Anda di halaman 1dari 13

REKAYASA IDE

ILMU SOSIAL BUDAYA


DOSEN PENGAMPU : Drs. Muhammad Arif, M.Pd

DISUSUN OLEH:
Nama :Surya Juliandri Gultom
NIM : 6193311068
Kelas : PJKR V D 2019

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Rahmat dan Karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kuliah Rekayasa Ide ini
dengan baik .

Tugas Rekayasa Ide ini merupakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial
Budaya Dasar. Dalam proses menyelesaikan tugas ini penulis mendapat berbagai bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Drs.
Muhammad Arif, M.Pd. selaku Dosen Pengampu mata kuliah ini. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Rekayasa Ide ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Kritik konstruktif sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah. Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua terutama dalam mata kuliah Rekayasa Ide.

Medan, 20 November 2021

SURYA JULIANDRI GULTOM


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................

1. Latar Belakang ..................................................................................................................


2. Tujuan ...............................................................................................................................
3. Manfaat .............................................................................................................................
BAB II IDETIFIKASI PERMASALAHAN.............................................................................
1. Jenis Lingkungan Sosial Di indonesia .................................................................................
2. Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Lingkungan Sosial Budaya..................................

BAB III SOLUSI DAN PEMBAHASAN ..................................................................................


1. Sistem Budaya Di Indonesia ................................................................................................
2. Ide-Ide Dari Gagasan Masalah Budaya Di Indonesia..........................................................

BAB IV PENUTUP .....................................................................................................................

1. Kesimpulan ..........................................................................................................................
2. Saran ....................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Lingkungan sosial budaya adalah hubungan timbal balik atau interaksi antara masyarakat
dengan lingkungan. Manusia yang dalam hal ini adalah terdiri dari orang-orang secara
individual maupun kelompok dan terbentuk menjadi sebuah masyarakat mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan lingkungan sekitar. Keduanya saling mempengaruhi.
Pengaruh alam terhadap manusia lebih bersifat pasif, sedangkan pengaruh manusia
terhadap alam lebih bersifat aktif. Karena, manusia mempunyai kemampuan untuk
mengeksploitasi alam sehingga mampu mengubah alam sesuai dengan apa yang
dikehendakinya. Semakin tinggi kebudayaan manusia, maka akan semakin
beranekaragam kebutuhan hidupnya. Hal tersebut juga akan berpengaruh terhadap
perhatian manusia terhadap lingkungan alam. Meskipun, alam tidak memiliki keinginan
dan kemampuan aktifuntuk melakukan eksploitasi, namun secara tidak langsung akan
terasa pengaruhnya bagi lingkungan dan kehidupan manusia. Lingkungan sosial budaya
terdiri dari pola interaksi antara budaya, teknologi dan organisasi sosial, termasuk di
dalamnya jumlah penduduk dan perilakunya yang terdapat dalam lingkungansosial
tertentu.
Sebagaimana diketahui bahwa kebudayaan mengalami perkembangan (dinamis) seiring
perkembangan manusia itu sendiri, oleh karenanya tidak ada kebudayaan yang bersifat
statis. Setiap masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan-perubahan.
Berdasarkan sifatnya, perubahan yang terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan,
namun dapat juga menuju ke arah kemunduran. Perubahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat turut mempengaruhi kehidupan masyarakat. Perubahan itu dapat terjadi
dalam berbagai bidang kehidupan, tingkah laku termasuk pada hidupnya. Di dalam
masyarakat akan terlihat dengan jelas masyarakat yang mendapat pengaruh perubahan
sosial budaya dan masyarakat yang tidak mendapat pengaruh. Perubahan-perubahan
masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial norma-norma sosial, pola-pola perilaku
organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat,
kekuasaan dan wewenang interaksi sosial. Seperti, contoh sederhana yang dapat kita lihat
secara langsung akibat dari perubahan tekhnologi. Sekarang ini sudah jarang sekali kita
temukan orang berinteraksi dalam jarak jauh menggunakan via surat, akan tetapi, saat ini
yang kita temui adalah semua masyarakat sudah membudaya menggunakan telepon
seluler (HP) untuk menjalin komunikasi. Semua kalangan mulai dari yang anak kecil
samapai kakek-nenek menggunakan gadget, akibatnya banyak juga bermunculan dampak
negative penyalahgunaan gadget.
2. Tujuan
a. Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar.
b. Untuk mengetahui permasalahan yang ada terkait ide yang diambil.
c. Untuk mengetahui cara mengatasi permasalahan yang ada.
3. Manfaat
a. Menambah wawasan penulis dan pembaca.
b. Mengetahui cara mengatasi permasalahan mengenai budaya.
BAB II

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

1. Jenis Lingkungan Sosial di indonesia


Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan
perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio psikologis,
yang termasuk di dalamnya adalah proses belajarSeperti yang dijelaskan di awal bahwa
lingkungan sosial budaya adalah hubungan timbal balik atau suatu interaksi yang terjadi
antara masyarakat dengan lingkungannya, di mana keduanya adalah saling memberikan
pengaruh untuk satu sama lain.
Dalam hal ini lingkungan sosial dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Lingkungan Sosial Primer
Lingkungan sosial primer adalah lingkungan di mana kumpulan-kumpulan masyarakat
yang ada di dalam lingkungan tersebut memiliki hubungan yang erat dan saling
mengenal baik. Contohnya, masyarakat-masyarakat di pedesaan atau di daerah pinggir
perkotaan kebanyakanadalah termasuk dari lingkungan sosial primer. Karena, di tempat
tinggal mereka sifat kebersamaan, gotong royong, kekeluargaan, menjaga silaturahmi
masih sangat kental di dalamnya.
b. Lingkungan Sosial Sekunder
Lingkungan sosial sekunder adalah kebalikan dari lingkungan sosial primer, lingkungan
sosial sekunder adalah lingkugan sosial di mana masyarakat yang ada di dalamnya
cenderung individualis, cuek, bersikap acuh tak acuh kepada sesamanya. Contohnya,
masyarakat di komplek-komplek perkotaan, mereka cenderung tidak mengenal satu sama
lainnya di lingkungan tempat tinggal mereka, tidak peduli akan sesamanya. Nilai-nilai
sosial dalam lingkungan sosial sekunder sangat sedikit sekali yang mengamalkan.
c. Pola Perubahan Sosial Budaya
Lingkungan sosial budaya terdiri dari pola interaksi antara budaya, teknologi dan
organisasi sosial, termasuk di dalamnya jumlah penduduk dan perilakunya yang terdapat
dalam lingkungan spasial tertentu.
Ada beberapa pola-pola perubahan sosial budaya, di antaranya yaitu :
 Akulturasi
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul di mana suatu kelompok manusia
dengan kebudayaan tertentu yang mereka miliki dihadapkan dengan unsur-unsur dari
suatu kebudayaan asing. Sehingga kebudayaan asing itu lambat laun akan diterima
atau diresap dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan
hilangnya unsur kebudayaan asli dari kelompok itu sendiri.
 Asimilasi
Asimilasi adalah pencampuran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri
khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaancampuran. Biasanya golongan
yang ikut dalam suatu proses asimilasi adalah suatu golongan mayoritas dan beberapa
golongan minoritas. Dalam hal ini golongan minoritas lah yang kebanyakan
melakukan atau mengubah sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan dan
menyesuaikannya dengan kebudayaan golongan mayoritas secara sedemikian rupa
sehingga lambat laun kehilangan kebudayaannya, dan masuk ke dalam kebudayaan
mayoritas.
 Difusi
Difusi adalah suatu proses penyebaran unsur-unsur budaya dari suatu kelompok ke
kelompok lainnya. Difusi berlangsung baik di dalam masyarakat maupun antar
masyarakat. Difusi terjadi manakala beberapa masyarakat saling berhubungan.
Masyarakat juga dapat mengelakkan diri dari difusi dengan cara mengeluarkan
larangan dilakukannya kontak dengan masyarakat lain. difusi disebut sebagai
penyebaran unsure-unsur budaya dimana penyebaran unsur-unsur kebudayaan
biasanya dibawa oleh sekelompok manusia dari suatu kebudayaan yang melakukan
migrasi ke suatu tempat.
2. Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Lingkungan Sosial Budaya
Banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, baik yang
menguntungkan atau positif maupun yang tidak menguntungkan atau negatif. Berikut adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lingkungan sosial budaya, yaitu:
a. Faktor Geografis
Temperatur yang terlalu tinggi, adanya badai atau gempa bumi, memberi pengaruh pada
manusia. Sedikit banyaknya sumber-sumber kekayaan alam akan sangat menentukan
jenis kehidupan yang dialami. Meskipun perubahan besar dalam segi lingkungan fisik
jarang terjadi, namun bila perubahan seperti itu benar-benar terjadi, maka pengaruhnya
sangatlah besar. Misalnya, bencana lumpur Lapindo yang terjadi di Sidoarjo dahulu
Sidoarjo merupakan daerah yang sangat tentram dengan banyak industry dan pemukiman
yang damai di sana. Namun, setelah terjadi bencana lumpur Lapindo saat ini berubah
menjadi lahan tandus penuh lumpur, dan tidak berpenghuni karena semua masyarakat
yang awalnya tinggal dan bekerja di sana sekarang telah menyebar mencari tempat lain
sehingga mempengaruhi perubahan sosial budaya.
b. Faktor Teknologi
Penggunaan alat-alat transportasi dan komunikasi yang canggih banyak memberi
kemudahan bagi masyarakat untuk berkomunikasi dan menerima informasi baru dari luar
dalam waktu yang relatif singkat sehingga dapat berdampak positif maupun negatif.
c. Faktor Ideologi
Ideologi dasar yang terdiri dari keyakinan dan nilai-nilai yang bersifat kompleks dapat
dijadikan alat untuk memelihara, tetapi ia akan membantu mempercepat timbulnya
perubahan jika keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai tersebut tidak lagi dapat memenuhi
tuntutan kebutuhan masyarakat.
d. Faktor Kepemimpinan
Perubahan-perubahan sosial seringkali dipelopori oleh pemimpin yang kharismatik
karena mereka mampu menarik pengikut-pengikut dalam jumlah besar yang akan
bergabung dengan mereka dalam gerakan sosial.
Contoh: Martin Luther King, Gandhi dan Soekarno-Hatta, gerakan yang dipimpin oleh
ketiga orang tersebut berhasil karena pengikut mereka menaruh kepercayaan penuh.
e. Faktor Penduduk
Perubahan penduduk itu sendiri merupakan suatu perubahan sosial. Di samping itu,
perubahan penduduk juga merupakan faktor penyebab timbulnya perubahan sosial dan
budaya. Peningkatan dan penurunan jumlah penduduk secara radikal dapat menjadi
penyebab terjadinya perubahan sosial. Pertambahan penduduk berdampak pada
pengangguran, kemiskinan, kriminalitas dan sebagainya. Pengurangan jumlah penduduk
secara drastis misalnya karena bencana alam dapat mengakibatkan perubahan penduduk
di bidang organisasi sosial, seperti dibentuknya relawan-relawan kesetiakawanan sosial.
f. Faktor Pendorong Perubahan Lingkungan Sosial Budaya
Terdapat beberapa faktor yang menjadi pendorong untuk melakukan suatu perubahan
lingkungan sosial budaya, yaitu:
 Kontak dengan Budaya Lain
Kontak merupakan proses penyampaian informasi tentang ide, keyakinan, dan hasil-
hasil budaya. Adanya kontak dengan budaya lain menjadikan satu kebudayaan
bertemu dan saling bertukar informasi. Misalnya kontak dagang antara pedagang
nusantara dengan pedagang India, Arab, dan Barat. Kebudayaan mereka saling
mempengaruhi yang akhirnya membawa perubahan sosial budaya. Oleh karena itu,
seringnya melakukan kontak dengan budaya lain akan mempercepat laju perubahan
sosial budaya.
 Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain
Tidak adanya apresiasi terhadap karya orang lain menjadikan seseorang enggan untuk
berkarya. Namun, akan berbeda jika setiap orang menghargai hasil karya orang lain.
Setiap orang akan berlomba-lomba menciptakan suatu karya yang bermanfaat bagi
masyarakat. Karya-karya inilah yang mendorong munculnya perubahan sosial
budaya.
 Sistem Pendidikan yang Maju
Pendidikan mengajarkan seseorang untuk berpikir ilmiah dan objektif. Dengan
kemampuan tersebut, seseorang dapat menilai bentuk kebudayaan yang sesuai dengan
kebutuhan serta kebudayaan yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman.
Berbekal pengetahuan itu seseorang melakukan perubahan pada kebudayaan jika
dirasa perlu. Oleh karena itu, sistem pendidikan tinggi mampu mendorong munculnya
perubahan sosial budaya.
 Keinginan untuk Maju
Tidak ada seorang pun yang puas dengan keadaan sekarang. Mereka umumnya
menginginkan sesuatu yang lebih baik dari keadaan saat ini. Oleh karena itu, orang
akan melakukan berbagai upaya guna melakukan perubahan hidup yang tentunya ke
arah kemajuan. Misalnya seorang pelajar mengikuti kursus komputer untuk
menambah pengetahuan dan keterampilan komputer.
 Toleransi terhadap Perubahan
Sikap toleransi dibutuhkan untuk mempercepat laju perubahan sosial budaya dalam
masyarakat. Adanya sikap toleransi menjadikan masyarakat lebih mudah menerima
halhal baru. Masyarakat akan menerima hal-hal baru yang dirasa membawa kebaikan.
 Penduduk yang Heterogen
Masyarakat yang heterogen memudahkan terjadinya perubahan sosial budaya. Hal ini
dapat dilihat pada masyarakat Indonesia. Penduduk Indonesia terdiri atas bermacam-
macam suku, ras, dan ideologi. Perbedaan-perbedaan yang ada tidak selamanya
membawa keuntungan bagi Indonesia. Perbedaan tersebut dapat menimbulkan
konflik jika tidak disertai dengan rasa toleransi yang tinggi. Konflik-konflik inilah
yang mendorong munculnya perubahan sosial budaya.
 Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang Kehidupan Tertentu
Setiap orang tidak akan pernah puas dengan keadaannya saat ini. Berbagai cara dan
upaya mereka lakukan untuk mengubah taraf hidup. Rasa tidak puas terhadap
keadaan mendorongnya melakukan berbagai perubahan. Hal ini pun terjadi pada
masyarakat Indonesia ketika reformasi digulirkan. Rasa tidak puas terhadap
pemerintahan saat itu mendorong masyarakat menuntut perubahan secara total.
 Sistem Pelapisan Terbuka
Sistem pelapisan terbuka memungkinkan terjadinya gerak sosial vertikal yang lebih
tinggi. Sistem ini memberi kesempatan kepada seseorang untuk maju. Kesempatan
untuk menaiki strata yang lebih tinggi mendorong seseorang melakukan perubahan ke
arah yang lebih baik.
 Orientasi ke Masa Depan (Visioner)
Pandangan yang visioner mendorong seseorang melakukan beragam perubahan. Bagi
mereka masa lalu adalah sesuatu yang patut untuk dikenang, bukan sebagai pedoman
hidup. Masa depan harus lebih baik dari masa sekarang. Visi inilah yang mendorong
seseorang melakukan perubahan.
 Sikap Mudah Menerima Hal-Hal Baru
Suatu perubahan akan berdampak besar jika setiap orang menerima perubahan
tersebut. Keadaan ini menjadi berbeda jika tidak ada seorang pun yang menanggapi
perubahan tersebut. Perubahan akan berlalu begitu saja tanpa ada masyarakat yang
mengikutinya. Oleh karena itu, sikap mudah menerima hal-hal baru mendorong
terjadinya perubahan sosial budaya di masyarakat.
BAB III

SOLUSI DAN PEMBAHASAN

1. Sistem Budaya Di Indonesia


Masyarakat dan kebudayaan, yang dapat disebut kehidupan sosial-budaya, merupakan
pengertian-pengertian, konsep-konsep dan kategori-kategori yang dalam ilmu-ilmu sosial
dan budaya seperti sosiolog, antropologi sosial dan antropologi budaya, ilmu politik dan
pemerintahan, filsafat, psikologi, sejarah, ilmu susastra dan ilmu bahasa, sering dibahas.
Dalam pembahasan, sistem sosial seringkali dipisahkan dari sistem budaya, padahal
kedua pengertian tersebut tak dapat dengan tegas dipisah-pisahkan. Dalam kehidupan
masyarakat, gejala-gejala sosial dan gejala-gejala budaya hampir selalu, atau bahkan
selalu, saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga gejala-gejala dan kebiasaan-
kebiasaan sosial tidak bisa dipisahkan dari gejala-gejala dan kebiasaan-kebiasaan budaya,
demikian pun sebaliknya.
Bahkan, seringkali tidak mudah orang melihat suatu gejala atau peristiwa itu gejala atau
peristiwa sosial atau budaya, sistem-sistem sosial tidak bisa dipisahkan secara tegas dari
sistem-sistem budaya, sehingga persoalan konseptual mengenai sistem sosial dan sistem
budaya lebih memadai apabila dilakukan dalam satuan pembahasan sehingga kita
mengenal sistem-sistem sosial-budaya (socio-cultural systems).
Pembahasan mengenai masyarakat dan kebudayaan atau kebudayaan dan masyarakat
merupakan pembahasan yang sering menimbulkan perdebatan, terutama dalam ilmu-ilmu
tentang kemanusiaan, hubungan antar manusia-manusia dan hubungan antar
manusia masyarakat, beserta kebudayaannya, baik dalam sosiologi, antropologi sosial
dan antropologi budaya maupun dalam bidang-bidang ilmu-ilmu sosio-humaniora
lainnya, bahkan dalam biologi dan sistem ekologi. Keadaan demikian dapat disadari
karena senantiasa terjadi interaksi, dialog, dan hubungan timbal-balik antara masyarakat
dan kebudayaannya, atau kebudayaan dan masyarakatnya, yang berkesinambungan sesuai
dengan karakteristik dan dinamikanya, sehingga berlangsung tesa dan antitesa yang
selalu menghasilkan sintesa sementara. Selain itu juga karena terjadinya perubahan,
transformasi terus-menerus dalam masyarakat dan dalam praktek-praktek kebudayaan,
sehingga dari waktu ke waktu, dari zaman ke zaman, pemahaman, pengertian dan konsep
mengenai masyarakat dan kebudayaan menjadi pembahasan yang mendapat perhatian.
Menurut Tim Ingold.
Unsur-unsur kebudayaan yang tampak, nyata dan kelihatan dapat berwujud materi atau
benda yang dapat disentuh dan dirasakan oleh panca-indera manusia, sesungguhnya
merupakan hasil dan perwujudan dari unsur-unsur kebudayaan manusia yang tak dapat
disentuh dan tak dapat dirasakan oleh panca-indera manusia. Unsur-unsur kebudayaan
yang bersifat kebendaan (tangibles, material goods) seperti bangunan, mesin, peralatan,
pakaian dan hasil teknologi lainnya, seperti komputer, baik secara langsung maupun tidak
langsung, merupakan hasil-hasil dari unsur-unsur kebudayaan manusia yang tak-tampak
(intangibles, immaterials) seperti pemikiran, gagasan, angan-angan, citraan, yang berada
di wilayah batin, mental-spiritual dan pengolahan pemikiran, atau penggunaan otak dan
akal-budi manusia, yang berdampingan dengan nilai-nilai, norma-norma, dan etika, yang
diwariskan dan dikembangkan oleh manusia melalui dan sangat melibatkan fungsi dan
peran pewarisan, pendidikan, pengajaran, pembelajaran, pembiasaan, yang berkelanjutan
dan saling berhubungan, berinteraksi, tarik-menarik, timbang-menimbang dengan latar-
belakang dan lingkungan kehidupannya.
2. Ide-Ide Dari Gagasan Masalah Budaya Diindonesia
Di era globalisasi seperti sekarang ini, sudut-sudut dunia seakan-akan sangat dekat di
kehidupan kita sehari-hari. Informasi dari sudut dunia manapun sangat mudah untuk kita
ketahui. Akibatnya tanpa disadari difusi atau persebaran ide-ide, baik berupa sistem
sosial ataupun budaya dari luar masuk ataupun masyarakat luar menyebar dan mungkin
ikut terinternalisasi dalam kehidupan suatu masyarakat regional tertentu, seperti
masyarakat suatu negara. Persebaran ide-ide tersebut, makin intens karena didukung oleh
kemajuan teknologi informasi dan para penyedia informasi yang berlomba-lomba
menginovasi diri sebagai penyedia jasa pemberi informasi. Pengaruh yang kompleks
tersebut, sudah pasti mempengaruhi kehidupan masyarakat / bangsa suatu negara, tak
terkecuali masyarakat dan bangsa Indonesia.
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan
Manusia dan kebudayaan bersama-sama membangun kehidupan sosial-budaya, yang
terpola dan secara sistematis disebut sistem sosial-budaya. Sistematisasi sosial-budaya
terjadi melalui penyesuaian bersama dalam norma-norma, ide-ide, nilai-nilai, estetika,
tradisi, yang semuanya dapat diwujudkan melalui unsur-unsur kebudayaan, yang
sekaligus merupakan isi kebudayaan.
Kebudayaan hidup di dalam sistem sosial-budaya yang mengembangkannya, yang
merupakan wadah dinamikka dan pengembangan unsur-unsur budaya sebagai
perwujudan dari isi kebudayaan yang senantiasa saling berhubungan dan berjalinan. Lima
sistem sosial budaya yang hidup dan mewadahi hajat hidup masyarakat Indonesia
terbentuk oleh latar belakang dan pengalaman kebudayaan, dari zaman ke zaman
sehingga merupakan buah peradaban dan pengalaman bangsa yang senantiasa bergerak
dan berkembang.Sistem-sistem sosial-budaya di Indonesia memerlukan pembahasan
lebih lanjut dan terperinci dengan kepentingan mengidentifikasi sistem sosial-budaya
yang berkembang dan merencanakan strategi pembangunan sosial-budaya yang
bermanfaat bagi penyelenggaraan kehidupan sosial-budaya yang berbasis latar-belakang
sosial-budaya, realitas sosial-budaya dan dinamika sosial-budaya yang senantiasa
bergerak dan berkembang.
2. Saran
Saya menyadari bahwa pembuatan makalah saya ini memiliki banyak kekurangan, maka
saya sangat menerima masukan positif demi perbaikan makalah ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
H. Kisanto, Nurdien. (2008). Sistem Sosial Budaya.Bandung. Fakultas sastra Universitas
Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai