TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyesuaian Diri
jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan
memiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi. Dengan demikian, dapat
10
11
Ali dan Asrori (2008: 175) menyatakan penyesuaian diri adalah suatu
tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan
penyesuaian diri sebagai usaha individu untuk mencapai keharmonisan pada diri
kenyamanan, dan terpenuhi kebutuhan hidup, baik fisik maupun psikis atau
psikologis.
proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, dengan mana individu
terwujud tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan
apa yang diharapkan oleh lingkungan tempat tinggal. Menurut Schneiders (dalam
Agustiani, 2006: 146) penyesuaian diri merupakan satu proses mencakup respon-
respon mental dan tingkah laku, yang merupakan usaha individu agar berhasil
keharmonisan antara tuntutan dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh
lingkungan. Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang,
dengan keterbatasan yang ada pada dirinya, belajar untuk bereaksi terhadap
12
dirinya dan lingkungan dengan cara matang bermanfaat, efisien, dan memuaskan,
adalah proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku yang dilakukan
6) Menghargai pengalaman
yang salah ditandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak
terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, agresif, dan sebagainya. Ada tiga
dirinya tidak mengalami kegagalan. Bentuk khusus reaksi ini antara lain:
tingkah laku yng bersifat menyerang untuk menutupi kegagalannya. Ia tidak mau
membenarkan diri sendiri, mau berkuasa dalam setiap situasi, mau memiliki
14
perbuatannya, bersikap balas dendam, memperkosa hak orang lain, tindakan yang
Individu akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan konflik atau
kegagalan. Reaksi tampak dalam tingkah laku sebagai berikut: suka berfantasi
anggan (seolah-olah sudah tercapai), banyak tidur, suka minuman keras, bunuh
diri, atau menjadi pecandu narkoba, regresi yaitu kembali pada tingkah laku
kekanak-kanakan.
Menurut Ali dan Asrori (2008: 179-181) ada tujuh karakteristik dalam
Menurut Scheneider (dalam Susanto, 2018: 81) penyesuaian diri yang baik
a. Terhindar dari ekspresi emosi yang berlebihan, merugikan atau kurang mampu
mengontrol diri
Penyesuaian diri yang normal ditandai dengan tidak adanya emosi yang
berlebihan dan tidak terdapat gangguan dalam hal emosi. Sebaliknya individu
yang kurang tanggap atau terlalu berlebihan dalam menghadapi sesuatu atau
situasi tertentu akan menunjukkan kontrol emosi yang tidak baik dan mengarah
dihadapi siswa akan lebih terlihat dengan reaksi yang normal daripada dengan
Penyesuaian diri yang normal ditandai dengan baik adanya frustasi yang
terhadap situasi atau masalah yang dihadapi dan tidak adanya tingkah laku yang
menyimpang.
belajar. Proses belajar dilihat dari hasil kemampuan individu tersebut mempelajari
lain. Pengalaman masa lalu yang baik terkait dengan keberhasilan maupun
Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik adalah sesorang yang
yang salah ditandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak
terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, agresif, dan sebagainya. Ada tiga
tidak mengalami kesulitan dengan rasionalisasi, represi, proyeksi dan sour grapes
(anggur kecut).
18
Individu yang salah akan menunjukkan sikap dan perilaku yang bersifat
tersebut tidak mau menyadari kegagalan atau tidak mau menerima kenyataan.
berkuasa dalam setiap situasi, merasa senang bila mengganggu orang lain, suka
permusuhan secara terbuka, bersikap menyerang dan merusak, keras kepala dalam
sikap dan perbuatannya, suka bersikap balas dendam, memerkosa hak orang lain,
Individu akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan konflik atau
olah sudah tercapai), banyak tidur, suka minuman keras, bunuh diri, atau menjadi
orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik memiliki persepsi yang relatif
obyektif dalam memahami realita. Persepsi obyektif ini adalah bagaimana orang
19
mentoleransi tekanan dan kecemasan yang dialami dan mau menunda pemenuhan
kepuasan selama itu diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu yang lebih penting
sifatnya.
penyesuaian diri yang dimiliki. Pandangan tersebut lebih mengarah pada apakah
individu bisa melihat dirinya secara harmonis atau sebaliknya individu tersebut
berbeda karena kedekatan relasi interpersonal antar orang yang berbeda pula.
Individu mampu menikmati hal-hal yang disukai dan direspek oleh orang lain di
satu sisi, tetapi juga mampu memberikan respek dan menyukai orang lain.
objektif, tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi, dan relasi interpersonal yang
baik.
faktor, yaitu:
emosi.
dan konflik.
masyarakat.
Sunarto dan Hartono (2002: 229) menyatakan bahwa penyesuain diri dapat
susunan saraf, kelenjar, dan sistem otot, kesehatan, penyakit, dan sebagainya.
Menurut Schneiders (dalam Ali dan Asrori, 2008: 181-189) ada lima
a. Kondisi fisik
c) Kesehatan fisik
dalam kondisi fisik yang sehat daripada yang tidak sehat. Kondisi fisik
yang sehat dapat menimbulkan penerimaan diri, percaya diri, harga diri,
b. Kepribadian
potensi dan kemampuan ke rah realisasi diri. Proses penyesuaian diri dan
perkembangan kepribadian.
d) Inteligensi
diri.
c. Edukasi/pendidikan
a) Belajar
menyerap ke dalam diri individu melalui proses belajar. Oleh karena itu,
b) Pengalaman
Ada dua jenis Pengalman yang memiliki nilai signifikan terhadap proses
dialami oleh individu dan dirasakan sebagai sesuatu yang sangat tidak
ragu, kurang percaya diri, gamang, rendah diri, atau bahkan merasa takut
c) Latihan
d) Determinasi diri
d. Lingkungan
a) Lingkungan keluarga
penting atau bahkan tidak ada yang lebih penting dalam kaitannya
b) Lingkungan sekolah
prosesperkembangan diri.
c) Lingkungan masyarakat
nilai instrinsik dan kemuliaan manusia yang diciptakan oleh Tuhan, bukan sekedar
emosi.
determination.
a. Keadaan fisik
diri, sebab keadaan sistem-sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi tercipta
penyesuaian diri yang baik. Adanya cacat fisik dan penyakit kronis akan
penyesuaian diri.
penyesuaian diri.
c. Keadaan psikologis
hambatan dalam penyesuaian diri. Keadaan mental yang baik akan mendorong
d. Keadaan lingkungan
dapat digunakan untuk mengurangi konflik, frustrasi dan ketegangan psikis lain.
tujuan dan stabilitas hidup yang diperlukan untuk menghadapi tuntutan dan
merupakan suatu faktor yang membentuk watak dan tingkah laku individu untuk
menyesuaikan diri dengan baik atau justru membentuk individu yang sulit
menyesuaikan diri.
eksternal yaitu faktor yang berasal dari lingkungan meliputi lingkungan rumah,
B. Regulasi Diri
yang melibatkan perilaku motivasi diri secara langsung disebut regulasi diri (self
memodifikasi perilaku yang akan mereka lakukan. Regulasi ini tidak hanya
Bandura (dalam Ormrod, 2009: 29) regulasi diri dapat meningkatkan performa
siswa dikelas, efikasi diri yang tinggi bukanlah satu-satunya yang memengaruhi
untuk mencapai tujuan tersebut individu harus fokus dan melakukan regulasi diri
internalnya sendiri, lalu menghukum dan menghargai diri sendiri menurut standar
tersebut (dalam Crain,2007: 314). Menurut Horward dan Mirriam (dalam Fitriya
dan Lukmawati, 2016: 67) regulasi diri adalah proses dimana seseorang dapat
mengatur pencapaian dan aksi mereka sendiri, menentukan target untuk diri
29
penghargaan pada diri mereka sendiri karena telah mencapai tujuan tersebut.
dapat mengatur sebagian dari tingkah lakunya sendiri. Menurut Bandura, akan
terjadi strategi reaktif dan proaktif dalam regulasi diri. Strategi reaktif dipakai
untuk mencapai tujuan, namun ketika tujuan hampir tercapai strategi proaktif
menentukan tujuan baru yang lebih tinggi (dalam Alwisol, 2009: 285).Menurut
Hidayah dan Atmoko (2014: 49) regulasi diri adalah proses aktif dan konstruktif
proses aktif dan konstruktif individu dalam mengatur diri atas inisitaif sendiri
dengan meggunakan pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai suatu tujuan.
regulasi diri yang dimiliki individu dapat tercemin dari beberapa aspek, antara
lain:
c. Merencanakan strategi
30
Menurut Bandura (dalam Ormrod, 2009: 30), ada enam aspek regulasi diri
yaitu:
yang yang terjadi kriteria untuk mengevaluasi pencapaian kita dalam situasi
tertentu. Individu juga membuat tujuan-tujuan yang dianggap bernilai dan menjadi
b. Pengaturan emosi
sedih, marah, gelisah, dan benci agar tidak berlebihan yang berakibat
makna yang positif pada kondisi-kondisi yang bagi orang lain mungkin
c. Instruksi diri
yang tepat. Terkadang individu hanya membutuhkan pengingat apa yang harus
d. Monitoring diri
sesuatu.Individu harus menyadari seberapa baik yang telah dilakukan agar mebuat
e. Evaluasi diri
individu dalam melakukan evaluasi diri secara objektif dan akurat sangat penting
bagi kesuksesan jangka panjang saat individu memasuki dunia orang dewasa.
a. Metakognitif
b. Motivasi
c. Perilaku
Menurut Hidayah dan Atmoko (2014: 49) aspek regulasi diri terdiri dari
a. Kognisi
belajar.
b. Motivasi
belajar.
c. Perilaku
evaluasi diri.
33
menjadi anggotanya dan melakukan tindakan yang sesuai dengan harapan yang
ada dalam dirinya maupun tuntutan dari lingkungan. Individu yang memiliki
penyesuaian diri yang baik adalah individu yang mampu menyelaraskan hal
pada individu agar tetap bisa menyesuaikan dengan dirinya. Maka dari itu
penyesuiaian diri dapat dikatakan sebagai cara yang dilakukan oleh individu untuk
bereaksi terhadap tuntutan diri atau tuntutan dari lingkungan yan dihadapinya.
Semiun (2006: 37) menyatakan bahwa penyesuaian diri yaitu proses yang
memiliki penyesuaian diri dan regulasi diri yang baik berjumlah tiga siswa
sedangkan tujuh siswa yang lain memiliki regulasi diri yang baik namun siswa-
yang baru.
34
Asrori, 2008: 181-189). Self regulation merupakan salah satu faktor yang
untuk mengatur diri, dan mengarahkan diri. Kemampuan mengatur diri dapat
Regulasi digunakan untuk menunjuk pada konsep yang lebih umum mengenai
maupun tidak sadar. Regulasi diri adalah suatu upaya untuk mengendalikan
pikiran, perasaan, dan perilaku dalam rangka mencapai suatu tujuan (Vohs dan
(2019: 133) yang berjudul hubungan antara regulasi diri dengan penyesuaian diri
bahwa “ada hubungan antara regulasi diri dengan penyesuaian diri pada santri
product moment sebesar 0,626 dengan taraf signifikansi 0,000. Hubungan tersebut
bersifat positif, yang berarti hubungan berjalan searah. Hal ini berarti semakin
tinggi regulasi diri pada santri remaja pondok pesantren Darut Taqwa Ponorogo
regulasi diri pada santri remaja pondok pesantren Darut Taqwa Ponorogo akan
semakin rendah penyesuaian dirinya. Hal ini dapat diartikan artinya jika regulasi
siswa baik maka penyesuaian diri siswa juga baik, dan sebaliknya jika regulasi
D. Hipotesis
mengajukan hipotesis, yaitu ada hubungan positif antara regulasi diri dengan
penyesuaian diri, artinya semakin tinggi regulasi diri maka semakin tinggi pula