Anda di halaman 1dari 9

Implementasi Pancasila Sila ke-4 dengan Menginofasi Bilik Suara

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang
Pemilihan umum (disingkat Pemilu) adalah proses memilih seseorang untuk
mengisi jabatan politik di Indonesia tertentu.Jabatan tersebut beraneka ragam,
mulai dari jabatan presiden/eksekutif, wakil rakyat/Lembaga legislatif di berbagai
tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pada konteks yang lebih luas, Pemilu
dapat juga berarti proses mengisi jabatan-jabatan seperti ketua OSIS atau ketua
kelas, walaupun untuk ini kata 'pemilihan' lebih sering digunakan.
Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara
persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, hubungan publik,
komunikasi massa, lobi dan lain-lain kegiatan. Meskipun agitasi dan propaganda
di Negara demokrasi sangat dikecam, namun dalam kampanye pemilihan umum,
teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakai oleh para kandidat atau
politikus selalu komunikator politik.
Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada
merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya
pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan,
menjelang hari pemungutan suara.
Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang
Pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang
sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan
ke para pemilih.
Menurut UU No.7 pasal 348-350 tahun 2017, pemilih adalah WNI yang sudah
genap berusia 17 tahun atau lebih, baik sudah kawin atau belum dan pernah
kawin.
Dalam pemilu, pemilih biasanya dibedakan menjadi tiga kategori pemilih.
Kategori pemilih tersebut ialah pemilih tetap, pemilih tambahan dan pemilih
khusus. Pada tahun 2019 ketiga kategori ini digunakan sebagai standar pemilu.
Pemilih tetap adalah pemilih yang sudah terdata di KPU dan terdata di DPT
(daftar pemilih tetap). Pemilih kategori ini sudah di coklit dan dimutakhirkan oleh
KPU dengan tanda bukti memiliki undangan memilih atau C6.
Pemilih tambahan adalah kategori pemilih yang pindah memilih ke TPS lain
dari TPS yang sudah ditentukan. Menurut UU NO.7 pasal 210 Tahun 2017,
pemilih tambahan wajib melapor paling lambat 30 hari sebelum pemungutan.
Pada saat pemungutan suara pemilih tambahan membawa surat pindah memilih
(A5), KTP dan surat identitas lain (KK, paspor atau SIM)
Pemilih khusus adalah kategori pemilih yang tidak terdaftar di DPT(Daftar
Pemilih Tetap) dan DPTb (Daftar Pemilih Tambahan). Pemilih khusus dapat ikut
memilih dengan membawa KTP atau identitas lain ke TPS. Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) akan memberikan hak suara dengan
pertimbangan ketersediaan surat suara di TPS.[9]
Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses memilih orang untuk mengisi
jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai
dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala
desa.Pada konteks yang lebih luas, Pemilu dapat juga berarti proses mengisi
jabatan-jabatan seperti ketua OSIS atau ketua kelas, walaupun untuk ini kata
‘pemilihan’ lebih sering digunakan.
Pemilu merupakan salah satu usaha untuk mempengaruhi rakyat secara
persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, hubungan publik,
komunikasi massa, lobi dan lain-lain kegiatan. Meskipun agitasi dan propaganda
di negara demokrasi sangat dikecam, namun dalam kampanye pemilihan umum,
teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakai oleh para kandidat atau
politikus sebagai komunikator politik.
Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada
merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya
pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan,
menjelang hari pemungutan suara.
Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang
Pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang
sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan
kepada para pemilih.
Indonesia telah melaksanakan beberapa kali Pemilu, dimulai sejak tahun 1955,
1971, 1977-1997, 1999, 2004, 2009, dan 2014. Berikut penjelasan singkat tentang
pelaksanaan pemilihan umum tersebut:
Berdasarkan amanat UU No.7 Tahun 1953, Pemilu 1955 dilakukan dua kali.
Pemilu pertama dilaksanakan pada 29 September 1955 untuk memilih anggota-
anggota DPR. Pemilu kedua, 15 Desember 1955 untuk memilih anggota-anggota
Dewan Konstituante.
Pemilu 1955 menggunakan sistem proposional. Pemilihan umum sistem
proposional adalah dimana kursi yang tersedia dibagikan kepada partai politik
(organisasi peserta pemilu) sesuai dengan imbangan perolehan suara yang didapat
oleh partai politik itu. Oleh karena itu sistem ini disebut juga dengan sistem
berimbang. Dalam sistem ini wilayah negara adalah daerah pemilihan, akan tetapi
karena terlalu luas maka dibagikan berdasarkan daerah pemilihan dengan
membagi sejumlah kursi dengan perbandingan jumlah penduduk.
sangat membedakan dengan Pemilu 1955 adalah para pejabat negara pada
Pemilu 1971 diharuskan bersikap netral. Tetapi pada praktiknya, pada Pemilu
1971 para pejabat pemerintah berpihak kepada salah satu peserta pemilu yaitu
Golkar.
Berkaitan dengan pembagian kursi, cara pembagian yang digunakan dalam
Pemilu 1971 berbeda dengan pemilu 1955. Dalam Pemilu 1971, yang
menggunakan UU No.15 Tahun 1969 sebagai dasar, semua kursi terbagi habis di
setiap daerah pemilihan.
Pasca Pemilu 1977, pemilu berikutnya selalu terjadwal dalam 5 tahun. Satu
hal yang membedakan adalah bahwa sejak Pemilu 1977 pesertanya jauh lebih
sedikit, yaitu dua parpol, dan satu Golkar.Selain memiliki kesamaan kontestan
dari tahun ke tahun, dalam pemilu tersebut juga hasilnya selalu sama. Golkar
selalu menjadi pemenang, sedangkan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan
Partai Demokrasi Indonesia (PDI) menjadi pelengkap atau sekedar ornamen.
Golkar bahkan sudah menjadi pemenang sejak 1971.Pemilu 1999Meskipun
masa persiapannya tergolong singkat, pelaksanaan pemungutan suara 1999 ini
bisa dilakukan sesuai jadwal, yakni pada 7 Juni 1999. Tidak seperti yang
diprediksi dan dikhawatirkan banyak pihak sebelumnya, ternyata Pemilu 1999
dapat terlaksana dengan damai, tanpa ada kekacauan yang berarti.Cara pembagian
kursi hasil pemilihan kali ini tetap memakai sistem proposional dengan mengikuti
varian Roget.
Dalam sistem ini sebuah partai memperoleh kursi seimbang dengan suara yang
diperolehnya di daerah pemilihan.Namun, cara penetapan calon terpilih berbeda
dengan pemilu sebelumnya, yakni dengan menentukan peringkat perolehan suara
suatu partai di dapil. Apabila sejak Pemilu 1977 calon nomor urut pertama dalam
daftar calon partai otomatis terpilih apabila partai itu mendapat kursi.
Kini calon terpilih ditetapkan berdasarkan suara terbesar atau terbanyak dari
daerah tempat seseorang dicalonkan.Pemilu 2004Pemilihan kali ini merupakan
pemilihan yang diikuti banyak partai. Ada dua macam pemilihan umum, yang
pertama pemilihan untuk memilih anggota parlemen yang partainya memenuhi
parliamentary threshold. Partai politik yang memenuhi ambang batas masuk
menjadi anggota parlemen dan partai politik yang berada di luar gedung parlemen.
Yang kedua melakukan pemilihan presiden, dan ternyata pada calon presiden
tahun 2004 dilakukan dua putaran.
Dalam Pemilu 2004, ada perbedaan sistem bila dibandingkan dengan pemilu
periode sebelumnya, khususnya dalam sistem pemilihan DPR/DPRD, sistem
pemilihan DPD, dan pemilihan presiden-wakil presiden yang dilakukan secara
langsung dan bukan lagi melalui anggota MPR seperti pemilu sebelumnya. Pemilu
2004 menunjukan kemajuan dalam demokrasi kita.Pemilu 2009Pemilihan umum
yang diselenggarakan pada 2009 merupakan pemilihan umum kedua yang diikuti
pemilihan langsung presiden dan wakil presiden.
Ketentuan dalam pemilihan presiden dan wakil presiden ini ditentukan bahwa
pasangan calon terpilih adalah pasangan yang memperoleh suara lebih dari 50%
dari jumlah suara dengan sedikitnya 20% suara di setiap provinsi yang tersebar di
lebih dari 50% jumlah provinsi di Indonesia.Pemilu 2014Pemilu 2014
dilaksanakan dua kali yaitu pada tanggal 9 April 2014 yang akan memilih para
anggota legislatif dan tanggal 9 Juli 2014 yang akan memilih Presiden dan Wakil
Presiden.
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 2014 (biasa disingkat Pemilu
Legislatif 2014) untuk memilih 560 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
132 anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), serta anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota) se-Indonesia
periode 2014-2019.Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden ini diikuti oleh
dua pasang calon Presiden dan Wakil Presiden yaitu Prabowo Subianto, mantan
Panglima Kostrad yang berpasangan dengan Hatta Rajasa, mantan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian 2009-2014, serta Joko Widodo, Gubernur DKI
Jakarta yang berpasangan dengan Jusuf Kalla, mantan Wakil Presiden Republik
Indonesia periode 2004-2009
Pemilu tahun 2009 seharusnya adalah suatu Pemilu perwujudan “demokrasi
substansial” guna mempercepat terbentuknya “demokrasi yang terkonsolidasi”
(SARDINI, Nur Hidayat. Restorasi penyelenggaraan pemilu di Indonesia).
Pemilu merupakan pesta demokrasi dimana kita memilih calon legislative dan
calon eksekutif di pemerintahan. Maka dari itu asas asas pemilu yaitu langsung,
bebas, jujur, dan adil sangat lah penting untuk mendapatkan perwujudan
demokrasi yang sesuai dengan masyarakat Indonesia.
Jika ada sedikit saja kecurangan pemilu yang dapat memengaruhi suara dapat
berdampak fatal bagi pemerintahan. Jika pemerintahan tidak sesuai dengan
harapan masyarakat besar kemungkinan akan terjadi ketidakpercayaan masyarakat
dengan pemerintahan dapat memungkinkan tragedy tahun 1998 terulang Kembali
Salah satu yang dapat memengaruhi suara adalah bilik suara. Karena bilik
suara adalah tempat kita menentukan pilihan calon legislative atau calon
eksekutif. Banyak sekali kecurangan dilakukan karena kurang efektifnya bilik
suara seperti kurangnya pengawasan di bilik suara.
Karena bilik suara sangat tertutup sehingga tidak mengetahui apa yang terjadi
dan kecurangan yang terjadi. Pernah terjadi suatu kasus dimana satu orang dapat
mengajukan 4 suara sekaligus. Karena kurangnya pengawasan dan efisiensi bilik
suara. Bilik suara juga dapat menyebabkan terhambatnya pemungutan suara
sehingga pemungutan suara melebihi waktu yang sudah terjadwal. Pemungutan
Suara tidak siap mengantisipasi terjadi kekurangan surat suara dan tidak
efektifnya alur pemungutan suara (Sutrisno, Hafiz. "IMPLEMENTASI PERATURAN
KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 9 TAHUN 2019 TERHADAP HAK PILIH PEMILIH
KHUSUS OLEH KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KAMPAR PADA PEMILIHAN
UMUM TAHUN 2019 DI KABUPATEN KAMPAR.").
Kurangnya efisien dan banyaknya kecurangan dalam pemilu dapat membuat
masyarakat malas untuk mengikuti pemilu dan lebih memilih golput (golongan putih)
karena merasa tidak memiliki waktu dan merasa suaranya tidak terlalu penting karena
terdapat kecurangan. Namun golput juga dapat memperbesar kemungkinan kecurangan
karena surat suaranya yang kosong.
Oleh karenanya kami memilih judul “Implementasi Pancasila Sila ke-4
dengan Menginofasi Bilik Suara” yang dapat mengurangi kecurangan dalam
pemilu serta lebih mengefisiensikan bilik suara. Kami membuat bilik suara agar
lebih efisien dengan menggunakan gawai atau tablet khusus. Untuk meminimalisir
kecurangan dimana pemilih mendapatkan lebih dari satu suara. Selain itu
menggunakan gawai juga dapat mengefisiensikan alur pemilu karena pemilih
hanya perlu memilih setelahnya langsung dapat melakukan aktivitas.
Karena data dari pemilih langsung terekam kedalam sistem daerah untuk
pemerintahan daerah dan sistem KPU (komisi Pemilihan Umum) pusat untuk
pemertintahan pusat. Namun kita tidak menggunakan sistem daring (dalam
jaringan) karena walaupun menggunakan gawai tetap harus diawasi. Jika
menggunakan daring dapat memperbesar kesalahan pemilih disebabkan sistem
atau kurangnya pengetahuan tentang sistem tersebut namun jika luring pemilih
dapat bertanya pada pengawas TPU (tempat pemilihan umum). Serta dapat
mengurangi penggunaan kertas secara berlebihan dikarenakan kertas suara.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut,
- Bagaimana yang dimaksud dengan implementasi sila ke-4?
- Bagaimana bilik yang efisien untuk pemilu?
- Bagaimana hubungan implementasi sila ke-4 dengan pemilu?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut kami memiliki tujuan yaitu,
- Mendeskripsikan implementasi sila ke-4
- Mendeskripsikan bilik yang efisien untuk pemilu
- Mendeskripsikan hubungan sila ke-4 dengan pemilu

II. Pembahasan

A. Implementasi Pancasila sila ke-4


implementasikan pancasila sila ke 4 "Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh
Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan" memiliki nilai
antara; 1) Mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat, 2) Tidak
memaksakan kehendak terhadap orang lain, 3) Mengutamakan musyawarah dalam
mengambil keputusan untuk kepentingan bersama, 4) Musyawarah untuk
mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan, 5) Dengan itikat yang
baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah, 6) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur, 7) Keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Nilai-nilai tersebut
diatas merupakan versi Eka Prasetya Pancakarsa, tafsir Pancasila yang sering
didengungkan masa orde baru.
Implementasi Sila keempat melibatkan praktik musyawarah dalam proses
pengambilan keputusan. Pemerintah, lembaga legislatif, dan berbagai pemangku
kepentingan diharapkan berpartisipasi dalam dialog, perundingan, dan diskusi
untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Musyawarah
merupakan sarana untuk mencapai konsensus dan menghindari keputusan
sewenang-wenang.
Implementasi Sila keempat memerlukan adanya demokrasi yang kuat. Hal ini
berarti memberikan kesempatan kepada seluruh rakyat untuk berpartisipasi dalam
proses pengambilan keputusan melalui pemilihan umum, hak suara, dan
kebebasan berpendapat. Pemimpin yang dipilih harus mewakili kehendak dan
aspirasi rakyat serta bertanggung jawab atas tindakan dan kebijakan yang diambil.
Implementasi sila ke-4 memerlukan keterbukaan dan transparasi kedua belah
pihak yaitu masyarakat dan juga pemerintah agar mendapatkan keputusan yang
paling tepat dan sesuai dengan harapan masyarakat dan pemerintah juga dapat
melaksanakan keputusan tersebut tanpa ada paksaan

B. Bilik suara
“Bilik suara adalah tempat/ruang istimewa bagi rakyat pemilih untuk
merealisasi hak-hak politiknya. Di bilik suara, rakyat pemilih melakukan kontrak
sosial dengan calon pejabat negara dan/atau calon wakil rakyat untuk jangka
waktu 5 (lima) lima tahun. Di bilik suara pula, rakyat pemilih mewujudkan
kedaulatannya lewat pernyataan kehendak ketika menjatuhan pilihannya pada
surat suara” (Aminuddin Kasim, . Menjaga Kedaulatan Rakyat dari Bilik Suara)
Bilik efisien untuk pemilu adalah suatu sistem yang dirancang dengan tujuan
untuk mengoptimalkan efisiensi dan kecepatan proses pemungutan suara dalam
pemilihan umum dengan cara :
1. Desain yang Efisien Desain bilik pemungutan suara harus
mempertimbangkan faktor-faktor seperti jumlah pemilih yang diharapkan,
kebutuhan privasi pemilih, serta memaksimalkan penggunaan ruang yang
tersedia. Bilik harus dirancang sedemikian rupa agar pemilih dapat
melakukan proses pemungutan suara dengan cepat dan mudah.
2. Penempatan bilik pemungutan suara haruslah disusun dengan tata letak
yang logis dan efisien. Misalnya, menjaga jarak yang memadai antara satu
bilik dengan bilik lainnya untuk menghindari kemacetan dan memudahkan
akses pemilih.
3. Pemanfaatan teknologi dapat meningkatkan efisiensi pemilu. Contohnya
adalah penggunaan mesin pemilih elektronik (electronic voting machines)
yang dapat mempercepat proses pemungutan suara dan penghitungan suara
secara otomatis. Sistem informasi pemilih juga dapat digunakan untuk
mengurangi waktu antri dan mengarahkan pemilih ke bilik yang tersedia.
4. Setelah pemilu selesai, penting untuk melakukan evaluasi menyeluruh
terhadap proses pemungutan suara dan mengidentifikasi area-area yang
membutuhkan perbaikan. Dengan melakukan evaluasi dan peningkatan
terus-menerus, dapat dihasilkan sistem bilik pemungutan suara yang
semakin efisien di masa depan.

C. Hubungan sila ke-4 dengan pemilu


Sila keempat menyoroti pentingnya musyawarah dan perwakilan dalam
pengambilan keputusan. Pemilu memungkinkan terbentuknya lembaga
perwakilan, seperti parlemen atau dewan perwakilan rakyat, di mana pemimpin
dipilih melalui mekanisme demokratis. Pemilihan umum ini memberikan
kesempatan bagi pemilih untuk memilih wakil-wakil mereka yang akan
berpartisipasi dalam musyawarah dan pengambilan keputusan di tingkat
pemerintahan.
Sila keempat menekankan pentingnya partisipasi aktif rakyat dalam proses
pengambilan keputusan. Pemilu merupakan mekanisme yang paling mendasar
untuk mewujudkan partisipasi rakyat dalam menentukan pemimpin dan kebijakan
yang akan mempengaruhi kehidupan mereka. Melalui pemilu, rakyat memiliki
kesempatan untuk memberikan suara mereka dan memilih wakil-wakil yang akan
mewakili kepentingan mereka di dalam pemerintahan.
Sila keempat mendorong partisipasi aktif rakyat dalam proses pengambilan
keputusan. Dalam konteks bilik suara, rakyat memiliki kesempatan untuk
berpartisipasi secara langsung dengan memberikan suara mereka dalam
pemilihan. Bilik suara efisien dapat menciptakan lingkungan yang memudahkan
pemilih untuk melakukan partisipasi aktif dengan cepat dan mudah.
dalam pengambilan keputusan. Bilik suara efisien dalam pemilihan umum
memungkinkan pemilih untuk memilih wakil-wakil yang akan mewakili mereka
dalam lembaga perwakilan, seperti parlemen. Dengan menggunakan bilik suara
efisien, pemilih dapat dengan cepat dan efisien mengeluarkan suara mereka untuk
memilih calon yang mereka percayai dapat menjadi perwakilan yang baik.

III. Penutup

A. Kesimpulan
1. berpendapat. Pemimpin dan wakil rakyat harus menggunakan hikmah dan
kebijaksanaan dalam memimpin dan mengambil keputusan yang
mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat. Mereka juga harus
memastikan bahwa tidak ada pemaksaan kehendak terhadap orang lain,
melainkan mengedepankan musyawarah sebagai cara untuk mencapai
keputusan yang menguntungkan semua pihak. Musyawarah dilakukan dengan
semangat kekeluargaan, dengan itikad baik dan tanggung jawab untuk
menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah. Proses
musyawarah harus dilakukan dengan akal sehat dan hati nurani yang luhur,
mengutamakan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Keputusan yang diambil
melalui musyawarah harus dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, serta menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
Hal ini berarti keputusan tersebut harus berlandaskan pada nilai-nilai
kebenaran dan keadilan, serta menghormati hak asasi manusia. Dalam
implementasi Sila keempat, demokrasi yang kuat menjadi kunci. Seluruh
rakyat harus diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses
pengambilan keputusan melalui pemilihan umum, hak suara, dan kebebasan
berpendapat. Dengan demikian, keputusan yang dihasilkan akan mewakili
kepentingan bersama dan mendukung pembangunan negara yang adil dan
berkelanjutan.
2. Bilik suara adalah tempat khusus di mana rakyat pemilih dapat melaksanakan
hak-hak politiknya. Melalui kontrak sosial dalam jangka waktu lima tahun,
rakyat pemilih memberikan suara mereka kepada calon pejabat negara
dan/atau calon wakil rakyat, serta mewujudkan kedaulatan mereka dengan
menyatakan pilihan mereka pada surat suara.
3. Sila keempat menyoroti pentingnya musyawarah dan perwakilan dalam
pengambilan keputusan. Pemilu memungkinkan terbentuknya lembaga
perwakilan, seperti parlemen atau dewan perwakilan rakyat, di mana
pemimpin dipilih melalui mekanisme demokratis. Melalui pemilu, rakyat
memiliki kesempatan untuk memilih wakil-wakil mereka yang akan
berpartisipasi dalam musyawarah dan pengambilan keputusan di tingkat
pemerintahan. Sila keempat mendorong partisipasi aktif rakyat dalam proses
pengambilan keputusan. Dalam konteks bilik suara, rakyat dapat berpartisipasi
langsung dengan memberikan suara mereka dalam pemilihan. Bilik suara yang
efisien menciptakan lingkungan yang memudahkan pemilih untuk
berpartisipasi aktif dengan cepat dan mudah. Dalam pemilihan umum, bilik
suara yang efisien memainkan peran penting dalam memastikan partisipasi
rakyat yang maksimal. Dengan menggunakan bilik suara yang dirancang
dengan baik, pemilih dapat dengan cepat dan efisien memberikan suara
mereka untuk memilih calon yang mereka percayai dapat menjadi perwakilan
yang baik. Dengan demikian, Sila keempat Pancasila mendorong partisipasi
aktif rakyat dalam pengambilan keputusan melalui musyawarah dan
perwakilan. Melalui pemilu dan bilik suara yang efisien, rakyat memiliki
kesempatan untuk memilih wakil-wakil mereka dan berpartisipasi dalam
proses pengambilan keputusan yang mengarah pada kepentingan bersama.

B. Saran
1. Pemerintah harus lebih terbuka dengan teknologi teknologi terbaru yang
membuat pemilihan umum lebih efisien dan dapat berlangsung dengan cepat
dan pemerintah juga harus lebih transparasi terhadap pemilihan umum dan
hasil voting rakyat karena banyak dugaan terdapat kecurangan dalam
pemilihan umum
2. Masyarakat umum harus memilih pilihan bakal calon pemerintah dan tidak
golput (golongan putih) agar dapat meminimalisir kecurangan serta setiap
masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan hak yang sama dalam
menentukan pilihan yang memimpin mereka dalam beberapa tahun kedepan
kesalahan sedikit saja bisa berakiat fatal
3. Peneliti selanjutnya dapat mengkaji ulang makalah ini dengan mencari data
data yang lebih baru dan lebih akurat serta peneliti selanjutnya dapat
merealisasikan bilik pemilu yang lebih efisien dan diterima masyarakat
4. Generasi pemuda harus lebih pro aktif dengan pemilu dan tidak memilih
golput hanya karena tidak tertarik dengan politik karena pimpinan tidak hanya
tentang politik namun juga kemakmuran masyarakat disekitar

Daftar Pustaka

https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=ryBxDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=pemilu+adalah&ots=iwe1UbbHj2
&sig=vKQ1U1GoXv9eEcAd-zbbAotK5-w&redir_esc=y#v=onepage&q=pemilu
%20adalah&f=false

http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jp/article/view/6181
https://ppid.unud.ac.id/img/admin/page_attc/9d0d1cd9a94a484f9e18bed334f2d10.pdf

https://www.mkri.id/public/content/pemilu/UU/UU%20No.7%20Tahun%202017.pdf

https://www.researchgate.net/publication/
345983060_Menjaga_Kedaulatan_Rakyat_Dari_Bilik_Suara

Anda mungkin juga menyukai