Anda di halaman 1dari 25

Berbicara Untuk Keperluan Akademik

Disusun Oleh : Kelompok 1

1. M. Azzi Putra tanjung 061540401891


2. Ade Kurnadi 061530401252
3. Anita Zoraya R 061530401256

Dosen Pembimbing :
M.Yusuf, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI DIV TEKNIK ENERGI


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang berbicara untuk keperluan akademik ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak
M.Yusuf,S.Pd., M.Pd.Selaku Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai berbicara untuk keperluan akademik.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.

Palembang, Oktober 2016

Kelompok 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................3
1.1 Latar Belakang .....................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................3
1.3 Tujuan ..................................................................................................3

BAB II ISI......................................................................................................4
1. Presentasi ...................................................................
1 Pengertian Presentasi........................................
2 Tahap- Tahap Dalam Presentasi.......................
3 Teknik Presentasi..............................................
4 Jenis- Jenis Presentasi.......................................
2. Seminar...........................................................................
2.1 Pengertian Seminar...........................................
2.2 Klasifikasi Seminar...........................................
2.3 Pelaksanaan Seminar.....................
3. Pidato..............................................................................
3.1 Pengertian Pidato................................................
3.2 Jenis Jenis Pidato.....................................................
3.3 Kerangka Susunan Pidato...........................
4. Brainstorming..................................................................
4.1 Pengertian Brainstorming.....................................
4.2 Persiapan Brainstorming.......................................
4.3 Langkah- Langkah Brainstorming.........................
4.4 Aturan dalam Brainstorming.................................
5. Debat...............................................................................
5.1 Pengertian Debat.................................................
5.2 Penggunaan Debat..............................................
5.3 Jenis Debat.......................................................
5.4 Sikap dan Teknik Berdebat.................................

BAB III PENUTUP ......................................................................................

KESIMPULAN..................................................................

SARAN..............................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Materi ini dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan bahwa berbicara sebagai
suatu keterampilan berbahasa diperlukan untuk berbagai keperluan. Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) yang akan lakukan dalam perkuliahan ini berbentuk
simulasi, praktek berbicara yang sesungguhnya, dan pemberian atau penerimaan
umpan balik. Kegiatan tersebut dilakukan secara perorangan, berpasangan, dan
berkelompok.

Kegiatan belajar mengajar diarahkan untuk meningkatkan keterampilan


berbicara secara terpadu, fungsional, dan kontekstual. Artinya, setiap materi yang
diberikan selalu dikaitkan dengan usaha peningkatan keterampilan berbahasa
(menyimak, membaca, dan menulis) dan pengetahuan bahasa (kosakata dan
struktur). Selain itu, agar pengajaran ini bersifat fungsional dan kontekstual maka
materi yang diberikan berupa bahan pengajaran yang betul-betul bermakna bagi
kita sebagai mahasiswa maupun calon guru, seperti bercerita, berdialog,
berpidato/berceramah, dan berdiskusi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana menyusun bahan berbicara untuk presentasi?


2. Bagaimana berbicara untuk seminar ?
3. Bagaimana menyusun bahan berbicara untuk Pidato?
4. Bagaimana menyusun bahan berbicara untuk Brainsroming?
5. Bagaimana menyusun bahan berbicara untuk Debat ?

1.3 Tujuan makalah


1. Untuk mengetahui apa konsep tentang berbicara.
2. Untuk mengetahui bagaimana menganalisis situasi dan pendengar.
3. Untuk mengetahui bagaimana menyusun bahan berbicara untuk
presentasi,semnar,pidato,Brainstroming,dan debat.

BAB II
ISI
1. Presentasi
2. Seminar
2.1Pengertian Seminar
a. Moir (1979) Seminar berasal dari kata seminarium = Petak Benih.
b. Lindsay (1986:67) Seminar : pertemuan Mahasiswa untuk membahas
hasil penelitian secara resmi dan tak resmi.
c. Kirkpatrick (1980:662) dalam Chambers Universal Learners Dictionary,
seminar: Pertemuan antara para siswa dan seorang tutor disebuah sekolah
untuk mendiskusikan atau mempelajari suatu pokok persoalan khusus.
d. KBBI (2003:810) Seminar: pertemuan atau persidangan untuk membahas
suatu masalah dibawah pimpinan ketua sidang yang biasanya guru besar,
ahli dan sebagainya.
Kesimpulan:
Seminar adalah kegiatan yang memungkinkan hadirnya informasi
atau temuan baru yang dilakukan mahasiswa dengan bimbingan seorang
guru besar atau ahli dalam membahas suatu masalah.
Dalam kehidupan sehari-hari, seminar itu suatu kegiatan yang
dilakukan dalam membahas suatu persoalan dari segi tertentu atau dari
berbagai segi oleh ahli dalam persoalan itu atau yang meminatinya.
Kegiatan seperti ini biasanya disebut diskusi dengan adanya
seorang pembicara yang mengupas permasalahan menurut pandangan dan
pemahamannya. kemudian pandangan ini dibahas atau ditanggapi oleh
peserta lain hingga dibuat suatu kesimpulan akhir.

2.2 Klasifikasi Seminar


Berdasarkan keefektifitasnya, seminar dapat diklasifikasikan ke
dalam dua kategori, yaitu seminar yang efektif dan seminar yang tidak
efektif. Dalam seminar yang tidak efektif, meskipun pada akhirnya
pendengar memberikan penghargaan dengan tepuk tangan yang gemuruh,
pendengar yang sama mungkin keluar dari ruangan sambil bertanya pada
diri sendiri, apa yang seharusnya dilakukan agar waktu yang baru saja
berlalu dapat dimanfaatkan lebih baik lagi. Sebaliknya, seminar yang
efektif merupakan wahana komunikasi dua arah (timbal balik) dan
bermanfaaat bagi penyaji maupun pendengarnya.
1. Seminar yang tidak efektif
Menurut praktisi, alasan utama terjadinya seminar tidak efektif
adalah penyaji yang menganggap ringan upaya-upaya yang perlu
dilakuakn untuk menghasilkan seminar yang efektif, atau dengan
kata lain penyaji kurang mempersiapkan diri dengan baik. Untuk
menjadi penyaji yang efektif, penyaji harus banyak belajar. Bahkan
upaya-upaya yang lebih luas perlu dilakukan untuk menentukan
pilihan topik yang diminati. Penyaji membutuhkan kemampuan
untuk meramu teknik beerbicara dengan penyajian yang baik,
termasuk penggunaan alat peraga.

2. Seminar yang efektif


Definisi sseminar yang lebih bebas adalah seminar merupakan
pertemuan untuk pertukaran ide dalam bidang tertentu. layak
dicatat bahwa kata pertukaran berarti memberi dan menerima
secara berbalasan. Dengan kata lain, seminar harus member
manfaat baik bagi penyaji maupun pendengar. Namun, hal ini
hanya akan terjadi bila peserta mendengarkan dan mengerti. Oleh
karena itu, komunikasi akan sangat bergantung pada topik ilmiah
penyaji dan teknik penyajian.
- Penyaji yang efektif
Penyaji yang efektif adalah orang yang mampu membuat
penyajiannya vital dan bebas dari unsur-unsur pengganggu.
Kriteria ini mampu membuat penyaji mempertahankan
suasana atau hubungan komunikatif antara penyaji dengan
pendengarnya.
- Menyiapkan seminar
Tahap pertama yang dilakukan adalah menata informasi dalam
bentuk outline, kemudian mengembangkan liputannya dalam
bentuk kerangka konsep naratif dengan menata seluruh ide
secara kronologis dan sistematis.
Setelah alur ide tersusun, tahap berikutnya adalah
menyisipkan data/fakta/ringkasan informasi yang akan
disampaikan. Apabila konsep naratif telah dikembangkan,
maka saatnya untuk berpikir alat peraga (visual aids) yang
akan digunakan untuk menggambarkan informasi tersebut.
Alat peraga yang paling sederhana dan umum digunakan
adalah slide dan OHP transparansi; atau pada era saat ini
adalah dengan langsung menggunakan komputer yang
dilengkapi dengan transformator-proyektor; dengan
programnya antara lain Microsoft power point.
- Alat Bantu Peraga (visual aids)
Alat bantu peraga (ABP) memiliki peranan penting dalam
menentukan keberhasilan suatu penyajian dan oleh karena itu
diperlukan persiapan yang matang serta hati-hati dalam
pembuatan ABP. Alat bantu peraga dapat membantu mencapai
hasil yang diharapkan apabila:
Mampu menjelaskan ide yang terkandung dalam materi
pembahasan
Mampu menekankan topik-topik yang ingin disampaikan
Meningkatkan minat dan perhatian peserta seminar
Alat bantu peraga yang tidak memenuhi kriteria tersebut,
mungkin hanya akan membuat peserta seminar mengalihkan
perhatiannya atau bahkan tertidur. Berbagai jenis ABP yang
paling umum digunakan adalah slide dan transparansi, karena
dianggappaling murah, ketersediaan bahan mudah didapat,
pembuatannya mudah dan praktis. Peralatan yang lebih
canggih adalah computer dan perlengkapannya, dengan
program khusus untuk penyajian, misalnya MS. Power Point.
Namun, selain mahal dan membutuhkan keterampilan dalam
operasionalnya, tak semua institusi memiliki peralatan ini,
sehingga tidak menjadi praktis. Dalam pembuatan ABP
sendiri ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Besar-kecilnya huruf/angka yang digunakan
b. Tata letak kalimat
c. Tabel dan grafik
d. Kombinasi warna (jika digunakan), dan juga
e. Intensitas cahaya dalam ruang seminar
Kemampuan Yang Diperlukan Dalam Seminar
Menurut Parera (1988:185) ada 2 kemampuan yang diperlukan dalam
mengikuti diskusi seminar yaitu; kemampuan mengemukakan pendapat
dengan baik dan kemampuan mengemukakan pendapat secara analisis,
logis, dan sistematis.
1. Kemampuan mengemukakan pendapat dengan baik yaitu kemampuan
berbahasa orang yang mengikuti seminar (kecuali jika hanya menjadi
pendengar budiman) baik penyaji, moderator, maupun peserta harus
mampu menggunakan bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi
dengan baik, tepat dan seksama.
2. Kemampuan mengemukakan pendapat secara analisis, logis dan
sistematis yaitu:
a. Secara analisis berarti mengutarakan pendapat secara sistematis
dan teratur, serta diperlukan pendalaman penguasaan masalah,
kebiasaan mengemukakan pendapat secara langsung dan tidak
bertele-tele, dan kemampuan menganalisis masalah atau gagasan
secara terperinci dan teratur.
b. Secara logis berarti mengemukakan pendapat secara masuk akal.
Pendapat secara masuk akal ditandai dengan adanya fakta, data,
dan informasi yang kuat untuk mendukung pendapat, sehingga
pendapat yang dikemukakan itu benar-benar dapat meyakinkan
pendengar.
c. Secara sistematis berarti mengemukakan pendapat dengan urutan
yang jelas, didukung oleh data-data, fakta-fakta, dan informasi
yang kuat untuk mendukung pendapat sehingga pendapat tersebut
dapat meyakinkan pendengar.

2.3 Pelaksanaan seminar


Berhasil tidaknya suatu kegiatan seminar ditentukan oleh pihak-pihak
yang terlibat dalam seminar tersebut, seperti; penyaji, moderator,
penulis/notulis, dan peserta.
1. Tugas Penyaji
a. Menyajikan makalah, Penyaji boleh membacakan makalah .
b. Mendengarkan Tanggapan Peserta, Penyaji sebaiknya mencatat
tanggapan, sanggahan, usulan, saran, dan pertanyaan dari peserta.
c. Mengemukakan Jawaban dan Tangkisan, Penyaji berupaya
memberikan jawaban untuk setiap tanggapan, usul, saran,
pertanyaan peserta dan mengemukakan tangkisan yang logis
terhadap sanggahan yang dikemukakan peserta pada setiap termin
dengan jelas dan mantap.
d. Ikut Menyimpulkan Hasil Seminar.
Penyaji sebaiknya ikut menyimpulkan hasil seminar supaya
rumusannya lebih baik, sebab penyaji lebih menguasai masalah
pembicaraan.

2. Tugas moderator
Moderator adalah pimpinan sidang diskusi yang mengatur
jalannya seminar, karenanya peran dan tugas moderator juga sangat
menentukan dinamika dan kelancaran seminar. Adapun tugas-tugas
moderator adalah:
1. Membuka Kegiatan Seminar.
2. Menjaga Ketertiban Seminar.
3. Membuat Kesimpulan.
4. Menutup Diskusi Seminar

3. Tugas penulis/notulis
1. Mencatat Diskusi Seminar
2. Membantu Moderator
3. Mencatat Hasil Seminar.

4. Tugas peserta
Tugas peserta seminar adalah menyimak sajian penyaji dari awal
hingga akhir kegiatan seminar dan mengajukan tanggapan,
sanggahan, usul, saran, dan pertanyaan yang relevan dengan
masalah pembicaraan dengan penuturan yang baik pada termin-
termin diskusi.
Peserta yang baik adalah peserta yang memenuhi syarat berikut:
1. Dapat mengikuti tata tertib seminar.
2. Dapat menyimak uraian penyaji dengan penuh perhatian.
3. Dapat menunjukkan solidaritas dan partisipasi yang tinggi,
serta dapat menghindarkan emosi dan berprasangka buruk.
4. Dapat mengemukakan usul, sugesti, pendapat, atau informasi
yang berhubungan dengan pemecahan masalah.
5. Tidak mengemukakan pertanyaan atau komentar yang tidak
layak.
6. Tidak berbicara berbelit-belit ketika mengemukakan
tanggapan

3. Pidato
3.1 Pengertian Pidato
Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk
disampaikan kepada orang banyak. Pidato juga berarti kegiatan seseorang
yang dilakukan di hadapan orang banyak dengan mengandalkan
kemampuan bahasa sebagai alatnya.

Berpidato pada dasarnya merupakan kegiatan mengungkapkan pikiran


dalam bentuk kata-kata (lisan) yang ditujukan kepada orang banyak
dalam sebuah forum. Seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari
besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan
lain sebagainya.

Menurut Emha Abdurrahman dalam bukunya tehnik dan pedoman


berpidato, pidato adalah penyampaian uraian secara lisan tentang sesuatu
hal (masalah) dengan mengutarakan keterangan sejelas-jelasnya di
hadapan massa atau orang yang banyak pada suatu waktu tertentu.

Namun, dalam abad modern ini saluran-saluran berpidato tidak


terbatas kepada pidato secara langsung di depan massa melainkan bisa
menggunakan saluran-saluran lain, misalnya pidato di saluran radio,
saluran televisi, atau rekaman pada kaset.

3.2 Jenis Jenis Pidato


Berdasarkan sifat dan Isi Pidato, jenis-jenis Pidato dibedakan
atas:
1. Pidato Pembukaan, adalah pidato singkat yang dibawakan oleh
pembaca acara atau mc (master of ceremony).
2. Pidato Pengarahan adalah pidato untuk mengarahkan pada suatu
pertemuan.
3. Pidato Sambutan adalah pidato yang disampaikan pada suatu
acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh
beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian.
4. Pidato Peresmian adalah pidato yang dilakukan oleh seseorang
yang berpengaruh ketika akan meresmikan sesuatu.
5. Pidato Laporan adalah pidato yang isinya adalah melaporkan
suatu tugas atau kegiatan.
6. Pidato Pertanggungjawaban adalah pidato yang berisi suatu
laporan pertanggungjawaban terhadapa suat kegitan tertentu.
Berdasarkan ada tidaknya persiapan yang dilakukan
sebelum melakukan pidato, jenis-jenis pidato dibedakan atas:
1. Pidato Impromptu (serta merta) yaitu pidato yang dilakukan
secara tiba-tiba, spontan, tanpa persiapan sebelumnya. Misalkan
apabila seseorang menghadiri pesta dan tiba-tiba dipanggil untuk
menyampaikan pidato maka pidato yang disampaikan itu adalah
pidato jenis impromptu.
Keuntungan :

Lebih mengungkapkan perasaan pembicara yang sebenarnya,


karena pembicara tidak sempat lebih dalam memikirkan apa
yang akan ia sampaikan.
Gagasan datang secara spontan, sehingga tampak segar dan
hidup.
Memungkinkan Pembicara terus berpikir.
Kerugian :
Dapat menimbulkan kesimpulan yang mentah, karena dasar
pengetahuan yang tidak memadai.
Mengakibatkan penyampaian yang tidak lancar dan tersendat-
sendat.
Biasanya gagasan yang disampaikan bisa acak-acakan dan
ngawur.
Pembicara kemungkinan besar biasanya demam panggung.
2. Pidato Manuskrip yaitu pidato dengan naskah. Di sini tidak
berlaku istilah menyampaikan pidato tapi membacakan pidato.
Karena pembicara akan membacakan pidato dari awal sampai
akhir. Jenis pidato ini sangat perlu dilakukan, jika isi pidato yang
akan disampaikan tidak boleh terdapat kesalahan. Misalnya, ketika
seseorang diminta untuk melaporkan keadaan keuangan, berapa
pemasukan, dari mana saja sumbernya, dan berapa pengeluaran
serta untuk apa uang dikeluarkan, orang tersebut perlu
menuliskannya dalam bentuk naskah dan baru kemudian
membacakannya. Manuskrip juga sangat dibutuhkan oleh tokoh
nasional, sebab kesalahan sedikit saja dapat menimbulkan
kekacauan nasional.
Keuntungan :

Kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya sehingga dapat


menyampaikan arti yang tepat dan pernyataan yang gamblang,
Pernyataan dapat dihemat, karena manuskrip dapat disusun
kembali,
Kefasihan bicara dapat dicapai karena kata-kata sudah
disiapkan,
Hal-hal yang ngawur atau menyimpang dapat dihindari,
Manuskrip dapat diterbitkan atau diperbanyak.
Kerugian :
Komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara
tidak berbicara langsung kepada mereka,
Pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik karena
ia lebih berkonsentrasi pada teks pidato, sehingga akan
kehilangan gerak dan bersifat kaku,
Umpan balik dari pendengar tidak dapat mengubah,
memperpendek atau memperpanjang pesan,
Pembuatannya lebih lama.
3. Pidato Memoriter yaitu pesan pidato yang ditulis dalam bentuk
naskah kemudian dihapalkan kata demi kata.
Keuntungan :

Kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya karena memiliki


persiapan yang baik,
Jika mampu menghapalnya pidato akan lancar,
Gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian.
Kerugian :

Pidato tampak datar dan monoton, sehingga pembicara tidak


akan mampu menarik perhatian hadirin,
Komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara
beralih pada usaha untuk mengingat kata-kata,
Memerlukan banyak waktu persiapan.
4. Pidato Ekstemporan yaitu pidato yang telah dipersiapkan
sebelumnya berupa garis-garis besar (outline) dan pokok
penunjang pembahasan (supporting points), tetapi pembicara tidak
berusaha mengingatnya kata demi kata. Pidato jenis ini adalah
pidato yang paling baik dan paling sering digunakan oleh
pembicara yang telah mahir dan berpengalaman. Out-line hanya
merupakan pedoman untuk mengatur gagasan yang ada dalam
pikiran pembicara.
Keuntungan :

Komunikasi pendengar dan pembicara lebih baik karena


pembicara berbicara langsung kepada pendengar atau
khalayaknya,
Pesan dapat fleksibel untuk diubah sesuai dengan kebutuhan
dan penyajiannya lebih spontan.
Kerugian :

Memerlukan latihan yang intensif bagi pembicaranya


Kemungkinan menyimpang dari garis besar besar sangat besar,
Kefasihan bias terhambat karena kesukaran memilih kata-kata
Berdasarkan tujuan pokok pidato yang disampaikan, jenis-jenis pidato
dibedakan atas:
1. Pidato Informatif (memberitahu/mengabarkan)adalah pidato
yang tujuan utamanya untuk menyampaikan informasi agar orang
menjadi tahu tentang sesuatu. Reaksi yang diinginkan adalah
adanya pengertian dan pemahaman pendengar atas informasi yang
disampaikan.
2. Pidato Persuasif (mendorong/mengajak) adalah pidato yang
tujuan utamanya membujuk atau mempengaruhi orang lain agar
mau menerima ajakan yang disarankan secara sukarela bukan
dengan sukar rela. Reaksi yang diinginkan adalah membangkitkan
emosi agar pendengar dapat menyutujui atau meyakini dan
mungkin membangkitkan timbulnya tindakan tertentu pada
pendengar.
3. Pidato Rekreatif (menghibur) adalah pidato yang tujuan
utamanya adalah menyenangkan atau menghibur orang lain.
Reaksi yang diinginkan adalah terhiburnya pendengar sehingga
muncul suatu kegembiraan.
Namun demikian, perlu disadari bahwa dalam kenyataannya
ketiga jenis pidato ini tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling
melengkapi satu sama lain. Perbedaan di antara ketiganya semata-
mata hanya terletak pada titik berat (emphasis) tujuan pokok pidato.

3.3 Kerangka Susunan Pidato


Skema susunan suatu pidato yang baik :

1. Pembukaan dengan salam pembuka,


2. Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi
3. Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud,
tujuan, sasaran, rencana, langkah, dll.
4. Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam
penutup, dll)

4. Brainstorming
4.1 Pengertian Brainstorming
Brainstorming sudah lama dikenal sebagai teknik untuk menghasilkan
gagasan dan ide kreatif sebanyak mungkin dalam sebuah kelompok. Pada
dasarnya brainstormingadalah salah satu bentuk diskusi kelompok atau
musyawarah yang bertujuan untuk mencari solusi masalah. Masing-masing
anggota kelompok dituntut untuk menyampaikan ide-ide kreatif secara spontan
dalam sebuah sesi khusus. Penggalian ide-ide itu merupakan bagian dari proses
problem solving atau lebih tepatnya tahap pengumpulan gagasan sebagai bahan
untuk memecahkan masalah dalam kelompok tersebut.
Teknik brainstorming pertama kali dicetuskan oleh Alex Osborn pada
tahun 1953 dalam bukunya Applied Imagination. Penggalian ide dengan teknik
ini bermula dari pemikiran Osborn yang menganggap bahwa aliran ide spontan
yang muncul dari banyak orang lebih baik daripada gagasan seorang diri.
Brainstorming mengacu pada penggalian ide berdasarkan kreativitas berpikir
manusia. Peserta diskusi bebas menyampaikan pendapat tanpa rasa takut terhadap
kritik dan penilaian sebab selama tahap pengumpulan ide semua gagasan akan
ditampung tanpa memberi label ide baik atau ide buruk. Proses diskusi dan
evaluasi baru dimulai ketika semua ide telah tergali habis dan tidak ada lagi
gagasan menarik yang ingin disampaikan oleh anggota kelompok.
Selain format kelompok, metode curah gagasan ini juga dapat
dilaksanakan secara individual. Di sini individu bebas mengeksplorasikan ide-
idenya yang dituangkan dalam bentuk mind map. Meskipun cara ini cocok
diterapkan bagi pribadi introvert yang sering kesulitan mengemukakan
pendapatnya di muka umum, namun brainstorming secara kelompok dinilai lebih
efektif karena ide dari banyak orang akan memperluas cakupan pemikiran serta
lebih banyak gagasan yang muncul secara spontan.
4.2 Karakteristik Brainstorming
Saat ada permasalahan yang memerlukan solusi cemerlang atau saat
merencanakan ide kegiatan yang menarik, teknik brainstorming sangat efektif
digunakan. Namun, banyak yang kurang memahami point penting yang
merupakan nilai lebih penggunaan metode brainstorming. Berikut ini 7 (tujuh)
karakteristik dalam brainstorming:
1. Ide Tanpa Batas
Dalam mengumpulkan ide-ide dari kelompok, semua pendapat diterima.
Tak ada yang boleh mengkritik, menyanggah atau melewatkan satu ide
pun. Segila apapun ide itu, entah logis atau tidak logis, semua diterima.
Jangan biarkan satu orangpun ragu untuk mengungkapkan setiap ide yang
terlintas di kepala mereka. Siapa tahu solusi jitu yang dicari berawal dari
sebuah ide yang dianggap aneh atau tak masuk akal.
2. Batasi Waktu
Waktu yang terbatas akan membuat pikiran bekerja lebih keras. Batasi
proses brainstorming dengan singkat, sekitar 10 sampai 20 menit.
Pastikan brainstorming dimulai dan diakhiri tepat waktu. Singkatnya
waktu juga penting untuk mengurangi candaan yang tidak perlu,
meskipun tidak dilarang. Karena ide cemerlang kadang keluar saat kita
mencari ide yang konyol untuk bercanda.
3. Catat
Yang tak boleh tertinggal dalam brainstorming adalah satu orang yang
cukup cekatan untuk mencatat semuanya. Semua usulan yang masuk
wajib dicatat. Lebih baik jika catatan dibuat dengan model mind
maping sehingga pada akhirnya mudah di riview dan diambil
kesimpulan. Jangan ragu untuk mencatat dengan alat yang paling kamu
anggap efektif. Misalnya white board, lembaran kertas kecil, notebook,
atau bahkan merekamnya.
4. Utamakan Kuantitas, Bukan Kualitas
Tujuan utama brainstorming adalah mencari ide sebanyak mungkin.
Jangan berhenti sejenak untuk melihat dan menilai ide-ide yang telah
terkumpul. Prinsipnya, semakin banyak ide yang masuk, semakin besar
kemungkinan salah satu dari ide-ide itu adalah solusi yang paling
cemerlang.
5. Gunakan Kedua Belah Otak
Orang yang sedang berpikir serius biasanya hanya menggunaka otak kiri.
Di sisi lain, ide kreatif memerlukan otak kanan. Itulah pentingnya tak ada
larangan untuk bercanda, asal porsinya tak terlalu banyak. Cara mencatat
ide yang terkumpul dengan pena berwarna dan format menarik juga
merangsang kerja otak kanan kita.
6. Have Fun
Sangat penting membuat suasana saat brainstorming tetap menyenangkan.
Makanya seorang pemimpin diskusi harus mampu mengawali diskusi
dengan sesuatu yang membuat suasana menyenangkan.
7. Jangan terlewatkan
Seaneh apapun ide itu, sekalipun seperti tak ada hubungannya dengan
masalah yang dibahas, jika memang terlintas di pikiran jangan sampai
tidak disampaikan. Keragu-raguan untuk mengungkapkan ide yang
terlintas akan beresiko membuat ide bagus terlewatkan.

4.3 Metode Pelaksanaan Brainstorming


Menurut Dra.Roestiyah, (2008:73-75) penggunaan metode ini dengan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan
2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut
5. Menarik kesimpulan

Brainstormingacapkali diterapkan dalam format diskusi kelompok yang


terdiri dari fasilitator (moderator), recorder (notulen), dan peserta diskusi.
Fasilitator bertugas untuk mengatur aliran ide-ide dari peserta serta memandu
jalannya diskusi itu secara menyeluruh. Sementara itu, recorder akan mencatat
semua ide-ide kreatif yang muncul pada saat sesi brainstorming. Idealnya, jumlah
peserta diskusi berkisar antara 10-12 orang. Apabila peserta diskusi terlalu
banyak dikuatirkan akan memakan waktu yang cukup panjang untuk menggali
ide-ide dari semua peserta.

4.4 Aturan dasar dalam Brainstorming


Terdapat empat aturan dasar dalam Brainstorming , yaitu:

1. Focus on quantity atau fokus pada kuantitas. Asumsi yang berlaku disini
adalah semakin banyak ide yang dihasilkan, semakin besar pula
kesempatan untuk menghasilkan solusi yang radikal dan efektif.

2. Withhold criticism atau penundaan kritik. Dalam Brainstorming, kritikan


atas ide yang muncul akan ditunda. Penilaian dilakukan di akhir sesi, hal
ini untuk membuat para siswa merasa bebas untuk memunculkan berbagai
macam ide selama pembelajaran berlangsung.

3. Welcome unusual ideas atau sambutan terhadap ide yang tak biasa. Ide
yang tak biasa muncul disambut dengan hangat. Bisa jadi, ide yang tak
biasa ini merupakan solusi masalah yang akan memberikan perspektif
yang bagus untuk kedepannya.

4. Combine and improve ideas atau kombinasikan dan perbaiki ide-ide. Ide-
ide yang bagus dapat dikombinasikan menjadi satu ide yang lebih baik.
5. Debat

5.1 Pengertian Debat

Debat merupakan kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih,
baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan
memutuskan masalah dan perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan
dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negara-negara yang
menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-
aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau
keputusan juri

5.2 Penggunaan Debat :


Dalam masyarakat demokratis,debat memegang peranan penting anatara lain :

1. Dalam perundang-undangan

2. Dalam politik

3. Dalam perusahaan atau bisnis

4. Dalam hukum dan

5. Dalam pendidikan .

5.3 Jenis-jenis Debat :


Berdasarkan bentuk,maksut,dan metode-nya maka debat dapat' diklasifikasikan
atas tipe-tipe atau kategori, yaitu :

a) Debat Parlementer / Majelis ( assembly or parlementary debating )


Adapun maksud dan tujuan majelis ialah untuk memberi dan menambahi
dukungan bagi suatu undang-undang tertentu dan semua anggota yang ingin
menyatakan pandangan dan pendapatnya pun berbicara mendukung atau
menentang usul tersebut setelah mendapat izin dari majelis .
b) Debat Pemeriksaan ulangan untuk mengetahui kebenaran pemeriksaan
terdahulu (cross-examination debating).
Adapun maksud dan tujuan perdebatan ini ialah mengajukan serangkaian
pertanyaan yang satu sama lain erat berhubungan,yang akan menyebabkan para
individu yang ditanya menunjang posisi yang hendak ditegakkan dan diperkokoh
oleh sang penanya.
c) Debat Formal,Konvesional,atau Debat Pendidikan ( Formal,Conventional,or
Educational debating )
Tujuan debat formal adalah memberi kesempatan bagi dua tim pembicara
untuk mengemukakan kepada para pendengar sejumlah argument yang
menunjang atau yang membantah suatu usul . Setiap pihak diberi jangka waktu
yang sama bagi pembicara-pembicara konstruktif dan bantahan .
Ketiga tipe ini dipergunakan disekolah-sekolah dan perguruan tinggi,tetapi
debat parlementer merupakan ciri badan-badan legislatif . Debat pemeriksaan
ulangan adalah suatu teknik yang dikembangkan dikantor-kantor pengadilan,dan
debat formal didasarkan pada konversi-konversi debat bersama secara politis .

5.4 Sikap dan Teknik Berdebat


Para anggota debat yang tidak berpengalaman sering kali menimbulkan
kebencian para pendengar karena sifat mereka suka bertengkar,suka
bercekcok,dan menganggap dirinya selalu benar. Seorang pendebat haruslah
bersifat rendah hati, wajar,ramah,dan sopan tanpa kehilangan kekuatan dalam
argument-argumennya . Dia harus menghindarkan pernyataan yang berlebih-
lebihan terhadap kasusnya dan mempergunakan kata-kata dan ekspresi-ekspresi
yang samar-samar yang tidak dikehendaki oleh faktanya ,dengan perkataan lain
justru tidak menunjang kasus yang dikemukakannya .

Norma-norma dalam berdebat :


Bila kita ingin mencapai tujuan yang sebenarnya harus sesuatu perdebatan,maka
mau tidak mau haruslah ditunjang dengan sebaik-baiknya oleh beberapa hal.
Semua pembicara hendaklah memiliki :
a. Pengetahuan yang sempurna mengenai pokok pembicaraan;
b. Kompetensi atau kemampuan menganalisis;
c. Pengertian mengenai prinsip-prinsip argumentasi;
d. Apresiasi terhadap kebenaran fakta-fakta;
e. Kecakapan menemukan buah pikiran yang keliru dengan penalaran;
f. Keterampilan dalam pembuktian kesalahan ;
g. Pertimbangan dalam persuasi;
h. Keterarahan,kelancaran,dan kekuatan dalam cara atau penyampaian pidato.
Debat Kompetitif
Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan
ditingkat sekolah dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai
pertandingan dengan aturan ("format") yang jelas dan ketat antara dua pihak yang
masing-masing mendukung dan menentang sebuah pernyataan. Debat disaksikan
oleh satu atau beberapa orang juri yang ditunjuk untuk menentukan pemenang
dari sebuah debat. Pemenang dari debat kompetitif adalah tim yang berhasil
menunjukkan pengetahuan dan kemampuan debat yang lebih baik.

Debat Kompetitif dalam Pendidikan


Tidak seperti debat sebenarnya di parlemen, debat kompetitif tidak
bertujuan untuk menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan untuk
mengembangkan kemampuan-kemampuan tertentu di kalangan pesertanya,
seperti kemampuan untuk mengutarakan pendapat secara logis, jelas dan
terstruktur, mendengarkan pendapat yang berbeda, dan kemampuan berbahasa
asing (bila debat dilakukan dalam bahasa asing).
Namun, beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif
didasarkan atas debat formal yang dilakukan di parlemen. Dari sinilah muncul
istilah "debat parlementer" sebagai salah satu gaya debat kompetitif yang populer.
Ada berbagai format debat parlementer yang masing-masing memiliki aturan dan
organisasinya sendiri.
Kejuaraan debat kompetitif parlementer tingkat dunia yang paling diakui
adalah World Universities Debating Championship (WUDC) dengan gaya British
Parliamentary di tingkat universitas dan World Schools Debating Championship
(WSDC) untuk tingkat sekolah menengah atas.
Kompetisi debat bertaraf internasional umumnya menggunakan bahasa
Inggris sebagai pengantar. Tidak ada bantuan penerjemah bagi peserta manapun.
Namun, beberapa kompetisi memberikan penghargaan khusus kepada tim yang
berasal dari negara-negara yang hanya menggunakan bahasa Inggris sebagai
bahasa kedua (English as Second Language - ESL).
Negara-negara yang terkenal dengan tim debatnya antara lain Inggris,
Australia, Irlandia, dan Amerika Serikat. Di Asia, negara yang dianggap relatif
kuat antara lain Filipina dan Singapura.

Debat Kompetitif di Indonesia


Di Indonesia, debat kompetitif sudah mulai berkembang, walaupun
masih didominasi oleh kompetisi debat berbahasa Inggris. Kejuaraan debat
parlementar pertama di tingkat universitas adalah Java Overland Varsities English
Debate(JOVED) yang diselenggarakan tahun 1997 di Universitas Katolik
Parahyangan, Bandung, dan diikuti oleh tim-tim dari berbagai wilayah di P.
Jawa. Kejuaraan debat se-Indonesia yang pertama adalah Indonesian Varsity
English Debate(IVED) 1998 di Universitas Indonesia. Hingga kini (2006), kedua
kompetisi tersebut diselenggarakan setiap tahun secara bergilir di universitas
yang berbeda.
Sejak 2001, Indonesia telah mengirimkan delegasi ke WSDC. Delegasi
tersebut dipilih setiap tahunnya melalui Indonesian Schools Debating
Championship(ISDC) yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan
Nasionalbekerjasama dengan Association for Critical Thinking (ACT).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Berdasarkan latar belakang dan pembahasan dalam makalah ini, maka

dapat disimpulkan bahwa :


1.
2. Seminar adalah kegiatan yang memungkinkan hadirnya informasi atau
temuan baru yang dilakukan mahasiswa dengan bimbingan seorang guru
besar atau ahli dalam membahas suatu masalah.
3. Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan
kepada orang banyak. Pidato juga berarti kegiatan seseorang yang
dilakukan di hadapan orang banyak dengan mengandalkan kemampuan
bahasa sebagai alatnya.
4. Brainstorming adalah teknik untuk menghasilkan gagasan dan ide kreatif
sebanyak mungkin dalam sebuah kelompok.
5. Debat merupakan kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih,
baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan
memutuskan masalah dan perbedaan.
Saran

Penulis menyadari akan kekurangan bahan dari materi makalah ini jadi
penulis menyarankan apabila terdapat kekurangan atau isi dari makalah ini maka
saran saran kritik dari pembaca adalah penutup dari semua kekurangan kami
dan menjadikan semua itu guna menjadi bahan acuan untuk memotivasi dan
menyempurnakan makalah kami.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Pengertian Pidato, Tujuan, Sifat, Metode, Susunan dan Persiapan
Pidato Sambutan.http://organisasi.org/pengertian-pidato-tujuan-sifat-metode-
susunan-dan-persiapan-pidato-sambutan (diakses tanggal 4 Mei 2010)

Anonim. 2010. Jenis Pidato. http://archevn.host22.com/page4.html (Diakses tanggal 4


Mei 2010)

Kelas Dua Ge.2012. Makalah Debat Keterampilan Berbahasa. Dalam


http://http://kduage.blogspot.co.id/p/debat_21.html. (diakses tanggal 15 Mei
2016)

https://id.wikipedia.org/wiki/Debat. (diakses tanggal 15 Mei 2016)

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta


Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara
Bahasa Indonesia. Bandung : Erlangga
Kerf, Gorys. 1993. Komposisi.Flores : Nusa Indah
Trigan, Henry Guntur. 1993. Berbicara. Bandung : Angkasa
Octarina , Emilda . 2013. Presentasi , Seminar, dan Pidato.
http://emildaoctarina.blogspot.co.id. (Diakses pada tanggal 15 Mei 2016)
Ismi, Saprijal .2012.Seminar Bahasa Indonesia. http://saprijalismi.blogspot.co.id.
( Diakses pada tanggal 15 Mei 2016)

Anda mungkin juga menyukai