A. PENDAHULUAN
Pemilihan umum (disingkat Pemilu) adalah proses memilih seseorang untuk mengisi jabatan
politik tertentu Jabatan tersebut beraneka ragam, mulai dari jabatan presiden/eksekutif, wakil
rakyat/legislatif di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pada konteks yang
lebih luas, Pemilu dapat juga berarti proses mengisi jabatan-jabatan seperti ketua OSIS atau
ketua kelas, walaupun untuk ini kata 'pemilihan' Pemilu merupakan salah satu usaha untuk
memengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika,
hubungan publik, komunikasi massa, lobi dan lain-lain kegiatan.Meskipun agitasi dan
propaganda di Negara demokrasi sangat dikecam, namun dalam kampanye pemilihan umum,
teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakai oleh para kandidat atau politikus
selalu komunikator politik.
Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada merekalah
para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye.
Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara.
Menurut UU No.7 pasal 348-350 tahun 2017, pemilih adalah WNI yang sudah genap berusia
17 tahun atau lebih, baik sudah kawin atau belum dan pernah kawin.
Dalam pemilu, pemilih biasanya dibedakan menjadi tiga kategori pemilih. Kategori pemilih
tersebut ialah pemilih tetap, pemilih tambahan dan pemilih khusus. Pada tahun 2019 ketiga
kategori ini digunakan sebagai standar pemilu.
Pemilih tetap adalah pemilih yang sudah terdata di KPU dan terdata di DPT(daftar pemilih
tetap). Pemilih kategori ini sudah di coklit dan dimutakhirkan oleh KPU dengan tanda bukti
memiliki undangan memilih atau C6.
Pemilih tambahan, adalah kategori pemilih yang pindah memilih ke TPS lain dari TPS yang
sudah ditentukan. Menurut UU NO.7 pasal 210 Tahun 2017, pemilih tambahan wajib
melapor paling lambat 30 hari sebelum pemungutan. Pada saat pemungutan suara pemilih
tambahan membawa surat pindah memilih(A5), KTP dan surat identitas lain(KK, paspor atau
SIM)
Pemilih Khusus, adalah kategori pemilih yang tidak terdaftar di DPT(Daftar Pemilih Tetap)
dan DPTb(Daftar Pemilih Tambahan). Pemilih khusus dapat ikut memilih dengan membawa
KTP atau identitas lain ke TPS. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara(KPPS) akan
memberikan hak suara dengan pertimbangan ketersediaan surat suara di TPS.
2.2 Syarat Peserta Pemilu
Genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih pada hari pemungutan suara.
Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
2.3 Pelaksanaan Sistem Pemilihan Umum di
Indonesia
Pelaksanaan pemilihan umum serentak pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden,
anggota Dpr, anggota Dpd, dan angota Dprd sebagai implementasi pelaksanaan sistem
Demokrasi Pancasila. (Suatu Kajian Terhadap Format Sistem Pemilu Indonesia Ke
Depan Yang Tepat Dalam Hubungannya Dengan Sistem Predisensiil Yang Dianut di
Indonesia)
Salah satu dari lima kesepakatan dasar Perubahan UUD 1945 adalah mempertegas sistem
pemerintahan presidensial. Penyelenggaraan Pileg dan Pilpres secara serentak
merupakan bagian dari rancangan sistem pemerintahan Presidensial yang ingin lebih
dipertegas. Dalam norma “presidential threshold”, yaitu batas ambang seseorang
dinyatakan sebagai Presiden terpilih pada sistem Pemilu dalam UUD 1945 diatur dalam
Pasal 6A ayat (3), bukan pada ayat (2), yang menyatakan bahwa “Pasangan calon
Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari
jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap
Provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah Provinsi di Indonesia, dilantik
menjadi Presiden dan Wakil Presiden”. Adapun Pasal 6A Ayat (2) UUD 1945 berbunyi
“Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan
umum”.
Pasal ini menegaskan bahwa kriteria partai politik atau gabungan partai politik yang
berhak mengusulkan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden adalah partai politik
yang dinyatakan sebagai peserta pemilihan umum, tanpa embel-embel persyaratan
ambang batas lainnya. Padahal MK tidak pernah mengharuskan dilakukannya sistem
proporsional terbuka. dimana MK hanya menghilangkan syarat 30 persen Bilangan
Pemilih Pembagi (BPP) yang ada pada UU Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu
Legislatif. Dalam Pasal 214 menyebutkan bahwa anggota DPR terpilih ditetapkan
berdasarkan urutan suara terbanyak di antara calon-calon legislatif yang memperoleh
suara 30 persen atau lebih dari BPP.
Syarat 30 persen itu, dibatalkan oleh MK karena dianggap tidak adil dan menimbulkan
ketidakpastian bagi para pemilih. Kemudian idealnya Pemilu serentak 2019 yang akan
datang dilaksanakan dalam dua tahap yaitu Pemilu Nasional dan Pemilu Daerah atau
Lokal. Pemilihan Presiden, Wakil Presiden, DPR, DPD, DPRD Provinsi dengan
pemilihan DPRD Kabupaten/kota sudah berbeda. Maka, wajar jika Pemilu serentak 2019
dibagi atas Pemilu Nasional serta Pemilu daerah atau lokal. Pemilu untuk memilih
anggota DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden masuk ke Pemilu Nasional. Setelah itu
diikuti oleh pemilihan anggota DPRD Provinisi, Kabupaten/kota. Ini kan jelas dari segi
institusi itu terpisah dari sebelumnya. Pengaturan pelaksanaan Pemilu Nasional dan lokal
pada Pemilu serentak 2019 tersebut bisa saja dijadikan norma dalam UU Pemilu
kedepannya. Hal ini juga perlu pengujian di Mahkamah Konsitusi, agar MK memiliki
ruang untuk memberikan interprestasi baru untuk Pemilu Nasional dan Pemilu lokal.
Sehingga dengan sistem pembagian ini agenda Nasional di tingkat pusat akan lebih
mudah diikuti di tingkat daerah. Jika keduanya digabungkan, maka dibutuhkan tenaga
ekstra dalam pelaksanaanya Pemilihan Umum secara serentak tersebut
2.4 Manfaat Pelaksanaan dan Pemilihan
Umum bagi Kehidupan Berbangsa
3.1 Simpulan
Sistem pemilihan umum di indonesia adalah cara menentukan siapa yang layak untuk
menjadi pemimpin di suatu wilayah yang berdasarkan pemilihan seluruh masyarakat di
daerah tersebut dan yang memilih pemimpin diwilayah tersebut harus memenuhi syarat
peserta pemilu .
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Afif dan LaurensiusArliman S, Protection Of Children's Rights Of The Islamic And
Constitutional Law Perspective Of The Republic Of Indonesia, Proceeding: Internasional
Conference On Humanity, Law And Sharia (Ichlash), Volume 1, Nomor 2, 2020.