Oleh :
A. Pengantar
Rekruitmen politik merupakan salah satu variabel fungsi dalam sistem politik yang
dikemukakan oleh Gabriel A. Almond dan rekrutmen politik telah menjadi salah satu pokok
bahasan penting dalam mata kuliah perbandingan sistem politik. Fungsi rekrutmen politik
menentukan bagaiamana orang diseleksi untuk menjadi anggota yang akan berperan aktif dalam
struktur politik yang ada.1 Pola rekrutmen politik dipengaruhi oleh bentuk sistem politik berikut
struktur dan fungsi sistem politik di negara tersebut. Oleh karena itu, tidak jarang ditemukan
perbedaan pola pelaksanaan rekrutmen politik di berbagai negara di dunia misalnya antara pola
rekrutment di negara yang menganut sistem politik demokratis dan negara otoritarian. 2 Kondisi
ini cukup memudahkan para ilmuwan politik untuk membandingkan pola rekrutmen politik di
berbagai negara di dunia.
Menurut Almond salah satu bentuk struktur yang biasanya digunakan untuk melakukan
rekrutment elit politik adalah pemilihan umum yang ditujukan untuk memilih pemimpin politik/
elit pembuat kebijakan.3 Pola rekrutmen elit politik ini, salah satunya dipengaruhi konstitusi di
negara itu yang menetapkan pemakaian sistem presidensiil atau parlementer, bentuk negaranya
bersifat kesatuan atau federal, bentuk dewan perwakilannya secara nasional berupa satu kamar
(unicameral) atau dua kamar ( bicameral).4 Dewan perwakilan yang terdiri dari 2 kamar, terdiri
dari kamar pertama yang disebut house (Dewan Perwakilan Rakyat) dan kamar kedua disebut
senat.5 Seleksi calon anggota dewan perwakilan unicameral, maupun bicameral (legislator dan
1
Gabriel Almond dan Bingham Powell, Jr. Comparative Politics Today : A World View. ( Harper Collins College
Publisher, 1996),52.
2
Ibid.,
3
Ibid.,
4
Pippa Norris. Electoral Engineering : Voting Rules and Political Behavior. (New York : Cambridge University Press,
2004.Ch 2), 1.
5
Rod Hague & Martin Harrop. Comparative Government & Politics : An Introduction : 5 .Ed, (Hampshire :
Palgrave, 2001), 219.
1
senator) biasanya dilakukan melalui pemilu, tentunya bervariasi tergantung konstitusi dan
berbagai aturan lainnya yang berlaku di masing-masing negara. Disisi lain pola rekrutmen
pimpinan eksekutif di negara yang menganut sistem presidensiil berbeda dengan pola rekrutmen
eksekutif di negara yang menganut sistem parlementer.6
Selanjutnya pola rekrutmen politik di sebuah negara dipengaruhi sistem pemilu yang
dipilih dan digunakan serta aturan-aturan tentang prosedur teknis tata cara melaksanakan pemilu
yang telah dipilih tersebut.7 Pada umumnya sistem pemilu diberbagai negara cukup bervariasi,
hal ini disebabkan setiap negara di dunia biasanya sistem pemilu yang khas untuk merekrut para
elit politiknya. Pola rekrutmen politik melalui pemilu yang khas diberbagai negara ini, tentunya
sebuah kajian menarik untuk dianalisa dan dibandingkan. Dalam tulisan singkat ini, akan
menggambarkan bagaimana pola rekrutmen elit politik melalui pemilu di dua negara yang
berusaha menerapkan sistem politik demokratis, yakni Indonesia dan Amerika Serikat.
B. Teori
Menurut Pippa Norris setidaknya terdapat 3 sistem pemilihan umum yang dilaksanakan
oleh 191 negara di dunia, yaktu : sistem pemilu majoritarian (distrik), sistem pemilu
proporsional dan sistem pemilu kombinasi antara majoritarian dan proporsional.8 Sistem pemilu
majoritarian mempunyai dua varian yakni sistem majority (perolehan suara menang mutlak) dan
plurality (perolehan suara terbanyak). Baik sistem majority maupun plurality juga mempunyai
varian tertentu, yang diuraikan sebagai berikut9 :
1. Majority.
Sistem pemilu majority mempunyai dua varian yakni altenative vote (AV) dan 2 nd
Ballot (TRS). Sistem pemilu AV juga dikenal dengan sistem pemilu preferensi yang
memberikan kesempatan kepada setiap pemilih untuk memilih calon dengan
mencantumkan calon yang menjadi prioritas pertama, kedua dan seterusnya sesuai
jumlah kursi yang tersedia di distrik tersebut. Dalam sistem AV, calon yang ditetapkan
sebagai calon terpilih adalah calon yang paling banyak mendapatkan prioritas pertama
6
Ibid., 236.
7
Pippa Norris Op.Cit.,
8
Ibid.,
9
Ibid., 3-5
2
dari suara pemilih yang sah. Di sisi lain dalam sistem pemilu TRS, pemilih hanya diberi
kesempatan untuk memilih satu orang calon atau pasangan calon. Pemenang dalam
sistem Pemilu TRS harus mendapatkan suara minimal 50% + 1, jika tidak ada calon yang
mendapatkan suara 50% + 1, maka pemilik suara terbanyak pertama dan terbanyak kedua
bertarung ulang sehingga nanti diperoleh satu orang calon atau pasangan calon yang
mendapatkan suara 50% + 1.
2. Plurality
Sistem pemilu plurality memiliki 3 varian, yakni First Past The Pos (FPTP), Block Vote
(BV) dan Single Non Transferable Vote (SNTV). Dalam sistem pemilu FPTP setiap
pemilih hanya diberi kesempatan memilih satu orang calon dan pemenang di setiap
distrik hanya satu orang calon yang memperoleh suara terbanyak (tidak harus menang
50% +1). Selanjutnya dalam sistem pemilu BV, setiap pemilih diberi kesempatan
memilih sebanyak jumlah kursi yang tersedia di distrik tersebut ( multy members
district). Calon terpilih dalam sistem BV adalah calon yang memperoleh suara terbanyak
sesuai dengan jumlah kursi yang tersedia di distrik tersebut. Pada sistem pemilu SNTP,
pemilih hanya diberi kesempatan memilih satu orang calon dan calon terpilih adalah
calon yang memperoleh suara terbanyak sesuai dengan jumlah kursi di distrik itu ( multy
members district).
Menurut Pippa Norris, sistem pemilu proporsional juga mempunyai beberapa varian,
antara lain : single transferable vote ( STV), closed-party list (daftar tertutup) dan open-party list
(daftar terbuka). Ketiga sistem ini tetap memakai prinsip penentuan partai politik atau calon
terpilih berdasarkan bilangan pembagi pemilih yang memakai rumus tertentu, misalnya Quota
Droops, Quota Hare, Sainte-lague Formula, maupun d’Hondt formula. 10 Dalam sistem SNTV,
pemilih hanya diperboleh memilih satu orang calon, dalam sistem ini perolehan suara seorang
calon bisa di transfer untuk calon lainnya sesuai aturan partai dan aturan pemilu. Partai politik
yang berhak mendapatkan kursi, tetap partai yang melewati BPP ataupun sesuai rumus BPP yang
dipakai. Selanjutnya dalam sistem daftar tertutup, pemilih diberi kesempatan memilih satu partai
politik, sedangkan calon yang terpilih ditetapkan oleh partai politik yang bersangkutan jika partai
politik itu mengumpulkan suara sesuai BPP. Selanjutnya dalam sistem daftar terbuka, pemilih
10
Ibid., 6
3
diberikan kesempatan memilih satu orang calon pada calon tertentu, dan calon yang terpilih
ditentukan melalui calon yang memperoleh suara terbanyak dalam partai politik yang meraih
suara sesuai BPP.11
Selanjutnya menurut Pippa Norris, dalam sistem pemilu kombinasi distrik dan
proporsional pada pelaksanaannya menggunakan dua kertas suara, satu suara pemilihan dengan
sistem distrik dan satu suara lainnya untuk pemilihan dengan sistem proporsional. 12 Sistem
kombinasi ini mempunyai dua varian, yakni kombinasi independen dan kombinasi dependen.
Sistem pemilu kombinasi dependen, perolehan suara dua suara partai politik pada pemilihan
distrik berhubungan dengan perolehan suara pada pemilihan proporsional. Ukuran perhitungan
suara total dalam dua kertas suara adalah proporsional, oleh karena itu, kehilangan suara partai
politik pada sistem distrik akan diganti dengan kursi cadangan yang tersedia, berdasarkan
perolehan total partai itu di secara keseluruhan/ secara nasional. Di sisi lain, dalam sistem pemilu
kombinasi independen, perolehan suara di sistem distrik tidak berhubungan dengan perolehan
suara pada sistem proporsional.13
Menurut Andrews Reynold setidaknya ada 4 sistem pemilihan yang biasa digunakan
memilih presiden, yakni: FPTP, Run off (TRS), Alternative Vote ( AV) dan pemakaian
persyaratan penyebaran suara.14 Teknis FPTP, Run off (TRS), Alternative Vote ( AV) telah
diuraikan sebelumnya, sedang pemakaian persyaratan penyebaran suara maksudnya adalah calon
dinyatakan menang jika perolehannya tersebar dengan jumlah tertentu sesuai aturan pemilu di
negara itu pada setiap daerah pemilihan/ provinsi/ distrik/ negara bagian atau pun
pengelompokan lainnya. Selain itu, ada juga sistem pemilihan presiden dengan prinsip electoral
college,15 dalam sistem ini calon presiden akan dipilih oleh sejumlah pemilih (elector) yang
jumlahnya di setiap negara bagian adalah sama dengan jumlah anggota Kongres ( House of
Representative ditambah Senat ). Para elector yang dipilih mewakili dan mencerminkan
perolehan suara setiap calon presiden di negara bagian yang bersangkutan. Untuk menjaga
bahwa electoral college itu tidak melembaga, tidak berfungsi lebih dari hanya untuk memilih
11
Ibid., 6.
12
Ibid.,7
13
Ibid., 7
14
Andrews Reynold. “Sistem Pemilihan Presiden.” Dalam buku Sistem Pemilu. (Kerjasama IDEA, IFES & UN,
2001), 118.
15
Rod Hague & Martin Harrop. Op.Cit, 139.
4
presiden dan wakil presiden, mereka tidak berkumpul di satu tempat, melainkan di ibu kota
masing-masing negara bagian, untuk memutuskan siapa yang akan menjadi presiden (electoral
college).16
16
Ginanjdar Kartasasmita.” Pemilu Amerika : Pelajaran Sebuah Krisis.” Gatra.com.
17
Bruce Vaughn. “ Indonesian Election.” In a CRS Refort For Congress , 2005., 3.
18
Bureau of International Information Programs U.S. Department Of State. USA Election In Brief ;
http://usinfo.state.gov/ ., 14-15
5
Pemilih di Amerika Serikat hanya diperkenankan memilih para elector yang dianggap mewakili
dan mencerminkan perolehan suara setiap calon presiden di negara bagian yang bersangkutan.
Dalam pemilihan presiden di AS tahun 2004 untuk menjadi presiden dibutuhkan 270
suara elector yakni di atas separuh dari seluruh suara elektoral sebanyak 538 suara. John Kerry
didukung partai demokrat mendapatkan memperoleh 251 suara elektoral dikalahkan Bush
didukung partai republik yang memperoleh 286 suara elector.19 Dalam pemilihan presiden AS
tahun 2008, terpilih Barrack Obama dari Partai Demokrat yang berhasil mengumpulkan 330
orang elektor mengalahkan John McChain dari partai Republik yang hanya mengumpulkan 208
elector.20
Sesuai aturan perundangan di Indonesia, seorang calon presiden dan pasangannya wajib
diusung oleh partai politik atau gabungan partai politik yang memperoleh minimal 15% suara di
Parlemen/Dewan Perwakilan Rakyat Tingkat Nasional. Oleh karena itu, maka beberapa partai
politik terpaksa berkoalisi untuk mengusung satu pasangan calon presiden, misalnya partai
Golkar berkoalisi dengan partai hati nurani rakyat untuk mendukung pasangan Jusuf Kalla-
Wiranto pada pemilihan presiden tahun 2009. Adapun seleksi kandidat yang diusung menjadi
calon presiden di Indonesia, merupakan hasil kesepakatan tertulis dari elit-elit partai koalisi,
tanpa melibatkan pemilih atau simpatisan partai dalam jumlah tertentu.
Sebaliknya dalam pemilihan presiden di AS, seorang presiden biasanya didukung oleh
satu partai tunggal, tanpa koalisi, misal Barrack Obama yang didukung oleh partai Demokrat dan
John McChain yang didukung partai republik. Untuk mendapatkan dukungan dari sebuah partai
politik, calon presiden wajib mengikuti nominasi melalui pemilihan pendahuluan (primary
election) yang diikuti oleh para pemilih dan simpatisan partai di seluruh negara. 21 Selanjutnya
calon yang terpilih melalui pemilihan pendahuluan inilah yang akan diusung oleh partai politik
menjadi calon presidennya, contoh Barrack Obama mengalahkan Hillary Clinton dalam
19
Federal Election Commission Washington, D.C. (2005). Federal Elections 2004 ; Election Results for the U.S.
President, the U.S. Senate and the U.S. House of Representatives., (Washington D.C : Federal Election Commission
Wahshington DC, 2005), 12. dalam ( www. Fec.Gov)
20
Adam Mellows,et. al . “US Election 2008.” In Research Paper 08/ 84 : (House of Commons Library., 2008), 1.
In / www. Parliament. uk.
21
Bureau of International Information Programs U.S. Department Of State. Op.Cit., 30.
6
pemilihan pendahuluan partai Demokrat, sehingga Barrack Obama lah yang didukung oleh partai
Demokrat pada pemilihan presiden di AS tahun 2008.
Parlemen di AS dinamakan Congress yang juga terdiri dari dua kamar (bicameral),
yakni House Of Refresentatif (Legislatif/ dewan Perwakilan Rakyat) dan Senator yang
merupakan perwakilan wilayah.24 DPR di Amerika dipilih dengan sistem FPTP yang merupakan
varian dari plurality dengan distrik yang kecil-kecil dan banyak.25 Jumlah anggota dewan
disesuaikan dengan jumlah penduduk, sehingga setiap negara bagian banyak penduduknya akan
memiliki wakil di DPR yang lebih banyak dibandingkan negara bagian yang penduduknya
22
Lihat UUD 1945 di Amanden Pasal 2.
23
Lihat UUD 1945 di Amandemen Pasal 22C.
24
Bureau of International Information Programs U.S. Department Of State. Op.Cit., 36.
25
Rod Hague & Martin Harrop (2001)., Op.Cit, 134.
7
sedikit. Alaska misalnya yang berpenduduk sedikit hanya memiliki 1 kursi anggota DPR,
sedangkan California yang penduduknya banyak mendapatkan 54 alokasi kursi di DPR. Anggota
DPR dipilih secara berkala dalam masa jabatan 2 tahun sekali. 26 Hasil pemilu kongres di AS
tahun 2004, menunjukkan kursi legislatif lebih dominan didapatkan oleh Partai Republik, yakni
sebanyak 232 kursi, Partai Demokrat 202 kursi dan 1 kursi berhasil didapatkan kandidat
independen.27 Hasil pemilu kongres di AS tahun 2008, menunjukkan kursi legislatif lebih
dominan didapatkan oleh Partai Demokrat, yakni sebanyak 255 kursi, Partai Republik 174 kursi
dan 6 kursi ditunda pemiliknya.28
Sebaliknya senator dipilih dalam masa jabatan 6 tahun dan setiap 2 tahun diadakan
pemilu sela untuk mengganti 1/3 anggota senat yang telah habis masa jabatannya. Jumlah senator
di setiap negara bagian adalah 2 orang. Senator di AS setelah tahun 1913 dipilih dengan sistem
FPTP oleh para pemilih di setiap negara bagian.29 Hasil pemilu kongres di AS tahun 2004,
menunjukkan kursi senat lebih dominan didapatkan oleh Partai Republik, yakni sebanyak 55
kursi, Partai Demokrat 54 kursi dan 1 kursi berhasil didapatkan kandidat independen. Berbeda
dengan itu, hasil pemilu kongres di AS tahun 2008 menunjukkan kenaikan perolehan kursi senat
yang didapatkan oleh Partai Demokrat yakni sebanyak 55 kursi, Partai Republik 40 kursi, 2 kursi
berhasil didapatkan kandidat independen dan 3 kursi lainnya belum ditetapkan pemiliknya.30
D . Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpukan bahwa sistem pemilu presiden, rekrutmen
calon presiden oleh partai politik, masa jabatan presiden berbeda antara Indonesia dan AS. Di
Indonesia, presiden dipilih dengan sistem runoff untuk masa jabatan 5 tahun dan calon presiden
biasanya diusung oleh gabungan partai politik. Sebaliknya Presiden di AS dipilih melalui sistem
electoral College untuk masa jabatan 4 tahun, dan calon presiden biasanya diusung oleh satu
partai saja.
26
Bureau of International Information Programs U.S. Department Of State. Op.Cit., 38.
27
Ibid., 9.
28
Adam Mellows et. al. Op. Cit.,16.
29
Bureau of International Information Programs U.S. Department Of State. Op.Cit.
30
Adam Mellows et. al.Op.Cit, 14.
8
Selanjutnya walaupun Indonesia dan AS menganut sistem perwakilan bicameral, namun
sistem pemilihan anggota parlemen, masa jabatan anggota parlemen, dan jumlah anggota
parlemen di Indonesia dan di AS juga berbeda. Anggota DPR di Indonesia dipilih dengan sistem
proporsional daftar terbuka dan anggota DPD dipilih dengan sistem SNTV untuk masa jabatan
masing-masing selama 5 tahun. Jumlah anggota DPR di Indonesia disesuaikan dengan jumlah
penduduk, sedangkan jumlah anggota DPD 4 orang untuk setiap provinsi. Disisi lain anggota
DPR dan senator di AS sama-sama dipilih dengan sistem FPTP, jumlah anggota DPR
disesuiakan dengan jumlah penduduk, sedangkan jumlah senator di tetapkan 2 orang setiap
negara. Anggota DPR di AS dipilih dalam waktu 2 tahun sekali, sedangkan senator dipilih 6
tahun sekali.
E. Daftar Pustaka
Almond, Gabriel dan Powell, Jr., Bingham (1996). Comparative Politics Today : A World View,
Harper Collins College Publisher.
Bureau of International Information Programs U.S. Department of State : USA Election In Brief ;
http://usinfo.state.gov/
Mellows, Adam et. al. Research Paper 08/ 84 : US Elections 2008, House Commons Library.
Norris, Pippa (2004). Electoral engineering : Voting Rules and political Behavior. New York :
Cambridge university press
Reynold, Andrews (2001), Sistem Pemilu. Kerjasama IDEA, IFES & UN.
10