Pendahuluan/Latar Belakang
Pemilu dalam negara demokrasi Indonesia merupakan suatu proses pergantian
kekuasaan secara damai yang dilakukan secara berkala sesuai dengan prinsip-prinsip
yang digariskan konstitusi. Prinsip-prinsip dalam pemilihan umum yang sesuai dengan
konstitusi antara lain prinsip kehidupan ketatanegaraan yang berkedaulatan rakyat
(demokrasi) ditandai bahwa setiap warga negara berhak ikut aktif dalam setiap proses
pengambilan keputusan kenegaraan.
Sebuah negara berbentuk republik memiliki sistem pemerintahan yang tidak pernah
lepas dari pengawasan rakyatnya. Adalah demokrasi, sebuah bentuk pemerintahan yang
terbentuk karena kemauan rakyat dan bertujuan untuk memenuhi kepentingan rakyat itu
sendiri. Demokrasi merupakan sebuah proses, artinya sebuah republik tidak akan
berhenti di satu bentuk pemerintahan selama rakyat negara tersebut memiliki kemauan
yang terus berubah. Ada kalanya rakyat menginginkan pengawasan yang superketat
terhadap pemerintah, tetapi ada pula saatnya rakyat bosan dengan para wakilnya yang
terus bertingkah karena kekuasaan yang seakan-akan tak ada batasnya. Berbeda dengan
monarki yang menjadikan garis keturunan sebagai landasan untuk memilih pemimpin,
pada republik demokrasi diterapkan azas kesamaan di mana setiap orang yang memiliki
kemampuan untuk memimpin dapat menjadi pemimpin apabila ia disukai oleh sebagian
besar rakyat. Pemerintah telah membuat sebuah perjanjian dengan rakyatnya yang ia
sebut dengan istilah kontrak sosial. Dalam sebuah republik demokrasi, kontrak sosial
atau perjanjian masyarakat ini diwujudkan dalam sebuah pemilihan umum. Melalui
pemilihan umum, rakyat dapat memilih siapa yang menjadi wakilnya dalam proses
penyaluran aspirasi, yang selanjutnya menentukan masa depan sebuah negara.
Kehidupan masyarakat pada saat ini selalu menginginkan kemudahan dalam
hidupnya. Tak terkecuali dalam hal memilih pemimpin. Masyarakat sudah pastinya
menginginkan pemimpin yang dapat menyejahterakan bangsa. Namun, seringkali
masyarakat mengartikan tindakan para penguasa dan elite politik hanya mementingkan
kepentingan kelompoknya. Misalnya pada masa kampanye, pemimpin berlomba-lomba
utuk mendapatkan hati rakyat dengan berbagai cara. Dalam konteks ini yang terjadi
adalah budaya money politic dan penyebaran isu-isu yang belum tentu kebenarannya
seringkali dipraktikan oleh para pejabat. Sebagian besar masyarakat menilai bahwa
Pilpres tahun 2019 ini adalah rematch atau tanding ulang Pilpres 2014. Hanya wakilnya
yang berubah di tahun 2019 ini. Akan tetapi beberapa masyarakat merasa jenuh dan
bosan dengan hanya ada 2 calon yang kembali menjadi tawaran di Pilpres tahun besok.
1
Budaya demokrasi di indonesia menunjukan Orang baik enggan untuk masuk ke politik
saat ini. Generasi milenial saat ini mulai jenuh dengan keadaan negara yang semakin
kompleks. Enggan masuk kedalam dunia demokrasi dan perpolitikan seolah membuat
demokrasi dan politik di negeri ini menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Tidak
dapat dipungkiri, sejak Pilpres 2014 yang memunculkan 2 Calon Pasangan di Pilpres
pada saat debat capres menampilkan sikap “keinginan berkuasa, dan bersifat sentimen-
sentimen pribadi” dari para pendukung masing-masing calon yang menurut para generasi
muda merupakan sikap menafikan diri dari para pemangku kekuasaan. Para tokoh
masyarakat yang punya kapabilitas juga seolah tidak ingin bergabung untuk berkuasa.
Tokoh yang mampu dan dianggap baik, tertutupi oleh politisi yang hanya mementingkan
golongan dan kelompoknya saja. Unsur kepentingan saat ini seringkali masuk kedalam
amanah jabatan para pejabat.
6
b. Wakil yang terpilih merasa dirinya lebih terikat kepada partai dan kurang merasakan
loyalitas kepada daerah yang telah memilihnya
c. Mempersukar terbentuknya pemerintah yang stabil, oleh karena umumnya harus
mendasarkan diri atas koalisi dari dua-partai atau lebih.
Keuntungan system Propotional:
a. System propotional di anggap representative, karena jumlah kursi partai dalm
parlemen sesuai dengan jumlah suara masyarakat yang di peroleh dalam pemilu.
b. System ini di anggap lebih demokatis dalam arti lebih egalitarian, karena praktis tanpa
ada distorsi.
Di Indonesia pada pemilu kali ini, tidak memakai salah satu dari kedua macam
sistem pemilihan diatas, tetapi merupakan kombinasi dari keduanya. Hal ini terlihat pada
satu sisi menggunakan sistem Kecamatan, antara lain pada Bab VII pasal 65 tentang tata
cara Pencalonan Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota
dimana setiap partai Politik peserta pemilu dapat mengajukan calon anggota DPR, DPD,
DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/ Kota dengan memperhatikan keterwakilan
perempuan sekurang-kurangnya 30%.
Disamping itu juga menggunakan sistem berimbang, hal ini terdapat pada Bab V
pasal 49 tentang Daerah Pemilihan dan Jumlah Kursi Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan
DPRD Kabupaten/Kota dimana : Jumlah kursi anggota DPRD Provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada jumlah penduduk provinsi yang bersangkutan
dengan ketentuan :
a. Provinsi dengan jumlah penduduk sampai dengan 1.000.000 (satu juta) jiwa mendapat
35 (tiga puluh lima) kursi
b. Provinsi dengan julam penduduk lebih dari 1.000.000 (satu juta) sampai dengan
3.000.000 (tiga juta) jiwa mendapat 45 (empat puluh lima) kursi;
c. Provinsi dengan jumlah penduduk 3.000.000 (tiga juta) sampai dengan 5.000.000
(lima juta) jiwa mendapat 55 (lima puluh lima) kursi;
d. Provinsi dengan jumlah penduduk 5.000.000 (lima juta) sampai dengan 7.000.000
(tujuh juta) jiwa mendapat 65 (enam puluh lima) kursi;
e. Provinsi dengan jumlah penduduk 7.000.000 (tujuh juta) sampai dengan 9.000.000
(sembilan juta) jiwa mendapat 75 (tujuh puluh lima) kursi;
f. Provinsi dengan jumlah penduduk 9.000.000 (sembilan juta) sampai dengan
12.000.000 (dua belas juta) jiwa mendapat 85 (delapan puluh lima) kursi;
7
g. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 12.000.000 (dua belas juta) jiwa
mendapat 100 (seratus) kursi.
Menurut Pasal 25 UU No. 12 Tahun 2003, tugas dan wewenang KPU adalah:
a. Merencanakan penyelenggaraan KPU
b. Menetapkan organisasi dan tata cara semua tahapan pelaksanaan pemilu.
c. Mengkoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan
pelaksanaan pemilu.
d. Menetapkan peserta pemilu.
e. Menetapkan daerah pemilihan, jumlah kursi, dan calon anggota DPR,DPD, DPRD
Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
f. menetapkan waktu, tanggal, tata cara pelaksanaan kampanye, dan pemungutan suara.
g. menetapkan hasil pemilu dan mengumumkan calon terpilih anggota DPR,DPD,
DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
h. melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilu.
i. melaksanakan tugas dan kewenangan lain yang diatur undang-undang. [7]
Dalam Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) dijelaskan bahwa kedaulatan rakyat
dipegang oleh suatu badan, bernama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), sebagai
penjelmaan seluruh rakyat Indonesia (Vertretungsorgan des Willens des Staatsvolkes).
Majelis ini bertugas mempersiapkan Undang-undang Dasar dan menetapkan garis-garis besar
8
haluan negara. MPR juga mengangkat Kepala Negara (Presiden) dan wakilnya (Wakil
Presiden). MPR adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara, sedangkan Presiden
bertugas menjalankan haluan Negara menurut garis-garis besar yang telah ditetapkan oleh
MPR. Di sini, peran Presiden adalah sebagai mandataris MPR, maksudnya Presiden harus
tunduk dan bertanggung jawab kepada MPR. [8]
Menurut Pasal 2 ayat (1) UUD 1945 hasil Amandemen keempat tahun 2002, Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang dipilih melalui pemilihan umum. Hal ini
juga tercantum dalam Pasal 19 ayat (1) UUD 1945 hasil Amandemen kedua tahun 2000 yang
berbunyi: “Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum.” serta Pasal
22C UUD 1945 hasil Amandemen ketiga tahun 2001 yang berbunyi: “Anggota Dewan
Perwakilan Daerah dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan umum.” Dalam Pasal 6A
UUD 1945 yang merupakan hasil Amandemen ketiga tahun 2001 dijelaskan mengenai
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang lengkapnya berbunyi:
a. Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat.
b. Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan
umum.
c. Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima
puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh
persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di
Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden [9]
UUD 1945 yang merupakan Konstitusi Negara Republik Indonesia mengatur masalah
pemilihan umum dalam Bab VIIB tentang Pemilihan Umum Pasal 22E sebagai hasil
Amandemen ketiga UUD 1945 tahun 2001. Secara lengkap, bunyi Pasal 22E tersebut
adalah:
a. Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
setiap lima tahun sekali.
b. Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
c. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik.
9
d. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
adalah perseorangan.
e. Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat
nasional, tetap, dan mandiri.
f. Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang.
10
IV. KESIMPULAN
Dari materi diatas setidaknya ada beberapa poin yang dapat disarikan dalam tema singkat
tentang “pemilu” ini:
a. Pemilihan umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan
kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
b. Dalam pembagian tipe demokrasi modern, saat ini Negara Republik Indonesia sedang
berada dalam tahap demokrasi dengan pengawasan langsung oleh rakyat.
Pengawasan oleh rakyat dalam hal ini, diwujudkan dalam sebuah penyelenggaraan
pemilu yang demokratis.
c. Disusunnya undang-undang tentang pemilu, partai politik, serta susunan dan
kedudukan lembaga legislatif yang baru menjadikan masyarakat kita lebih mudah
untuk memulai belajar berdemokrasi.
d. Rakyat Indonesia secara bertahap akan dapat memahami bagaimana caranya
berdemokrasi yang benar di dalam sebuah republik.
e. Pemahaman tentang Pemilu akan timbul secara bertahap seiring dengan terus
dijalankannya proses pendidikan politik, khususnya demokrasi di Indonesia, secara
konsisten.
11
V. DAFTAR PUSTAKA
CST. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2000,
hlm.256
Sigit Pamungkas, Perihal Pemilu, Yogyakarta: Laboratorium Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fisipol UGM, 2009
12