Anda di halaman 1dari 13

KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU)

NAMA KELOMPOK:

KIRANI NOVIA NAWANTI


HADYAN ZULFIKRIANSYAH
FUZI MEILANI
AFIFAH PUTRI PENGESTU
YOGI M IHSAN
LATAR BELAKANG
Dalam undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu diatur mengenai KPU, KPU
Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota sebagai lembaga penyelenggara pemilihan umum yang permanen dan
Bawaslu sebagai lembaga pengawas Pemilu. KPU dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab sesuai dengan
peraturan perundang-undangan serta dalam hal penyelenggaraan seluruh tahapan pemilihan umum dan tugas
lainnya. KPU memberikan laporan Presiden kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu juga mengatur kedudukan panitia
pemilihan yang meliputi PPK, PPS, KPPS dan PPLN serta KPPSLN yang merupakan penyelenggara Pemilihan
Umum yang bersifat ad hoc. Panitia tersebut mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan semua tahapan
penyelenggaraan Pemilihan Umum dalam rangka mengawal terwujudnya Pemilihan Umum secara langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

Dalam rangka mewujudkan KPU dan Bawaslu yang memiliki integritas dan kredibilitas sebagai Penyelenggara
Pemilu, disusun dan ditetapkan Kode Etik Penyelenggara Pemilu. Agar Kode Etik Penyelenggara Pemilu dapat
diterapkan dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum, dibentuk Dewan Kehormatan KPU, KPU Provinsi, dan
Bawaslu.
Pengertian KPU

Komisi Pemilihan Umum adalah lembaga negara yang menyelenggarakan pemilihan umum
di Indonesia, yakni meliputi Pemilihan Umum Anggota DPR/DPD/DPRD, Pemilihan
Umum Presiden dan Wakil Presiden, serta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah. Komisi Pemilihan Umum tidak dapat disejajarkan kedudukannya dengan
lembaga -lembaga negara yang lain yang kewenangannya ditentukan dan diberikan oleh
UUD 1945.Jadi Dapat disimpulkan Bahwa komisi pemilihan umum adalahlembaga negara
yang menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia yang bersifat nasional, tetap dan
mandiri (independen).
SEJARAH KPU

01. Pemilu 1955 03. Pemilu 1977, 1982,


1987, 1992, dan
1997

02. Pemilu 1971 04. Pemilu 1999


Tugas dan wewenang KPU

Dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum dan Pasal 2
Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum
dan Penetapan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Umum Komisi Pemilihan
Umum,dijelaskan bahwa untuk melaksanakan Pemilihan Umum, KPU mempunyai tugas
kewenangan sebagai berikut:
1. Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Pemilihan Umum.
2. Menerima, meneliti dan menetapkan Partai-partai Politik yang berhaksebagai peserta
Pemilihan Umum.
3. Membentuk Panitia Pemilihan Indonesia yang selanjutnya disebut PPIdan
mengkoordinasikan kegiatan Pemilihan Umum mulai dari tingkat pusat sampai di Tempat
Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS. 4. Menetapkan jumlah kursi anggota
DPR, DPRD I dan DPRD II untuk setiap daerah pemilihan.5. Menetapkan keseluruhan
hasil Pemilihan Umum di semua daerah pemilihan untuk DPR, DPRD I dan DPRD II.
6. Mengumpulkan dan mensistemasikan bahan-bahan serta data hasil Pemilihan Umum.
7. Memimpin tahapan kegiatan Pemilihan Umum.Dalam Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16
Tahun 1999 terdapat tambahan huruf: “Tugas dan kewenangan lainnya yang ditetapkan dalam
Undang- undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum”. Sedangkan dalam Pasal 11
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tersebut juga ditambahkan, bahwa selain tugas dan
kewenangan KPU sebagai dimaksud dalam Pasal 10, selambat-lambatnya 3 (tiga) tahun setelah
Pemilihan Umum dilaksanakan, KPU mengevaluasi sistem Pemilihan Umum.
VISI DAN MISI KPU
● VISI
Menjadi Penyelenggara Pemilihan Umum yang Mandiri,
Professional,dan Berintegritas untuk Terwujudnya Pemilu
yang LUBER dan JURDIL.
● MISI
1. Membangun SDM yang Kompeten sebagai upaya menciptakan Penyelenggara Pemilu yang Profesional.
2. Menyusun Regulasi di bidang Pemilu yang memberikan kepastian hukum, progresif dan partisipatif.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan pemilu khususnya untuk para pemangku kepentingan dan umumnya untuk seluruh
masyarakat.
4. Meningkatkan partisipasi dan kualitas pemilih melalui sosialisasi dan pendidikan pemilih yang berkelanjutan.
5. Memperkuat Kedudukan Organisasi dalam Ketatanegaraan.
6. Meningkatkan integritas penyelenggara Pemilu dengan memberikanpemahaman secara intensif dan komprehensif
khususnya mengenai kode etik penyelenggara pemilu.7. Mewujudkan penyelenggara Pemilu yang efektif dan
efisien,transparan, akuntabel, dan aksesable.
Kasus yang terjadi di KPU
Berawal dari gugatan Partai PRIMA kepada KPU.Partai PRIMA mencoba meloloskan diri sebagai
peserta Pemilu 2024 usai dinyatakan tidak memenuhi syarat (TMS) verifikasi oleh KPU. Putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang menyatakan Pemilu 2024 harus ditunda karena gugatan perdata
Partai PRIMA bukanlah upaya pertama yang dilakukan. Langkah hukum Partai PRIMA mulai dari
Bawaslu hingga Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang semuanyadinyatakan ditolak.Partai
PRIMA pernah mengajukan permohonan sengketa proses Pemiluterutama dalam hal kelengkapan
sebagai perserta Pemilu 2024, permohonan itupernah diajukan ke Bawaslu dengan berita acara hasil
verifikasi administrasi persyaratan partai. Sengketa yang diajukan ke Bawaslu ditolak pada tahun
2022. Usaha Partai PRIMA tidak berhenti. Mereka membawa objek sengketa yang sama ke Pengadilan
Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta. Rentang waktunya, pada saat itu adalah November 2022.
Namun hasilnya senada, PTUN Jakarta menyatakan tidak dapat mengadili dan memutus objek
sengketa yang diajukan oleh Partai PRIMA.Dalam hal itu PTUN yang menyatakan yang pada
pokoknya tidak berwenang memutus perkara tersebut karena objeknya masih berita acara, jadi PTUN
Jakarta merasa tidak berwenang karena objeknya bukan putusan KPU. Kemudian Partai PRIMA
mencoba membawa ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.Kali ini, Partai Prima menggugat KPU melalui
jalur perdata pada 8 Desember 2022. Sengketanya adalah Partai Prima merasa dirugikan oleh KPU
saat proses tahapan verifikasi partai.Pada upaya kali ini, Partai PRIMA berhasil menang dan KPU
mendapat sejumlah vonis yang salah satunya perintah penundaan Pemilu 2024.
Pada putusannya, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menghukum KPU dengan membayar denda Rp 500
juta dan menghukum tergugat untuk tidak melaksanakan sisa tahapan pemilu 2024 sejak putusan
diucapkan dan melaksanakan tahapan pemilu dari awal selama lebih kurang dua tahun empat bulan 7
hari.
KESIMPULAN
Komisi Pemilihan Umum adalah lembaga negara yang menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia, yakni meliputi
Pemilihan Umum Anggota DPR/DPD/DPRD, Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, serta Pemilihan Umum
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Komisi Pemilihan Umum tidak dapat disejajarkan kedudukannya dengan
lembaga-lembaga negara yang lain yang kewenangannya ditentukan dan diberikan oleh UUD 1945.

KPU yang ada sekarang merupakan KPU keempat yang dibentuk sejak

era Reformasi 1998. KPU pertama (1999-2001) dibentuk dengan Keppres No. 16 Tahun 1999, beranggotakan 53 orang
anggota, dari unsur pemerintah dan Partai Politik. KPU pertama dilantik Presiden B.J. Habibie. KPU kedua (2001-2007)
dibentuk dengan Keppres No. 10 Tahun

2001Komisi Pemilihan Umum adalah lembaga negara yang menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia, yakni
meliputi Pemilihan Umum Anggota DPR/DPD/DPRD, Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, serta Pemilihan
Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Komisi Pemilihan Umum tidak dapat disejajarkan kedudukannya dengan
lembaga-lembaga negara yang lain yang kewenangannya ditentukan dan diberikan oleh UUD 1945.

KPU yang ada sekarang merupakan KPU keempat yang dibentuk sejak

era Reformasi 1998. KPU pertama (1999-2001) dibentuk dengan Keppres No. 16 Tahun 1999, beranggotakan 53 orang
anggota, dari unsur pemerintah dan Partai Politik. KPU pertama dilantik Presiden B.J. Habibie. KPU kedua (2001-2007)
dibentuk dengan Keppres No. 10 Tahun
2001
Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai