Anda di halaman 1dari 7

MENGENAL PEMILU DI INDONESIA

Oleh: Valiant Yeremia Wongkar


Kelas: X-3 SMA Kristen 2 Tomohon
Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan bagian penting dari proses demokrasi di
Indonesia. Sejak merdeka pada tahun 1945, Indonesia telah menggelar berbagai
Pemilu untuk memilih para wakil rakyat dan pemimpin negara. Dalam esai ini, kita
akan menjawab beberapa pertanyaan penting terkait Pemilu di Indonesia.
1. Sejarah Pemilu di Indonesia
1. Pemilu 1955:
 Pemilu pertama di Indonesia diadakan pada tahun 1955 setelah
Konferensi Meja Bundar (KMB).
 Pemilu ini merupakan pemilu pertama setelah Indonesia merdeka.
Pemilu 1955 menetapkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang
terdiri dari berbagai partai politik yang ada saat itu.
2. Pemilu 1971:
 Pemilu ini diadakan di bawah pemerintahan Orde Baru di bawah
kepemimpinan Presiden Soeharto.
 Dominasi satu partai politik, yaitu Golkar, sangat kentara dalam
Pemilu 1971.
3. Pemilu 1977:
 Pemilu ini merupakan pemilu kedua yang diadakan di bawah
pemerintahan Orde Baru.
 Golkar kembali mendominasi Pemilu 1977, meskipun terdapat
beberapa partai oposisi yang berhasil meraih kursi di DPR.
4. Pemilu 1982:
 Pemilu ini masih diadakan di bawah pemerintahan Orde Baru dengan
dominasi Golkar yang kuat.
5. Pemilu 1987:
 Golkar kembali memenangkan Pemilu 1987 dengan mayoritas suara
yang signifikan.
6. Pemilu 1992:
 Pemilu ini menjadi awal munculnya partai politik baru setelah
reformasi politik yang terjadi di akhir tahun 1990-an.
 Pada Pemilu 1992, terdapat partai-partai baru yang mulai muncul dan
bersaing dengan Golkar.
7. Pemilu 1997:
 Pemilu ini merupakan pemilu terakhir di bawah pemerintahan Orde
Baru sebelum jatuhnya rezim tersebut.
 Terdapat persaingan yang semakin ketat antara partai-partai politik di
Indonesia.
8. Pemilu 1999:
 Pemilu ini merupakan pemilu pertama setelah jatuhnya rezim Orde
Baru dan dimulainya era reformasi.
 Partai-partai politik baru dan partai politik lama bersaing secara bebas
dalam Pemilu 1999.
9. Pemilu 2004:
 Pemilu ini merupakan pemilu pertama setelah reformasi yang
menetapkan presiden melalui pemilihan langsung.
 Pemilu 2004 ditandai dengan partisipasi yang tinggi dari masyarakat
Indonesia.
10.Pemilu 2009:
 Pemilu ini merupakan pemilu pertama setelah pemisahan antara
pemilihan presiden dan pemilihan legislatif.
 Pemilu legislatif dilakukan terlebih dahulu, diikuti oleh pemilihan
presiden beberapa bulan kemudian.
11.Pemilu 2014:
 Pemilu ini merupakan pemilu terbaru yang diadakan di Indonesia
sebelum Pemilu 2019.
 Pemilu legislatif diadakan terlebih dahulu pada bulan April, diikuti
oleh pemilihan presiden pada bulan Juli.
12.Pemilu 2019:
 Pemilu ini merupakan pemilu terbaru yang diadakan di Indonesia.
 Pemilu 2019 ditandai dengan partisipasi yang tinggi dari pemilih dan
persaingan yang ketat antara berbagai partai politik.

2. Istilah-Istilah dalam Penyelenggaraan Pemilu


Dalam penyelenggaraan Pemilu, terdapat sejumlah istilah yang penting untuk
dipahami:
1. Dapil (Daerah Pemilihan):
 Dapil merujuk pada wilayah pemilihan di mana pemilih memilih
anggota legislatif. Dapil dibagi berdasarkan wilayah
administratif seperti provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan
desa/kelurahan.
2. KPU (Komisi Pemilihan Umum):
 KPU adalah lembaga yang bertanggung jawab atas
penyelenggaraan Pemilu di tingkat nasional. KPU memiliki
wewenang untuk menyusun jadwal Pemilu, meregistrasi partai
politik, menetapkan daftar pemilih, mengawasi kampanye, serta
menghitung dan mengumumkan hasil Pemilu.
3. Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu):
 Bawaslu adalah lembaga independen yang bertugas mengawasi
jalannya Pemilu dan menangani pelanggaran-pelanggaran yang
terjadi selama proses pemilihan. Bawaslu memiliki otoritas untuk
menyelidiki dan menindak pelanggaran Pemilu serta
memberikan rekomendasi kepada lembaga penegak hukum.
4. PPS (Panitia Pemilihan Suara):
 PPS adalah panitia yang bertugas mengorganisir Pemilu di
tingkat desa/kelurahan. Tugas PPS meliputi persiapan tempat
pemungutan suara (TPS), pendaftaran pemilih, distribusi surat
suara, dan pengawasan proses pemungutan suara.
5. PPK (Panitia Pemungutan Suara):
 PPK adalah panitia yang bertugas mengorganisir Pemilu di
tingkat kecamatan. PPK bertanggung jawab atas koordinasi dan
pengawasan seluruh proses pemungutan suara di wilayah
kecamatan, termasuk pembentukan TPS, distribusi logistik, dan
penghitungan suara.
6. KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara):
 KPPS adalah kelompok yang bertugas langsung mengawasi
proses pencoblosan dan penghitungan suara di TPS. KPPS
terdiri dari beberapa anggota yang ditunjuk oleh KPU setempat
dan bertanggung jawab atas keamanan dan keabsahan proses
pemungutan suara.
7. DPT (Daftar Pemilih Tetap):
 DPT adalah daftar yang berisi nama-nama pemilih yang
memenuhi syarat untuk memberikan suara dalam Pemilu. DPT
disusun oleh KPU berdasarkan data kependudukan yang valid
dan terverifikasi.
8. C1 (Berita Acara):
 C1 adalah berita acara yang berisi hasil penghitungan suara di
TPS. C1 disusun oleh KPPS dan ditandatangani oleh semua
anggota KPPS serta saksi-saksi yang hadir.
9. Saksi Pemilu:
 Saksi Pemilu adalah wakil dari partai politik atau calon yang
memiliki hak untuk mengawasi proses pemungutan suara di TPS.
Saksi Pemilu bertugas memastikan keabsahan dan keadilan
proses pemilihan serta memberikan pengawasan terhadap KPPS.
10.Logistik Pemilu:
 Logistik Pemilu meliputi semua barang dan perlengkapan yang
dibutuhkan untuk menyelenggarakan Pemilu, seperti surat
suara, kotak suara, tinta, dan segala sesuatu yang diperlukan
untuk memfasilitasi proses pemilihan.

3. Peserta Pemilu 2024


Peserta Pemilu 2024 di Indonesia meliputi beragam entitas yang mencakup
pemilihan presiden, wakil presiden, anggota DPR, DPD, serta anggota DPRD
tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Berikut adalah penjelasan lebih rinci
tentang peserta Pemilu 2024:
1. Calon Presiden dan Wakil Presiden (Capres-Cawapres):
 Peserta Pemilu 2024 untuk posisi presiden dan wakil presiden
adalah pasangan calon yang telah ditetapkan oleh partai politik
atau gabungan partai politik yang memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh Undang-Undang Pemilu.
2. Partai Politik Peserta Pemilu:
 Peserta Pemilu 2024 mencakup partai politik yang terdaftar dan
memiliki nomor urut dalam pemilihan umum. Partai politik ini
memiliki hak untuk mencalonkan anggota legislatif baik di
tingkat DPR, DPD, maupun DPRD tingkat provinsi dan
kabupaten/kota.
3. Calon Anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat):
 Peserta Pemilu 2024 untuk posisi anggota DPR adalah calon-
calon yang diusung oleh partai politik atau gabungan partai
politik yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh
Undang-Undang Pemilu. Mereka akan bersaing dalam pemilihan
umum untuk mendapatkan kursi di DPR.
4. Calon Anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah):
 Peserta Pemilu 2024 untuk posisi anggota DPD adalah calon-
calon yang diusung oleh partai politik atau gabungan partai
politik yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh
Undang-Undang Pemilu. Mereka akan bersaing dalam pemilihan
umum untuk mendapatkan kursi di DPD.
5. Calon Anggota DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah):
 Peserta Pemilu 2024 untuk posisi anggota DPRD tingkat provinsi
dan kabupaten/kota adalah calon-calon yang diusung oleh partai
politik atau gabungan partai politik yang memenuhi persyaratan
yang ditetapkan oleh Undang-Undang Pemilu. Mereka akan
bersaing dalam pemilihan umum untuk mendapatkan kursi di
DPRD.
6. Calon Independen:
 Selain dari partai politik, individu-individu yang tidak berafiliasi
dengan partai politik juga dapat mencalonkan diri sebagai calon
presiden, calon anggota legislatif, maupun calon anggota DPD
dengan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Undang-
Undang Pemilu.
4. Syarat Menjadi Capres, Cawapres, dan Anggota Legislatif
Syarat menjadi Capres (Calon Presiden) dan Cawapres (Calon Wakil Presiden)
serta Anggota Legislatif di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Pemilu dan
peraturan-peraturan terkait. Berikut adalah rincian syarat-syarat tersebut:
1. Syarat Menjadi Capres (Calon Presiden) dan Cawapres (Calon Wakil
Presiden):
A. Warga Negara Indonesia: Calon presiden dan calon wakil presiden haruslah
warga negara Indonesia yang setia dan tidak memiliki kewarganegaraan ganda.
B. Berusia Minimal 35 Tahun: Calon presiden dan calon wakil presiden harus
berusia minimal 35 tahun pada saat pencalonan.
C. Tidak Pernah Menjadi Presiden Dua Kali Berturut-turut: Calon presiden tidak
boleh pernah menjabat sebagai presiden selama dua periode berturut-turut
sebelumnya.
D. Dukungan Partai atau Gabungan Partai: Untuk dapat mencalonkan diri sebagai
capres atau cawapres, calon harus didukung oleh partai politik atau gabungan
partai politik yang memiliki kursi di DPR atau memiliki dukungan minimal 20%
dari total kursi DPR.
E. Memiliki Dukungan Elektoral: Calon presiden dan calon wakil presiden harus
mendapatkan dukungan elektoral dalam bentuk perolehan suara pada pemilihan
umum presiden sebelumnya, atau dalam bentuk dukungan dari pemilih yang
ditetapkan dalam peraturan KPU.

2. Syarat Menjadi Anggota Legislatif:


A. Warga Negara Indonesia: Calon anggota legislatif haruslah warga negara
Indonesia yang setia dan tidak memiliki kewarganegaraan ganda.
B. Berusia Minimal 21 Tahun: Calon anggota legislatif harus berusia minimal 21
tahun pada saat pencalonan.
C. Bersedia Tunduk pada Undang-Undang: Calon anggota legislatif harus bersedia
tunduk pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan
menjunjung tinggi Pancasila serta NKRI.
D. Tidak Terikat Kontrak Kerja di Luar Negeri: Calon anggota legislatif tidak
boleh terikat kontrak kerja di luar negeri yang mengharuskan tinggal di luar negeri
dalam jangka waktu tertentu.
E. Mendaftar Melalui Partai Politik: Calon anggota legislatif harus mendaftar
melalui partai politik yang telah terdaftar dan memiliki nomor urut dalam
pemilihan umum.
F. Menyerahkan Formulir Pencalonan: Calon anggota legislatif harus menyerahkan
formulir pencalonan dan dokumen pendukung lainnya sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh KPU.
G. Memenuhi Syarat Administrasi Lainnya: Calon anggota legislatif juga harus
memenuhi syarat administrasi lainnya yang ditetapkan oleh KPU, termasuk
ketersediaan dokumen identitas dan dokumen pendukung lainnya.
Itulah beberapa syarat menjadi Capres, Cawapres, dan Anggota Legislatif di
Indonesia. Pemenuhan syarat-syarat tersebut penting untuk memastikan bahwa
calon yang mencalonkan diri benar-benar memenuhi kriteria yang ditetapkan untuk
bertanggung jawab atas jabatan yang mereka incar.

5. Syarat Menjadi Pemilih


Syarat menjadi pemilih dapat bervariasi tergantung pada hukum pemilihan di
negara yang bersangkutan. Namun, secara umum, ada beberapa syarat umum yang
sering diterapkan di berbagai negara. Berikut adalah beberapa syarat yang
umumnya diperlukan untuk menjadi pemilih:
1. Kewarganegaraan: Calon pemilih biasanya harus menjadi warga negara
dari negara yang bersangkutan. Ini dapat berarti bahwa seseorang harus
memiliki kewarganegaraan yang diakui secara hukum oleh negara tersebut.
2. Usia: Biasanya, seseorang harus mencapai usia tertentu untuk dapat
memenuhi syarat menjadi pemilih. Usia minimum ini dapat bervariasi antara
negara-negara, tetapi biasanya berkisar antara 18 hingga 21 tahun.
3. Pendaftaran: Di banyak negara, seseorang harus mendaftar sebagai pemilih
sebelum dapat memberikan suara dalam pemilihan. Pendaftaran ini
seringkali dilakukan secara otomatis saat mencapai usia yang ditentukan
atau memerlukan tindakan khusus dari calon pemilih untuk mendaftar.
4. Kesehatan Mental: Beberapa negara mungkin memiliki persyaratan terkait
kesehatan mental atau kapasitas mental untuk menjadi pemilih. Namun, hal
ini jarang diterapkan dan dapat menimbulkan kontroversi.
5. Ketentuan Hukum: Di beberapa negara, orang yang dinyatakan bersalah
atas kejahatan tertentu atau sedang menjalani hukuman penjara mungkin
dilarang untuk memberikan suara dalam pemilihan untuk sementara waktu
atau bahkan secara permanen.
6. Tidak Dicabut Hak Pilih: Hak pilih seseorang juga dapat dicabut dalam
situasi-situasi tertentu, seperti kehilangan kewarganegaraan atau melanggar
ketentuan hukum yang mengatur hak pilih.
Perlu dicatat bahwa syarat-syarat ini dapat bervariasi dan tergantung pada undang-
undang dan peraturan yang berlaku di masing-masing negara. Orang yang
memenuhi syarat-syarat ini biasanya diberikan hak untuk memberikan suara dalam
pemilihan umum atau pemilihan lainnya di negara tersebut.

6. Tata Cara Pembagian Kursi Calon Legislatif


1. Pendistribusian Kursi: Jumlah kursi yang tersedia dalam lembaga legislatif
dibagi berdasarkan wilayah pemilihan atau daerah pemilihan tertentu.
Misalnya, dalam pemilihan umum di suatu negara, mungkin ada 100 kursi di
parlemen, dan mereka akan dibagi antara berbagai daerah pemilihan
berdasarkan populasi atau wilayah.
2. Perhitungan Jumlah Suara: Jumlah suara yang diterima oleh masing-
masing partai atau kandidat dalam setiap daerah pemilihan dihitung.
3. Penggunaan Metode Pembagian Kursi: Terdapat berbagai metode untuk
membagi kursi, termasuk metode Sainte-Laguë, metode D'Hondt, metode
Webster/Sainte-Laguë modifikasi, dan metode lainnya. Setiap metode
memiliki aturan dan perhitungan yang berbeda untuk menentukan
bagaimana kursi akan dibagikan berdasarkan hasil pemungutan suara.
4. Penentuan Pemenang: Setelah perhitungan dilakukan menggunakan
metode yang dipilih, kursi akan diberikan kepada partai atau kandidat yang
meraih jumlah suara tertinggi dalam masing-masing daerah pemilihan.
5. Penentuan Posisi dalam Parlemen: Kursi-kursi yang telah diberikan
kemudian menentukan komposisi parlemen atau badan legislatif yang
terpilih. Partai atau kandidat yang memenangkan kursi tersebut akan
memiliki perwakilan di parlemen dan dapat berpartisipasi dalam proses
legislasi.
Proses ini dapat bervariasi tergantung pada aturan dan peraturan yang berlaku di
negara yang bersangkutan. Beberapa negara mungkin memiliki sistem pemilihan
langsung, di mana pemilih memilih langsung kandidat tertentu, sementara yang
lain mungkin memiliki sistem pemilihan proporsional di mana kursi dibagi
berdasarkan persentase suara yang diterima oleh masing-masing partai.

7. Hasil Pemilu 2024 di Tingkat DPRD Desa di Wilayah Kecamatan Pineleng,


Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, Indonesia
Hasil Pemilu 2024 di tingkat DPRD desa di wilayah Kecamatan Pineleng,
Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, Indonesia menunjukkan partisipasi yang
aktif dari masyarakat setempat. Berbagai partai politik meraih kursi berdasarkan
dukungan yang diterima dari pemilih, sehingga mencerminkan pluralitas politik di
daerah tersebut.

Daftar Pustaka:
1. Mochtar, L. (1994). Demokrasi dan Pemilu di Indonesia. Jakarta: Pustaka
LP3ES.
2. KPU. (2019). Panduan Pemilu: Penyelenggaraan Pemilihan Umum. Jakarta:
KPU RI.
3. Bawaslu. (2020). Laporan Tahunan: Pengawasan Pemilu. Jakarta: Bawaslu
RI.
4. Kurniawan, A. (2018). Pengantar Politik Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.
5. Wahid, A. (2016). Pemilu dan Demokrasi di Indonesia Pasca-Reformasi.
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
6. Pamungkas, A. (2015). Sistem Pemilu di Indonesia: Sejarah, Tantangan, dan
Prospek. Jakarta: Kompas Media Nusantara.
7. Winters, J. A. (2002). Pemilu dan Politik di Indonesia. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
8. Tim Penulis. (2023). Pemilu 2024: Perubahan dan Tantangan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
9. Raharjo, B. (2017). Hukum Pemilu di Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas

Esai ini mencoba memberikan gambaran tentang Pemilu di Indonesia, yang


merupakan aspek penting dalam menjaga kestabilan dan kemajuan demokrasi di
negara ini.

Anda mungkin juga menyukai