Anda di halaman 1dari 15

TUGAS HUKUM TATA NEGARA

TIM KONTRA
MATERI: PEMILU LEGISLATIF DI INDONESIA
DENGAN SISTEM PROPOSIONAL TERTUTUP

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALU


FAKULTAS HUKUM
2023
Sejarah Sistem Pemilu
Proporsional Tertutup di
Indonesia
•Sistem pemilu proporsional tertutup adalah sistem
pemilihan umum yang hanya memungkinkan masyarakat
memilih partai politiknya saja, bukan calon wakil rakyat secara
langsung. Saat pemilu dengan system ini, pemilih hanya
mencoblos tanda gambar atau lambang partai dalam surat suara
karena tidak tersedia daftar kandidat wakil rakyat di surat suara.
Sistem pemilu proporsional tertutup merupakan salah satu jenis
sistem pemilu proporsional
•Republik Indonesia pertama kali menggelar pemilihan
umum(Pemilu) pada 1955. Perencanaan Pemilu itu dilakukan
pada masa cabinet dipimpin Perdana Menteri Wilopo, dan baru
diselenggarakan pada masa kabinet yang dipimpin Perdana
Menteri Ali Sastromidjojo dan Burhanuddin Harahap. Landasan
Pemilu 1955 adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1953
Tujuan dilaksanakannya Pemilu 1955 adalah
buat memilih anggota parlemen atau Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dan Konstituante. DPR
adalah lembaga legislatif. Sedangkan
Konstituante adalah lembaga yang memiliki tugas
dan wewenang untuk melakukan perubahan
terhadap konstitusi negara.

Sistem yang diterapkan pada Pemilu 1955


adalah perwakilan proporsional tertutup atau
perwakilan berimbang. Yang dimaksud dengan
sistem perwakilan proporsional adalah jumlah
kursi di DPR dan Konstituante yang tersedia
dibagikan kepada partai politik atau organisasi
peserta Pemilu pada saat itu sesuai dengan
imbangan perolehan suara yang didapat oleh
partai politik itu. Dalam sistem ini wilayah negara
adalah daerah pemilihan. Akan tetapi karena
terlalu luas maka dibagikan berdasarkan daerah
pemilihan dengan membagi sejumlah kursi
dengan perbandingan jumlah penduduk.
Partai politik diberi kewenangan untuk menetapkan daftar urutan nama-nama
calon mulai tingkat nasional sampai daerah. Setiap distrik atau wilayah memiliki
wakil majemuk. Setiap partai politik menyajikan daftar kandidat dengan jumlah
yang lebih banyak dibandingkan jumlah kursi yang dialokasikan untuk satu daerah
pemilihan. Dengan sistem itu, setiap daerah berhak mendapatkan jatah minimun
enam kursi untuk Konstituante dan tiga kursi untuk parlemen. Pada Pemilu 1955
terdapat 260 jumlah kursi DOR yang diperebutkan dan 520 kursi untuk
Konstituante. Ditambah 14 wakil golongan minoritas yang diangkat pemerintah.
Pada Pemilu 1955 terdapat 260 jumlah kursi DPR yang diperebutkan dan 520
kursi untuk Konstituante. Ditambah 14 wakil golongan minoritas yang diangkat
pemerintah. Dengan menerapkan sistem perwakilan proporsional atau perwakilan
berimbang, mulanya wilayah Indonesia dibagi menjadi dalam 16 daerah
pemilihan. Namun, saat itu Pemilu tidak bisa digelar di Irian Barat karena masih
dikuasai Belanda. Dalam Pemilu 1955 terdapat 43.104.464 penduduk yang
memenuhi syarat sebagai pemilih. Namun, jumlah penduduk yang menggunakan
hak pilihnya pada saat itu mencapai 37.875.229 atau 87,65 persen. Jumlah pemilih
saat itu sudah termasuk anggota TNI dan Polri yang masih mempunyai hak pilih.
•a. Menurut sekretaris umum pp muhammadiyah,
Aabdul Mu’ti, dalam dua isu strategis Muktamar
Muhammadiyah Ke 48, Muhammadiyah menganjurkn
Pendapat Ahli agar sistem proposional terbuka dalam pemilu diindonesia
saat ini perlu dirubah kembali ke sistem proposional
Terkait Pemilu tertutup. Usulan terkait sistem proposional tertutup untuk
pemilihan legislatif ini menurutnya juga telah
Legislatif di disampaikan muhammadiyah
muhammadiyah 2014 di Samarinda.
sejak tanwir

Indonesia •Meski mengusulkan hanya pemilu legislative saja


yang diubah, namun Muhammadiyah menganjurkan
Berdasarkan adanya pembenahan mekanisme pemilihan presiden,
gubernur, bupati dan walikota yang lebih efisien dan
Sistem efektif. Misalnya melalui sistem pemilu tertutup
terintegrasi untuk meniadakan politik uang, ekses politik
Proporsional identitas, dan pembelahan masyarakat atau polarisasi
politik. Sistem ini bisa mengurangi kanibalisme politik
Tertutup atau saling jegal antarcalon sekaligus meredam nafsu
kampanye hitam. Termasuk menutup rapat-rapat
timbulnya fenomena pemilihan caleg berdasarkan
popularitas dan bukan kapabilitas.
b. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP mengusulkan
perubahan sistem proposional terbuka menanggapi
menanggapi usul penundaan pemilu 2024 yang salah
satunya karena ongkos pemilu yang mahal. Sekretaris
Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristyanto mengatakan,
pihaknya mengusulkan agar sistem proporsional terbuka
yang dipakai saat ini diubah dengan kembali menerapkan
sistem proposional tertutup yang terakhir dipakai dalam
pemilu 2004.

Lewat sistem proposional tertutup, pemilih hanya dapat


memilih partai politik secara keseluruhan dan tidak dapat
memilih kandidat. Sistem itu berbeda dengan sistem
proposional terbuka, dimana pemilih bisa memilih nomor
urut atau kader dalam pemilihan legislatif. Lebih lanjut,
Hasto menegaskan partainya berkomitmen untuk setia
pada konstitusi dengan menolak wacaa penundaan Pemilu
yang disampaikan ketua umum PKB, Muhaimin Iskandar.
Menurut Hasto, tingginya kepercayaan public terhadap kinerja
presiden Joko Widodo berdasarkan hasil survey teranyar, mestinya
dimakanai sebagai legacy presiden, ali-alih mendukung perpanjangan
masa jabatan. Terlebih, pemerintah dan DPR juga sudah menyepakati
jadwal Pemilu 2024 pqada 14 Februari.
c. Pakar Hukum Tata Negara dan Konstitusi Universitas Muslim
Indonesia Fahri Bachmid menilai sistem pemilu proporsional tertutup atau
close list propotional tetap konstitusional dan demokratis. Menurut Fahri,
sistem proporsional tertutup tidak membuat derajat demokrasi menurun, tetapi
justru memperkuat sistem presidensialisme dan kualitas demokrasi
konstitusional Indonesia. Selain itu, kata Fahri, peluang untuk menghasilkan
anggota DPR dan DPRD yang berkualitas dan berintegritas lebih
dimungkinkan. Pasalnya, parpol akan memilih kader-kader yang terbaik
menjadi caleg.

d. Pengamat politik UGM, Mada Sukmajati, berkomentar terkait wacana


penerapan sistem proporsional tertutup pada pemilu legislatif tahun 2024
mendatang. Jika dibandingkan dengan sistem proporsional terbuka yang
berlaku di pemilu sebelumnya, sistem proporsional tertutup menurutnya
memiliki lebih banyak kelebihan, dan lebih cocok untuk diterapkan pada
penyelenggaraan pemilu legislatif secara serentak.
Kelebihan Sistem Proporsional
Tertutup:

 Memperkuat partai politik melalui kaderisasi.


 Memberikan kesempatan lebih luas pada kader yang potensial.
 Masyarakat cukup memilih tanda gambar partai dan partai yang akan
menentukan kader-kader terbaiknya ke parlemen.
 Menekan potensi politik uang.
 Mempermudah dalam memenuhi kuota perempuan, atau etnis yang dianggap
minoritas karena Parpol yang menentukan calon legislatornya.
 Meningkatkan peran Parpol dalam perkaderan sistem perwakilan, serta
mendorong institusionalisasi partai.
 Biaya Pemilu menjadi murah, karena Surat Suara yang dicetak hanya gambar
partai.
Tujuan Diterapkannya Sistem
Proporsional Tertutup

 Dorong pihak yang kompeten sebagai wakil


rakyatHasto mengatakan, sistem proporsional
tertutup dapat mendorong akademisi hingga
purnawirawan untuk dapat terpilih sebagai caleg atau
wakil rakyat. Dia juga menyebut dasar sistem
proporsional tertutup adalah kompetensi.
 Sesuai dengan konstitusiHasto menerangkan, pemilu
dengan sistem proporsional tertutup sesuai dengan
perintah konstitusi. Tak hanya itu, ia mengatakan,
sistem proporsional tertutup membuat parpol bakal
memberikan penghargaan pada kadernya yang telah
bekerja dengan baik.
 Hemat AnggaranHasto menilai sistem proporsional
tertutup lebih hemat anggaran. Selain itu, sistem
pemilihan juga dinilai akan menjadi lebih sederhana.
Perbedaan Antara Sistem Pemilu Proporsional
Tertutup Dengan Proporsional Terbuka

1. Pelaksanaan
Pada pemilu proporsional tertutup, partai politik
mengajukan daftar calon yang disusun berdasarkan nomor urut.
Nomor urut ditentukan oleh partai politik. Sedangkan pada
pemilu proporsional terbuka, parpol mengajukan daftar calon
yang tidak disusun berdasarkan nomor urut dan tanpa nomor di
depan nama. (Biasanya susunannya hanya berdasarkan abjad
atau undian).
2. Metode pemberian suara
Perbedaan pemilu sistem proporsional terbuka dan
sistem proporsional tertutup yang kedua adalah metode
pemberian suara. Pada pemilu sistem proporsional tertutup,
pemilih memilih partai politik. Sedangkan pada pemilu sistem
proporsional terbuka, pemilih memilih salah satu nama calon.
3. Penetapan Calon Terpilih
• Pada pemilu sistem proporsional tertutup, penetapan calon terpilih
ditentukan berdasarkan nomor urut. Jika partai mendapatkan dua kursi,
maka calon terpilih adalah nomor urut 1 dan 2. Sedangkan pada pemilu
sistem proporsional terbuka, penetapan calon terpilih berdasarkan suara
terbanyak.

4. Derajat Keterwakilan
• Pada pemilu sistem proporsional tertutup, kurang demokratis karena rakyat
tidak bisa memilih langsung wakil-wakilnya yang akan duduk di legislatif.
Pilihan partai politik belum tentu pilihan pemilih. Sedangkan pada pemilu
sistem proporsional terbuka, memiliki derajat keterwakilan yang tinggi
karena pemilih bebas memilih wakilnya yang akan duduk di legislatif
secara langsung, sehingga pemilih dapat terus mengontrol orang yang
dipilihnya.
5. Tingkat Kesetaraan Calon
Pada pemilu sistem proporsional tertutup, didominasi kader yang mengakar ke atas
karena kedekatannya dengan elite parpol, bukan karena dukungan massa. Sedangkan
pada pemilu sistem proporsional terbuka, memungkinkan hadirnya kader yang
tumbuh dan besar dari bawah dan menang karena adanya dukungan massa.

6. Jumlah Kursi Dan Daftar Kandidat


Pada pemilu sistem proporsional tertutup, setiap partai menyajikan daftar kandidat
dengan jumlah yang lebih dibandingkan jumlah kursi yang dialokasikan untuk satu
daerah pemilihan atau dapil. Sedangkan pada pemilu sistem proporsional terbuka,
partai memperoleh kursi yang sebanding dengan suara yang diperoleh.
7. Kelebihan

• Pada pemilu sistem proporsional tertutup, memudahkan


pemenuhan kuota perempuan atau kelompok etnis
minoritas karena partai politik yang menentukan calon
legislatifnya. Mampu meminimalisir praktik politik uang.
Sedangkan pada pemilu sistem proporsional terbuka,
mendorong kandidat bersaing dalam memobilisasi
dukungan massa untuk kemenangan. Terbangunnya
kedekatan antara pemilih dengan yang dipilih.
Terbangunnya kedekatan antar pemilih.

8. Negara Yang Menerapkan

• Pada pemilu sistem proporsional tertutup antara lain di


Afrika Selatan, Argentina, Israel, Bulgaria, Ekuador, dan
lain-lain. Sedangkan pada pemilu sistem proporsional
terbuka antara lain dilaksanakan di Austria, Belanda,
Belgia, Brazil, dan lain-lain.
Sekian Dan Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai