Anda di halaman 1dari 10

PEMILIHAN UMUM

DI INDONESIA
Muhammad Shaffri : 180105077
Khairatin : 180105057
Agus Salim : 200105072 UNIVERSITAS ISLAM
HUKUM TATA NEGARA NEGERI AR-RANIRY
Pemilihan Umum
Pemilihan Umum merupakan Tujuan dari pemilihan umum adalah menciptakan
sarana demokrasi guna sistem pemerintahan yang berdasarkan pada
mewujudkan sistem pemerintahan kehendak rakyat, menjaga prinsip-prinsip
negara yang berkedaulatan demokrasi, mendorong partisipasi politik warga
rakyat. Pemerintah negara yang negara, dan memastikan bahwa pemimpin yang
dibentuk melalui Pemilihan Umum terpilih mewakili kepentingan dan aspirasi
itu adalah yang berasai dari masyarakat secara luas. Pemilu yang adil, bebas,
rakyat, dijalankan sesuai dengan dan transparan sangat penting dalam menjaga
kehendak rakyat dan diabdikan integritas demokrasi suatu negara.
untuk kesejahteraan rakyat.
02
Sejarah Pemilihan Umum
-Pemilu Kolonial (1905-1942)
Pemilu pertama diadakan pada tahun 1905, di mana sejumlah perwakilan pribumi dipilih
untuk duduk di Volksraad (Dewan Rakyat), badan legislatif yang didominasi oleh Belanda.
Namun, Volksraad memiliki kekuasaan terbatas dan peran pribumi dalam proses pemilihan
sangat terbatas.
-Periode Kemerdekaan (1945-1959)
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Pemilu pertama di
Indonesia diadakan pada tahun 1955. Pemilu tersebut adalah Pemilu Konstituante, yang
bertujuan untuk memilih anggota badan legislatif yang akan menyusun konstitusi negara.
Partai-partai politik yang beragam ikut serta dalam pemilu ini, termasuk Partai Nasional
Indonesia (PNI), Partai Komunis Indonesia (PKI), dan Partai Masyumi.
-Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Pemilu pada periode ini berlangsung dalam suasana politik yang tidak demokratis karena
adanya sistem Demokrasi Terpimpin yang diterapkan oleh Presiden Soekarno. Partai-partai
politik diberangus dan digantikan oleh satu partai tunggal, yakni Partai Nasional Indonesia
03
(PNI) yang berkuasa.
-Orde Baru (1966-1998)
Setelah G30S/PKI dan jatuhnya Soekarno, Soeharto menjadi presiden dan memimpin era
Orde Baru. Pemilu diatur oleh UU No. 5 Tahun 1975 dan UU No. 2 Tahun 1985 yang
menetapkan sistem Dwifungsi ABRI, di mana Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI)
berperan dalam politik dan sosial kemasyarakatan. Partai Golkar, sebagai partai penguasa,
mendominasi pemilu pada periode ini.
-Reformasi (1998-sekarang)
Pada tahun 1998, Indonesia mengalami reformasi politik yang menggulingkan rezim
Soeharto. Perubahan politik ini membuka jalan bagi perubahan sistem politik dan proses
pemilu. Pada tahun 1999, pemilu legislatif dan presiden diadakan kembali dengan partai-
partai politik yang lebih bebas dan pluralis.

04
Lembaga penyelenggara pemilu
Dewan Kehormatan
Komisi Pemilihan Umum Badan Pengawas Pemilu Penyelenggara Pemilu
KPU menyelenggarakan pemilu Bawaslu yang bertugas untuk wewenang yang dimiliki DKPP
secara nasional untuk seluruh mengawasi jalannya pemilu di ialah berhak memanggil
wilayah Indonesia. Kemudian, seluruh Indonesia. Dalam penyelenggara pemilu yang
penyelenggaraan pemilu di menjalankan tugas sebagai diduga melakukan pelanggaran
wilayah provinsi dilakukan oleh Bawaslu, lembaga ini memiliki 5 kode etik, memanggil pelapor
KPU Provinsi, sedangkan di orang anggota. Pengawasan atau saksi, memberikan sanksi
wilayah Kabupaten/Kota pemilu ini dilakukan di setiap kepada yang terbukti
dilaksanakan oleh KPU daerah di Indonesia hingga di melanggar kode etik, serta
Kabupaten/Kota. Kedudukan kecamatan-kecamatan. memutus pelanggaran kode etik
dan susunan KPU, KPU Provinsi,
dan KPU Kabupaten/Kota ini
bersifat hierarkis.

05
Sistem Pemilihan Umum
Di Indonesia
SISTEM DISTRIK SISTEM PORPOSIONAL
Sistem ini merupakan sistem pemilihan umum dan
Banyak atau sedikitnya kursi yang diraih adalah
didasarkan atas kesatuan geografis. Setiap
ditentukan oleh jumlah suara yang diraih masing-
kesatuan geografis (yang biasanya disebut distrik
masing parpol atau orsospol peserta pemilihan
karena kecilnya daerah yang diliputi) mempunyai
umum. Calon terpilih untuk menjadi wakil rakyat
satu wakil dalam dewan perwakilan rakyat. Untuk
duitenukan berdasarkan nomor urut calon yang
keperluan itu, negara dibagi dalam sejumlah besar
disusun guna mewakili orsospol pada masing-
distrik dan jumlah wakil rakyat dalam dewan
masing daerah. Inilah yang disebut perhitungan
perwakilan rakyat ditentukan oleh jumlah distrik.
suara secara proporsional, bukan menurut distrik
Calon yang di dalam satu distrik memperoleh
pemilihan (yang pada setiap distrik hanya aka
suara terbanyak dikatakan pemenang, sedangkan
nada satu calon yang terpilih).
suarasuara yang ditujukan kepada calon-calon
lain dianggap hilang dan tidak diperhitungkan
lagi, bagaimanapun kecilnya selisih kekalahannya. 06
Sengketa hasil pemilu
Sengketa Hasil Pemilihan dimaknai sebagai keberatan oleh peserta pemilu (pemohon) atas
penetapan hasil pemilu yang dibuat oleh Komisi Pemilihan Umum (termohon). Sehingga objek
dari sengketa perselisihan hasil pemilu adalah SK Ketetapan Komisi Pemilihan Umum
(termohon) mengenai penetapan perolehan suara hasil pemilihan yang signifikan dan dapat
mempengaruhi penetapan calon terpilih.
Dasar hukum kewenangan (kompetensi) absolut MKRI untuk menangani pemilihan umum
(Pemilu) berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa MKRI
mempunyai kewenangan mengadili sengketa yang berkaitan dengan hasil pemilihan umum
baik pemilihan presiden dan wakil presiden, anggota DPR, anggota DPD, maupun anggota
DPRD. Selanjutnya kewenangan MKRI ini diatur lebih lanjut dalam UndangUndang Nomor 8
Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD, yang diubah dengan
perubahan terakhir yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017.

07
Sengketa hasil pemilu
Pemohon yang mengajukan permohonan perselisihan hasil pemilihan umum mengaharapkan
keadilan dari Putusan Mahkamah Konstitusi. Keadilan bisa diraih dengan terpenuhinya
kebenaran formil maupun materiil. Selama ini Mahkamah Konstitusi cukup konsisten atau
mengedapankan kebenaran formil dengan cara menagakkan aturan yang bersifat prosedural
formil yang diatur dalam hukum acara konstitusi (Peraturan Mahkamah Konstitusi), namun
kebenaran formil belum tentu mencerminkan kebenaran materiil nya.
Bentuk bentuk prosedur formil yang sering ditegakkan oleh Mahkamah Konstitusi melalui
dismissal procedur. sehingga dengan adanya dismissal menyebabkan pembuktian materiil
atas permohonan itu tidak dilakukan pembuktiannya sehingga kebenaran materiil tidak
tercapai. Hal ini mempengaruhi keadilan yang diharapkan oleh pemohon dalam mengajukan
permohonan.

08
Pemilu 2023
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 2024 (biasa disingkat Pemilu Legislatif 2024)
adalah Pemilihan Umum Indonesia yang akan diselenggarakan pada tanggal 14
Februari 2024.
untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), anggota Dewan Perwakilan
Daerah (DPD), serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD Provinsi
maupun DPRD Kabupaten/Kota) se-Indonesia periode 2024–2029.

Dari 40 partai politik yang mendaftar, hanya terdapat 18 partai yang memenuhi
syarat administrasi dan verifikasi faktual secara nasional. Verifikasi ini mencakup
keberadaan pengurus inti parpol di tingkat pusat, keterwakilan perempuan minimal
30% dan domisili kantor tetap di tingkat DPP. Kemudian, di tingkat Provinsi, ada
tambahan syarat, yakni memenuhi keanggotaan di 75% Kabupaten/Kota di 34
provinsi. Syarat terakhir, yakni status sebaran pengurus minimal 50% kecamatan
pada 75% Kabupaten/Kota di 34 provinsi. Urutan partai politik peserta Pemilu
Legislatif 2024 adalah sebagai berikut.
09
Referensi 3 Lembaga Penyelenggara
Pemilihan Umum
Sri Hastuti Puspitasari, “Refleksi Peran
Mahkamah Konstitusi Dalam
Penyelesaian Sengketa Pemilihan Umum
2004”, (Jurnal Hukum No. 3 Vol. 15,
2008)
Sejarah pemilu (diakses pada 1
Desember 2023)
detiksearch (diakses pada 1
Desember 2023)

10

Anda mungkin juga menyukai