilmu kedokteran di Yunani, tetapi
ketika ke Roma ia mengajar ilmu berpidato dan tidak mau melaksanakan praktek
ilmu kedokteran. Konon, setelah menghidupkan kembali orang yang dinyatakan
sudah meninggal, ia diperbolehkan bergabung dengan serikat kedokteran di Roma.
Dokter dan filsuf kelahiran Yunani ini adalah orang pertama yang membedakan
antara penyakit mental akut dan kronis. Ia terkenal karena pendekatannya yang
manusiawi terhadap orang-orang yang sakit fisik dan mental. Ia mengembangkan
sarana-sarana mekanik untuk membuat para pasien merasa enak dan santai. Ia
menentang pengeluaran darah dari tubuh pasien, kekangan-kekangan dan isolasi di
ruang-ruang yang gelap. Kalau para pendahulunya memandang delusi dan halusinasi
dengan arti yang sama (phantasia), maka Aesclepiades membedakan kedua hal itu.
b. Aretaeus (antara abad 1 dan 2 M)
Ia adalah orang pertama yang berpendapat bahwa penyakit mental merupakan
perluasan psikologis sifat-sifat kepribadian normal. Ia mengemukakan bahwa ada
kecenderungan terhadap bentuk-bentuk tertentu gangguan mental. Salah satu
pikirannya yang asli, yakni bahwa penyakit mental terletak di otak dan perut,
membayangkan sebelumnya pendekatan psikosomatik bagi ilmu kedokteran.
c. Galenus (± 130-200 M)
Sumbangan Galenus bagi ilmu pengetahuan kedokteran meskipun nilainya
sangat hebat dalam satu segi, namun dilihat sebagai penghambat dalam segi lain.
Seperti Hippokrates yang hidup 7 abad sebelumnya, ia mengumpulkan dan mengatur
sejumlah besar data mengenai penyakit mental dan fisik, dan melakukan
penyelidikan-penyelidikan terhadap anatomi sistem saraf serta hubungannya dengan
tingkah laku manusia. Ia mengakui keadaan fisik dan psikis menyebabkan penyakit
mental, dan menyebutkan berbagai macam faktor seperti luka-luka pada kepala,
minuman keras, ketakutan, masa adolesen, perubahan-perubahan pada waktu
menopause, permainan cinta, dan kesulitan-kesulitan di bidang ekonomi.
d. Kretschmer (1888-1964)
Teori Kretschmer merupakan salah satu karya yang besar pada permulaan abad
ini. Kretschmer membedakan tiga istilah, yakni konstitusi, temperamen, dan watak.
Konstitusi adalah keseluruhan sifat individual yang berdasarkan keturunan. Sifat-
sifat tersebut adalah sifat-sifat jasmaniah dan sifat-sifat kejiwaan. Karena semata-
mata tergantung pada keturunan, maka disebut faktor keturunan atau faktor endogen,
dan tidak dapat diubah oleh pengaruh-pengaruh dari luar. Temperamen adalah
bagian kejiwaan yang agaknya dengan melalui darah secara kimiawi mempunyai
korelasi dengan aspek jasmaniah. Temperamen ini bersifat turun-temurun dan tidak
dapat diubah oleh pengaruh-pengaruh dari luar. Temperamen ini mempengaruhi dua
macam kualitas kejiwaan, yakni (1) suasana hati (mood) dan (2) tempo psikis.
Watak adalah keseluruhan (totalitas), kemungkinan bereaksi secara emosional yang
terbentuk selama hidupnya oleh unsur-unsur dari dalam (faktor-faktor endogen) dan
unsur-unsur dari luar (faktor-faktor eksogen).
e. William H. Sheldon (1899-1977)
Sheldon mengembangkan suatu sistem pengukuran tubuh yang disebut
somatotipe. Setelah lama menyelidiki foto-foto dari orang-orang yang diselidikinya,
maka Sheldon bersama dengan para pembantunya mengambil kesimpulan bahwa
ada tiga komponen atau dimensi jasmaniah. Komponen-komponen itu adalah (1)
endomorfi, (2) mesomorfi, dan (3) ektomorfi. Penggunaan ketiga istilah itu
dihubungkan dengan tiga lapisan terbentuknya fetus manusia (endoderm, mesoderm,
dan ektoderm). Dominasi alat-alat yang berasal dari lapisan tertentu dalam fetus
menentukan dominasi dari komponen tertentu.
Hasil penyelidikannya mengenai hal ini (bersama-sama dengan With Katz)
diterbitkan pada tahun 1948. Berbagai hasil penyelidikannya terhadap para pasien
penyakit mental selama beberapa tahun, Sheldon mengemukakan konsepsi tentang
gangguan mental yang terdiri dari tiga dimensi primer. Komponen-komponen
psikiatrik itu adalah: (1) afektif, yang bentuk ekstremnya terdapat pada gangguan
bipolar (antara ekstrem gembira dan ekstrem sedih, depresif); (2) paranoid, yang
bentuk ekstremnya terdapat pada psikosis jenis paranoid (banyak angan-angan,
pikiran yang sangat jauh dari kenyataan: merasa diancam, merasa diri terlalu besar,
dan sebagainya); (3) heboid, yang bentuk ekstremnya terdapat pada psikosis
hebefrenik, suatu bentuk dari skizofrenia (asosial, antisosial).
f. Cicero (± 106-43 SM)
Cukup aneh bahwa pemikiran yang sifatnya non-medis memberikan suatu
sumbangan yang khas Romawi kepada ilmu kedokteran jiwa. Ia mengatakan bahwa
emosi dapat menyebabkan penyakit fisik. Ia mengamati bahwa penyakit-penyakit
fisik itu memang mempunyai perbedaan-perbedaan yang mendasar dengan penyakit-
penyakit mental.
C. Abad Pertengahan
Kemajuan ilmu pengetahuan di Eropa mengalami kemunduruan. Banyak kebiasaan
baik yang telah lama dibina dalam ilmu kedokteran sebelumnya tidak diteruskan, dan hal
yang lebih buruk, takhayul-takhayul kuno dan ilmu tentang setan-setan (demonologi)
dihidupkan kembali dan pemikiran teologis pada waktu itu kurang berusaha untuk
mematahkan pendekatan yang bersifat spiritual terhadap masalah penyakit mental.
Exorcisme dianggap penting ekali.
Dokter-dokter yang sangat baik pada waktu itu disuruh menggunakan jimat-jimat.
Misalnya, Alexander dari Tralles (525-605 M) yang menekankan pentingnya faktor-faktor
konstitusional dan menghubungkannya dengan tipe-tipe khusus kekalutan men-tal.
Dancing Mania
Dalam periode dari abad 10 dan 15, dancing mania, yang juga disebut “kegilaan
massa” (mass madness) terdapat di Eropa, di mana sejumlah besar orang menari secara
liar dan tak terkendali sampai kehabisan tenaga. Ada yang berpendapat bahwa sejumlah
besar orang mungkin menderita berbagai bentuk chorea (penyakit saraf yang
manifestasinya berupa kejang otot dan anggota badan). Mungkin karena takut terhadap
gangguan yang tidak jelas itu maka massa mudah terpengaruh dan histeris.
Ilmu Sihir: Kepercayaan akan Demonologi
Masa dari abad ke-15 sampai abad ke-18 merupakan bagian sejarah yang
menyedihkan bagi para pasien sakit mental. Deutsch (1949:2) mengemukakan alasan
mengenai kepercayaan-kepercayaan primitif zaman dulu dalam bidang ini sebagai berikut:
Karena penyakit-penyakit mental......disebabkan oleh kekuatan-kekuatan gaib, maka
dicari penangkal dan pengo-batannya dalam ilmu gaib. Untuk mengelakkan penyakit, di-
pakai jimat-jimat dan benda-benda berkhasiat, dan digunakan sarana-sarana pelindung
gaib lainnya. Penyakit disembuhkan dengan mengusir setan dari orang yang dirasuki setan
dengan mantra dan doa, dengan rujukan, bujukan, dan bahkan ancaman. Kadang-kadang
apabila setan yang merasuki itu dianggap sebagai makhluk jasmani, maka digunakan
siksaan fisik, seperti memencet atau mencambuki tubuh untuk mengeluarkannya.
Para pemimpin agama pada waktu itu juga melihat dunia sebagai medan
pertempuran antara kebaikan dan kejahatan, antara Allah dan setan. Baik Allah maupun
setan merebut jiwa-jiwa manusia. Orang selalu waspada agar mengetahui jiwa siapa yang
telah dikuasai setan (jiwa yang telah dikuasai setan menjadi buas dan bertambah kuat
sehingga merupakan ancaman bagi orang-orang yang tidak kerasukan). Semua orang yang
disangka kerasukan setan dipandang dengan perasaan curiga, takut, dan benci. Hal yang
logis dilakukan dalam situasi seperti itu adalah membawa orang-orang tersebut kepada
imam, sebagai wakil Allah, yang akan mengusir setan itu keluar dari si sakit dan
mengembalikannya ke kalangan para malaikat.
Di pihak lain, pada masa itu juga berkembang kepercayaan akan ilmu sihir di mana
setan membujuk orang-orang tertentu untuk menjual jiwa-jiwa mereka kepadanya dan
ditukar dengan kekuatan-kekuatan gaib dan dengan demikian mereka menjadi tukang-
tukang sihir. Black Death (penyakit pes) melanda Eropa pada abad ke-14, dan depresi
serta ketakutan yang disebab-kannya membuat bangsa-bangsa seluruhnya sangat mudah
terpengaruh oleh praktek ilmu sihir. Pendekatan manusiawi dan ilmiah terhadap para
pasien sakit mental sangat merosot. Menurut Deutsch selama jangka waktu 250 tahun
(1450-1700) tidak kurang dari 100.000 tukang sihir dihukum mati.
Di samping kepercayaan akan ilmu sihir, sikap terhadap orang-orang yang mentalnya
kalut merupakan sebagian dari sikap yang lebih luas terhadap penderitaan pada umumnya.
Penderitaan merupakan hukuman dari Tuhan yang keras diberikan kepada tukang-tukang
sihir dan orang-orang hina. Orang-orang yang menderita kekalutan mental menjadi sasaran
hinaan. Mereka adalah orang-orang yang lemah yang tidak mampu mengadakan pilihan-
pilihan yang benar. Mereka yang tidak waras dan ganas dipandang sebagai penjahat-
penjahat dan harus dipenjarakan. Sedangkan mereka yang tidak waras tetapi tidak
merugikan orang lain dianggap sebagai orang-orang miskin yang tidak diinginkan. Maka
sudah menjadi kebiasaan umum apabila orang-orang tersebut dipaksa meninggalkan
masyarakat.
Pengadilan-pengadilan gereja memburu orang-orang yang dianggap “kerasukan
setan”. Mereka dituduh sebagai penyebab kesulitan dalam masyarakat bila orang biasa dan
para penguasa mencari kambing hitam. Kebakaran atau wabah yang membawa bencana
dengan mudah dituduhkan kepada para pria atau wanita, atau anak kecil yang dipandang
memperlihatkan tingkah laku yang menyimpang dan dianggap sebagai tukang sihir.
Orang-orang yang malang itu kemudian diserahkan kepada para penguasa sipil untuk
disiksa atau dihukum mati. Kraemer dan Sprenger mula-mula menghadapi perlawanan
dari orang-orang dalam gereja dan masyarakat yang menentang cara itu, tetapi dengan
segera mendapat dukungan dari orang-orang yang sangat benci terhadap praktek ilmu
sihir.

Perawatan Pasien Sakit Mental di Lembaga


Perawatan di lembaga yang diberikan kepada para pasien sakit mental pada akhir
masa Abad Pertengahan-Renaisans adalah pe-rawatan yang dilakukan di “Bedlam”
(singkatan dari Bethlehem). Pada awal tahun 1400 biara St. Maria dari Bethlehem di
London sudah mulai memperhatikan orang-orang gila, dan pada tahun 1547 biara tersebut
secara resmi diubah menjadi rumah sakit mental). Makam St. Dymphna di Gheel, Belgia
(yang didirikan pada abad ke-15) tidak hanya memberi penghiburan kepada beribu-ribu
pasien yang berkunjung ke situ, tetapi juga lambat laun berkembang menjadi
perkampungan yang dikhususkan bagi perawatan orang-orang yang menderita sakit
mental. Karyanya masih berjalan terus dan Gheel dipandang sebagai model rencana
perkampungan di berbagai tempat.
Di negeri-negeri Arab, ilmu kedokteran dan ilmu pengetahuan lainnya tumbuh
bersama dengan lahir dan berkembangnya agama Islam. Meskipun matematika merupakan
sumbangan yang paling besar dari orang-orang Arab, mereka juga memajukan ilmu
kedokteran. Ada banyak rumah sakit di kota-kota mereka, dan pada pasien sakit mental
dirawat di situ atau di rumah sakit khusus yang didirikan di Fez, Maroko, pada awal tahun
700-an. Sebuah rumah sakit mental yang luar biasa didirikan di Damaskus selama abad
ke-12. Semua orang yang menderita sakit mental dirawat di situ tanpa dipungut biaya.

D. Zaman Renaisans
Meskipun para pasien sakit mental tenggelam dalam dunia takhayul dan lingkungan
yang tidak berprikemanusiaan, namun di negara-negara tertentu di Eropa suara-suara
diteriakkan oleh tokoh-tokoh agama, ilmu kedokteran, dan filsafat. Usaha-usaha mereka
selama masa tersebut mungkin digambarkan sebagai “terang dalam kegelapan”.
Berikut adalah bentuk-bentuk perawatan kesehatan mental yang dilakukan di
berbagai Negara:

1. Switzerland
Paracelsus (Theophrastus von Hohenheim, 1493-1541) menolak demonologi dan
mengakui penyebab-penyebab psikologis penyakit mental, dan mengajukan suatu teori
tentang “magnetisme tubuh” – ia dapat disebut sebagai pendahulu hipnosis. Seperti
Hippokrates ia juga berbicara mengenai sifat seksual dari histeria. Tetapi sama seperti
orang-orang lain pada masa itu Dancing mania dalam pandangan Paracelsus bukan
disebabkan karena kerasukan roh jahat atau setan, melainkan suatu bentuk penyakit dan
juga harus dirawat sebagai penyakit.

2. Jerman
Heinrich Cornelius Agrippa (1486-1535) berjuang melawan kemunafikan dan
pelaksanaan yang menimbulkan korban dari Inquisisi. Ia seorang sarjana dan pengacara
kota Metz, kemudian dianiaya dan dicaci-maki karena pandangan-pandanganya. Ia
meninggal dalam kemiskinan.
Johann Weyer (1515-1588) adalah seorang dokter yang belajar pada Agrippa. Ia
lahir di Grave (1515), negeri Belanda di tepi sungai Meuse. Kemudian, ia pergi ke Paris
untuk meraih gelar doktor dalam ilmu kedokteran pada tahun 1537. Meskipun ia mahir
dalam beberapa bidang pengobatan fisik, namun ia sangat menaruh perhatian terhadap
kekalutan-kekalutan mental. Selama abad ke-16, satu juta orang dikatakan telah dibakar
karena menggunakan ilmu sihir. Korbannya mungkin akan ber-tambah banyak
seandainya tidak ada Weyer. Dalam karyanya ia memasukkan perawatan psikiatrik ke
dalam ilmu kedokteran yang digunakannya untuk pasien-pasiennya. Ini menandai
permulaan psikiatri sebagai spesialisasi ilmu kedokteran yang baru.
Pada tahun 1563 ia menunjukkan dalam bukunya bahwa sejumlah orang yang
dipenjara, disiksa, dan dibakar karena menggunakan ilmu sihir sebenarnya sakit mental
dan badaniah, dan oleh karena itu telah dilakukan kesalahan-kesalahan besar terhadap
orang-orang yang tidak bersalah. Johann Weyer sering disebut sebagai “Pendiri
Psikiatri Modern”

3. Perancis
Vinsensius de Paul (1581-1660) menganjurkan suatu pendekatan yang lebih
manusiawi terhadap para pasien sakit mental. Vinsensius menekankan bahwa penyakit
mental sama sekali tidak berbeda dengan penyakit fisik. Di rumah sakit yang
didirikannya di St. Lazare, ia mempraktekkan apa yang dianggapnya sebagai prinsip
dasar Kristiani, yakni orang harus merawat secara manusiawi baik para pasien sakit
mental maupun para pasien sakit fisik.
Meskipun ada sedikit kemajuan pada abad ke-16 dan ke-17, namun hasil-hasil
yang dicapai masih lebih kurang dibandingkan pada abad berikutnya. Demonologi
berkat kemajuan-kemajuan ilmiah lambat laun dipaksa memberi jalan bagi kemajuan
ilmu pengetahuan eksperimental dan psikopatologi modern. Berkat kemajuan-kemajuan
itu, maka pendekatan terhadap orang-orang yang sakit mental semakin bertambah
ilmiah dan manusiawi.

E. Abad XVII – Abad XX


Peralihan dari pendekatan demonologis ke pendekatan ilmiah terhadap penyakit
mental tidak terjadi dalam waktu yang singkat. Di Perancis, misalnya, hukuman mati bagi
tukang sihir tidak dicabut sampai tahun 1862.
Hanya perlu dicatat di sini bahwa pada awal abad ke-18, yang dilihat sebagai “Zaman
Rasio”, perhatian dipusatkan pada klasifikasi dan sistem, suatu hal yang mungkin sama
dengan analisis sistem. Kemajuan-kemajuan dalam ilmu kedokteran fisik dicapai dengan
identifikasi, penyelidikan, dan usaha untuk secara rasional mengobati banyak penyakit
yang sampai saat itu dilihat sebagai sesuatu yang misterius dan magis.

1. Perancis
Philippe Pinel (1745-1826) memulai karyanya pada pengobatan psikiatri pada
permulaan aad ke-19 segera setelah revolusi. Ia ditetapkan sebagai dokter yang
bertanggung jawab terhadap La Bicêtre, rumah sakit mental di Paris. Perhatian dan
dedikasinya terhadap kesejahteraan para pasien sakit mental begitu menonjol sehingga
ia dikenal sebagai “Pembebas Orang Gila”. Pinel menganjurkan perubahan-perubahan
bentuk perawatan para pasien mental. Anjuran-anjurannya yang positif mengenai
pengendalian kasus-kasus yang berat, pelepasan pasien-pasien dari rantai, dan
permintaannya agar rekan-rekannya memperlakukan pasien-pasien mental sebagai
orang-orang sakit dan tidak sebagai orang-orang jahat yang kerasukan setan telah
menyebabkan ia mendapat julukan “Bapak Psikiatri”
Pengganti Pinel, yakni Jean Entiene Esquirol (1772-1840) meneruskan karya besar
yang dirintis Pinel dan selain itu ia juga bekerja sama dalam mendirikan 10 rumah sakit
baru yang membantu menempatkan Perancis pada garis terdepan psikiatri modern.

2. Inggris
William Tuke (1732-1822) mendirikan “York Retreat” pada waktu Pinel
mereorganisasikan rumah sakit mental di Perancis. York Retreat adalah sebuah rumah
sakit di pedesaan, tempat yang menyenangkan di mana pasien-pasien mental tinggal,
bekerja, dan beristirahat dalam suasana religius yang ramah. Usaha Tuke itu lambat
laun mendapat dukungan dari John Conolly (1794-1866) yaitu pendiri asosiasi
kedokteran yang dan kemudian menjadi British Medical Association. Pada tahun 1841
Hitch mulai menggunakan perawat-perawat wanita yang terlatih di bangsal-bangsal
Rumah Sakit Jiwa Gloucester. Pembaruan-pembaruan tersebut, yang dipandang sangat
revolusioner pada waktu itu, sangat penting karena mereka tidak hanya memperbaiki
perawatan pasien-pasien mental saja, tetapi juga memunculkan suatu sikap masyarakat
yang lebih baik karena penyakit mental diangkat ke tingkat yang sama dengan penyakit
fisik.

3. Jerman
Anton Müller (1755-1827) yang bekerja di sebuah rumah sakit mental,
menyarankan perawatan yang manusiawi terhadap orang-orang gila dan menentang
kekangan-kekangan yang sangat kejam terhadap para pasien sakit mental.

4. Italia
Vicenzo Chiarugi (1759-1820) menerbitkan bukunya yang ber-judul Hundred
Observations mengenai para pasien sakit mental dan menuntut perawatan yang
manusiawi bagi orang-orang gila (sakit jiwa).

5. Amerika Latin
Asilum pertama untuk orang gila di Amerika Latin adalah San Hipolito, yang
diorganisir pada tahun 1566 atau 1570 oleh Bernadino Alvarez di Mexico City, tetapi
sulit mengatakan apakah asilum ini benar-benar lebih daripada tempat kurnungan. Di
Amerika Latin rumah sakit mental yang paling awal mulai muncul pada tahun 1820-an.
Pada tahun 1847 para pengunjung ke Meksiko dan Peru melaporkan bahwa “orang-
orang gila” dipakai sebagai hiburan untuk masyarakat umum yang membayar untuk
pertunjukan itu (sama seperti yang dilakukan di Bedlam tiga abad sebelumnya).

6. Amerika Serikat
Di Philadelphia, Blockley Insane Asylum dibuka pada tahun 1752. Satu-satunya
lembaga untuk orang-orang yang mendapat kekalutan mental di Amerika Serikat
sebelum abad ke-19 adalah Eastern State Lunatic Asylum di Virginia, yang dibuka pada
tahun 1773.
Keberhasilan dari eksperimen Pinel dan Tuke dalam metode-metode yang lebih
berperikemanusiaan menimbulkan revolusi pada perawatan para pasien sakit mental di
seluruh dunia yang beradab. Di Amerika Serikat, perawatan yang berperikemanusia-an
terhadap orang yang sakit mental/jiwa dipelopori oleh Benjamin Rush (1745-1813)
yang diterima sebagai “Bapak Psikiatri Amerika” dari Rumah Sakit Pennsylvania
tempat ia mulai bekerja pada tahun 1783. Rush mendorong perawatan yang lebih
manusiawi terhadap para pasien sakit mental dan menulis karangan pertama yang
sangat berpengaruh tentang psikiatri di Amerika, dan dialah orang Amerika pertama
yang memberikan pelajaran psikiatri.
Revolusi pertama untuk menangani secara manusiawi dan memperbaiki lembaga-
lembaga penyakit mental, dimulai oleh seorang guru wanita dari Massachusetts,
Dorothea Lynde Dix (1802-1887). Ia melakukan kampanye yang militan bagi
pembaruan perawatan para pasien sakit mental. Di New York usaha-usahanya
menghasilkan the State Care Act tahun 1889 yang mengakhiri pengurungan orang-
orang yang mendapat gangguan mental di penjara-penjara dan rumah-rumah miskin.
Pengaruhnya juga terasa di Kanada, Skotlandia, dan Inggris.
Pada waktu Clifford W. Beers menjadi mahasiswa muda di Universitas Yale,
saudara laki-lakinya terserang epilepsi. Karena melihat saudaranya yang menderita
akibat serangan-serangan penyakit tersebut selama 6 tahun, maka Beers berpikir bahwa
ia juga bisa menjadi korban epilepsi. Percobaan bunuh diri dengan cara menjatuhkan
diri dari lantai keempat rumahnya itu memperberat kerusakan mentalnya sehingga
orang tuanya memasukkannya ke rumah sakit negeri pada tahun 1900.
Selama 3 tahun ia dirawat di rumah sakit negeri dan swasta di Connecticut. Beers
mengalami perlakuan yang tidak manusiawi dari pegawai-pegawai rumah sakit itu. Ia
dipukul dengan kejam dan ditahan dalam sel gelap dan lembab serta tetap memakai
baju tidur dan terikat selama beberapa jam. Dalam saat-saat heningnya ia mencatat
dalam pikirannya hukuman-hukuman kejam yang telah dialaminya. Pada awal masa
pengurungannya, ia memutuskan untuk mempelajari sebanyak-banyaknya cara kejam
yang dilakukan oleh para pegawai rumah sakit terhadap pasien-pasien mental dengan
tujuan supaya mendapat perhatian masyarakat di kemudian hari.
Clifford Beers keluar dari rumah sakit pada tahun 1903 sebagai seorang yang
waras dengan semangat seorang misionaris untuk melindungi pasien-pasien mental
yang ditempatkan di rumah sakit mental dari kekejaman-kekejaman dan kesewenang-
wenangan para pegawainya. Dalam waktu 5 tahun berikutnya, ia menulis autobiografi
yang berjudul “A Mind that Found Itself”. Buku ini yang diterbitkan pada bulan Maret
tahun 1908 dan dicetak kembali lebih dari 30 kali selama dasawarsa-dasawarsa
berikutnya menimbulkan suatu gejolak yang hebat dalam perubahan-perubahan dan
membangkitkan perhatian dan dukungan orang-orang terkemuka seperti Dr. William
James, seorang psikolog Amerika yang termasyhur dan Dr. Adolph Meyer, direktur
terpandang dari suatu lembaga psikiatri. Dr. William James-lah yang menulis kata
pengantar autobiografi Beers.
Dr. Adolph Meyer menganjurkan istilah mental hygiene sebagai nama yang tepat
untuk gerakan yang diprakarsai oleh Cliffor W. Beers. Lembaga ini mengangkat Beers
sebagai sekretaris asosiasi itu selama hidupnya.
Tujuan utama dari lembaga ini adalah bekerja untuk memelihara kesehatan mental
dan membantu mencegah gangguan-gangguan saraf dan mental serta cacat-cacat
mental; membantu mengangkat taraf perawatan para pasien setiap gangguan atau cacat
tersebut; memperoleh dan menyebarkan informasi yang dapat diandalkan tentang
masalah-masalah tersebut; bekerja sama dengan badan-badan atau pejabat-pejabat
federal negara bagian dan lokal serta badan-badan publik dan privat yang karyanya ada
hubungannya dengan lembaga ilmu kesehatan mental.
Sebagai puncak dari gerakan besar yang dimulai di New Haven, Connecticut ini,
maka dibentuk Federasi Dunia Kesehatan mental pada tahun 1948. Ini dilakukan dalam
Kongres International III yang berlangsung di London. Federasi dunia ini mendapat
partisipasi aktif dari semua badan PBB yang ada hubungannya dengan kesehatan
mental. Sejak organisasi yang meliputi seluruh dunia itu didirikan, pemeliharaan
kesehatan mental telah menjadi perhatian dunia.

Latihan
Bentuk kelompok kecil, diskusikan bagaimana perkembangan gerakan kesehatan mental
berdasarkan klasifikasi zaman.
Rangkuman
Sejarah Kesehatan Mental terdapat beberpa fase sejarah yaitu diantaranya zaman pra
sejarah, peradaban-peradaban awal, abad pertengahan, zaman renaisanse, abad ke XVII –
Abad XX dan yang terakhir adalah abad psikiatri. Setiap fase terdiri atas paradigma masing-
masing mengenai kesehatan mental.
Khusus untuk masyarakat Indonesia, masalah kesehatan mental saat ini belum begitu
mendapat perhatian yang serius. Krisis yang saat ini melanda membuat perhatian terhadap
kesehatan mental kurang terpikirkan. Kita mungkin merasa aneh bila kita membaca sejarah
masa lampau bahwa deonologi digunakan untuk menjelaskan gangguan mental dan
penyiksaan digunakan untuk merawat individu yang mengalami gangguan mental tetapi kita
juga mengakui masih tetap berpendirian bahwa gangguan mental tetap dihubungkan dengan
setan-setan, roh jahat, nenek moyang, untuk menjaga kesehatan mental dan emosional, orang
masih percaya bahwa orang-orang harus menyenangi Allah atau roh nenek moyang atau
berusaha menghindari pengaruh jahat atau setan. Dalam kelompok masyarakat tertentu
mental yang sehat dilihat sebagai hasil dari usaha tetap menjaga antara lain fisik, spiritual dan
behavioral.
Tes Formatif
Jawablah soal-soal dibawah ini dengan uraian yang tepat.
1. Bagaimana perlakuan masyarakat prasejarah terhadap orang-orang yang mengalami
gangguan kesehatan mental?
2. Jelaskan poin maksud dari konsep kesehatan mental yang dikemukakan oleh Hippokrates!
3. Jelaskan poin utama perkembangan gerakan kesehatan mental pada abab pertengahan!
4. Jelaskan poin utama perkembangan gerakan kesehatan mental pada abab XVII-XX!
5. Jelaskan poin utama perkembangan gerakan kesehatan mental pada paradigma psikiatri!

Anda mungkin juga menyukai