Anda di halaman 1dari 21

MANAJEMEN RESIKO

(RISK MANAGEMENT)
&
K3 DIRSUD ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
DISUSUN OLEH: Arifah Farhah Nasution (0801192136)
Dea Amalia Putri (0801192110)
Shoffi Aufa Siirin (0801192102)
KELOMPOK 7
1. PENGERTIAN MANAJEMENT RISIKO

Adalah upaya menganalisis sistem yang ada terhadap potensi kesalahan


untuk mencegah terjadinya insiden. Manajemen risiko merupakan suatu
usaha terorganisir untuk mengidentifikasi, menyusun prioritas risiko,
menganalisis dan mengurangi potensi risiko yang mungkin terjadi pada
pasien, pengunjung, staff dan aset organisasi. Dengan manajemen risiko,
Rumah Sakit dapat menerapkan suatu desain kebijakan untuk mencegah
terjadinya adverse event/kejadian yang tidak diinginkan dalam memberikan
pelayanan kesehatan.
Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan
resultante dari 3 komponen K3 yaitu kapasitas kerja, beban kerja, dan
lingkungan kerja.

Resiko Bahaya (Hazard) Potensial di RS dapat mengakibatkan


penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Yaitu disebabkan oleh faktor:

• Biologi (virus, bakteri dan jamur);


• Faktor Kimia (antiseptik, gas anestasi) ;
• Faktor Ergonomi (cara kerja yang salah);
• Faktor Fisika (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan radiasi);
• Faktor Psikososial (kerja bergilir, hubungan sesama
Karyawan/atasan).
2. SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3)
A. Definisi SMK3 Sistem Manajemen K3 (SMK3)

SMK3 Sistem Manajemen K3 (SMK3) adalah bagian dari system


manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam rangka pengendalian risiko, yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Salah satu peraturan perundangan yang mengatur mengenai SMK3 adalah


Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05 Tahun 1996 Tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
B. Definisi Potensi Bahaya (Hazard)

Potensi Bahaya (Hazard) adalah suatu kondisi/keadaan pada suatu


proses, alat, mesin, bahan atau cara kerja yang secara
intrisik/alamiah dapat menjadikan luka, cidera bahkan kematian
pada manusia serta menimbulkan kerusakan pada alat dan
lingkungan. Bahaya (danger) adalah suatu kondisi hazard yang
terekspos atau terpapar pada lingkungan sekitar dan terdapat
peluang besar terjadinya kecelakan/insiden.
C. Teknik Identifikasi Potensi Bahaya

Menurut Safety Enginer Career Workshop (2003), Phytagoras Global


Development teknik identifikasi bahaya adalah alat untuk
mengidentifikasi berbagai kelemahan potensi resiko yang terdapat
dalam proses desain atau operasi suatu sistem atau unit plan yang
dapat menimbulkan berbagai konsekuensi yang tidak diinginkan
terjadi dan menentukan rekomendasi atau tindakan yang dapat
dilakukan untuk eliminasi berbagai resiko atau permasalahan yang
mengganggu jalannya proses tersebut atau mengurangi konsekuensi
yang dapat ditimbulkan secara sistematis, terstruktur dan baku.
D. Prinsip Penerapan SMK3
Tahap pertama, yaitu adanya komitmen dan kebijakan mengenai SMK3 baik secara
internal di dalam perusahaan maupun eksternal di luar perusahaan seperti peraturan
perundang – undangan yang mengatur mengenai SMK3. Tahap kedua, yaitu
perencanaan SMK3 di mana komponen-komponen yang terdapat dalam perencanaan
yaitu hasil dari analisa risiko, persyaratan hukum, rekaman kecelakaan, hasil audit
yang dilakukan sebelumnya, persyaratan internal perusahaan, dan hasil investigasi
yang dilakukan sebelumnya.
Tahap selanjutnya setelah perencanaan dilakukan yaitu penerapan SMK3 di
perusahaan. Tahap selanjutnya yaitu melakukan pengukuran secara objektif dari
kinerja SMK3 yang telah berjalan melalui indikator K3. Hasil dari pengukuran dan
evaluasi SMK3 yang telah berjalan akan dicocokkan dengan perencanaan awal. Tindak
lanjut dari hasil evaluasi akan dilakukan peninjauan ulang kembali dan peningkatan
oleh manajemen untuk selanjutnya dilaksanakan peningkatan secara berkelanjutan.
E. Langkah–Langkah Penerapan SMK3

Dalam menerapkan SMK3 ada beberapa tahapan yang harus dilakukan


agar SMK3 tersebut menjadi efektif, karena SMK3 mempunyai elemen-
elemen atau persyaratan tertentu yang harus dibangun di dalam suatu
organisasi atau perusahaan. Tahapan dan langkah tersebut di bagi menjadi 2
bagian besar :

• Tahap persiapan. Merupakan tahapan atau langkah awal yang harus


dilakukan suatu organisasi/perusahaan. Langkah ini melibatkan lapisan
manajemen dan sejumlah personel, mulai dari menyatakan komitmen
sampai dengan kebutuhan sumber daya yang diperlukan.
• Tahap pengembangan dan penerapan. Dalam tahapan ini berisi langkah-
langkah yang harus dilakukan oleh organisasi/perusahaan dengan
melibatkan banyak personel, mulai dari menyelenggarakan penyuluhan
dan melaksanakan sendiri kegiatan audit internal serta tindakan
perbaikannya sampai melakukan sertifikasi.
3. PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3
DI RUMAH SAKIT
Manajemen K3 di rumah sakit adalah suatu proses kegiatan yang dimulai
dengan tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian yang bertujuan untuk memberdayakan K3 di rumah sakit.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dimembagi kegiatan atau fungsi
manajemen tesebut menjadi :

• Planning (Perencanaan), adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang


akan dilakukan dimasa mendatang guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam hal ini adalah keselamatan dan kesehatan kerja di
rumah sakit dan instansi Kesehatan. Perencanaan ini dilakukan untuk
memenuhi standarisasi kesehatan pacsa perawatan dan merawat
(hubungan timbal balik pasien – perawat/dokter, serta masyarakat umum
lainnya).
• Organizing (Organisasi), organisasi keselamatan dan kesehatan kerja
rumah sakit/instansi kesehatan dapat dibentuk dalam beberapa
jenjang, mulai dari tingkat rumah sakit/instansi kesehatan daerah
(wilayah) sampai ke tingkat pusat atau nasional. Keterlibatan
pemerintah dalam organisasi ini baik secara langsung atau tidak
langsung sangat diperlukan. Pemerintah dapat menempatkan pejabat
yang terkait dalam organisasi ini di tingkat pusat (nasional) dan tingkat
daerah (wilayah), di samping memberlakukan Undang-Undang
Keselamatan Kerja.

• Actuating (Pelaksanaan), fungsi pelaksanaan atau penggerakan adalah


kegiatan mendorong semangat kerja, mengerahkan aktivitas,
mengkoordinasikan berbagai aktivitas yang akan menjadi aktivitas yang
kompak (sinkron), sehingga semua aktivitas sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan sebelumnya.
• Controlling (Pengawasan), fungsi pengawasan adalah aktivitas
yang mengusahakan agar pekerjaan – pekerjaan terlaksana
sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang
dikehendaki. Untuk dapat menjalankan pengawasan, perlu
diperhatikan 2 prinsip pokok, yaitu :

a) Adanya rencana
b) Adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada
bawahan
4. RESIKO K3 DI RSUD ARIFIN ACHMAD
Rumah sakit melayani pasien dalam waktu 24 jam sehingga membuat system
pekerjaan dibagi-bagi sesuai waktunya. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin
Ahmad Pekanbaru misalnya, memberlakukan tiga shift yaitu pagi, sore dan malam
yang masing-masingnya adalah 8 jam perhari. Selain itu juga jumlah pasien yang
lebih banyak daripada petugas medis terutama perawat sehingga menimbulkan
berbagai PAK seperti gejala stress kerja yang para perawat tersebut rasakan,
dimana gangguan emosi menjadi peristiwa yang paling banyak dialami. Gejala
mengalami ketidaktenangan dan sulit tidur juga cukup sering terjadi sehingga
menimbulkan dampak yang kurang baik bagi para perawat. Stres secara medis juga
bisa menyebabkan dampak fisik bagi penderitanya, yakni berupa keadaan sakit.
Pada umumnya, tidak semua kondisi sakit yang dialami oleh
perawat merupakan akibat dari stress kerja, namun adanya
tekanan psikologis yang dialami di tempat kerja bisa juga
terakumulasi atau bahkan bisa bersinergi dengan kondisi-
kondisi pemicu sakit lainnya, seperti virus, bakteri, atau
kekurangan vitamin dan sebagainya.

Dari aspek fisik, lingkungan kerja di rumah sakit seperti yang


telah diuraikan tentu berpotensi membahayakan kesehatan si
perawat itu sendiri sehingga menimbulkan rasa tidak aman
dalam bekerja. Sirkulasi udara yang kurang baik bisa
menyebabkan virus dan kuman yang ada di ruang perawatan
bisa mengendap di ruangan dan membahayakan kesehatan
para tenaga medis.
5. RISIKO DAN HAZARD DALAM PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN
Seluruh kegiatan yang dilakukan baik yang dilakukan baik
perseorangan ataupun organisasi atau bahkan perusahaan juga
mengandung risiko. Semakin besar risiko yang dihadapi pada umumnya
dapat diperhitungkan bahwa pengembalian yang diterima juga akan
lebih besar (Qoriawaty, 2016). Pola pengambilan risiko menunjukkan
sikap yang berbeda terhadap pengambilan risiko.
Menurut Prayitno, dkk (2017) risiko melekat dari tindakan pelayanan
kesehatan dalam hal ini pada saat melakukan pengkajian asuhan
keperawatan adalah bahwa dalam kegiatan ini yang diukur adalah
upaya yang dilakukan. Pada proses pengkajian data, hal-hal yang dapat
terjadi seperti :
• Kurangnya informasi atau data yang diberikan keluarga pasien/
.pasien tersebut (menyembunyikan sesuatu hal) sehingga
dalam proses pengkajian kurang lengkap. Akibatnya
perawat/dokter akan salah dalam memberikan perawatan
sehingga berbahaya terhadap pasien.
• Tertularnya penyakit saat melakukan pengkajian dalam hal ini
seperti kontak fisik maupun udara. Pada saat perawat
melakukan perawatan/pengkajian pasien maka perawat
mempunyai resiko tertular penyakit dari pasien.
• Mendapatkan cacian atau pelecehan verbal saat melakukan
pengkajian ataupun pada proses wawancara. Dalam hal ini
seperti halnya ketika perawat menanyakan data/informasi
pasien namun, keluarga/pasien menyembunyikannya namun
demi keselamatan pasieen, perawat tetap menanyakannya
sehingga pasien/keluarga pasien kurang menyukainya
sehingga perawat mendapatkan cacian/perlakuan tidak baik.
• Mendapatkan kekerasan fisik dari pasien ataupun dari
keluarga pasien pada saat melakukan
pengkajian/pemeriksaan. Misalnya, Pasien/keluarga yang
tidak menyukai proses perawatan/pengkajian dapat
melakukan kekerasan fisik terhadap perawatnya.
KESIMPULAN
Manajemen risiko adalah upaya menganalisis sistem yang ada
terhadap potensi kesalahan untuk mencegah terjadinya insiden.
Manajemen risiko merupakan suatu usaha terorganisir untuk
mengidentifikasi, menyusun prioritas risiko, menganalisis dan mengurangi
potensi risiko yang mungkin terjadi pada pasien, pengunjung, staff dan
aset organisasi.
Rumah sakit mempunyai risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang
spesifik sehingga perlu adanya pengelolaan yang baik. Resiko Bahaya
(Hazard) Potensial di RS dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan
akibat kerja. Yaitu disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri dan
jamur); faktor kimia (antiseptik, gas anestasi) ; faktor ergonomi (cara kerja
yang salah); faktor fisika (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan
radiasi); faktor psikososial (kerja bergilir, hubungan sesama
karyawan/atasan).
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Ahmad Pekanbaru misalnya,
memberlakukan tiga shift yaitu pagi, sore dan malam yang masing-
masingnya adalah 8 jam perhari. Selain itu juga jumlah pasien yang lebih
banyak daripada petugas medis terutama perawat sehingga menimbulkan
berbagai PAK seperti gejala stress kerja yang para perawat tersebut
rasakan, dimana gangguan emosi menjadi peristiwa yang paling banyak
dialami.

Gejalanya dapat berupa mengalami ketidaktenangan dan sulit tidur juga


cukup sering terjadi sehingga menimbulkan dampak yang kurang baik bagi
para perawat. Stres secara medis juga bisa menyebabkan dampak fisik bagi
penderitanya, yakni berupa keadaan sakit.
Kejadian risiko yang dapat terjadi dari tindakan pelayanan kesehatan seperti
ketika pengkajian asuhan keperawatan, yaitu dapat berupa :
 Kurangnya informasi atau data yang diberikan keluarga pasien.
 Tertularnya penyakit saat melakukan pengkajian dalam hal ini seperti kontak
fisik maupun udara sehingga mempunyai resiko tertular penyakit dari pasien.
 Mendapatkan cacian atau pelecehan verbal saat melakukan pengkajian
ataupun pada proses wawancara.
 Mendapatkan kekerasan fisik dari pasien ataupun dari keluarga pasien pada
saat melakukan pengkajian/pemeriksaan. Misalnya, Pasien/keluarga yang
tidak menyukai proses perawatan/pengkajian dapat melakukan kekerasan
fisik terhadap perawatnya.
TERIMAKASIH ^^

Anda mungkin juga menyukai