Anda di halaman 1dari 5

Kelebihan dan Kekurangan Sistem Proporsional

Sistem merupakan suatu perangkat unsur yang terbentuk secara teratur dan saling
memiliki hubungan keterkaitan antara satu sama lain sehingga membentuk suatu keseluruhan
secara totalitas. Terkait dengan pemilu, sistem ini terdiri dari prosedur dan pedoman untuk
memberikan suara dan menghitung suara untuk menentukan hasil pemilu. Secara teoritis,
terdapat tiga sistem pemilu yakni sistem distrik, sistem proporsional, dan sistem campuran yang
digunakan oleh semua negara hingga saat ini. Ada dua metode yang sering atau populer dalam
menyelenggarakan pemilihan perwakilan baik di tingkat daerah maupun pusat di dunia,
khususnya di Indonesia. Sistem tersebut adalah sistem distrik dan sistem proporsional, yang
masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.1

Sistem distrik merupakan sistem pelaksanaan pemilu yang mengalokasikan kursi


parlemen berdasarkan pemilihan, bukan lokasi yang berdasarkan daerah jumlah penduduk.
Sistem proporsional berbeda dengan sistem distrik, Jika model sistem distrik lebih menekankan
pada faktor geografis atau kewilayahan, maka sistem proporsional lebih menekankan pada
jumlah penduduk atau populasi masyarakat. Hal inilah yang membuat sistem proporsional
menjadi kebalikan dari sistem distrik. Teori mengenai sistem pemilu yang terakhir adalah sistem
campuran, yakni bentuk penggabungan antara dua jenis sistem sebelumnya, sistem distrik dan
sistem proporsional. Yang dimaksud dengan sistem proporsional dalam sistem pemilu campuran
adalah model tertutup, bukan model terbuka. Hampir setiap negara yang menggunakan sistem
campuran menerapkan sistem proporsional tertutup.2

Ada beberapa variasi sistem proporsional, misalnya, sistem pemilu proporsional yang
menggunakan daftar tertutup, terbuka, dan bebas.

a) Daftar tertutup, kandidat duduk di kursi yang dimenangkan oleh partai politik
berdasarkan peringkat mereka dalam daftar kandidat yang ditentukan partai. Umumnya
hanya terdapat nama partai saja yang dimunculkan di dalam surat suara, namun demikian,
urutan calon dalam daftar partai biasanya diumumkan dan tidak berubah setelah
penentuan tanggal dominasi. Oleh karena itu, partai politik mempunyai pengaruh yang
1
Abd Hannan, “Eksistensi Partai Politik Dalam Penyelenggaraan Pemilu Legislatif Di Indonesia Pasca Putusan
Penerapan Sistem Proporsional Terbuka,” AL IMARAH: JURNAL PEMERINTAHAN DAN POLITIK ISLAM 8, no. 2
(September 28, 2023): 142.
2
Ibid., 143.
cukup besar terhadap kandidat mana yang akan dipilih untuk menduduki kursi kosong.
Dalam hal ini, para kandidat memiliki hubungan dengan pimpinan sayap partai yang
bersangkutan atau mempunyai ikatan khusus dengan partai tersebut dan para
pemimpinnya sebelum pemilu.
b) Daftar terbuka, Pemilih memilih partai politik yang mereka sukai dan, di dalam partai
tersebut, kandidat yang mereka inginkan untuk mencalonkan diri untuk kursi yang
dimenangkan oleh partai tersebut. Biasanya, jumlah kandidat dalam daftar partai dua kali
lebih banyak dibandingkan jumlah kursi yang tersedia dalam pemungutan suara. Urutan
kandidat dalam daftar kandidat dapat diubah menggunakan pendekatan ini. Secara umum,
pemilih dapat memilih kandidat dari daftar partai sebanyak jumlah kursi yang tersedia.
c) Daftar bebas, Partai-partai dan kandidat-kandidat dicantumkan satu per satu dalam surat
suara, dan masing-masing partai memilih daftar kandidatnya sendiri. Pemilih mempunyai
pilihan untuk membuat daftar mereka sendiri di kertas suara kosong, memilih nama dari
daftar mana pun, membagi preferensi mereka di antara daftar partai, atau membuat daftar
partai persis seperti mereka, mencoret atau mengulang nama.3

Pemilu di Indonesia menggunakan sistem proporsional daftar tertutup (closed list-PR) di


Pemilu 1955-1999. Pada Pemilu 2004 indonesia mulai menggunakan sistem proporsional daftar
terbuka (open List-PR) untuk pemilu DPR/DPRD dan SNTV (single non-transferable vote)
untuk Pemilu DPD, dan TRS (Two Round System) untuk pemilu presiden dan wakil presiden.4
Banyak negara menganggap Sistem Pemilu Proporsional Terbuka lebih menarik karena banyak
manfaatnya. Berikut adalah beberapa manfaat utama sistem ini:

1. Representasi yang Lebih Akurat


kemampuannya untuk menghasilkan keterwakilan politik yang lebih akurat
merupakan Salah satu kelebihan utama dari Pemilu Proporsional Terbuka. Dalam sistem
ini, persentase suara yang diperoleh partai politik menentukan berapa banyak kursi di
parlemen atau badan legislatif lainnya yang dialokasikan secara proporsional. Hal ini
berarti bahwasannya suara setiap pemilih dihitung dan partai politik diberikan kursi
berdasarkan persentase suara yang mereka terima.

3
Ulfan Gunawan, “Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporsional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih
Pada Pileg 2014 Di Kabupaten Bantul,” UIN Sunan Kalijaga (February 23, 2016): 16.
4
Fitriyah, Teori Dan Praktik Pemilihan Umum Di Indonesia, 1st ed. (Yogyakarta: Deepublish, 2012), 30.
2. Kesempatan bagi Kandidat Independen
Kandidat independen mempunyai peluang lebih besar untuk menang dalam
pemilu proporsional terbuka. Pemilih dalam sistem ini mempunyai pilihan untuk
mendukung langsung calon dari partai politik atau bahkan calon perseorangan yang tidak
terkait dengan partai mana pun.
3. Inklusivitas Politik
Pemilu Proporsional Terbuka mendorong inklusivitas terhadap politik dengan
memberikan kesempatan kepada kelompok minoritas atau partai politik kecil untuk
memenangkan kursi di parlemen. Sistem ini memastikan bahwa mereka yang mendukung
partai politik kecil tidak kehilangan hak suaranya.
4. Responsif terhadap Preferensi Pemilih
Salah satu kelebihan Sistem Pemilu Proporsional Terbuka adalah kemampuannya
beradaptasi terhadap perubahan preferensi pemilih. Para pemilih dapat secara langsung
memilih calon dari partai politik pilihan mereka berdasarkan pengaturan ini. Hal ini
memungkinkan masyarakat untuk mendukung partai politik yang sama namun
mengecualikan kandidat yang mereka yakini bertentangan dengan nilai-nilai mereka.
5. Partisipasi Pemilih yang Lebih Tinggi
Pemilu Proporsional Terbuka berpotensi meningkatkan partisipasi pemilih.
Pemilih dalam sistem ini langsung memilih calon dari partai politik yang mereka dukung.
Partisipasi pemilih dalam proses pemilu meningkat dan sebagai hasilnya timbul rasa
kepemilikan yang lebih kuat.

Dengan kelebihan-kelebihan ini, Sistem Pemilu Proporsional Terbuka merupakan pilihan


yang tepat untuk mencapai lebih banyak partisipasi pemilih, inklusi dalam politik, dan
keterwakilan politik yang lebih akurat..5

Meskipun mempunyai kelebihan, Sistem Pemilu Proporsional Terbuka juga mempunyai


sejumlah kelemahan yang perlu diperhatikan. Ini adalah beberapa kelemahan utama sistem ini:

1. Kompleksitas Perhitungan
Jika dibandingkan dengan sistem pemilu lainnya, prosedur penghitungan suara
pada pemilu proporsional terbuka biasanya lebih rumit. Hal ini disebabkan karena
5
Baihaki Sulaiman and Yoyoh Rohaniah, “Analisis Pemilu dengan Sistem Proporsional Terbuka,” PETANDA: Jurnal
Ilmu Komunikasi dan Humaniora 4, no. 2 (October 12, 2023): 91.
perolehan suara harus mencakup perolehan suara masing-masing calon secara individu
dan perolehan suara partai politik secara keseluruhan. Karena kerumitannya, mungkin
akan terjadi penundaan dalam pengumuman hasil pemilu dan kemungkinan besar
terjadinya masalah penghitungan suara.
2. Pengaruh Calon Perseorangan Terbatas
Meskipun kandidat independen dapat dipilih dalam Pemilu Proporsional Terbuka,
dampaknya mereka biasanya lebih terbatas. Partai politik masih mempunyai pengaruh
besar dalam sistem ini, dan kandidat independen sering kali mengalami kesulitan
bersaing dengan partai besar yang memiliki lebih banyak sumber daya dan dukungan.
Akibatnya, kandidat independen mungkin akan lebih sulit untuk mendapatkan kursi di
parlemen, sehingga akan mengurangi pluralisme dan keberagaman politik yang
diinginkan.
3. Kesulitan Mewujudkan Stabilitas Pemerintahan
Stabilitas pemerintahan yang kuat mungkin menimbulkan permasalahan bagi
Sistem Pemilu Proporsional Terbuka. Terkadang sulit untuk membangun pemerintahan
koalisi yang stabil karena partai politik sering kali perlu membentuk aliansi untuk
mendapatkan mayoritas. Kesepakatan dan perundingan partai politik dapat berlarut-larut
dan menimbulkan konflik kepentingan yang dapat menghambat kemampuan pemerintah
dalam menjalankan kebijakan dan mengambil keputusan yang bijaksana.
4. Keterbatasan Koneksi Pemilih dengan Calon
Dalam Pemilu Proporsional Terbuka, Interaksi langsung antara kandidat dan
pemilih dalam pemilu proporsional terbuka mungkin lebih sedikit. Ada kemungkinan
bahwa pemilih akan lebih memperhatikan partai politik secara keseluruhan dibandingkan
orang-orang tertentu yang mencalonkan diri. Akibatnya, hal ini dapat mengurangi
komunikasi dan keterlibatan langsung antara pemilih dan perwakilan politik mereka.
5. Potensi Fragmentasi Politik
Pada Sistem Pemilu Proporsional Terbuka dapat menyebabkan Meningkatnya
fragmentasi politik. Suara pemilih mungkin terbagi di antara berbagai pilihan karena
banyaknya partai politik yang bersaing dan kandidat independen. Akibatnya, mungkin
terdapat sejumlah besar partai politik dengan keterwakilan yang relatif rendah di
parlemen, yang dapat menghambat pengambilan keputusan dan mengarah pada
pemerintahan koalisi yang tidak stabil.

Pemahaman terhadap kekurangan-kekurangan tersebut sangat penting untuk


mempertimbangkan unsur-unsur yang memerlukan penyempurnaan dan perhatian dalam
melaksanakan Sistem Pemilu Proporsional Terbuka.6

6
Ibid., 92.

Anda mungkin juga menyukai