Anda di halaman 1dari 16

Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental

Sejarah yang tercatat melaporkan berbagai macam interpretasi mengenai penyakit mental dan
cara-cara menguranginya.Dan kali ini,saya akan membahas sejarah singkat perkembangan
kesehatan mental, mulai dari zaman prasejarah,peradaban-peradaban awal,abad
pertengahan,zaman renaisans,abad XVII-Abad XX dan psikiatri.

Ø Zaman Prasejarah
Manusia purba sering mengalami gangguan gangguan baik mental maupun fisik,tetapi
manusia purba benar-benar berusaha mengatai penyakit mental.Ia memandang dan merawatnya
sama halnya dengan penyakit fisik lainnya.Baginya gigi yang sakit dan seorang yang gila
disebabkan oleh penyebab yang sama, yakni roh-roh jahat,halilintar,atau mantera musuh.Jadi
untuk penyakit mental atau fisik digunakan perawatan seperti
menggosok,menjilat,mengisap,memotong dan membalut.Tapi sungguh menggembirakan karena
para pasien penyakit mental diperlakukan secara manusiawi.

Ø Peradaban-peradaban awal
Dalam peradaban awal di Mesopotamia,Mesir,Yahudi,India,Cina dan benua Amerika,imam
imam dan tukang sihir merawat orang-orang yang sakit mental.Sepanjang zaman kuno (dari
5000 tahun SM sampai 500 M)penyakit mental menjadi hal yang umum.Di Babilonia dan
Mesopotamia,penyakit mental dihubungkan dengan setan dan pengobatannya dilakukan dengan
upacara agama dan upacara magis supaya setan keluar dari tubuh pasien.Di Mesir dikembangkan
terapi untuk pasien berupa rekreasi dan pekerjaan,serta diterapkan semacam psikoterapiyang
serupa dengan beberapa pendekatan modern untuk mengobati penyakit mental..Di Yahudi orang
mengartikan penyakit mental sebagai hukuman dan pengobatannya hanyalah dengan cara
bertobat pada-Nya.Namun lain hal nya dengan Persia, disana setan-setan dipersalahkan karena
menyebabkan penyakit-penyakit mental dan segala penyakit lain.Di Cina,orang-orang
memandang bahwa gangguan mental dilihat sebagai penyakit dan dianggap sebagai gangguan
proses alam atau ketidakseimbangan antara Yin dan Yang.Sedangkan masyarakat di Afrika
berpendapat bahwa gangguan-gangguan fisik dan mental disebabkan oleh musuh,roh jahat atau
oleh nenek moyang yang marah.Dan di Yunani, para pasien sakit mental dibawa ke kuil kuil
kesehatan di mana perawatannya bertujuan untuk menghilangkan penyebab gangguan mental.

Ø Abad Pertengahan
Dengan hancurnya peradapan Yunani-Romawi,kemajuan ilmu pengetahuan mengalami
kemunduran.Banyak hal dalam ilmu kedokteran yang tidak diteruskan dan hal yang lebih buruk
seperti takhayul dan ilmu tentang setan dihidupkan kembali.Dalam periode abad 10-
15,berkembang dancing mania dimana sejumlah orang menari secara liar.Masa abad ke-15
sampai 18 para pasien penyakit mental dianggap sebagai kerasukan setan dan perawatannya
dengan cara mengusir keluar setan dengan cara menghukum atau menyiksanya.

Ø Zaman Renaisans
Meskipun para pasien penyakit mental tenggelam dalam dunia takhayul dan lingkungan yang
tidak berperikemanusiaan,namun di negara-negara tertentu di Eropa suara-suara diteriakan oleh
tokoh agama,ilmu kedokteran dan filsafat.Usaha-usaha mereka selama masa tersebut mungkin
digambarkan sebagai "terang dalam kehidupan".Di Switzerland mengakui penyebab penyakit
mental dan menolak kaitan demonology.Sedangkan di Perancis menganggap bahwa penyakit
mental tidak berbeda dengan penyakit fisik dan pasien harus diperlakukan secara manusiawi.

Ø Abad XXVI-XX
Pada awal abad ke-18 dilihat sebagai "Zaman Rasio",perhatian dipusatkan pada klasifikasi
dan sistem,suatu hal yang mungkin sama dengan klasifikasi sistem.Pada zaman ini,baik di
Perancis,Inggris,Jerman,Italia,Amerika Latin,Amerika Serikat, lebih mengedepankan pada
perilaku yang berperikemanusiaan untuk menghadapi serta menangani orang-orang yang
memiliki penyakit mental.Di Perancis,Pinel mempelopori perlakuan dan pemahaman manusiawi
terhadap orang-orang yang mengalami kekalutan mental.Pinel ditetapkan sebagai Bapak Psikiatri
yang telah meletakan dasar psikiatri bagi masa yang akan datang.Ia kemudian diserahkan tugas
dan tanggung jawab atas rumah sakit Salpetriere.Rumah sakit Salpetriere dan Bicetere sebagai
rumah sakit modern pertama untuk para pasien sakit mental.Pada tahun 1908,Clifford Beers yang
pernah menjadi pasien Rumah Sakit jiwa menulis buku "A Mind That Found It Self" yang
memberikan efek menyebarkan visi mengenai gerakan kesehatan mental.

Ø Psikiatri
Pada tahun 1800-an ada usaha untuk menolong paien sakit mental,tetapi dokter-dokter belum
menemukan penyebab,pencegahan dan penyembuhan yang efektif untuk penyakit mental
walaupun mereka sudah mengklasifikasikan beribu ribu macam kekalutan mental.Pada abad 19
kesehatan mental berkembang pada 4 bidang umum,yaitu perlakuan terhadap pasien sakit mental
yang lebih manusiawi dan rasional oleh masyarakat,langkah-langkah untuk memperbaiki
lembaga untuk penyakit mental,perhatian para penulis besar dan filsufyang berpengaruh pada
psikologi dan tingkah laku manusia dan sistem klasifikasi yang komprehensif bagi kekalutan
mental.Tokoh yang paling berpengaruh dalam bidang psikiatri pada akhir abad ke-19 dan awal
abad ke-20 adalah Emil Kraepelin.Di tahun 1883,ia menerbitkan buku pelajaran yang
menguraikan penyakit mental berdasar patologi organik.Ia mengembangkan sistem teoritis
menjadi dua katagori besar yang disebabkan oleh faktor-faktor endogen(dari dalam tubuh) dan
faktor-faktor eksogen (dari luar tubuh).

Sejarah perkembangan kesehatan mental terbagi menjadi 2 periode yaitu periode pra ilmiah
dan periode ilmiah:

1. Periode Pra Ilmiah


Sejak jaman dulu sikap terhadap gangguan mental telah muncul dalam konsep primitif
animeisme (kepercayaan roh-roh / dewa-dewa). Orang Yunani percaya bahwa gangguan mental
terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya,
merka mengadakan perjamuan.
Perubahan sikap terhadap tradisi animisme terjadi pada jaman Hipocrates (460-467). Dia dan
pengikutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan kesehatan mental,
yaitu dengan pendekatan naturalisme. Aliran berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik
akibat dari alam.
Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi.
Dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat politik dan sosial untuk
memecahkan problem penyakit mental. Ia seorang kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Dirumah
sakit ini pasienya yang maniac dirantai, diikat ditembok, ditempat tidur selama 20 tahun atau
lebih. Akhirnya, banyak yang berhasil.
2. Era Ilmiah (Modern)
Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan era gangguan mental yaitu dari animisme
(irrasional) dan tradisional kesikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi saat berkembangnya
psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush
(1745-1813) sebagai staff medis di rumah sakit Penisylvania, terdapat 24 pasien yang dianggap
lunaties (orang0orang gila atau sakit ingatan). Rush melakukan usaha lain selain mengurung dan
mengguyur air terhadap pasienya, yaitu dengan cara : memberikan motivasi (dorongan) untuk
ingin bekerja, refreshing (mencari kesenangan).
Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran, dan inspirasi para
ahli, terutama 2 tokoh perintis ini yaitu : Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers
orang yang mendedikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan gangguan mental. Berkat usaha
Dix dia dapat membangun 32 rumah sakit jiwa di Amerika.
Selama dekade 1900-1909 beberapa organisasi kesehatan mental telah didirikan, seperti
American Social Hygiene Association (ASHA) dan American Federation For Sex Hygiene.
Perkembangan gerakan kesehantan mental tidak lepas dari Clifford Whittingham Beers (1876-
193) karena jasanya ia dinobatkan sebagai “The Founder Of The Mental Hygiene Movement”.
Beers juga mengeluarkan Otobiografinya sebagai mantan penderita gangguan mental yang
berjudul “A Mind That Found Itself” dan dia juga merancang program yang bersifat nasional
untuk mereformasikan program, penyebaran informasi, prndorongan agar dilakukan penelitian
lebih lanjut dan pengembangan praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental.
Aldof Mayer yang tertarik terhadap program Beers menamakan gerakan itu dengan nama
“Mental Hygiene”. Tahun 1908 sebuah organisasi pertama didirikan dengan nama Connectievt
Society For Mental Hygiene. Tahun 19 febuari 1909 didirikan National Commitye Siciety For
Mental Hygiene, Berrs menjadi sekretarisnya. Tujuan organisasi ini bertujuan melindungi,
menyusun perawatan, meningkatkan studi, menyebarkan pengetahuan dan mengkoordinasikan
lembaga-lembaga untuk pasien gangguan mental.
Pada tanggal 3 juli 1946, presiden Amerika Serikat menandatangani “The National Mental
Health Act”. Dokumen blueprint yang komprehensif, berisi program jangka panjang untuk
meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat. Pada tahun 1950 organisasi mental
terus bertambah dengan berdirinya National Association For Mental Health berkerjasama dengan
3 organisasi yaitu : National Commitye Siciety For Mental Hygiene, National Mental Health
Foundation, dan Psychiatric Foundation. Kesehatan mental terus berkembang tahun 1075 di
Amerika serika terdapat lebih dari 1000 tempat perkumpulan kesehatan mental. Dibelahan dunia
lain gerakan kesehatan mental dikembangkan melalui World Federation For Mental Health
Organization.
Psikologi kesehatan dimulai tahun 1970-an hingga awal 1980-an. Seiring datangnya abad 21
kita melihat pisikologi kesehatan tumbuh dengan sangan signifikan. Komunitas dan asosiasi
psikologis mulai membentuk divisi atau departemen sendiri. Pertarunagn secara teoritis dan
historis untuk memahami kaitan antara mental (pikiran, emosi dll.) dengan kondisi sehat
(fisiologis).

Konsep Sehat Berdasarkan Beberapa Dimensi


Konsep Sehat itu adalah sebuah keadaan normal yang sesuai dengan standar yang
diterima berdasarkan kriteria tertentu, sesuai jenis kelamin dan komunitas masyarakat. Itu adalah
pengertian sehat yang saya mengerti pada awalnya. Dan setelah sekian lama Sehat Kita Semua
tidak memposting makan pada kali kesempatan ini setelah vakum cukup lama akan memberikan
hal sedikit tentang beberapa hal yangb berhubungan dengan konsep dan pengertian sehat ini.
Hidup sehat dan dalam kesehatan akan sangat membantu kita dalam melakukan berbagai
macam aktifitas kehidupan sert arutinitas yang bisa dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.
Karena bila dalam keadaan sekita atau poun kurang sehat maka hal ini akan mempengaruhi akan
produktifitas kita juga.
Dimulai dari apa yang dimaksud dengan pengertian sehat ini. Pengertian sehat menurut
WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari
penyakit atau kelemahan. Dan beberapa pengertian sehat lainnya yaitu diantaranya:
Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan
orang lain (aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten
sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas struktural. (
Menurut Pender, 1982 )
Sehat / kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.( Menurut UU N0.
23/1992 tentang kesehatan)
Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care Resouces) yang
menjamin tindakan untuk perawatan diri ( self care actions) secara adekuat. Self care Resouces :
mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. Self care Actions merupakan perilaku yang
sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi
psikososial dan spiritual. (Menurut Paune, 1983)

I. TEORI
Konsep Sehat Berdasarkan Dimensi :
1. Dimensi Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti
kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang
khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak
Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu.
Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara
fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan
salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator
perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia.
(Prawitasari,1995)
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates.
Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka),
Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan
tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta).
Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda
jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu :
a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa
c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang,
ngeri
d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga
e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, dan
kemesraan
f. Terkejut : terkesiap, terkejut
g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
h. Malu : malu hati, kesal
Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam
menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan
pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan
emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani
menjadi sia-sia
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pengertian Emosi adalah suatu
perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap
stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.

2. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi ini, seseorang memiiki intelegensi yang cukup tinggi. Dalam dimensi ini ia
mampu menyerap berbagai pelatihan atau pendidikan dengan penyerapan yang lebih cepat, serta
mudah memahami berbagai aspek materi tanpa mengalami kesulitan dalam proses kognitif
dalam belajar. Tidak semua orang mengalami kesehatan intelektual secara utuh karena sehat
secara intelektual merupakan sebagian dari proses bawaan, juga proses pembiasaan dan latihan.

3. Dimensi Sosial
Dimensi Sosial yaitu dimensi yang melihat dari tingkah laku manusia dalam kelompok
sosial, keluarga dan sesama lainnya serta penerimaan norma sosial dan pengendalian tingkah
laku. Kesehatan Sosial dapat dilihat dari kemampuan untuk membuat dan mempertahankan
hubungan dengan orang lain, perilaku kehidupan dalam masyarakat. Kesehatan sosial dapat
dilihat juga dari kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupan pribadi dan
keluarganya sehingga memungkinkan bekerja, beristirahat dan menikmati hiburan pada
waktunya (UU No 9: pasal 3). Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan
dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau
kepercayan, status sosial,ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan
aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan masyarakat
yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta
masyarakat umum.

4. Dimensi Fisik
Dimensi Fisik merupakan dimensi yang dapat ditelaah secara langsung atau memiliki
dimensi yang paling nyata. Kesehatan fisik dapat dilihat dari kemampuan mekanistik dari tubuh.
Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya
keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal
atau tidak mengalami gangguan. Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat
seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir
rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak,
gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.

5. Dimensi Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup
nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan
mencari harapan dan arti dalam hidup.
Spiritual bertindak sebagai suatu tema yang terintegrasi dalam kehidupan seseorang. Spiritual
seseorang akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap kesehatan dilihat dari perspektif yang
luas. Fryback (1992) menemukan hubungan kesehatan dengan keyakinan terhadap kekuatan
yang lebih besar, yang telah memberikan seseorang keyakinan dan kemampuan untuk mencintai.
Kesehatan dipandang oleh beberapa orang sebagai suatu kemampuan untuk menjalani kehidupan
secara utuh. Pelaksanaan perintah agama merupakan suatu cara seseorang berlatih secara
spiritual.

II. CONTOH KASUS


Sheyna, 13 tahun, memiliki orangtua yang overprotective dan sangat menuntut supaya Sheyna
mengikuti apa saja perintah yang diberikan kepadanya.
Sheyna merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara, dan hanya ia yang perempuan. Sheyna
menganggap dirinya sangat bergantung pada orangtua, ditambah lagi orangtua memperlakukan
Sheyna seperti anak kecil yang berusia di bawah usia dirinya.

Kedua kakak Sheyna sangat pembangkang bahkan kakak pertama Sheyna (18 tahun)
pernah blak-blakan mengaku kepada orangtua mereka bahwa ia telah melakukan aktivitas
seksual dengan teman di sekolah. Tentu saja, orangtua menjadi sangat marah, apalagi orangtua
sangat strict terhadap isu-isu seksual. Bahkan, orangtua selalu membahas kepada Sheyna dan
kedua kakak bahwa virginity itu harus dijaga hingga kelak menikah. Kondisi kakaknya ini
berbanding terbalik dengan Sheyna yang sangat pasif dan penurut, serta menjadi satu-satunya
anak yang dianggap “baik” oleh orangtuanya sehingga Sheyna dijuluki “Little Miss Perfect”.

Ada riwayat sakit mental di dalam keluarga Sheyna. Nenek kandung Sheyna dari pihak Ibu serta
Bibi Sheyna dari pihak Ayah sama-sama menderita depresi.

Sheyna mengalami insomnia sejak ia berusia 10 tahun. Setiap malam ia mengalami kesulitan
untuk tidur dan akhirnya mengganggu kegiatan belajar di sekolah. Nilai Sheyna sampai
mengalami penurunan yang cukup parah, sehingga orangtua memutuskan supaya Sheyna
menjalani home-schooling saja supaya Sheyna dapat mengatur waktu kapan untuk belajar.
Perilaku insomnia ini dialami Sheyna pasca pertengkaran hebat di dalam keluarga, di mana
kakak pertama Sheyna ternyata sampai menghamili temannya di sekolah. Pada saat itu, kondisi
rumah sangat “panas”, Ayah dan Ibu selalu bertengkar setiap ada kesempatan di pagi-siang-sore-
malam. Keadaan semakin memanas karena kakak pertama Sheyna sempat kabur dari rumah
bersama teman yang ia hamili, sehingga memicu pertengkaran antara keluarga Sheyna dengan
keluarga yang anaknya dihamili oleh kakak Sheyna tersebut. Kondisi tersebut berlangsung
hingga kurang-lebih dua bulan dan sejak itu, Sheyna sulit sekali memejamkan mata seberapa pun
dirinya mengantuk karena bayangan pertengkaran dan suasana memanas itu selalu menghantui
Sheyna. Untuk pertama kalinya, di masa sebulan itu, Sheyna mengalami ledakan emosi yang
tinggi.

Sejak saat itu, Sheyna juga semakin sering menyendiri di dalam kamar untuk menghindari
pertengkaran. Bagi Sheyna, dia menjadi lebih rileks dengan berada di dalam kamar. Dia juga
semakin bisa berpikir, mencari tahu, dan menganalisa segala hal yang ia senangi. Sheyna tertarik
dengan politik dan memiliki pemikiran tersendiri tentang politik, misalnya ia percaya bahwa
dirinya merupakan reinkarnasi dari seorang politikus Romawi di masa lalu.

Keluarga dan teman-teman Sheyna melihat Sheyna sebagai orang yang sangat rapi dan
teroganisir. Sheyna senang menuliskan apapun ide-ide yang ia miliki dan menuliskan di
buku diary, komputer, bahkan dinding kamarnya penuh dengan papernote yang ditempelkan
secara berantakan dan berisi ide-idenya tersebut. Kebanyakan ide yang Sheyna tuliskan berisi
tentang hal-hal yang selama ini dianggap tabu untuk dibicarakan di dalam keluarganya, seperti
tentang dorongan seksual dan tingkat spiritualitas. Aktivitas ini semakin menjadi-jadi saat ia
merasakan gairah luar biasa untuk melakukan sesuatu.

Selama proses pertengkaran di dalam keluarganya, Sheyna sempat mengalami depresi dan
depresi yang ia miliki semakin menjadi-jadi karena hingga saat ini Sheyna masih menderita
insomnia. Sheyna juga menderita kesulitan untuk makan dan konsentrasi. Di puncak depresinya,
Sheyna akhirnya beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri. Beruntung, Ibu selalu
menemukan Sheyna tepat waktu sehingga Sheyna masih bisa diselamatkan.

III. ANALISIS KASUS


Sheyna menunjukkan simptom perilaku yang mengarah ke Bipolar I Disorder. Sheyna
meyakini bahwa dirinya merupakan reinkarnasi dari politisi Romawi di masa lalu, yang
menunjukkan simptop psikotis ada pada dirinya. Simptom psikotis sendiri hanya muncul pada
Bipolar I Disorder. Sheyna juga menunjukkan perilaku mania dengan cara menuliskan semua
ide-ide yang ia miliki di buku diary, komputer, bahkan papernote yang ditempel berantakan di
dinding kamarnya. Ide-ide tersebut termasuk pula ide-ide yang sebenarnya selalu tabu untuk
dibicarakan di dalam keluarga (tentang seksualitas dan spiritualitas). Perilaku ini jelas berbeda
dengan kebiasaan Sheyna yang selalu rapi dan terorganisir. Kemunculan perilaku mania ini
dibarengi pula dengan kemunculan perilaku depresi yang membuat Sheyna sampai beberapa kali
melakukan percobaan bunuh diri.

Pada kasus Sheyna, ditemukan bahwa ada riwayat genetis di dalam keluarga dekatnya yang
memiliki gangguan depresi, yaitu Nenek kandung Sheyna dari pihak Ibu serta Bibi Sheyna dari
pihak Ayah. Perlu ada pemeriksaan mendalam tentang apakah kasus Sheyna terkait dengan
riwayat genetis di dalam keluarganya. Tetapi, kemungkinan itu tetap ada.

BD yang diderita Sheyna merupakan masalah yang perlu penanganan hingga seumur hidup
karena tidak dapat dengan mudah ditentukan bahwa gejala mania dan depresi yang diderita
Sheyna tidak akan lagi muncul di masa depan. Cara terbaik untuk memberikan treatment kepada
Sheyna adalah dengan memberikan pengobatan medis yang tepat serta menjalani psikoterapi.
Misalnya, mengkombinasikan pemberian obat antipsychotic (seperti: Seroquel) dan mood-
stabilizer (seperti: Lithium), ditambah psikoterapi (seperti: terapi regulasi emosi, anger
management untuk membantu Sheyna dalam mengatasi mania dan depresi yang muncul di
dirinya).

REFERENSI
http://jumiatundiniah.blogspot.com/2013/04/konsep-kesehatan-dari-berbagai
dimensi.htmlhttp://ariefksmwrdn.blogspot.com/2015/03/pengertian-kesehatan-mental-
konsep.html
http://dinnyanggraini.blogspot.com/2012/03/sejarah-perkembangan-kesehatan-mental.html
https://kolompsikologi.wordpress.com/2013/10/19/bipolar-anak/
Semiun,Yustinus.2006.Kesehatan Mental 1.Yogyakarta:Penerbit Kanisius.
Kholil Rochman Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto : Fajar Media Press.
Ian P. Albery dan Marcus Munafo. 2011. Psikologi Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Setia.
Burhanuddin, Yusak. 1999. Kesehatan Mental.Bandung: CV Pustaka Setia.
Riyanti, D.B.P. & H. Prabowo. (1998). Psikologi Umum 2. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental

Sejarah yang tercatat melaporkan berbagai macam interpretasi mengenai penyakit mental dan
cara-cara menguranginya.Dan kali ini,saya akan membahas sejarah singkat perkembangan
kesehatan mental, mulai dari zaman prasejarah,peradaban-peradaban awal,abad
pertengahan,zaman renaisans,abad XVII-Abad XX dan psikiatri.

Ø Zaman Prasejarah
Manusia purba sering mengalami gangguan gangguan baik mental maupun fisik,tetapi
manusia purba benar-benar berusaha mengatai penyakit mental.Ia memandang dan merawatnya
sama halnya dengan penyakit fisik lainnya.Baginya gigi yang sakit dan seorang yang gila
disebabkan oleh penyebab yang sama, yakni roh-roh jahat,halilintar,atau mantera musuh.Jadi
untuk penyakit mental atau fisik digunakan perawatan seperti
menggosok,menjilat,mengisap,memotong dan membalut.Tapi sungguh menggembirakan karena
para pasien penyakit mental diperlakukan secara manusiawi.

Ø Peradaban-peradaban awal
Dalam peradaban awal di Mesopotamia,Mesir,Yahudi,India,Cina dan benua Amerika,imam
imam dan tukang sihir merawat orang-orang yang sakit mental.Sepanjang zaman kuno (dari
5000 tahun SM sampai 500 M)penyakit mental menjadi hal yang umum.Di Babilonia dan
Mesopotamia,penyakit mental dihubungkan dengan setan dan pengobatannya dilakukan dengan
upacara agama dan upacara magis supaya setan keluar dari tubuh pasien.Di Mesir dikembangkan
terapi untuk pasien berupa rekreasi dan pekerjaan,serta diterapkan semacam psikoterapiyang
serupa dengan beberapa pendekatan modern untuk mengobati penyakit mental..Di Yahudi orang
mengartikan penyakit mental sebagai hukuman dan pengobatannya hanyalah dengan cara
bertobat pada-Nya.Namun lain hal nya dengan Persia, disana setan-setan dipersalahkan karena
menyebabkan penyakit-penyakit mental dan segala penyakit lain.Di Cina,orang-orang
memandang bahwa gangguan mental dilihat sebagai penyakit dan dianggap sebagai gangguan
proses alam atau ketidakseimbangan antara Yin dan Yang.Sedangkan masyarakat di Afrika
berpendapat bahwa gangguan-gangguan fisik dan mental disebabkan oleh musuh,roh jahat atau
oleh nenek moyang yang marah.Dan di Yunani, para pasien sakit mental dibawa ke kuil kuil
kesehatan di mana perawatannya bertujuan untuk menghilangkan penyebab gangguan mental.

Ø Abad Pertengahan
Dengan hancurnya peradapan Yunani-Romawi,kemajuan ilmu pengetahuan mengalami
kemunduran.Banyak hal dalam ilmu kedokteran yang tidak diteruskan dan hal yang lebih buruk
seperti takhayul dan ilmu tentang setan dihidupkan kembali.Dalam periode abad 10-
15,berkembang dancing mania dimana sejumlah orang menari secara liar.Masa abad ke-15
sampai 18 para pasien penyakit mental dianggap sebagai kerasukan setan dan perawatannya
dengan cara mengusir keluar setan dengan cara menghukum atau menyiksanya.

Ø Zaman Renaisans
Meskipun para pasien penyakit mental tenggelam dalam dunia takhayul dan lingkungan yang
tidak berperikemanusiaan,namun di negara-negara tertentu di Eropa suara-suara diteriakan oleh
tokoh agama,ilmu kedokteran dan filsafat.Usaha-usaha mereka selama masa tersebut mungkin
digambarkan sebagai "terang dalam kehidupan".Di Switzerland mengakui penyebab penyakit
mental dan menolak kaitan demonology.Sedangkan di Perancis menganggap bahwa penyakit
mental tidak berbeda dengan penyakit fisik dan pasien harus diperlakukan secara manusiawi.

Ø Abad XXVI-XX
Pada awal abad ke-18 dilihat sebagai "Zaman Rasio",perhatian dipusatkan pada klasifikasi
dan sistem,suatu hal yang mungkin sama dengan klasifikasi sistem.Pada zaman ini,baik di
Perancis,Inggris,Jerman,Italia,Amerika Latin,Amerika Serikat, lebih mengedepankan pada
perilaku yang berperikemanusiaan untuk menghadapi serta menangani orang-orang yang
memiliki penyakit mental.Di Perancis,Pinel mempelopori perlakuan dan pemahaman manusiawi
terhadap orang-orang yang mengalami kekalutan mental.Pinel ditetapkan sebagai Bapak Psikiatri
yang telah meletakan dasar psikiatri bagi masa yang akan datang.Ia kemudian diserahkan tugas
dan tanggung jawab atas rumah sakit Salpetriere.Rumah sakit Salpetriere dan Bicetere sebagai
rumah sakit modern pertama untuk para pasien sakit mental.Pada tahun 1908,Clifford Beers yang
pernah menjadi pasien Rumah Sakit jiwa menulis buku "A Mind That Found It Self" yang
memberikan efek menyebarkan visi mengenai gerakan kesehatan mental.

Ø Psikiatri
Pada tahun 1800-an ada usaha untuk menolong paien sakit mental,tetapi dokter-dokter belum
menemukan penyebab,pencegahan dan penyembuhan yang efektif untuk penyakit mental
walaupun mereka sudah mengklasifikasikan beribu ribu macam kekalutan mental.Pada abad 19
kesehatan mental berkembang pada 4 bidang umum,yaitu perlakuan terhadap pasien sakit mental
yang lebih manusiawi dan rasional oleh masyarakat,langkah-langkah untuk memperbaiki
lembaga untuk penyakit mental,perhatian para penulis besar dan filsufyang berpengaruh pada
psikologi dan tingkah laku manusia dan sistem klasifikasi yang komprehensif bagi kekalutan
mental.Tokoh yang paling berpengaruh dalam bidang psikiatri pada akhir abad ke-19 dan awal
abad ke-20 adalah Emil Kraepelin.Di tahun 1883,ia menerbitkan buku pelajaran yang
menguraikan penyakit mental berdasar patologi organik.Ia mengembangkan sistem teoritis
menjadi dua katagori besar yang disebabkan oleh faktor-faktor endogen(dari dalam tubuh) dan
faktor-faktor eksogen (dari luar tubuh).

Sejarah perkembangan kesehatan mental terbagi menjadi 2 periode yaitu periode pra ilmiah
dan periode ilmiah:

1. Periode Pra Ilmiah


Sejak jaman dulu sikap terhadap gangguan mental telah muncul dalam konsep primitif
animeisme (kepercayaan roh-roh / dewa-dewa). Orang Yunani percaya bahwa gangguan mental
terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya,
merka mengadakan perjamuan.
Perubahan sikap terhadap tradisi animisme terjadi pada jaman Hipocrates (460-467). Dia dan
pengikutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan kesehatan mental,
yaitu dengan pendekatan naturalisme. Aliran berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik
akibat dari alam.
Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi.
Dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat politik dan sosial untuk
memecahkan problem penyakit mental. Ia seorang kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Dirumah
sakit ini pasienya yang maniac dirantai, diikat ditembok, ditempat tidur selama 20 tahun atau
lebih. Akhirnya, banyak yang berhasil.
2. Era Ilmiah (Modern)
Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan era gangguan mental yaitu dari animisme
(irrasional) dan tradisional kesikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi saat berkembangnya
psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush
(1745-1813) sebagai staff medis di rumah sakit Penisylvania, terdapat 24 pasien yang dianggap
lunaties (orang0orang gila atau sakit ingatan). Rush melakukan usaha lain selain mengurung dan
mengguyur air terhadap pasienya, yaitu dengan cara : memberikan motivasi (dorongan) untuk
ingin bekerja, refreshing (mencari kesenangan).
Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran, dan inspirasi para
ahli, terutama 2 tokoh perintis ini yaitu : Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers
orang yang mendedikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan gangguan mental. Berkat usaha
Dix dia dapat membangun 32 rumah sakit jiwa di Amerika.
Selama dekade 1900-1909 beberapa organisasi kesehatan mental telah didirikan, seperti
American Social Hygiene Association (ASHA) dan American Federation For Sex Hygiene.
Perkembangan gerakan kesehantan mental tidak lepas dari Clifford Whittingham Beers (1876-
193) karena jasanya ia dinobatkan sebagai “The Founder Of The Mental Hygiene Movement”.
Beers juga mengeluarkan Otobiografinya sebagai mantan penderita gangguan mental yang
berjudul “A Mind That Found Itself” dan dia juga merancang program yang bersifat nasional
untuk mereformasikan program, penyebaran informasi, prndorongan agar dilakukan penelitian
lebih lanjut dan pengembangan praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental.
Aldof Mayer yang tertarik terhadap program Beers menamakan gerakan itu dengan nama
“Mental Hygiene”. Tahun 1908 sebuah organisasi pertama didirikan dengan nama Connectievt
Society For Mental Hygiene. Tahun 19 febuari 1909 didirikan National Commitye Siciety For
Mental Hygiene, Berrs menjadi sekretarisnya. Tujuan organisasi ini bertujuan melindungi,
menyusun perawatan, meningkatkan studi, menyebarkan pengetahuan dan mengkoordinasikan
lembaga-lembaga untuk pasien gangguan mental.
Pada tanggal 3 juli 1946, presiden Amerika Serikat menandatangani “The National Mental
Health Act”. Dokumen blueprint yang komprehensif, berisi program jangka panjang untuk
meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat. Pada tahun 1950 organisasi mental
terus bertambah dengan berdirinya National Association For Mental Health berkerjasama dengan
3 organisasi yaitu : National Commitye Siciety For Mental Hygiene, National Mental Health
Foundation, dan Psychiatric Foundation. Kesehatan mental terus berkembang tahun 1075 di
Amerika serika terdapat lebih dari 1000 tempat perkumpulan kesehatan mental. Dibelahan dunia
lain gerakan kesehatan mental dikembangkan melalui World Federation For Mental Health
Organization.
Psikologi kesehatan dimulai tahun 1970-an hingga awal 1980-an. Seiring datangnya abad 21
kita melihat pisikologi kesehatan tumbuh dengan sangan signifikan. Komunitas dan asosiasi
psikologis mulai membentuk divisi atau departemen sendiri. Pertarunagn secara teoritis dan
historis untuk memahami kaitan antara mental (pikiran, emosi dll.) dengan kondisi sehat
(fisiologis).

Konsep Sehat Berdasarkan Beberapa Dimensi


Konsep Sehat itu adalah sebuah keadaan normal yang sesuai dengan standar yang
diterima berdasarkan kriteria tertentu, sesuai jenis kelamin dan komunitas masyarakat. Itu adalah
pengertian sehat yang saya mengerti pada awalnya. Dan setelah sekian lama Sehat Kita Semua
tidak memposting makan pada kali kesempatan ini setelah vakum cukup lama akan memberikan
hal sedikit tentang beberapa hal yangb berhubungan dengan konsep dan pengertian sehat ini.
Hidup sehat dan dalam kesehatan akan sangat membantu kita dalam melakukan berbagai
macam aktifitas kehidupan sert arutinitas yang bisa dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.
Karena bila dalam keadaan sekita atau poun kurang sehat maka hal ini akan mempengaruhi akan
produktifitas kita juga.
Dimulai dari apa yang dimaksud dengan pengertian sehat ini. Pengertian sehat menurut
WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari
penyakit atau kelemahan. Dan beberapa pengertian sehat lainnya yaitu diantaranya:
Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan
orang lain (aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten
sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas struktural. (
Menurut Pender, 1982 )
Sehat / kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.( Menurut UU N0.
23/1992 tentang kesehatan)
Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care Resouces) yang
menjamin tindakan untuk perawatan diri ( self care actions) secara adekuat. Self care Resouces :
mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. Self care Actions merupakan perilaku yang
sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi
psikososial dan spiritual. (Menurut Paune, 1983)

I. TEORI
Konsep Sehat Berdasarkan Dimensi :
1. Dimensi Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti
kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang
khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak
Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu.
Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara
fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan
salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator
perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia.
(Prawitasari,1995)
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates.
Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka),
Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan
tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta).
Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda
jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu :
a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa
c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang,
ngeri
d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga
e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, dan
kemesraan
f. Terkejut : terkesiap, terkejut
g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
h. Malu : malu hati, kesal
Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam
menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan
pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan
emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani
menjadi sia-sia
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pengertian Emosi adalah suatu
perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap
stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.
2. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi ini, seseorang memiiki intelegensi yang cukup tinggi. Dalam dimensi ini ia
mampu menyerap berbagai pelatihan atau pendidikan dengan penyerapan yang lebih cepat, serta
mudah memahami berbagai aspek materi tanpa mengalami kesulitan dalam proses kognitif
dalam belajar. Tidak semua orang mengalami kesehatan intelektual secara utuh karena sehat
secara intelektual merupakan sebagian dari proses bawaan, juga proses pembiasaan dan latihan.

3. Dimensi Sosial
Dimensi Sosial yaitu dimensi yang melihat dari tingkah laku manusia dalam kelompok
sosial, keluarga dan sesama lainnya serta penerimaan norma sosial dan pengendalian tingkah
laku. Kesehatan Sosial dapat dilihat dari kemampuan untuk membuat dan mempertahankan
hubungan dengan orang lain, perilaku kehidupan dalam masyarakat. Kesehatan sosial dapat
dilihat juga dari kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupan pribadi dan
keluarganya sehingga memungkinkan bekerja, beristirahat dan menikmati hiburan pada
waktunya (UU No 9: pasal 3). Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan
dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau
kepercayan, status sosial,ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan
aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan masyarakat
yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta
masyarakat umum.

4. Dimensi Fisik
Dimensi Fisik merupakan dimensi yang dapat ditelaah secara langsung atau memiliki
dimensi yang paling nyata. Kesehatan fisik dapat dilihat dari kemampuan mekanistik dari tubuh.
Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya
keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal
atau tidak mengalami gangguan. Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat
seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir
rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak,
gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.

5. Dimensi Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup
nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan
mencari harapan dan arti dalam hidup.
Spiritual bertindak sebagai suatu tema yang terintegrasi dalam kehidupan seseorang. Spiritual
seseorang akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap kesehatan dilihat dari perspektif yang
luas. Fryback (1992) menemukan hubungan kesehatan dengan keyakinan terhadap kekuatan
yang lebih besar, yang telah memberikan seseorang keyakinan dan kemampuan untuk mencintai.
Kesehatan dipandang oleh beberapa orang sebagai suatu kemampuan untuk menjalani kehidupan
secara utuh. Pelaksanaan perintah agama merupakan suatu cara seseorang berlatih secara
spiritual.
II. CONTOH KASUS
Sheyna, 13 tahun, memiliki orangtua yang overprotective dan sangat menuntut supaya Sheyna
mengikuti apa saja perintah yang diberikan kepadanya.
Sheyna merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara, dan hanya ia yang perempuan. Sheyna
menganggap dirinya sangat bergantung pada orangtua, ditambah lagi orangtua memperlakukan
Sheyna seperti anak kecil yang berusia di bawah usia dirinya.

Kedua kakak Sheyna sangat pembangkang bahkan kakak pertama Sheyna (18 tahun)
pernah blak-blakan mengaku kepada orangtua mereka bahwa ia telah melakukan aktivitas
seksual dengan teman di sekolah. Tentu saja, orangtua menjadi sangat marah, apalagi orangtua
sangat strict terhadap isu-isu seksual. Bahkan, orangtua selalu membahas kepada Sheyna dan
kedua kakak bahwa virginity itu harus dijaga hingga kelak menikah. Kondisi kakaknya ini
berbanding terbalik dengan Sheyna yang sangat pasif dan penurut, serta menjadi satu-satunya
anak yang dianggap “baik” oleh orangtuanya sehingga Sheyna dijuluki “Little Miss Perfect”.

Ada riwayat sakit mental di dalam keluarga Sheyna. Nenek kandung Sheyna dari pihak Ibu serta
Bibi Sheyna dari pihak Ayah sama-sama menderita depresi.

Sheyna mengalami insomnia sejak ia berusia 10 tahun. Setiap malam ia mengalami kesulitan
untuk tidur dan akhirnya mengganggu kegiatan belajar di sekolah. Nilai Sheyna sampai
mengalami penurunan yang cukup parah, sehingga orangtua memutuskan supaya Sheyna
menjalani home-schooling saja supaya Sheyna dapat mengatur waktu kapan untuk belajar.
Perilaku insomnia ini dialami Sheyna pasca pertengkaran hebat di dalam keluarga, di mana
kakak pertama Sheyna ternyata sampai menghamili temannya di sekolah. Pada saat itu, kondisi
rumah sangat “panas”, Ayah dan Ibu selalu bertengkar setiap ada kesempatan di pagi-siang-sore-
malam. Keadaan semakin memanas karena kakak pertama Sheyna sempat kabur dari rumah
bersama teman yang ia hamili, sehingga memicu pertengkaran antara keluarga Sheyna dengan
keluarga yang anaknya dihamili oleh kakak Sheyna tersebut. Kondisi tersebut berlangsung
hingga kurang-lebih dua bulan dan sejak itu, Sheyna sulit sekali memejamkan mata seberapa pun
dirinya mengantuk karena bayangan pertengkaran dan suasana memanas itu selalu menghantui
Sheyna. Untuk pertama kalinya, di masa sebulan itu, Sheyna mengalami ledakan emosi yang
tinggi.

Sejak saat itu, Sheyna juga semakin sering menyendiri di dalam kamar untuk menghindari
pertengkaran. Bagi Sheyna, dia menjadi lebih rileks dengan berada di dalam kamar. Dia juga
semakin bisa berpikir, mencari tahu, dan menganalisa segala hal yang ia senangi. Sheyna tertarik
dengan politik dan memiliki pemikiran tersendiri tentang politik, misalnya ia percaya bahwa
dirinya merupakan reinkarnasi dari seorang politikus Romawi di masa lalu.

Keluarga dan teman-teman Sheyna melihat Sheyna sebagai orang yang sangat rapi dan
teroganisir. Sheyna senang menuliskan apapun ide-ide yang ia miliki dan menuliskan di
buku diary, komputer, bahkan dinding kamarnya penuh dengan papernote yang ditempelkan
secara berantakan dan berisi ide-idenya tersebut. Kebanyakan ide yang Sheyna tuliskan berisi
tentang hal-hal yang selama ini dianggap tabu untuk dibicarakan di dalam keluarganya, seperti
tentang dorongan seksual dan tingkat spiritualitas. Aktivitas ini semakin menjadi-jadi saat ia
merasakan gairah luar biasa untuk melakukan sesuatu.

Selama proses pertengkaran di dalam keluarganya, Sheyna sempat mengalami depresi dan
depresi yang ia miliki semakin menjadi-jadi karena hingga saat ini Sheyna masih menderita
insomnia. Sheyna juga menderita kesulitan untuk makan dan konsentrasi. Di puncak depresinya,
Sheyna akhirnya beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri. Beruntung, Ibu selalu
menemukan Sheyna tepat waktu sehingga Sheyna masih bisa diselamatkan.

III. ANALISIS KASUS


Sheyna menunjukkan simptom perilaku yang mengarah ke Bipolar I Disorder. Sheyna
meyakini bahwa dirinya merupakan reinkarnasi dari politisi Romawi di masa lalu, yang
menunjukkan simptop psikotis ada pada dirinya. Simptom psikotis sendiri hanya muncul pada
Bipolar I Disorder. Sheyna juga menunjukkan perilaku mania dengan cara menuliskan semua
ide-ide yang ia miliki di buku diary, komputer, bahkan papernote yang ditempel berantakan di
dinding kamarnya. Ide-ide tersebut termasuk pula ide-ide yang sebenarnya selalu tabu untuk
dibicarakan di dalam keluarga (tentang seksualitas dan spiritualitas). Perilaku ini jelas berbeda
dengan kebiasaan Sheyna yang selalu rapi dan terorganisir. Kemunculan perilaku mania ini
dibarengi pula dengan kemunculan perilaku depresi yang membuat Sheyna sampai beberapa kali
melakukan percobaan bunuh diri.

Pada kasus Sheyna, ditemukan bahwa ada riwayat genetis di dalam keluarga dekatnya yang
memiliki gangguan depresi, yaitu Nenek kandung Sheyna dari pihak Ibu serta Bibi Sheyna dari
pihak Ayah. Perlu ada pemeriksaan mendalam tentang apakah kasus Sheyna terkait dengan
riwayat genetis di dalam keluarganya. Tetapi, kemungkinan itu tetap ada.

BD yang diderita Sheyna merupakan masalah yang perlu penanganan hingga seumur hidup
karena tidak dapat dengan mudah ditentukan bahwa gejala mania dan depresi yang diderita
Sheyna tidak akan lagi muncul di masa depan. Cara terbaik untuk memberikan treatment kepada
Sheyna adalah dengan memberikan pengobatan medis yang tepat serta menjalani psikoterapi.
Misalnya, mengkombinasikan pemberian obat antipsychotic (seperti: Seroquel) dan mood-
stabilizer (seperti: Lithium), ditambah psikoterapi (seperti: terapi regulasi emosi, anger
management untuk membantu Sheyna dalam mengatasi mania dan depresi yang muncul di
dirinya).

REFERENSI
http://jumiatundiniah.blogspot.com/2013/04/konsep-kesehatan-dari-berbagai
dimensi.htmlhttp://ariefksmwrdn.blogspot.com/2015/03/pengertian-kesehatan-mental-
konsep.html
http://dinnyanggraini.blogspot.com/2012/03/sejarah-perkembangan-kesehatan-mental.html
https://kolompsikologi.wordpress.com/2013/10/19/bipolar-anak/
Semiun,Yustinus.2006.Kesehatan Mental 1.Yogyakarta:Penerbit Kanisius.
Kholil Rochman Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto : Fajar Media Press.
Ian P. Albery dan Marcus Munafo. 2011. Psikologi Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Setia.
Burhanuddin, Yusak. 1999. Kesehatan Mental.Bandung: CV Pustaka Setia.
Riyanti, D.B.P. & H. Prabowo. (1998). Psikologi Umum 2. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Anda mungkin juga menyukai