Anda di halaman 1dari 10

Tahap Penyesuaian Diri

Menurut Schneiders (1964) penyesuaian diri terjadi dalam beberapa tahapan meliputi :

a. Perbedaan Tuntutan dengan Keadaan Individu

Proses penyesuaian diri diawali karena adanya perbedaan antara tuntutan

lingkungan maupun tuntutan internal dengan keadaan individu.

Tuntutan internal berasal dari berbagai macam motivasi yang dimiliki manusia,

yang membentuk kecenderungan dan habit individu. Motivasi yang beragam dan dinamis

ini tekadang saling bertentangan dan menimbulkan ketegangan yang mengarah pada

kondisi disequilibrium. Hal ini menjadikan motivasi sebagai tuntutan internal. Dorongan

motivasi interna dapat muncul sebagai bentuk berikut diantaranya kebutuhan (need),

keinginan (desire), motif (motives), perasaan (feelings) dan emosi (emotions). Apabila

bentuk motivasi ini saling bertentangan atau bertentangan dengan realita maka

menimbulkan ketegangan yang memunculkan hambatan atau frustrasi.

Selain itu juga terdapat tuntutan eksternal berasal dari keadaan lingkungan dan

nilai sosial yang berlaku. Keadaan lingkungan dan individu yang dinamis terkadang

mengalami pertentangan. Serupa dengan yang terjadi pada tuntutan internal, perbedaan

tuntutan eksternal dengan kondisi diri menimbulkan kesenjangan. Kesenjangan yang

muncul dari perbedaan ini menggangu kesejahteraan individu dan menjadi tuntutan

eksternal.
Perubahan pada tuntutan dan kondisi diri mengakibatkan perlu adanya

penyesuaian diri pada individu untuk meredakan tuntutan, meminimalisir terjadinya

konflik, dan menuju kondisi selaras.

b. Thwarting

Pada bagian “a” dijelaskan bahwa kesenjangan atas adanya tuntutan baik internal

maupun eksternal menimbulkan rasa tidak nyaman, ketegangan dan disequilibrium yang

menghambat kedamanain diri dan pikiran, kepuasan terhadap kondisi nyata, serta

pemenuhan need dan motives. Ini lah yang disebut dengan thwarting, yaitu kondisi

dimana tuntutan menghalangi kenyamanan diri serta keharmonisan individu dengan

lingkungannya.

Thwarting dapat juga disebut dengan kondisi frustrasi, yaitu keadaan ketika

lingkungan mengancam kesesejahteraan individu. Ancaman terhadap kesejahteraan ini

dapat berupa bahaya terhadap keberadaan, kesejahteraan ataupun kenyamanan diri.

Contoh hambatan diantaranya larangan orang tua, keterbatasan fisik, norma sosial, dan

lain sebagainya. Hambatan dalam memenuhi dorongan ataupun motif membuat individu

mengeksplorasi alternatif respon untuk mengatasi ketegangan yang dirasakan.

Kondisi disequilibrium pada saat thwarting atau frustrasi ini mendesak individu

memberikan respon penyesuaian diri untuk meredakan tuntutan-tuntutan ini.

c. Respon Individu

Ketegangan atau tuntutan dapat diredakan dengan melakukan deliberasi

kebutuhan, baik dengan mengabaikan kebutuhan maupun dengan melakukan pilihan

respon tertentu untuk mengupayakan terpenuhinya kebutuhan. Respon yang dilakukan

individu merupakan upaya eksplorasi pemecahan masalah.


Kadangkala kebutuhan sejalan dengan kondisi yang mudah dijangkau, maka

respon untuk menyelesaikannya sesuai dengan kebutuhannya. Misal seorang anak lapar

saat jam makan siang dan bekal makanan telah tersedia. Namun kondisi ideal seperti ini

tidak selalu terjadi. Pada saat kebutuhan tidak dapat langsung dipenuhi, respon yang

diberikan individu dapat bervariasi dan menimbulkan respon pengganti (subtitute) untuk

memenuhi kebutuhan dan meredakan ketegangan. Respon pengganti terkadang tidak

sejalan antara kebutuhan dan pemenuhannya. Misal pada anak yang membutuhkan

makan dengan alasan mendambakan kasih sayang, respon makan yang alaminya

dilakukan untuk mengatasi perasaan lapar malah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

afektif.

d. Solusi

Penyesuaian diri mengarahkan respon individu pada relasi yang harmonis dengan

tantangan yang diharapkan lingkungan. Penyesuaian diri yang baik berasal dari respon

yang tepat, sehinga permasalahan, ketegangan, serta frustrasi mereda setelah

melaksanakan respon-respon tertentu.

Apabila tidak direspon dengan penyesuaian diri yang tepat maka akan

menimbulkan maladjustment. Jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi kondisi

maladaptif, berkembang menjadi perasaan patologis, emosi berlebihan dan kegagalan

memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Ketepatan respon dan efektivitas solusi dipengaruhi karakter kepribadian

individu, intensitas motivasi, determinansi lingkungan, serta karakteristik frustrasi yang

dialami.
Ilustrasi proses penyesuaian diri menurut Schneider

e.
Proses penyesuaian diri menurut Scheneider (dalam Ali dan Asrori, 2006) setidaknya melibatkan

tiga unsur yaitu:

a. Motivasi

Faktor motivasi dapat dikatakan sebagai kunci untuk memahami proses penyesuaian diri.

Motivasi sama halnya dengan kebutuhan, perasaan, dan emosi merupakan kekuatan

internal yang menyebabkan ketegangan dan ketidakseimbangan dalan organisme. Respon

penyesuaian diri, baik atau buruk, secara sederhana dapat dipandang sebagai suatu upaya

organisme untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan untuk memelihara

keseimbangan yang lebih wajar. Kualitas respons, apakah itu sehat, efisien, merusak atau

patologis ditentukan terutama oleh kualitas motivasi selain juga hubungan individu

dengan lingkungan.

b. Sikap Terhadap Realitas

Berbagai aspek penyesuaian diri ditentukan oleh sikap dan cara individu bereaksi

terhadap manusia sekitarnya, benda-benda, dan hubungan-hubungan yang membentuk

realitas. Secara umum, dapat dikatakan bahwa sikap yang sehat terhadap realitas itu

sangat diperlukan bagi proses penyesuaian diri yang sehat. Beberapa perilaku seperti

sikap antisosial, kurang berminat terhadap hiburan, sikap bermusuhan, kenakalan dan

semaunya sendiri, semuanya itu sangat mengganggu hubungan antara penyesuaian diri

dengan realitas.

Berbagai tuntutan realitas, adanya pembatasan, aturan, norma-norma menuntut individu

untuk terus belajar menghadapi dan mengatur suatu proses ke arah hubungan yang

harmonis antara tuntutan internal yang dimanifestasikan dalam bentuk sikap dengan

tuntutan eksternal dan realitas. Jika individu tidak tahan terhadap tuntutan-tuntutan itu,
akan muncul situasi konflik, tekanan, dan frustasi. Dalam situasi seperti ini, organisme

didorong untuk mencari perbedaan perilaku yang memungkinkan untuk membebaskan

diri dari ketegangan.

c. Pola Dasar Penyesuaian Diri.

Pola dasar penyesuaian diri ini berhubungan dengan bagaimana cara individu untuk

mengatasi berbagai ketegangan ataupun frustasi yang dialaminya karena adanya suatu

kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Sedangkan menurut Sunarto (dalam Ali dan Asrori, 2006) proses penyesuaian diri kepada diri

sendiri, orang lain, maupun lingkungannya adalah sebagai berikut:

a. Mula-mula individu, di satu sisi, memiliki dorongan keinginan untuk memperoleh makna

dan eksistensi dalam kehidupannya dan di sisi lain mendapat peluang atau tuntutan dai

luar dirinya sendiri.

b. Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya secara objektif

sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan rasional dan perasaan.

c. Kemampuan bertindak sesuai dengan potensi kemampuan yang ada pada dirinya dan

kenyataan objektif di luar dirinya.

d. Kemampuan bertindak secara dinamis, luwes, dan tidak kaku sehingga menimbulkan rasa

aman, tidak dihantui oleh kecemasan atau ketakutan.

e. Dapat bertindak sesuai dengan potensi-potensi positif yang layak dikembangkan sehingga

dapat menerima dan diterima lingkungan, tidak disingkirkan oleh lingkungan maupun

menentang dinamika lingkungan.


f. Rasa hormat pada sesama manusia dan mampu bertindak toleran, selalu menunjukkan

perilaku hormat sesuai dengan harkat dan martabat manusia, serta dapat mengerti dan

menerima keadaan orang lain meskipun sebenarnya kurang serius dengan keadaan

dirinya.

g. Kesanggupan merespon frustasi, konflik, dan stres secara wajar, sehat, dan manfaat tanpa

harus menerima kesedihan yang mendalam.

h. Kesanggupan bertindak secara terbuka dan sanggup menerima kritik dan tindakannya

dapat bersifat murni sehingga sanggup memperbaiki tindakan-tindakan yang sudah tidak

sesuai lagi.

i. Dapat bertindak sesuai dengan norma yang dianut oleh lingkungannya serta selaras

dengan hak dan kewajibannya.

j. Secara positif ditandai oleh kepercayaan terhadap diri sediri, orang lain, dan segala

sesuatu di luar dirinya sehingga tidak pernah merasa tersisih dan kesepian

© Penyesuaian Diri: Teori, Pengertian/Definisi, Faktor, Proses, Bentuk, Penyesuaian Diri yang Baik dan

Buruk - Universitas Psikologi | Warning - Copyright! Sumber Tulisan:

https://www.universitaspsikologi.com/2018/08/penyesuaian-diri-teori-faktor-bentuk-jenis-baik-

dan-buruk.html?m=1

H, Sunarto. 2009. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.


are internal forces that cause tension and disequilibrium within

the organism. Both of these conditions are unpleasant and repugnant,

because freedom from tension and an equilibrium of internal forces are

more natural to the organism than their opposites. For the same reasons,

conflicts and frustrations are unpleasant and repugn~t;-opposed as they

are to the natural tendency of the organism toward intemal harmony,

peace of mind, and the satisfactions realized from the expression of needs

or motives. This is particularly true when tension. and disequilibrium

represent the disruptive influence of pathological feelings and excessive

emotion, or the failure to realize wholesome need gratifications because

of abnormal conflicts and frustrations. Adjustive response, then, whether

good or bad, may be regarded simply as an effort on the part of the

organism to..X,educe or escape from tension a!:d to Ii-estore the more

natural co~ditions of equilibrium. The qualitt-()f the response, that is,

whether it is wholesome, efficient, damaging, or pathological, will be

determined by such factors as

k. personality make-up, the quality of the

motivation, environmental determinants, the peculiar character of the frustration, and the

individual's relation to reality. The first of these

l. factors we have already studied at considerable length; in this chapter we

m. shall direct our attention to the phenomenon of frustration and the functioning of the

reality principle.
n.
o. These are (1) motivation, (2) frustration, thwarting,

or blocking of drives and motives, (3) varied response, and (4) solution,

that is, reduction of the problem, frustration, or tension by the adoption

of some form of response.! Remember, however, that this sequence applies

only to situations in which blocking or frustration occurs.

p. frustrated in

the desires for affection, or achievement, seeks and ultimately

hits upon some form of activity or expression, often of a symptomatic

kind, that serves to gratify the desire and to reduce tension. Whenever adequate outlets

are unavailable, be.cause of situational or

personality limitations, the outcomes of frustratic:m are likely to assume

a neurotic or psychotic character.

q. The diagram indicates that

motivation assumes a variety of forms, anyone of which may be subjected

to blocking or frustration by some aspect of reality-parental restrictions, physical barriers,

social codes, discipline, and the like. Because of the

tension that this blocking causes, the organism "explores" different modes

of response CA, B, C, D in the diagram) until it hits upon one that is

satisfying because it reduces tension and frustration. This response, then,

constitutes the solution of the difficulty.

Anda mungkin juga menyukai